DISUSUN OLEH :
Dosen Pengampu :
Dr. Haerawati Idris, SKM, MKM
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas anugrah-Nya penulisan
review buku ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan review buku ini hingga
bisa tersusun dengan baik.
Makalah ini saya susun berdasarkan pengetahuan yang saya peroleh selama proses
pembelajaran, dari beberapa buku, pedoman, dan media elektronik dengan harapan orang
yang membaca dapat memahami jurnal tentang pentingnya penerapan manajemen strategis di
rumah sakit untuk menjadi rumah sakit pilihan masyarakat.
Akhirnya, saya menyadari bahwa review ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan review ini di
masa mendatang.
Penulis
ii
iii
BAB 1
KONSEP PEMBIAYAAN KESEHATAN
1.1 Pengantar
Bab ini membahas mengenai konsep dasar pembiayaan kesehatan. Kami akan
pembiayaan kesehatan, dan diakhiri dengan penutup. Semua konsep dasar yang disajikan
penerapannya di Indonesia. Hal ini diharapkan berguna bagi praktisi di lapangan dalam
kesehatan bisa dilaksanakan oleh pihak pemerintah dan swasta. Adapun dana yang
disiapkan oleh penyedia layanan kesehatan berupa biaya investasi (investment cost)
b. Perspektif pengguna jasa, biaya kesehatan merupakan sejumlah dana yang harus
disiapkan ketika menggunakan layanan kesehatan. Besaran dana yang digunakan oleh
pemakai jasa pelayanan kesehatan berasal dari kantong pribadi individu (out of
pocket).
Menurut Azwar (1996), secara umum sumber biaya kesehatan dikelompokkan
Empat sumber utama pembiayaan untuk sektor kesehatan (Kutzin, 2008; Mills &
Gilson, 1988) :
publik.
insentif atau pembiayaan bagi penyedia layanan, serta memastikan semua individu
pembiayaan kesehatan suatu negara dapat berasal dari pemerintah dan non-pemerintah
4
b. Pembayaran oleh pengguna (user payments)
d. Pembiayaan informal
Selain kelima model tersebut, model pembiayaan kesehatan lainnya adalah model
Out of Pocket (Pengeluaran dari Kantong Sendiri). Pengeluaran pada model ini berasal
dari individu ketika ingin mengakses pelayanan kesehatan dan tidak didanai oleh
program asuransi. Model pembiayaan ini diterapkan di sebagian besar negara yang
sulit diterapkan di negara tersebut karena beban penyakit yang tinggi, pendapatan
penduduk yang kurang, dan kesulitan menciptakan kumpulan risiko yang besar dan
beragam (Mills, 2014). Hampir semua skema asuransi kesehatan yang diterapkan
dinegara ini memerlukan subsidi dari permerintah untuk menopang sistem mereka
(Sachs, 2012).
anggota kelompok berbagi risiko kesehatan secara kolektif. Hal ini akan melindungi
anggota kelompok individu dari pengeluaran kesehatan yang besar dan tidak dapat
diprediksi.
c. Pembelian mengacu pada mekanisme yang digunakan untuk membeli layanan dari
5
Fungsi pembiayaan kesehatan di atas memiliki implikasi yang penting untuk
a. Jumlah dana yang tersedia (saat ini dan di masa depan) dan tingkat layanan esensial
b. Keadilan (ekuitas).
d. Tingkat pooling (subsidi risiko, asuransi) dan pembayaran di muka (ekuitas subsidi).
e. Jumlah dan jenis layanan yang dibeli dan dikomsumsi terhadap dampak kesehatan dan
f. Efisiensi teknis dari produksi layanan (tujuannya adalah untuk menghasilkan setiap
g. Akses fisik dan finansial dan ke layanan oleh populasi (termasukekuitas akses dan
manfaat).
Menurut Gottret & Schieber, 2006; Jaworzyľska, 2016 fungsi pembiayaan di atas
b. Asuransi sosial
c. Asuransi swasta
2019) yaitu sumber utama pendapatan berasal dari pajak langsung, pajak tidak langsung,
dan out of pocket (OOP). Standar anggaran minimal suatu negara yang ditetapkan oleh
6
Tujuannya adalah agar mampu meningkatkan derajat kesehatan dengan dukungan
pembiayaan kesehatan yang kuat. Idealnya suatu negara menganggarkan 15 - 20% dari
APBN. Sejak 2004, anggaran pemerintah untuk kesehatan telah meningkat secara
berjumlah 5% dari total anggaran pemerintah pusat (APBN), sementara untuk anggaran
bergerak sangat dinamis, dari penargetan berbagai program menuju UHC. Sistem UHC
berkembang pesat di Indonesia dan mencakup 203 juta orang. Kini Indonesia dikenal
sebagai pengguna skema pembayar tunggal terbesar di dunia dan telah meningkatkan
1.3 Penutup
7
BAB 2
2.1 Pengantar
Adapun proses pembiayaan kesehatan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
perencanaan, perhitungan kebutuhan biaya, dan penganggaran (Gani 2002; Rajan et al,
2016)
baik dapat mengidentifikasi kegiatan yang akan dibiayai. Gani, et al. (2002) membagi
perencanaan menjadi empat bagian, yaitu analisis situasi, penetapan tujuan, identifikasi
a. Analisis Situasi
masalah kesehatan, dan kemungkinan sumber masalah kesehatan. Kinerja atau sistem
pelayanan dan program kesehatan disusun berupa tren output layanan kesehatan
apakah sesuai dengan target yang ditentukan sebelumnya. Analisis faktor risiko
kesehatan, tetapi tidak berkaitan langsung dengan kejadian penyakit. Analisis faktor
terhadap masalah kesehatan. Salah satu contoh adalah perilaku buang air besar
8
b. Penetapan Tujuan
dua bagian, yaitu outcome atau hasil yang berkaitan dengan tujuan umum dan output
atau target yang berkaitan dengan tujuan khusus. Tujuan umum berkaitan dengan
yang berkaitan dengan perbaikan kinerja program. Output paradigma sehat dilakukan
serta menempatkan kesehatan sebagai input penting dari proses pembangunan. Output
kesehatan kepada seluruh penduduk dan warga negara asing yang tinggal di
Indonesia.
c. Identifikasi Kegiatan
Gani, et al. (2002) menyampaikan bahwa identifikasi kegiatan sangat penting karena
merujuk pada :
1) Rencana operasional
9
3) Menyusun output kegiatan
organisasi)
perlu diperiksa kembali apakah masih adakegiatan yang dapat diintegrasikan menjadi
ekonomi, dan menilai dampak dari sebuah program yang dilaksanakan lembaga milik
pemerintah dan swasata dalam mencegah, mendeteksi, dan mengobati suatu penyakit
a. Traditional Costing
Menurut Gani, et al. (2002) Activity and input based costing and budgeting
nilai moneter.
10
Micro-Costing merupakah metode yang dilaksanakan dengan cara
mengumpulkan data yang lebih terperinci tentang semua sumber daya yang digunakan
dalam pelaksanaan suatu progam dan dapat menjadi salah satu bentuk evaluasi ekonomi
dari program sebelumnya. Micro-costing memberikan hasil yang lebih tepat dan detail
dibandingkan metode penerapan biaya sebelumnya yang biayanya rata-rata relatif lebih
besar dibandingkan data yang seharusnya (Frick, 2009). Di dalam metode micro-costing,
dalam melaksanakan layanan. Hasil perhitungan bahkan dapat dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu perspektif dari penyedia layanan dan perspektif dari pengguna layanan
dengan menggunakan waktu kerja yang hilang ketika menggunakan layanan kesehatan
(seperti waktu tunggu dan waktu layanan). Waktu tunggu yang lama di fasilitas
kesehatan berdampak buruk pada fisik, mental, dan keuangan pasien (2018). Hal ini akan
meningkatkan total biaya kesehatan, baik yang ditanggung penyedia layanan maupun
pengguna layanan karena waktu sembuh semakin lama (Fielden et al, 2005).
sebagai berikut :
berjalan.
11
2) Delegasi penggunaan keuangan yang akan meningkatkan kecepatan
anggaran terpadu berbasis kinerja. Terdapat empat hal yang harus diperhatikan dalam
3) Terpadu dan seimbang antara unit penunjang dan unit layanan, dan
PFM merujuk pada seperangkat hukum, aturan, sistem, dan proses yang
akuntansi, audit internal, dan audit eksternal, diperlukan untuk memastikan aliran
12
MTEF merupakan kerangka penganggaran jangka menengah yang bersifat
dengan kondisi ekonomi makro dan perkiraan pendapatan negara) yang biasanya
MTEF dengan jangka waktu yang berbeda, dari dua hingga limatahun.
bagi fasilitas kesehatan untuk mengelola dana kesehatan secara fleksibel karena
4) Performance Budgeting
kepentingan tidak perlu memiliki terlalu banyak target. Target dapat dibatasi, tetapi
13
adalah kondisi yang paling ekonomis dari pelaksanaan suatu intervensi yang
ditunjukkandengan rasio input dan output pada intervensi (Enrique and Marta, 2020).
Goncharuk, 2017). Ukuran dasar efisiensi dibedakan menjadi dua, yaitu efisiensi
alokatif dan efisiensi teknis. Contoh Penggunaan Input, Output, dan Outcome :
Pada saat diolah menggunakan DEA, model 1 akan menghasilkan indeks efisiensi dari
dari layanan kesehatan. Orientasi pada model 1 adalah input dan output, sedangkan
orientasi pada model 2 adalah ouput dan outcome. Selain pengaruh dari cara
penggunaan input dan menghasilkan output yang maksimal, model 1 (skor efisiensi
dapat berpengaruh terhadap skor efisiensi alokatif (Sihaloho and Siregar, 2019).
2.5 Penutup
Proses pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga tahap, yaitu proses perencanaan,
proses perhitungan biaya, dan proses penganggaran. Ketiganya memiliki peran yang
14
BAB 3
3.1 Pengantar
Pembahasan akan diberikan secara runut, dari prinsip dasar asuransi kesehatan,
masyarakat yang sakit. Secara prinsip konteks asuransi kesehatan berdasarkan sifat
penyelenggaraannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu asuransi kesehatan yang bersifat
tentang risiko menjadi penting, terutama dalam mendefinisikan paket manfaat dan
estimasi tingkat utilisasi atas pertanggungan yang terjadi. Istilah “risiko” digunakan
dalam asuransi untuk kejadian-kejadian yang dapat diasuransikan yang sifatnya bukan
spekulatif. Risiko ini disebut juga pure risk atau risiko murni (Thabrany, 2001).
15
Redja, et.al; Emmet, et.al. 2003 menyatakan berdasarkan prinsip bahwa risiko
adalah peluang (dapat terjadi dan tidak terjadi), terdapat empat kategori manajemen
bahwa program asuransi sosial hanya dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik
Negara (UU No. 2 Tahun 1992). Kepesertaan dalam skema asuransi sosial bersifat
atau usia. Prinsip ini disebut sebagai keadilan sosial (social equity/ social justice)
16
3.2 Peran dan Posisi Skema Jaminan Kesehatan dalam Sistem Kesehatan
Sub bab ini akan mengartikulasikan secara lebih rinci bagaimana kedudukan
Peninjauan kedudukan dan peran skema jaminan kesehatan dalam sistem kesehatan
Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menyebutkan bahwa paket
kesehatan, tetapi secara prinsip bukan merupakan tujuan akhir dari suatu
17
pembangunan kesehatan. input dalam proses pembangunan kesehatan adalah
beberapa komponen dalam Sistem Kesehatan Nasional dengan target yang dicapai
bahwa Universal Health Coverage (UHC) adalah visi dengan semua orang dan
komunitas memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas di mana pun
Kesehatan Sub bab ini akan menekankan telaah kasus yang terdiri dari lima dimensi
Iuaran (PBI) APBD dan Pekerja Bukan Penerima Upah/ PBPU (sektor informal)
telah meningkat sekitar 240% dan 242% dari tahun 2014 hingga 2018,
2. Fasilitas Kesehatan Parameter kedua yang menjadi tolak ukur adalah bagaimana
sakit).
menilai fungsi negara untuk menjamin hak asasi kebutuhan dasar kesehatan.
4. Konsumsi Aspek lain yang menjadi tolak ukur seberapa tinggi pemanfaatan
18
konsumsi layanan dari tahun ke tahun pada setiap kelompoktingkat pendapatan
atau regional.
pengeluaran out of pocket dari pasien sering kali digunakan pada tingkat global
Kesehatan.
3.3 Penutup Dalam praktiknya mandat dari peraturan perundangan yang ada, termasuk UU
No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN, UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, hingga
Perpres No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional diterjemahkan melalui
19
BAB 4
4.1 Pengantar
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-K) yang efektif per Januari 2014
memasuki usia pelaksanaan yang ketujuhtahun. Sebagai salah satu komponen dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN), JKN merupakan instrumen yang penting dalam
menjamin kejadian bencana finansial (financial catastrophic) ketika individu jatuh sakit.
Sebagai salah satu instrumen kebijakan yang menyasar sisi permintaan, JKN berusaha
diberikan oleh pusat layanan Kesehatan setempat. Bab ini akan bertujuan untuk
20
Indonesia. Beberapa bukti empiris akan mencakup faktor penawaran (provider) dan juga
saat ekspansi akses terhadap layanan kesehatan, melalui kebijakan UHC yang
terbesar yang dicapai oleh dunia melalui konsensus tingkat tinggi. perluasan akses
Variasi definisi dari ekuitas dalam pelayanan kesehatan (equityin health care)
telah banyak diusulkan. Pada saat awal konsep ekuitas diperbincangkan di kalangan
ofexpenditure per capita). Definisi kedua adalah “distribusi atau alokasi (layanan
kesehatan) berdasarkan kebutuhan”. Namun, pada awalnya definisi ini tidak menemukan
a. Definisi Kebutuhan Definisi kebutuhan ini secara ekstensif dibahas oleh Norman
21
berpandangan pendekatan dalam definisi kebutuhan layanan kesehatan perlu
dengan tujuan lainnya. Hal ini memungkinkan untuk melihat layanan kesehatan
sebagai hal utama dalam usaha untuk mengembalikan kesetaraan peluang (fair
2) Fungsi unik dari spesies manusia. Layanan kesehatan diperlukan agar seseorang
fungsi-fungsi yang unik yang berkaitan dengan jati diri spesies manusia.
Kesetaraan dalam peluang (fair equality of opportunity). Hal ini merujuk pada
Perbedaan cara pandang ini setidaknya menyimpulkan dua faktor yang penting
Dengan kata lain, jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan
kebutuhan seseorang.
b. Definisi Akses Culyer dan Wagstaff (1993) menginterpretasikan akses dengan lebih
dengan jumlah maksimal konsumsi layanan kesehatan yang sama untuk semua individ
(Equal Access for Equal Need)”. Definisi akses terhadap layanan kesehatan secara
22
hati- hati didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan paket layanan
individu.
pada kuantitas yang dapat diukur secara objektif. Contoh dari equality adalah ketika
dua ibu rumah tangga dengan usia yang sama, Wati dan Rumi, dirawat di suatu rumah
sakit, mendapatkan layanan yang sama persis, dari pemeriksaan fisik, uji
atau tidak dapat dihindari (warranted variation). Salah satu faktor yang tidak dapat
menderita diabetes. Faktor lainnya adalah responsif atau tidaknya seseorang terhadap
terapi.
d. Faktor yang berdampak pada Equal Access for Equal Need : Pertama, faktor
penawaran, misalnya letak dan lokasi geografis setiap individu terhadap pusat layanan
kesehatan. Tentu ada variasi jarak yang tidak sama dan perbedaan ini dapat diterima
utama yang dapat menghalangi akses layanan kesehatan adalah faktor finansial (Kim
et al, 2017). Adanya biaya yang harus dikeluarkan secara mandiri (out of pocket)
23
et al, 2018 ; Wagstaff, Flores, Smitz, et al, 2018; Wagstaff & van Doorslaer, 2000).
Faktor lainnya yang juga berpengaruh terhadap akses adalah informasi, pengetahuan,
Studi dampak JKN terhadap utilisasi dilakukan oleh Erlangga et.al (2019).
Indonesian Family Life Survey (IFLS) pada 2007 dan 2014. Kebijakan JKN
sebesar 1,8% dan 8,2% untuk layanan rawat inap. Kelompoksukarela mengalami
(2014). Dengan data DHS dari 1991 hingga 2012,studi ini melihat tren penggunaan
meningkatdari 22% pada 1986 menjadi 73% pada 2012. Namun, ketimpangan
pengguna juga dapat terlihat. Probabilitas kelompok perempuan terkaya (diukur dari
aset dan distribusi kuantil) untuk melahirkan di fasilitas kesehatan lima kali lebih
Indonesia mulai berkembang dan memiliki arti yang semakinpenting. Peran faktor
supply dalam ketimpangan kesehatan masihterbatas, misalnya belum ada studi yang
24
perlujuga untuk melihat lagi evolusi dari temuan beberapa tahun yang lalu. Untuk itu,
kerja sama antara pembuat kebijakan dan akademisidiperlukan untuk terus meneliti
4.5 Penutup
inefisiensi atau alokasi sumber daya yang tidak optimal. Ketimpangan juga
mengindikasikan disparitas dari apa yang dibutuhkan dengan apa yang tersedia.
BAB 5
5.1 Pengantar
UHC adalah suatu sistem kesehatan dengan setiap orang di dalam masyarakat
memiliki akses yang adil dan merata terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
World Bank (2019) menyebutkan tiga pilar utama yang harus dikedepankan
25
yang efisien dan efektif (efficiency and effectiveness), dan pembiayaan kesehatan yang
keberlanjutan (sustainability).
a. Malaysia
Malaysia memberikan peran yang lebih besar kepada sektor swasta dalam hal
Pemerintah Malaysia sudah mewajibkan tabungan hari tua bagi para pegawai
sejak 1951. Warga juga dijamin oleh Employee Provident Fund (EPF), sedangkan
b. Thailand
Berbagai sistem pembiayaan telah diuji, berawal dari sistem out of pocket sampai
dengan sistem pembiayaan prospektif (Indrayathi PA, 2016). Setelah kebijakan UHC
diperkenalkan pada April 2002, perlindungan kesehatan sosial dibagi ke dalam tiga
skema pembiayaan, yaitu Social Health Insurance for Formal Private Sector (sekitar
15%) untuk menjamin pegawai swasta, Civil Servant Medical Benefit Scheme (7%)
untuk menjamin menjamin pegawai negeri beserta anggota keluargnya, dan UHC
Scheme (sekitar 76%) melalui National Health Security Office/ NSHO (Health
c. Taiwan
Sejak tahun 1995, Taiwan memiliki asuransi sosial wajib (mandatory) yang
disebut National Health Insurance (NHI). Asuransi sosial ini memiliki sistem
pembayaran tunggal (single payer) yang dijalankan oleh pemerintah. Dana bersumber
26
dari premi yang berbasis pajak gaji (payroll tax) dan anggaran pemerintah (Bhisma
d. Jepang
Sejak tahun 1927, Jepang sudah memulai jaminan kesehatan bagi para pekerja
sektor swasta, tetapi manfaatnya masih kurang komprehensif (Fukawa, Tetsuo, 2002).
Health Insurance, Mutual Aid Insurance, dan Advanced Eldery Medical Service
Asuransi atau tidak. Hal ini menyebabkan biaya operasional kesehatan di Amerika
Serikat semakin besar, premi meningkat setiap tahun, mutu pelayanan kesehatan
f. Inggris
ini telah mencapai UHC. Sistemnya dikenal dengan National Health Service (NHS),
yaitu suatu sistem kesehatan yang dikelola oleh pemerintah dan sebagian besar
dananya bersumber dari pajak umum (tax-funded). NHS memberikan hampir semua
jenis pelayanan kesehatan secara gratis, kecuali pembayaran obat yang diresepkan
Pasal 28 H ayat (1) UUD NKRI Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap penduduk
berhak atas pelayanan kesehatan dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
27
pelayanan kesehatan bagi seluruh warga negaranya. Pembiayaan kesehatan di Indonesia
bagi seluruh penduduk (UHC) sesuai amanat UUD 1945, dibentuklah Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional (UU SJSN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada awal 2014 dengan target UHC tercapai
dalam waktu lima tahun. Model pembayaran biaya pelayanan kesehatan dibedakan
menjadi dua sistem, yaitu sistem kapitasi dan Indonesia Case Base Groups (INA
Jamkesmas, pembayaran klaim tahun 2009 sampai dengan akhir 2010 dilakukan
Memasuki tahun ketujuh program JKN telah mencakup 223,4 juta jiwa atau
83% dari jumlah penduduk di Indonesia. Pemanfaatan program JKN juga terus
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan program JKN telah menjadi bagian dari
28
diikuti dengan naiknya biaya pelayanan kesehatan yang menjadi beban program JKN.
dilakukan (public private partnership). Misalnya, salah satu sumber ruang fiskal
yang spesifik untuk kesehatan adalah pinjaman dan hibah dari organisasi
internasional, seperti The Global Fund for AIDS, Tuberculosis, and Malaria
(GFATM) dan Aliansi GAVI. Selain itu, perpajakan alkohol dan konsumsi rokok
Pelayanan Minimal (SPM) dengan lingkup pelayanan yang telah diatur dalam
Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang memuat jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan Pemerintah Wajib yang berhak
diperoleh setiap warga negara. Penerapan SPM bidang kesehatan tidak dapat terpisah
Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang Kesehatan dan Bantuan Operasional Kesehatan
daerah untuk menggunakan DAK Fisik dan Non-fisik untuk pencegahan dan/ atau
penanganan COVID-19 melalui revisi rencana kegiatan. Namundalam hal lainnya, jika
29
penanganan COVID-19 menggunakan DAK Fisik, ini akan menyebabkan perubahan
pada rencana kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Hal ini akan dapat berpotensi
rujukan, dan penguatan intervensi stunting di daerah yang menjadi program Prioritas
Nasional 2020.
5.5 Penutup
bersifat parsial dan tumpang-tindih dan manfaat program yang belum optimal.
30