Anda di halaman 1dari 21

REVIEW BUKU

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) MUTU LAYANAN KESEHATAN

“HAND HYGIENE”

DISUSUN OLEH :

Sri Yuliani Frisilia Dewi


NIM 10012622327011

Dosen Pengampu :
Dr. Haerawati Idris, SKM, MKM

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas anugrah-Nya penulisan
review buku ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan review buku ini hingga bisa
tersusun dengan baik.
Makalah ini saya susun berdasarkan pengetahuan yang saya peroleh selama proses
pembelajaran, dari beberapa buku, pedoman, dan media elektronik dengan harapan orang yang
membaca dapat memahami jurnal tentang pentingnya penerapan manajemen strategis di rumah
sakit untuk menjadi rumah sakit pilihan masyarakat.
Akhirnya, saya menyadari bahwa review ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan review ini di
masa mendatang.

Palembang, Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

Infeksi nosokomial atau healt-care associated infection(Hals) merupakan salah satu

masalah kesehatan yang dialami di berbagai Negara di dunia. Menurut laporan 15 tahunan who

(1995-2010) menunjukan, bahwa di Negara amerika serikat dan Negara Negara eropa yang

memiliki tingkat ekonomi yang tinggi, kasus Hals ini masih terjadi. Di eropa tercatat angka

prevlensi sebesar 7,1 persen atau lebih dari 4 juta orang terinfeksi HAIs, sedangkan di amerika

serikat angka prevalensi sebesar 4,5 persen atau telah tercatat 1,7 juta kasus.

Pada kategori negara-negara dengan tingkat ekonomi menengah-bawah, angka

incidence rate lebih besar dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki tingkat ekonomi

yang tinggi yakni sebesar 13,0 hingga 20,3 kasus/1.000 pasien-hari. Menurut laporan WHO,

negara dengan angka prevalensi tertinggi untuk kategori negara ekonomi menengah ke bawah

terjadi pada Albania (19,1 persen), Mali (18,7 persen), Tunisia (17,9 persen), Maroko (17,8

persen), dan Serbia (17,4 persen). Adapun angka prevalensi HAIs di Indonesia menurut laporan

WHO (2010) tercatat sebesar 7,1 persen, angka ini hampir dua kali lebih rendah dibandingkan

dengan negara tetangga kita Malaysia yakni sebesar 14 persen.

Pemerintah Indonesia masih belum optimal dalam upaya pencatatan surveilens terkait

Healthcare-associated infection ini secara spesifik. Data terkait kasus infeksi ini (seluruh kasus

infeksi ) di jadikan satu table secara keseluruhan, sehingga pembaca harus menggali informasi

mengenai Healthcare-associated infections melalui artikel-artikel penelitian terkait. Masih

tingginya angka prevalensi HAls di Indonesia berbanding lurus dengan rendahnya angka

kepatuhan petugas medis dalam melaksanakan prosedur hand hygiene di Indonesia. Menurut

WHO salah satu cara yang paling tepat untuk mencegah teerjadinya kasus infeksi di rumah

4
sakit adalah dengan melakukan hand hygiene yang baik dan benar sesuai dengan panduan yang

telah di sampaikan oleh WHO.

5
BAB 2

DEFINISI, MANFAAT, DAN URGENSI

A Definisi Hand Hygiene

Hand hygiene merupakan teknik dasar yang paling penting dalam upaya

pencegahan dan pengendalian penyakit terutama penyakit infeksi. Hand hygiene

merupakan cara mencuci tangan dengan membasahi kedua tangan pada air mengalir yang

bertujuan untuk menghilangkan kuman yang menempel di tangan dan menghindari

penyakit.

Hand hygiene merupakan istilah yang dipakai untuk mencuci tangan, baik

menggunakan antiseptik pencuci tangan ataupun menggunakan hand rub antiseptik.

Antiseptik merupakan zat kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya multiplikasi

mikroorganisme pada permukaan tubuh dengan cara menghambat pertumbuhan dan

aktivitas metabolik serta membunuh mikroorganisme.

Pedoman mencuci tangan dan antisipasi tangan yang di terbitkan oleh association

for professionals in infection controls (APIC) pada 1988 dan 1995. Kemudian, pada 2009

WHO mengeluarkan global patient safety challenge dengan cara clean care is safe care

yang merupakan rumusan inovasi strategi dalam penerapan hand hygiene untuk petugas

medis dan petugas kesehatan dengan my five moments for hand hygiene.

Praktik hand hygiene telah terbukti secara ilmiah bahwa apabila di lakukan dengan

benar, maka secara signifikan akan mengurangi resiko terjadinya infeksi terutama bagi

petugas kesehatan di fasilitas kesehatan, namun dalam praktiknya hand hygiene secara

umum hanya di lakukan sebesar 40 persen oleh tenaga kesehatan.

6
BAB 3

METODE HAND HYGIENE

Hand hygiene merupakan salah satu faktor penting dalam standar operasional

prosedur sanitasi(SOPS). Menurut world health organization (WHO) dan center for disease

control (CDC) terdapat dua metodehand hygiene, yaitu menggunakan air dan sabun serta

menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol. Kedua metode tersebut memiliki kekurangan

dan kelebihan masing masing.

Menurut World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control (CDC)

terdapat dua metode hand hygiene, yaitu menggunakan air dan sabun serta serta menggunakan

hand sanitezer berbasis alkohol. Kedua metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan

masing-masing.

A. Hand Wash Atau Mencuci Tangan Menggunakan Air Mengalir Dan Sabun

1. Kelebihan

a. Sistem umum untuk semua penggunanya

b. Murah

2. Kekurangan

a. Tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan

b. Pemboros air

c. Tingkat kebersihan tangan tergantung pada cara, langkah dan lama mencuci tangan.

7
B. Hand Rub atau Mencuci Tangan Dengan Hand Sanitizer

Hand rub atau mencuci tangan menggunkan hand sanitizer berbasis alcohol

merupakan alternatif dalam menjaga kebersihan tangan ketika persediaan air tidak ada

hand sanitizer banyak digunakan di berbagai fasilitas, terutama fasilitas kesehatan.

1. Kelebihan

a. Murah

b. Mempersingkat waktu dalam membersihkan tangan

c. Efektif dan efesien

d. Tidak membutuhkan air

e. Mudah di akses dan di bawa kemana saja

2. Kekurangan

a. Tidak menghilangkan kotoran secara menyeluruh (seperti tangan yang kotor terkena

tanah)

b. Tidak menghilangkan semua patogen di tangan

c. Membutuhkan jumlah yang banyak agar lebih efektif dalam penggunaannya

d. Dapat merusak kulit.

8
BAB 4

LANGKAH LANGKAH HAND HYGIENE MENURUT

WORLDHEALTH ORGANIZATION

Menurut world health organization (2009), air saja tidak cukup dapat secara langsung

menghilangkan zat hidrofobik seperti lemak dan minyak seperti yang sering ada di tangan yang

kotor.

Menurut kementerian kesehatan RI (2020), agar petugas mencuci tangan dengan benar,

fasilitas kesehatan harus memenuhi tiga komponen berikut :

1. Mewajibkan petugas mencuci tangan sesuai dengan rekomendasi WHO atau pemerintah.

2. Memastikan bahwa tenaga kesehatan mencuci tangan pakai sabun dan air.

3. Menjamin tersedianya peralatan yang diperlukan agar seluruh pihak dapat mematuhi

protokol.

A. Kebersihan Tangan Dengan Antiseptik Berbasis Alkohol

Antiseptik merupakan bahan kimia yag dapat mencegah bertambahnya organisme

yang ada pada permukaan tubuh, dengan cara membunuh atau meghambat pertumbuhan

dan aktivitas metabolik dari mikroorganisme tersebut. Umumnya konsentrasi dari bahan

yang digunakan untuk antiseptik lebih rendah dari desinfektan .alkohol dapat bekerja

maksimal pada kisaran 60-80 persen dan itu merupakan kosentrasi yang terbaik sebagai

antiseptik karena konsentrasi alkohol yang lebih tinggi dapat mengurangi kemampuannya

dalam mendenaturasi protein karena denaturasi protein membutuhkan air.

Keuntungan menggunakan antiseptik berbasis alkohol :

1. Eliminasi sebagian besar kuman (termasuk virus)

2. Waktu yang dibutuhkan lebih singkat (20-30 detik)

9
3. Produk mudah tersedia di tempat perawatan

4. Tolerabilitas kulit yang baik

5. Tidak memerlukan infrastruktur lain seperti jaringan suplay,air bersih, westafel,

sabun,dan handuk tangan (pengering).

Kelemahan Menggunakan Antiseptik Berbasis Alkohol

1. Apabila tangan terlihat kotor, pembersihan menggunakan alkohol tidak berhasil karena

tidak melunturkan dan membasuh kotoran seperti mencuci tangan menggunakn air dan

sabun.

2. Biaya alkohol cenderung lebih maham di bandingkan dengan sabun pencuci tangan .

B. Kebersihan Tangan Dengan Air dan Sabun

Mencuci tangan dilakukan dengan air sabun, jika kondisi tangan terlihat kotor

seperti kotor dengan darah atau cairan tubuh lainnya, atau terbukti terpapar organisme

pembentuk spora atau setelah menggunakan WC.

C. Kebersihan Tangan Dalam Persiapan Cuci Tangan Bedah

Ada tiga langkah yang disarankan dalam persiapan tangan bedah yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air panas, sabun obat dan menyikat selama 3 menit

2. Mengoleskan etanol 90 persen selama 3-5 menit menggunakan kuas khusus

3. Bilas tangan dengan cairan antiseptik.

D. Teknik Persiapan Cuci Tangan Bedah Dengan Formulasi Hand Rub Berbasis

Alkohol

10
Teknik menggosok tangan untuk persiapan tangan bedah harus dilakukan pada

tangan yang benar-benar bersih dan kering. Setibanya di ruang operasi dan setelah

mengenakan pakaian teater (topi/kap, mesin dan masker) tangan harus dicuci dengan

sabun dan air. Setelah operasi saat melepas sarung tangan, tangan digosok dengan

formulasi berbasis alkohol atau dicuci dengan sabun dan air, jika ada sisa bedak atau cairan

biologis (misalnya sarung tangan bocor).

E. Kebersihan Tangan Guna Mencegah Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial yakni infeksi yang didapatkan seseorang selama di rumah sakit.

Tiga cara yang dilaksanakan sesuai dengan keperluan yaitu :

1. Cuci tangan hiegienis atau rutin, berfungsi untuk mengurangi kotoran dan flora yang

berada di tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen tanpa harus merusak kulit

2. Cuci tangan eptik, dilakukan sebelum melakukan prosedur aseptik pada pasien dengan

menggunakan antiseptik

3. Cuci tangan bedah (surgical handscrub), dilakukan pada saat sebelum melakukan

tindakan bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikat yang steril.

F. Cara Penularan Infeksi Nosokomial

Ada empat cara penularan infeksi nosokomial yaitu :

1. Kontak langsung antara pasien dengan petugas kesehatan yang merawat atau menjaga

pasien

2. Kontak tidak langsung saat objek dalam kondisi lemah dalam lingkungan menjadikan

kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau tidak di sterilkan, seperti perawatan luka pasca

operasi

3. Penularan melalui droplet infection, di mana kuman berada di udara

11
4. Penularan melalui vektor yaitu penularan melalui hewan/ serangga yang membawa

kuman.

12
BAB 5

PROMOSI HAND HYGIENE

A. Promosi

Dalam lingkup organisasi pelayanan kesehatan , kegiatan promosi sering di sebut

dengan promotional mix, yang merupakan personall selling, mass selling, promosi

penjualan di rect marketing (penjualan langsung) .

1. Personal Selling

Personal selling , yaitu suatu bentuk komunikasi secara langsung (tatap

muka)antara penjual dan pelanggan yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu

produk kepada pelanggan.

2. Mass Selling

Mass selling merupakan pendekatan dengan melibatkan media komunikasi yang

berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam suatu waktu

tertentu.metode mass selling ini tidak seflesibel metode personal selling, namun metode

ini menjadi alternatif yang lebih hemat untuk dapat menyampaikan informasi ke

khalayak yang sangat banyak jumlahnya.

3. Promosi Penjualan

Promosi penjualan merupakan salah satu bentuk persuasi langsung lewat

penggunaan sebagai insentif yang bisa di atur agar merangsang pelanggan untuk segera

melakukan pembelian atau meningkatkan jumlah yang di beli.

13
4. Direct Marketing

Direct marketing merupakan sebuah system pemasaran yang sifat nya interaktif

dalam memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk memunculkan respon yang

terukur atau transaksi di sembarang tempat.

14
BAB 6

MEMBANGUN BUDAYA HAND HYGIENE DI TEMPAT KERJA

A. Budaya Kerja

Budaya kerja sudah lama dikenal oleh manusia,namun belum disadari bahwa suatu

keberhasilan kerja itu berakar pada nilai nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi

kebiasaannya. Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubahcsikap dan perilaku SDM

yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai di masa

yang akan datang.faktor budaya sangat mempengaruhi sikap terhadap kebiasaan mencuci

tangan dalam komunitas yang semakin multikutural dan mengglobal yang merupakan

penyediaan layanan kesehatan saat ini,kesadaran budaya belum optimal untuk menerapkan

praktik yang baik sesuai dengan perkembangan ilmiah. Penularan penyakit dapat terjadi di

tempat kerja, infeksi penyakit pada pekerja adalah masalah yang sangat besar bagi

keselamatan penerima layanan yang dampak nya dapat memperluas penyebaran penyakit

menular.

Perawatan terhadap HAIs merupakan salah satu komplikasi yang berdampak serius

juga memakan biaya yang sangat besar baik dari segi fasilitas pelayanan kesehatan maupun

pasien.pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit merupakan salah satu indicator

patient safety. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan merupakan salah

satu saran keselamatan pasien berdasarkan standar akreditasi rumah sakit.

15
BAB 7

STRATEGI WORLD HEALTH ORGANIZATION TERKAIT

HAND HYGIENE

Salah satu komponen penting sebagai indicator mutu pelayanan di rumah sakit adalah

kejadian infeksi yang dapat di cegah melalui penerapan hand hygiene five mo ment

peningkatan kebersihan tangan yang berkelanjutan akan tercapai dengan menerapkan berbagai

tindakan untuk mengatasi berbagai permasalahan dan hambatan dalam melakukan hand

hygiene.

Pelatihan kebersihan tangan merupakan salah satu fungsi pengarahan dari manajemen

.fungsi pengarahan yang berkaitan dengan kebersihan tangan dapat di berikan dengan

memberikan motivasi ke pada para perawat, membantu untuk selalu memperbaiki

keterampilan sesuai dengan visi dan misi intasi pelayanan kesehatan,menjadi mentor bagi

perawat pada saat memberikan bimbingan dan arahan.

Evaluasi merupakan komponen penting dari kegiatan promosi kesehatan yang harus

dilakukan dengan integritas yang baik. Evaluasi bertujuan untuk melihat keberlangsungan

perilaku yang di harapkan .

16
BAB 8

PEDOMAN HAND HYGIENE BAGI TENAGA KESEHATAN

DIINDONESIA

Menurut standar nasional akreditasi rumah sakit (SNARS) hand hygiene atau cuci tangan

merupakan proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan

dengan memggunakan sabun dan air. Hand hygiene di lakukan dengan cara mecuci tangan

menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh , atau

menggunakan alcohol (alcohol –besed handrubs) bila tangan tidak tampak kotor.

Air bersih merupakan air yang dapat di minum serta di gunakan pemakaian lainnya

(misalnya mencuci tngan dan membersihkan instrument medis) yang secara alami atau

kimiawi di bersihkan dan di saring, sehingga aman untuk di gunakan dan juga telah memenuhi

standar kesehatan yang telah di tetapkan.

17
BAB 9

PENELITIAN TERKAIT KEPATUHAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI

FASILITAS KESEHATAN

WHO dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial yang dapat dilakukan oleh tenaga

keehatan adalah dengan mengingkatkan kemampuan dalam menerapkan kewaspadaan standar

(standard precautioin) dengan komponen utamanya merupakan salah satu metode paling

efektif untuk mencegah penularan patogen berkaitan dengan pelayanan kesehatan adalah

dengan melakukan praktik kebersihan tangan (hand hygiene), bahkan sejak tahun 2009 WHO

juga telah mengeluarkan pedoman hand hygiene khusus fasilitas kesehatan.

Menurut laporan WHO tahun 2012 menunjukan bahwa lebih dari 2.000 fasilitas

kesehatan di 69 negara sekitar 65 persen fasilitas kesehatan telah menerapkan hand hygiene

dengan baik namun 35 persen masih rendah dalam melakukan penerapan hand hygiene.

Adapun laporan WHO tahun 2014 menyatakan bahwa sekitar 70 persen tenaga kesehatan dan

50 persen tenaga kesehatan yang bertugas di ruang operasi tidak rutin dalam menerapkan hand

hygiene.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa kepatuhan tenaga kesehatan

dalam menerapkan hand hygiene sangat penting di lakukan, namun beberapa penelitian

menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan penerapan

hand hygiene oleh tenaga kesehatan yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, motivasi, ketersediaan

fasilitas serta supervisi di fasilitas kesehatan.

18
BAB 10

PENUTUP

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang cara penularannya di sebarkan melalui

rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan. Selain itu, infeksi nosokomial ini juga di kenal

dengan sebutan health-care associated infection (HAIs). Infeksi ini dapat muncul dan

menginfeksi pasien sekurang kurang nya 3x24 jam sejak pasien mulai di rawat, dan bukan

merupakan infeksi dari kelanjutan perawatan sebelumnya.

Dalam penerapan hand hygiene pada petugas medis yang menangani pasien secara

langsung, adapun lima momen atau saat kapan sebaiknya petugas medis mencuci tangan nya

menurut WHO, yakni ; sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan tindakan

aseptic, setelah bersentuhan dengan cairan dari tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan tubuh

pasien, setelah keluar dari lingkungan/ruangan pasien.

Adapun 6 langkah mencuci tangan menurut WHO adalah gosokan telapak tangan

lainnya, gosok punggung tangan menggunakan telapak tangan secara bergantian, gosok sela-

sela jari, usap-usap punggung jari dengan gestur mengunci, bersihkan jempol kan dan kiri

bergantian dengan cara di gosok memutar, bersihkan ujung jari atau bagian kuku dengan cara

menguncup.

19
DAFTAR PUSTAKA

Idris, Haerawati. 2022.HAND HYGIENE; Panduan bagi Petugas Kesehatan.INDONESIA:

KENCANA.

20
21

Anda mungkin juga menyukai