1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan perbedaan Sistem Pembiayaan Kesehatan di
Indonesia dan negara berkembang lainnya
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia
b. Menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan pada negara
berkembang di sekitar indonesia
c. Menganalisis perbedaan sistem pembiayaan kesehatan di
Indonesia dan di negara berkembang lainya
1.3. Rumusan Masalah
Apa perbedaan Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia dan
negara berkembang lainnya?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Pembiayaan informal.
Model ini tidak mengatur besaran, jenis, dan mekanisme pembayaran.
Besaran biaya disesuaikan dengan kesepakatan antara penyedia dan
pengguna layanan kesehatan. Umumnya penyedia layanan kesehatan
lebih dominan dalam pengaturannya. Selain uang, barang dapat digunakan
sebagai alat tukar untuk memperoleh pelayanan kesehatan, misalnya dari
penyedia layanan kesehatan mantri atau pengobatan tradisional. Model ini
biasanya diadopsi oleh negara-negara berkembang yang belum memiliki
sistem kesehatan yang mampu melindungi seluruh masyarakatnya.
5. Pembiayaan berbasis-asuransi (insurance-based)
Dalam model ini individu tidak membiayai pelayanan kesehatan secara
langsung, tetapi terjadi pengalihan risiko kesakitan seseorang menjadi
risiko kelompok. Selain itu, terjadi pembagian risiko biaya secara adil. Biaya
pelayanan kesehatan disesuaikan dengan perhitungan dan akan
ditanggung dari dana yang telah dikumpulkan bersama. Individu membayar
premi dengan mekanisme pembayaran yang diatur oleh organisasi
pengelola dana asuransi.
BAB III
PEMBAHASAN
o Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah
dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Prinsip keterbukaan, kehati-
hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip prinsip manajemen
ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran
peserta dan hasil pengembangannya.
o Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
o Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dapat mencakup seluruh rakyat.
2. Pembayar Iuran
• bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
• bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar
oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.
• bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta
Bukan Pekerja iuran dibayar oleh Peserta yang
bersangkutan.
•
3. Pembayaran Iuran
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya
ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja
penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan
penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut
iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi
tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan
kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10
setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur,
maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan
pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar 2%
(dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar
oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan
Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang
dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan
diawal. BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan
iuran JKN sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal
terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS
Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja
dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran
diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya.
iv. Funding/Donation
Seluruh sistem pembiayaan yang telah diuraikan diatas menganut
keterkaitan antara pengguna jasa pelayanan kesehatan atau
tertanggung dan penggunaan jasa pelayanan kesehatan. Model
funding tidak ditujukan langsung pada kelompok individu tetapi
lebih pada program kesehatan misalnya bantuan alat kesehatan,
pelatihan atau perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan.
Permasalahan yang sering muncul adalah ketidaksesuaian
program funding dengan kebutuhan atau kesalahan pengelolaan
oleh negara. Disamping itu sumber dana dari funding tentu saja
tidak dapat diandalkan keberlangsungannya. Berdasarkan
pengelolaan manajemennya, sistem pembiayaan
menggambarkan hubungan antara pasien sebagai konsumen dan
atau sumber biaya, provider/penyelenggara atau pemberi
pelayanan kesehatan (dokter, perawat atau institusi seperti rumah
sakit), pemerintah sebagai pengatur, pengelola pelayanan
kesehatan dan sumber biaya.
A K Shiva Kumar. 2011. Financing health care for all: challenges and
opportunities. The Lancet 2011; Volume 377, Issue 9766: Pages 668-
679.
Bhisma Murti. Asuransi Kesehatan Berpola Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat di Era Desentralisasi Menuju Cakupan
Semesta. Institute of Health Economic and Policy Studies (IHEPS),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
Sebelas Maret. Bhisma Murti (2010). Strategi untuk Mencapai Cakupan
Universal Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Surakarta, 24 November
2010.
CHIONG, D. L. (2012). TAIWAN'S AILING HEALTH-CARE
FINANCING. RETRIEVED
FROMKPMG:HTTP://WWW.KPMG.COM/SG/EN/PRESSROOM/PAG
ES/MC20120824.ASPX
Dr. Ching-chuan Yeh , Access and Cost: What the U.S. Health Care
System Can Learn from other Countries dalam
www.help.senate.gov/download/ufgy diakses pada Kamis 12 November
2015 Kwon: Health Care Financing in Asia,Pembiayaan Kesehatan di
Berbagai Negara, 2012.
Jui fen Rachel Lu dalam Universal Health Coverage Assessment
Taiwan
http://gnhe.funsalud.org.mx/Documentos/UHCDay/GNHE%20UHC%2
0assessment_Taiwan.pdf diakses pada Kamis 12 November 2015
Retno Widyastuti. Belajar dari Taiwan; National Health Insurance (NHI),
Kesehatan Milik Semua. Mahasiswa S2 Jurusan Asia Pacific Studies
National Chengchi University, Taipei – Taiwan (ROC). Diakses 08
November 2015.
Robert Marten. 2014. An assessment of progress towards universal
health coverage in Brazil, Russia, India, China, and South Africa
(BRICS). The Lancet 2014; Volume 384, Issue 9960: Pages 2164–2171.