Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

A. Introduction manajemen keuangan


Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional
dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana,
memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan.
Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut
empat (4) aspek yaitu:
1. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, dimana manajer
keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut
bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.
2. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai
keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan
dengannya.
3. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain di
perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin
4. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal, manajer
keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana
dana dapat diperoleh dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer
keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaannya.

Fungsi dan Tanggung Jawab Manajer Keuangan


Manajer Keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa yang
telah dilakukannya. Ada pun keputusan keuangan yang menjadi tanggung jawab
manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis:
1. Mengambil keputusan investasi (investment decision)
Menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari sekolompok
kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai
paling menguntungkan.
2. Mengambil keputusan pembelanjaan (financing decision) Menyangkut
masalah pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk
melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang
menimbulkan biaya paling murah.
3. Mengambil keputusan dividen (dividend decision) Menyangkut masalah
penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai
dividen tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen,
pembagian saham dividen dan pembelian kembali sahamsaham.

Tujuan dari Manajemen Keuangan (The Main Objective of Financial


Management)
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham atau memaksimumkan nilai perusahaan, bukan memaksimumkan profit.
Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung jawab social,
mengabaikan risiko, dan berorientasi jangka pendek. Sedangkan arti
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan sebagai
berikut:
1. Berarti memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan di
masa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.
2. Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba bersih dalam
pengertian akuntansi.

Lingkungan Keuangan
Aspek lingkungan yang penting dipahami para manajer keuangan adalah sektor
keuangan di bidang perekonomian, yang terdiri dari pasar keuangan (financial
markets), lembaga keuangan (financial institutions) dan instrumen keuangan
(financial instruments).
1. Pasar keuangan, menunjukkan pertemuan antara permintaan dan
penawaran akan aktiva finansial (financial asset) atau sering disebut sebagai
sekurities. Sekurities adalah secarik kertas (surat) yang mempunyai nilai
pasar karena surat tersebut menunjukkan klaim atas aktiva riil perusahaan
(misalnya mesin-mesin, pabrik, bahan baku, barang dagangan, merek
dagang, dll.)
2. Lembaga keuangan yaitu lembaga yang berperan sebagai lembaga
intermediary (financial intermediation) dengan mempertemukan unit surplus
dengan unit defisit. Contoh lembaga keuangan dalam sistem moneter adalah
Bank sentral, Bank pencipta uang giral/bank umum. Lembaga keuangan dan
di luar system moneter (bank bukan pencipta uang giral/BPR), lembaga
pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun, lembaga di bidang pasar
modal, dll.
3. Instrumen Keuangan, contohnya adalah uang, saham, hutang, dan surat
berharga di pasar uang dan pasar modal lainnya.

B. Fungsi dan pernanan manajemen keuangan di pelayanan kesehatan

Contoh MANAJEMEN KEUANGAN DI RS.


Pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien di RS membutuhkan keterlibatan
berbagai pihak. Dukungan tersebut dimulai dengan proses analisis yang berasal
dari pelaporan data dan informasi akuntansi/keuangan yang dilakukan oleh staf,
hingga kemampuan pihak manajemen dalam menggunakan informasi tersebut
dalam membantu proses pengambilan keputusan.

Tujuan Manajemen Keuangan dalam Organisasi RS


Tujuan manajemen keuangan organisasi pelayanan kesehatan termasuk RS,
secara umum adalah menyediakan informasi akuntansi dan keuangan yang
membantu para manajer untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Berikut
adalah beberapa tujuan manajemen keuangan di RS;
1. Memfasilitasi hubungan organisasi dengan pihak pembayar. Manajemen
keuangan harus bersifat responsif pada pembayar pihak ketiga dan
memperlakukan pembayar pihak ketiga sebagai customer dalam konteks
ekonomi karena pihak ketiga merupakan pihak pembayar tagihan. Pada saat
yang bersamaan, manajemen keuangan harus memperhatikan pasien
sebagai customer dalam konteks pelayanan karena pasien memiliki
pengaruh terhadap pembayar pihak-ketiga, dan dalam beberapa kasus,
bertanggung jawab secara parsial atas tagihan.
2. Memonitor potensi kerugian keuangan atas kealpaan pola pelayanan.
Secara tidak sadar, proses pelayanan yang kurang di RS dapat
menyebabkan terjadinya pengeluaran RS secara berlebihan. Manajemen
keuangan RS harus memastikan, melalui proses kajian penggunaan, bahwa
pola pelayanan dokter konsisten, tidak hanya sesuai dengan kebutuhan
pasien tetapi juga sesuai dengan kesepakatan tentang layanan yang akan
dibayar oleh pasien dan pihak ketiga (asuransi).
3. Melindungi status pajak organisasi. Organisasi RS yang for-profit mencari
jalan untuk mengurangi tanggungan pajaknya, dan organisasi RS yang non-
profit mencari jalan untuk melindungi status pajak mereka dari upaya negara
untuk mencari sumber pendapatan baru. Karena itu, manajemen keuangan
harus paham betul tentang peraturan perpajakan yang ada.

Mengelola biaya Pelayanan

Bagi perusahaan asuransi kesehatan, pemilihan obat dengan harga murah


sangat penting. Penanggung membuat daftar obat yang mereka mau bayar
dan pedoman pengobatan untuk dokter kontrak mereka. Penanggung
kemudian menggunakan perangkat lunak untuk melacak penggunaan per
dokter, pilihan tes dan perawatan yang dilakukan untuk memastikan sudah
sesuai dengan panduannya. Efektivitas biaya sangat penting bagi perusahaan
asuransi dalam pengelolaan keuangannya. Sehingga membutuhkan
pengetahuan medis yang signifikan. Perusahaan asuransi menginginkan
perawatan yang dilakukan dengan biaya rendah. Di sisi lain RS hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen RS termasuk manajemen
keuangan. Mengelola biaya pelayanan menjadi pusat perhatian manajemen
keuangan tanpa mengurangi kualitas layanan.

C. konsep manajemen keuangan pada orang pelkes

Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh


suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi
dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan (Ryans).
Dari pengertian diatas maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut
yakni:

1. Penyedia pelayanan kesehatan


Biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan kesehatan adalah
besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan
upaya kesehatan.
2. Pemakai jasa pelayanan kesehatan
Biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.

Beberapa manfaat manajemen keuangan dalam mengatur penyebaran dan


pemanfaatan dana banyak macamnya, yang umumnya berkisar pada:
1. Peningkatan efektivitas
Peningkatan efektivitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau
alokasi penggunaari sumber dana. Berdasarkan pengalarnan yang dimiliki,
maka alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan yang
menghasilkan dampak vang lebih besar, misalnya mengutamakan upaya
pencegahan, bukan pengobatan penvakit.
2. Peningkatan efisiensi
Peningkatan efisiensi dikaitkan dengan memperkenalkan berbagai
mekanisme pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud
antara lain :
a. Standar minimal pelayanan
Dengan disusunnya standar minimal pelayanan (minimum stein clard)
akan dapat dihindari pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam
standar minimal yang sering dipergunakan yakni:
b. Standar minimal sarana
Contoh standar minimal sarana ialah standar minimal rumah sakit dan
standar minimal laboratorium.
c. Standar minimal tindakan
Contoh standar minimal tindakan ialah tata cara pengobatan dan
perawatan penderita, dan daftar obat-obat esensial.
Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja pemborosan
dapat dihindari dan dengan demikian akan dapat ditingkatkan efisiensinya,
tetapi juga sekaligus dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai
mutu pelayanan.
Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi ialah
memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan
kesehatan. Sebagaimana telah disebutkan, ada dua bentuk kerjasama
yang dapat dilakukan yakni:
1. Kerjasama institusi: Misalnya sepakat secara bersama-sama membeli
peralatan kedokteran yang mahal (cost sharing) dan jarang
dipergunakan. Dengan pembelian dan pemakaian bersama ini dapat
dihematkan dana yang tersedia serta dapat pula dihindari penggunaan
Peralatan yang rendah (under utilization). Dengan demikian. Efisiensi
juga akan meningkat.
2. Kerjasama sistem: Bentuk kerjasama sistem Yang Paling Populer ialah
sistem rujukan, Yakni adanya hubungan kerja sama timbal balik antara
satu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.

D. ANALISIS KEUANGAN
Contoh analisis alaporan keuangan “MOTOTOMPIAAN” DESA POYUYANAN
KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Volume produksi, Harga, dan Hasil Penjualan

Neraca
Neraca pada industri pengolahan cokelat di laporkan pada akhir tahun. Berikut

Berikut adalah perubahan - perubahan yang terjadi dalam pos-pos neraca :


Sisi aktiva :
1. Kas meningkat sebesar Rp 5000.000 yaitu peningkatan pada tahun 2013
sebesar Rp10.000.000 menjadi Rp 15.000.000 pada tahun 2014
2. Persediaan barang dagang tidak ada hal ini di sebabkan karena persediaan
barang dagang tergantung pada permintaan.
3. Tanah dan bangunan 0 karena tanah dan bangunan di hibahkan oleh PWS-ADB
dan PT. PLN Persero
merupakan neraca pada tahun 2013 dan 2014. Berikut adalah perubahan –
perubahan yang terjadi dalam pos-pos neraca :Sisi aktiva :
1. Kas meningkat sebesar Rp 5000.000 yaitu peningkatan pada tahun 2013
sebesar Rp10.000.000 menjadi Rp 15.000.000 pada tahun 2014
2. Persediaan barang dagang tidak ada hal ini di sebabkan karena persediaan
barang dagang tergantung pada permintaan.
3. Tanah dan bangunan 0 karena tanah dan bangunan di hibahkan oleh PWS-ADB
dan PT. PLN Persero
4. Kendaraan dengan harga beli sebesar Rp.60.000.000 mengalami penyusutan di
tahun 2013 sebesar Rp.500.000 dan di tahun 2014 sebesar Rp.250.000

Sisi passiva :
1. Hutang bank 0 karena perusahaan tidak memiliki hutang.
2. Modal suda termasuk kas sebesar Rp. 10.000.000 dan jumlah aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan yaitu 1 kendaraandengan harga Rp.60.000.000 dan sudah di
hitung dengan biaya penyusutan sebesar Rp.500.000 sehingga total modal di
yang di miliki industri ini di tahun 2013 sebesar Rp.69.500.000. kemudian di
tahun 2014 modal meningkat sebesar Rp. 74.750.000 di karenakan kas
meningkat sebesar Rp.5000.000 sehingga jumlah kas sebesar 15.000.000 dan
aktiva tetap 59.750.000 sudah termasuk dengan biaya penyusutan sehingga
modaldi tahun 2014 sebesar Rp. 74.750.000

Laporan Laba/Rugi
Laporan laba/rugi berisi jumlah pendapatan yang di peroleh dan jumlah biaya yang
di keluarkan. Dalam laporan laba/rugi dari industri pengolahan cokelat merupakan
laporan yang terdiri dari penghasilan dan biaya perusahan dalam

Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos laporan laba/rugi :


1. Penjualan meningkat sebesar Rp 2.640.000 hal ini di sebabkan penjualan pada
tahun 2013 hanya tergantung pada permintaan.
2. Harga pokok penjualan meningkat Rp. 2.782.000 dikarenakan meningktannya

Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos laporan laba/rugi :


1. Penjualan meningkat sebesar Rp 2.640.000 hal ini di sebabkan penjualan pada
tahun 2013 hanya tergantung pada permintaan.
2. Harga pokok penjualan meningkat Rp. 2.782.000 dikarenakan meningktannya
biaya-biaya seperti biaya pengemasan, biaya bahan baku dan biaya-biaya
lainnya.
3. Laba kotor ditahun 2013 Rp.11.496.000 dan meningkat sebesar Rp.175.000
sehingga laba kotor di tahun 2014 sebesar Rp.11.671.000

4. EBIT di tahun 2013 sebesar


Rp.2.671.000dan di tahun 2014 mengalami kerugian sebesar 575.000 sehingga
di tahun 2014 hanya sebesar Rp.2.096.000.
5. EAIT di tahun 2013 sebesar Rp.2.671.000 dan tahun 2014 sebesar
Rp.2.096.000.
hal ini EAIT di tahun 2013 dan 2014 tidak mengalami perubahan karena
perusahaan ini belum di perhitungkan bunga dan pajak. Sehingga hasil EAIT
sama dengan EBIT.
6. Tahun 2013 dan 2014 tidak ada biaya bunga dan pajak.

Ratio Profitabilitas
Dari pengukuran ratio profitabilitas dapat dilihat kondisi dan posisi perusahaan yang
terlihat pada tabel Hasil pengukuran Ratio Profitabilitas tahun 2013 dan 2014

Ratio Profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari industri


pengolahan cokelat. Hasil pengukuran dapat di jadikan alat evaluasi kinerja
manajemen, untuk menentukan keberhasilan target untuk periode atau beberapa
periode. Untuk mengukur tingkat keuntungan usaha ini dengan menggunakan jenis
ratio profit margin, ROI, dan ROE. Standar industri untuk gross profit margin adalah
30% Net profit Margin adalah 20% ROI adalah 30% dan ROE adalah 40% Hasil
pengukuran berdasarkan laporan keuanagan laba rugi dan neraca menunjukkan
bahwa hasil untuk Gross Profit Margin yaitu laba yang relatif terhadap perusahaan,
rata-rata industri untuk gros frofit margin adalah 30%. hasil pengukuran
menunjukkan bahwa pada tahun pada tahun 2013 sebesar 57% dan 2014 sebesar
51% Artinya perusahaan ini dalam keadaan baik. Tetapi untuk hasil pengukuran Net
Profit tahun 2013 dan 2014 hasilnya menunjukkan di bawah rata- rata industri
artinnya industri ini tidak mampu dalam mendapatkan keuntungan.
Hasil pengukuran untuk ROI di tahun 2013 menunjukkan bahwa tingkat pengambilan
investasi yang di perolehnya hannya sebesar 0,034%. Kemudian di tahun 2014
hanya sebesar 0,035%. Artinnya, hasil pengambilan investasi bertambah 0,01% dan
ini menunjukkan ketidakmampuan manajeman untuk memperoleh ROI. Dengan
perhitungan ROE tahun 2013 menunjukkan bahwa tingkat pengambilan investasi
yang di perolehnya sebesar 0,034%. Kemudian tahun 2014 menjadi 0,035%.
Artinnya hasil pengambilan invetasi bertamba sebesar 0,01% dan ini menunjukkan
ketidakmampuan manajemen untuk memperoleh ROE seiring dengan menurunnya
ROI. Ini menunjukkan kondisi perusahaan tidak baik karena keduannya di bawah
rata-rata industri.

E. Analisa Rasio Keuangan


contoh
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI DASAR DALAM PENILAIAN
KINERJA KEUANGAN PT. BUDI SATRIA WAHANA MOTOR

Pengertian Analisis Laporan Keuangan


Menurut Munawir (2010:35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan
keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan
tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil
operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat
dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan
perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data
keuangan serta kecenderungan terdapat dalam suatu laporan keuuangan, sehingga
analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan
analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan
melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu
keputusan yang akan diambil. Sedangkan pengertian analisis laporan keuangan
menurut Harahap (2006: 190) adalah sebagai berikut: “analisis laporan keuangan
yaitu menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif maupun data non-
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang sangat tepat”.

Rasio Keuangan
Menganalisis laporan keuangan berarti mengevaluasi tiga karakteristik dari
perusahaan, yaitu likuiditas, aktivitas, solvabilitas, profitabilitas yang menjadi faktor
prnting yang harus diperhatikan oleh penganalisa.
1. Likuiditas menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih.
2. Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
3. Solvabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik kewajiban keuangan
jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Aktivitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk mengukur seberapa efektif
hasil guna perusahaan menggunakan sumber dayanya. Secara umum,rasio
keuangan dibagi menjadi 4 jenis, antara lain: rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

Rasio Likuiditas

Pengertian rasio likuiditas menurut Darsono, et al. (2004: 51) adalah rasio yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek. Menurut Astuti (2004: 31), posisi likuiditas perusahaan menunjukan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas
berhubungan dengan masalah kepercayaan kreditor jangka pendek kepada
perusahaan yang ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancer. Rasio likuiditas,
antara lain sebagai berikut:
1. Rasio Lancar / Current Ratio
Rasio lancar adalah pengukuran yang digunakan secara luas untuk
mengevaluasi likuiditas perusahaan dan kemampuan membayar utang jangka
pendek menurut Weygandt, et al. (2008: 396).

2. Rasio Cepat / Quick Ratio


Harahap (2006: 302) mengatakan bahwa rasio ini menunjukan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Menurut
Darsono, et al. (2004: 74),rasio cepat mengukur kemampuan aktiva lancar
minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar.
3. Cash Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemapuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo.Menurut Sutrisno (2009 : 216),
menjelaskan bahwa Cash Ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas
dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar.

Rasio Solvabilitas

Menurut Raharjaputra (2009: 200), rasio solvabilitas mengukur sejauh mana


perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri yang
telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur. Menurut Weygandt, et
al. (2008: 406), rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk bertahan
slama periode waktu yang panjang. Sutrisno (208: 3) membagi rasio solvabilitas
menjadi empat macam, yaitu:
1. Debt to Equity Ratio. Rasio hutang dengan modal sendiri merupakan imbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.

2. Debt Ratio. Ratio ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
modal yang berasal dari kreditur

Rasio Profitabilitas

Astuti (2004: 36) mengemukakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu


perusahaan untuk menghasilkan laba dan satu-satunya ukuran profitabilitas yang
paling penting adalah laba bersih. Menurut Harahap (2006: 304) rasio profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
1. Net Margin Ratio. Ratio ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan
yang diperoleh dari penjualan, dengan membagikan antara laba bersih setelah
pajak dengan penjualan.

2. Return on Equity. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.

3. Return on Investement. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan


untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutupi investasi
yang digunakan.

Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas menurut Raharjaputra (2009: 199) yaitu rasio yang mengukur
seberapa efektif (hasil guna) perusahaan menggunakan sumber dayanya. Menurut
Harahap (2006: 308) rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinnya, baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan
kegiatan lainnya.

Hasil analisa keuangan pada “MOTOTOMPIAAN” DESA POYUYANAN


KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Analisis Ratio
Analisis ratio dimaksudkan sebagai gambaran suatu hubungan atau perbandingan
dari jumlah pos tertentu dengan jumlah pos lain, sehingga dapat memberikan
gambaran kepada pihak lain tentang baik buruknya posisi keuangan yang
diperbandingkan dengan ratio standart.
Ratio Likuiditas, Berikut ini adalah analisa rationya:

- Current ratio

Keadaan current ratio untuk PT.Budi Satria Wahana Motor menunjukan kenaikan
dari tahun 2009 ke tahun 2012 sebesar 19,11 % (96,59 – 77,48 %), hal ini
disebabkan karena aktiva lancar naik sebesar Rp. 1.075.860.821 atau sebesar
121,73 % tetapi hutang lancer hanya naik sebesar Rp. 888.196.124 atau naik
sebesar 77,86%. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 current ratio naik sebesar 8,54 %
(105,13% - 96,59%), hal ini disebabkan aktiva lancer turun sebesar Rp. 560.265.225
atau turun sebesar 28,59% dan hutang lancar turun sebesar Rp. 697.724.899 atau
turun sebesar 34,39% . Tahun 2011 ke tahun 2012 current ratio naik sebesar
15,98% (121,11% - 105,13%), hal ini disebabkan karena aktiva lancar turun sebesar
Rp. 488.066,378 atau sebesar 34,88% dan hutang lancar sebesar Rp. 578.652.357
atau turun sebesar 43,47% . Hal ini belum menunjukan kinerja perusahaan karena
angka ratio yang dihasilkan oleh perusahaan pada tahun 2009 sampai 2012 belum
menunjukan angka ratio standar, dimana menurut Munawir, standar ratio yang
umumnya dipakai sekitar 250% meskipun dari tahun ke tahun ada peningkatan.

- Quick Ratio

Dengan melihat keadaan tahun 2009 dan tahun 2010, quick ratio cenderung naik,
yaitu sebesar 12,57% (48,28% - 35,71%), hal ini disebabkan karena aktiva lancar
naik sebesar 121,73%, persediaan barang naik 105,73% dan hutang lancar naik
sebesar 77,86% . Sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 naik sebesar 15,15%
(63,43% - 48,28%), hal ini disebabkan karena persediaan barang turun sebesar
43,37% dan aktiva lancar turun sebesar 28,59% tetapi hutang dagang turun sebesar
34,39% . Dan dari tahun 2011 ke 2012 menurun sebesar 0,64% (62,79% - 63,43%),
hal ini disebabkan karena persediaan barang turun sebesar 20,94%, aktiva lancar
turun sebesar 34,88% dan hutang lancar turun sebesar 43,47% . Dengan melihat
angka ratio yang dihasilkan perusahaan, maka menunjukan perusahaan belum
dapat menjamin membayar hutang-hutang lancarnya dalam waktu singkat tanpa
mengandalkan persediaan barang, sebab persediaan barang merupakan aktiva
lancar yang memerlukan waktu yang lama untuk menjadi kas. Untuk menjamin
hutang lancar tersebut, angka ratio yang dihasilkan perusahaan sebaiknya diatas
200%.

- Cash ratio

Keadaan cash ratio tidak menunjukan kondisi yang likuid, karena pada tahun 2009
rationya 0,79% dan pada tahun 2010 turun menjadi 0,10%, hal ini disebabkan
karena kas mengalami penurunan sebesar 77,68% sedangkan hutang lancar
mengalami peningkatan sebesar 77,86% . Pada tahun 2011 naik menjadi 1,78%, hal
ini disebabkan karena kas mengalami peningkatan sebesar 1.073,20% dan hutang
lancar turun sebesar 34,39% . Tahun 2012 naik menjadi 3,71%, hal ini disebabkan
karena kas naik sebesar 17,70% dan hutang lancar turun sebesar 43,47% . Ini jauh
dari kemampuan cash untuk menjamin hutang-hutang lancar, hal ini mencerminkan
perusahaan tidak mampu menjamin hutang-hutang lancer dengan kas yang
tersedia. Untuk menjamin hutang lancar tersebut, angka ratio yang dihasilkan
perusahaan sebaiknya sekitar 150%.

Ratio Solvabilitas
Berikut ini adalah analisa rationya:
- Debt to equity ratio
Debt Rasio

Ratio Profitabilitas
Berikut ini adalah analisa rationya:
- Net margin ratio
- Return on equity

Return on investment
Ratio Aktivitas
Berikut ini adalah analisa rationya :

- Fixed asset turn over


- Total asset turn over

Keadaan perputaran harta keseluruhan pada PT.Budi Satria Wahana Motor terjadi
kenaikan. Pada tahun 2009 perputarannya mencapai 1,48 kali dan tahun 2010 naik
menjadi 1,16 kali, hal ini dikarenakan penjualan bersih mengalami kenaikan sebesar
41,29% dan total aktiva naik sebesar 79,49% . Dan pada tahun 2010 dan 2011
perputaran hartanya mengalami peningkatan sebesar 0,26 kali (1,42-1,16), ini
dikarenakan penjualan maupun total aktiva mengalami penurunan masing-masing
sebesar 13,18% dan 28,78% . Tetapi pada tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan
dari 0,18 kali menjadi 1,24 kali. Hal ini berarti perusahaan mengalami kemunduran
dalam kinerjanya dikarenakan penurunan penjualan bersih sebesar 42,32% dan total
aktiva menurun sebesar 33,98% .
Berdasarkan tabel diatas, maka secara garis besar dapat disimpulkan sebagai
berikut :
 Berdasarkan Ratio Likuiditas
Kondisi current ratio tidak baik untuk menjamin atau memenuhi kewajiban
atau hutang lancar, sebab angka rationya belum mencapai standart yaitu 250
%, sehingga jaminan hutang lancar hanya mampu dijamin oleh piutang dan
persediaan barang dagang yang belum pasti.
Sedangkan cash (aktiva yang paling likuid) belum mampu menjamin hutang
lancar pada saat jatuh tempo, sehingga secara keseluruhan ratio likuiditas
sedikit meragukan atau belum ada kepastian terhadap jaminan hutang lancar
pada saat jatuh tempo.

 Berdasarkan Ratio Solvabilitas


Ratio solvabilitas yaitu debt ratio dari komposisi hutang yang ada, cukup baik,
karena aktiva yang menjamin seluruh hutang perusahaan mengalami
kenaikan yaitu pada tahun 2009 sebesar 108,49% dan tahun 2010 sebesar
109,49 %, tahun 2011 sebesar 118,85% dan tahun 2012 sebesar 138,79 %,
hal ini telah mencerminkan sikap kehati-hatian manajemen dalam mengelolah
hutang-hutangnya. Namun, pada debt to equity ratio angkanya belum
mencapai 150 %, ini berarti jumlah hutang yang ada melebihi modal yang
tersedia yang cenderung mengakibatkan pendapatan terkuras untuk
membayar bunga pinjaman pihak luar dari pada untuk kepentingan pihak
intern. Sehingga mengakibatkan pengurus lebih terkonsentrasi untuk
memenuhi pengembalian pinjaman dan biaya daripada memenuhi
kepentingan pihak intern.

 Berdasarkan Ratio Profitabilitas


Bila dilihat dari net margin ratio pada tahun 2010 mengalami kenaikan
sebesar 2,91 % menjadi 3,69% dan mengalami penurunan pada tahun
berikutnya yaitu pada tahun 2011 menjadi 2,60% dan pada tahun 2012
menjadi sebesar 3,16%. Sedangkan return on equity, mengalami penurunan
walaupun pada return on investment tidak mengalami perubahan dari tahun
2009 sebesar 4,30% begitu pula pada tahun 2010, tetapi mengalami
penurunan lagi pada tahun berikutnya. Namun bila dilihat secara keseluruhan
ratio profitabilitas ini mengalami penurunan, dimana penurunannya
disebabkan oleh besarnya jumlah biaya yang terjadi pada tahun 2011 dan
besarnya hutang yang ada, sehingga pembiayaannya lebih banyak dijamin
oleh pihak luar. Hal ini mengakibatkan biaya yang dikeluarkan hanya untuk
biaya-biaya pinjaman saja, sehingga perusahaan kurang dalam mengelola
usahanya.

Ratio Aktivitas

Melalui analisa ratio perputaran harta, hasilnya telah mencerminkan kinerja


keuangan didalam mengelola harta yang ada, karena dari tahun 2009 dan tahun
2010 perputarannya telah menunjukan angka ratio yang meningkat. Tetapi pada
tahun berikutnya mengalami penurunan, namun secara keseluruhan sudah cukup
baik.

Anda mungkin juga menyukai