Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian Kebijakan Akuntansi

Pengertian kebijakan akuntansi menurut Elden S Hendriksen diterjemahkan oleh


MarianusS i n a g a ( 1 9 9 6 : 1 0 9 ) m e n g a t a k a n b a h w a : “ K e b i j a k a n a k u n t a n s i
a d a l a h p r o s e s p e m i l i h a n metode pelaporan, alternatif, sistem pengukuran dan teknik
pengungkapan tertentu diantarasemua yang mungkin tersedia untuk pelaporan keuangan oleh
suatu perusahaan”.Sedangkan kebijakan akuntansi menurut Standar Akuntansi
Keuangan (2002:1) adalah : “ Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip - prinsip, dasar -
dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen untuk penyusunan dan
penyajian laporankeuangan”.Proses penetapan kebijakan ekonomi dan sosial dimana
suatu kebijakan itu akan beroperasi. Sasaran pilihan kebijakan akuntansi yang paling tepat
akan menggambarkanrealitas ekonomi perusahaan industri secara tepat dalam bentuk
keadaan keuangan dan hasiloperasi. Dengan demikian kebijakan akuntansi mempunyai
peranan penting dalam membantu o r g a n i s a s i p e r u s a h a a n i n d u s t r i d a l a m
m e n j a l a n k a n k e g i a t a n n y a , y a i t u m e n c a p a i t u j u a n  perusahaan dengan memperoleh
pendapatan yang optimal guna kelangsungan hidup perusahaan.

2.Tujuan Kebijakan Akuntansi

Penetapan kebijakan akuntansi menurut penetapan sasaran ("goal"), penggunaan


metode pengukuran, aturan pengungkapan dan bentuk penyajian saja tidak cukup sebagai
sasaran,karena keputusan alternatif akan menimbulkan konsekuensi ekonomi dan
sosial. Beberapa teori akuntansi dapat berfokus pada tujuan khusus, seperti pendapatan
manajemen, akuntansi individu, pasar atau kelompok lain dimasyarakat. Namun
demikian, kebijakan akuntansi nasional harus dipertimbangkan terhadap
kesejahteraan sosial yang lebih luas, termasuk   pendapatan kelompok tertentu di
masyarakat. Faktor-faktor lainnya yang harusdipertimbangkan dalam bentuk kerangka kebijakan
akuntansi hanyalah salah satu informasi keuangan bagi individu. Keputusan mengenai kebijakan
akuntansi harus mempertimbangkan.

Faktor-faktor lainnya yang harus dipertimbangkan dalam bentuk kerangka kebijakan akuntansi
hanyalah salah satu informasi keuangan bagi individu. Keputusan mengenai kebijakan akuntansi
harus mempertimbangkan sumber-sumber alternatif diluar akuntansi yang menyajikan informasi
yang tersedia secara lebih efisien dan dengan biaya yang lebih rendah bagi perusahaan dan
investor.

Secara singkat tujuan kebijakan akuntansi berfokus pada para pemakai informasi keuangan.
Akan tetapi hal ini hanya mungkin dilakukan melalui cara umum dengan menggunakan cara
parsial dari teori - teori induktif deduktif atau dari analisa penelitian dalam bentuk pemrosesan
informasi individu. Kesulitannya adalah bahwa pendapatan individu, badan (perusahaan) dan
kelompok tidak dapat dikombinasikan untuk membentuk suatu pendapatan secara keseluruhan
yang unik.

Alternatifnya adalah memfokuskan tujuan kebijakan akuntansi pada konsekuensi yang


menguntungkan dan merugikan ini bukanlah hal yang mudah, tetapi paling
tidakpenyeimbang.Inimenetapkantujuanyangbenarbagi penetapankebijakanakuntansi.
Kebijakan akuntansi dibuat untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi:

1. Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan; dan

2. Reliable dapat diandalkan, dengan pengertian: mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan
posisi keuangan organisasi; menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau
transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya; netral yaitu bebas dari berpihakan;
mencerminkan kehati-hatian; dan mencakup semua hal yang material.

Sifat Dasar Informasi Akutansi

Ciri-ciri dasar informasi akuntansi adalah informasi itu tersedia untuk umum dengan sedikit
biaya/tidak sama sekali, biaya publikasi dan produksinya ditanggung perusahaan. Beberapa teori
akuntansi dapat berfokus pada masalah khusus, seperti preferensi manajemen, akuntan,
perorangan, atau pasar, atau kelompok lain. Tetapi, kebijakan akuntansi nasional harus
mempertimbangkan kesejahteraan sosial yang lebih luas.

Keseragaman Dan Keterbandingan

Keseragaman (uniformity) sering dianggap untuk kepentingan sendiri. Tujuan yang sebenarnya
haruslah keterbandingan (komparabilitas). Dalam hal tidak terdapat bukti satu prosedur lebih
baik daripada prosedur lain, perbedaan prosedur yang digunakan oleh berbagai perusahaan dalam
suatu industri diperkenankan hanya bila kondisi dalam beberapa perusahaan tidak sama. Karena
tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi ekonomi, ada baiknya perusahaan
diperkenankan membuat beberapa pilihan selama para investor dan kreditor tidak dirugikan dari
tindakan itu. Akibatnya, disarankan kebijakan akuntansi harus berdasarkan pertimbangan teknis
sehingga tidak berat sebelah terhadap pihak-pihak berkepentingan.

Pertimbangan Kebijakan Akuntansi

Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling tepat dan
penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:

1. Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui dalam penyusunan
laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau
disembunyikan.

2. Substansi Mengungguli Bentuk


Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan hakekat
transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau
kejadian.

3. Materialitas

Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup material yang
mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.

Laporan keuangan harus jelas dan dapat dimengerti, berdasar pada kebijakan akuntansi yang
berbeda di antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain, dalam satu negara maupun antar
negara. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar laporan
keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Pengungkapan hal ini sangat membantu pemakai
laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk
suatu komponen neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias dari
pengungkapan kebijakan terpilih.

Kebijakan Akutansi Bagi Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda, seperti pemegang
saham, kreditur dan karyawan. Pemakai penting lain meliputi pemasok, pelanggan, organisasi
perdagangan, analis keuangan, calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, petugas
pajak dan pihak yang berwenang membuat peraturan.

Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai
bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan dan
keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian handal jika laporan keuangan tidak
mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan
laporan keuangan.

Kebijakan Akuntansi

1. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (sekarang Bapepam dan LK)

Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historical
cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimana
diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut, antara lain persediaan yang
dinyatakan sebesar nilai uang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the
lower of cost or net realizable value). Laporan keuangan konsolidasi ini disusun dengan metode
akrual, kecuali laporan arus kas.
Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan
mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah
mata uang Rupiah (Rp).

2. Prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang
dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50 %, baik langsung maupun tidak
langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi
dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaan tersebut.
Sebuah anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannya adalah sementara
karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijual kembali dalam waktu
dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhi kemampuan anak
perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan.

Saldo atas transaksi termasuk keuntungan atau kerugian yang belu direalisasi atas transaksi antar
perusahaan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan
anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha.

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama
untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan
menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan
keuangan anak perusahaan tersebut.

Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi
pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan
presentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut.

Kerugian yang menjadi bagian pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat
melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang
menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham
mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk
menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya.
Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus
terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian
pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup.

Pada saat akuisisi, aktiva dan kewajiban anak perusahaan diukur sebesar nilai wajarnya pada
tanggal akuisisi. Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian perusahaan atas nilai wajar aktiva
dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal transaksi, maka nilai wajar
aktiva non moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proporsional, sampai seluruh selisih
tersebut tereliminasi. Sisa selisih lebih setelah penurunan nilai wajar aktiva dan kewajiban
nonmoneter tersebut diakui sebagai goodwill negative, dan diperlakukan sebagai pendapatan
ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan dengan menggunakan garis lurus selama 20 tahun.

3. Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan, kecuali Mayora Nederland B.V, diselenggarakan
dalam mata uang Rupiah. Transaksi–transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing
dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aktiva dan
kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku
pada tanggal tersebut. Keuntungan dan kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan
pada laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.

4. Transaksi Hubungan Istimewa

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah antara lain sebagai berikut:

a. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan atau dikendalikan oleh atau
berada dibawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies,
subsidiaries, dan fellow subsidiaries;

b. Perusahaan asosiasi

c. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan
hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat
dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan keluarga dekat adalah mereka yang dapat
diharapaka mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan
perusahaan pelapor);

d. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempengaruhi wewenang dan tanggungjawab untuk
merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota
dewan komisaris, direksi dan manager dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang
tersebut; dan

e. Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau
setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut

5. Pajak Penghasilan

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial
telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan
laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

6. Laba per Lembar


Laba perlembar dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang
saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

7. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha
sedangkan segemen sekunder adalah segmen geografis.

H.    Keanekaragaman Kebijakan Akuntansi dan Pengungkapannya

Tugas interpretasi laporan keuangan sulit dilaksanakan jika menggunakan berbagai kebijakan
beberapa bidang (akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, dan lain-lain) atau wilayah
akuntansi yang berbeda (wilayah akuntansi per negara, kumpulan negara dan lain-lain).

Di dunia belum ada sebuah daftar tunggal kebijakan akuntansi dapat digunakan bersama-sama,
sehingga para pemakai dapat memilih dari daftar tunggal itu, sehingga perbedaan pilihan
kebijakan berdasar pertimbangan kejadian, syarat dan kondisi yang serupa.

Contoh berikut adalah bidang yang menimbulkan perbedaan kebijakan akuntansi dan karena itu
diperlukan pengungkapan atas perlakuan akuntansi terpilih:

1. Umum

a. Kebijakan konsolidasi

b. Konversi atau penjabaran mata uang asing meliputi pengakuan keuntungan dan kerugian
pertukaran

c. Kebijakan penilaian menyeluruh seperti harga perolehan, daya beli umum, nilai penggantian

d. Peristiwa setelah tanggal neraca

e. Sewa guna usaha, sewa beli atau transaksi cicilan dan bung

f. Pajak

g. Kontrak jangka panjang

h. Franchise atau waralaba

2. Aktiva

a. Piutang

b. Persediaan (persediaan dan barang dalam proses) dan beban pokok penjualannya
c. Aktiva dapat disusutkan dan penyusutan

d. Tanaman belum menghasilkan

e. Tanah yang dimiliki untuk pembangunan dan biaya pembangunan

f. Investasi pada anak perusahaan, investasi dalam perusahaan asosiasi dan investasi lain

g. Penelitian dan pengembangan

h. Paten dan merek dagang

i. Goodwill

3. Kewajiban dan Penyisihan

a. Jaminan

b. Komitmen dan kontinjensi

c. Biaya pensiun dan tunjangan hari tua

d. Pesangon dan uang penggantian

4. Keuntungan dan kerugian

a.  Metode pengakuan pendapatan

b. Pemeliharaan, reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaan–penambahan (improvement)

c. Untung-rugi penjualan aktiva

d. Akuntansi Dana, wajib atau tak wajib, termasuk pembebanan dan pengkreditan langsung ke
perkiraan surplus

Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara penuh diungkapkan dalam
semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih terjadi dalam bentuk, kejelasan dan
kelengkapan pengungkapan yang ada dalam suatu negara maupun antar negara atas kebijakan
akuntansi harus diungkapkan. Dalam sebuah laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi
yang penting telah diungkapkan sementara kebijakan akuntansi yang penting lain tidak
diungkapkan.

Bahkan pada negara-negara yang mewajibkan pengungkapan atas kebijakan akuntansi penting,
tak selalu tersedia pedoman yang menjamin keseragaman metode pengungkapan. Pertumbuhan
perusahaan multinasional dan pertumbuhan teknologi keuangan internasional telah memperbesar
kebutuhan keseragaman laporan keuangan melewati batas negara.
Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan periode
sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan
perlu diungkapkan, dampak perubahan secara kuantitatif harus dilaporkan.

Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam tahun perubahan
juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan
datang.

Kebijakan Akuntansi dan Perubahan dalam Estimasi Akuntansi (IAS 18)

Kebijakan akuntansi, sekali dipilih, harus diterapkan secara konsisten untuk transaksi sejenis,
peristiwa lain, dan kondisi kecuali suatu standar atau interpretasi secara khusus membutuhkan
atau mengijinkan kategorisasi dari pos-pos untuk kebijakan yang berbeda itu layak.

Kebijakan Akuntansi dan Perubahan dalam Estimasi Akuntansi (IAS 18)

IAS 18 menguraikan dasar untuk pemilihan kebijakan akuntansi dan perubahannya. IAS 18 juga
menjabarkan ketentuan dan pengungkapan perubahan yang dibuat di dalam estimasi akuntansi
dan koreksi kesalahan periode yang lalu. Tujuan standar ini adalah untuk memperkuat relevansi
dan keandalan laporan keuangan entitas dan dapat diperbandingkan sepanjang waktu, dan juga
dengan laporan keuangan entitas lainnya.

Konsistensi Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi, sekali dipilih, harus diterapkan secara konsisten untuk transaksi sejenis,
peristiwa lain, dan kondisi kecuali suatu standar atau interpretasi secara khusus membutuhkan
atau mengijinkan kategorisasi dari pos-pos untuk kebijakan yang berbeda itu layak. Bilamana
suatu standar atau interpretasi mensyaratkan atau mengizinkan kategorisasi tersebut, maka suatu
kebijakan akuntansi yang memadai harus dipilih dan diterapkan secara konsisten terhadap setiap
kategori.

Perubahan Prinsip Akuntansi

Suatu entitas harus merubah suatu kebijakan akuntansi hanya apabila perubahan,

 Diharuskan oleh suatu standar atau interpretasi; atau


 Menghasilkan informasi yang andal dan lebih relevan yang diberikan oleh laporan keuangan
dalam hal efek transaksi, peristiwa lain, atau kondisi atas posisi keuangan entitas, kinerja
keuangan, atau arus kas.

Dapat dicatat bahwa hal berikut bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi:

 Penerapan suatu kebijakan akuntansi atas transaksi, peristiwa lain, atau kondisi yang
membedakan substansi dari hal-hal yang terjadi sebelumnya; dan;
 Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang baru untuk transaksi,  peristiwa lain, atau kondisi
yang tidak terjadi sebelumnya atau tidak material.
Menerapkan Perubahan Dalam Kebijakan Akuntansi

Bilamana suatu entitas mengubah kebijakan akuntansi atas dasar suatu standar atau interpretasi
yang baru atau yang sudah diubah, maka provisi peralihan tertentu harus diikuti dalam
mengadopsi perubahan. Namun, bilamana tidak ada provisi peralihan ditetapkan, atau apabila
entitas mengubah kebijakan akuntansinya secara sukarela, maka perubahan tersebut harus
diterapkan berlaku surut (seolah-olah kebijakan tersebut telah selalu diterapkan).

Bilamana perubahan yang diterapkan berlaku surut, maka angka-angka komparatif (periode
pelaporan sebelumnya) yang disajikan di dalam laporan keuangan harus dinyatakan kembali
seolah-olah kebijakan baru telah selalu diterapkan. Dampak dari kebijakan baru atas laba ditahan
(retained earnings) sebelum periode terawal disajikan harus disesuaikan terhadap saldo awal
daripada laba ditahan. Apabila tidak dapat dipraktekkan untuk menentukan efek periode spesifik
atau efek kumulatif dari perubahan, maka entitas harus menerapkan perubahan secara prospektif
dari mulai periode terawal yang praktis memungkinkan.

Pengungkapan atas Perubahan Kebijakan Akuntansi

Penerapan awal suatu standar atau intrepretasi. Bilamana suatu standar atau interpretasi yang
baru diterapkan, maka entitas harus mengungkapkan perubahan bilamana mempunyai efek atas
periode berjalan atau periode sebelumnya atau mempunyai efek atas periode masa datang, akan
tetapi tidak dapat dipraktikkan untuk menentukan jumlah penyesuaian yang diperlukan di dalam
periode berjalan atau periode sebelumnya atau yang diharuskan di dalam periode masa datang.
Entitas harus mengungkapkan:

 Judul standar atau interpretasi;


 Bilamana dapat diterapkan, bahwa perubahan yang dilakukan sesuai dengan persyaratan
peralihan;
 Sifat perubahan kebijakan akuntansi;
 Bilamana dapat diterapkan, suatu keterangan mengenai persyaratan peralihan;
 Bilamana dapat diterapkan, persyaratan peralihan harus mempunyai dampak atas periode masa
datang; .
 Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan hingga sebatas yang
dapat dipraktikkan, maka jumlah penyesuaian untuk setiap pos lini laporan keuangan;
 Bilamana dapat diterapkan, pendapatan persaham dasar dan dilusian untuk  periode berjalan
dan setiap periode sebelumnya yang disajikan sebatas yang dapat dipraktekkan; dan
 Bilamana penerapan retrospektif tidak dapat dipraktekkan, maka keadaanlah yang
menyebabkan penerapan tidak dapat dipraktekkan dan tanggal dari mana kebijakan akuntansi
telah diterapkan.

Perubahan Kebijakan Akuntansi Secara Sukarela. Dalam hal perubahan kebijakan akuntansi
secara sukarela, bilamana perubahan sebelumnya mempunyai dampak pada periode berjalan atau
periode sebelumnya atau mempunyai dampak pada periode masa datang, akan tetapi tidak dapat
dipraktekkan guna menentukan jumlah penyesuaian yang dipersyaratkan di dalam periode
berjalan atau periode sebelumnya atau yang dipersyaratkan di dalam periode masa datang, maka
entitas harus membuat pengungkapan:
 Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
 Alasan atas kebijakan baru yang memberikan informasi yang andal dan yang lebih relevan;
 Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya disajikan, hingga sebatas yang dapat
dipraktekkan, maka jumlah penyesuaian untuk setiap pos lini laporan keuangan;
 Bilamana dapat diterapkan, pendapatan per saham dasar dan dilusian untuk periode berjalan
dan setiap periode sebelumnya yang disajikan sebatas yang dapat dipraktekkan; dan
 Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode sebelum hal tersebut disajikan, hingga sebatas
yang dapat dipraktekkan; dan
 Bilamana penerapan berlaku surut tidak dapat dipraktikkan, maka keadaanlah yang
menyebabkan penerapan tidak dapat dipraktekkan dan tanggal dari mana kebijakan akuntansi
telah diterapkan.

Bilamana standar atau interpretasi telah diterbitkan tetapi belum efektif, maka entitas harus
mengungkapkan fakta bahwa standar-standar atau interpretasi tersebut telah diterbitkan pada
tanggal otorisasi laporan keuangan tetapi tidak efektif.

Setiap informasi yang diketahui atau yang dapat diestimasi berkaitan dengan penilaian terhadap
dampak kemungkinan dari standar atau interpretasi baru harus juga diungkapkan. Laporan
keuangan periode berikutnya tidak perIu mengulang pengungkapan tersebut.

Perubahan Estimasi Akuntansi

Atas catatan mengenai ketidakpastian yang inheren dalam aktivitas bisnis, banyak pos yang ada
di dalam laporan keuangan yang diestimasi karena tidak dapat diukur dengan akurat. Estimasi
akuntansi mungkin dapat mengubah catatan lingkungan bisnis, atau ketika manajemen
memperoleh lebih banyak pengalaman. Perubahan semacam ini tidak perlu untuk menyatakan
kembali atas laporan keuangan periode sebelumnya, karena tidak menyatakan kepada suatu
koreksi dari suatu kesalahan.

Pengungkapan atas Perubahan Estimasi Akuntansi

Suatu entitas harus mengungkapkan jumlah dan sifat perubahan estimasi akuntansi, yang
mempunyai dampak di dalam periode berjalan. Demikian pula, entitas harus mengungkapkan
dampak perubahan yang diharapkan di dalam periode mendatang, jika tidak praktis untuk
dilakukan. Dalam hal tersebut, entitas harus mengungkapkan fakta bahwa tidak praktis untuk
mengestimasi dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode mendatang.

Kesalahan. Kesalahan di dalam laporan keuangan dapat menimbulkan catatan mengenai


pengakuan, pengukuran, penyajian yang salah, atau pengungkapan pos di dalam laporan
keuangan. Bilamana laporan keuangan berisi kesalahan-kesalahan yang material, maka tidak
dapat dianggap mematuhi IFRS.

Entitas harus mengoreksi kesalahan material yang terkait dengan periode sebelumnya, berlaku
surut di dalam perangkat laporan keuangan pertama yang diotorisasikan untuk diterbitkan setelah
penemuannya dengan;
 Menyatakan kembali jumlah komparatif untuk periode-periode yang disajikan bilamana
kesalahan itu terjadi; atau
 Apabila kesalahan yang terjadi sebelum periode sebelumnya yang terawal disajikan, maka
pernyataan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode sebelumnya terawal
disajikan.

Berikut istilah – istilah yang digunakan dalam Pernyataan Standar dengan pengertian :
1)      Kebijakan akuntansi adalah prinsip – prinsip, dasar – dasar, konvensi – konvensi, aturan –
aturan, dan praktik – praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan.
2)      Kesalahan adalah penyajian pos –pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang
seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya.
3)      Koreksi adalah tindakan pembentulan akuntansi agar pos – pos yang tersaji dalam laporan
keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.
4)      Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas
normal entitas dan karenanya tidak diharapkan terjadi dan berada diluar kendali atau pengaruh
entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi
aset/kewajiban.
Koreksi Kesalahan
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa periode
sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari
adanya keterlambatan penyampaian bukti transaksi anggaran oleh pengguna anggaran, kesalahan
perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan
interpretasi fakta, kecurangan, atau kelalaian.
Kesalahan ditinjau dari sifat kejadiannya dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis : a)
Kesalahan yang tidak berulang; b) Kesalahan yang berulang dan sistematik. Kesalahan tidak
berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi kembali, dan dikelompokkan
dalam 2 (dua) jenis : a) Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan; b)
Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya. Kesalahan yang berulang
dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari jenis – jenis
transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi berulang.
Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja yang tidak berulang terjadi pada periode –
periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara material
posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada kaun pendapatan lain – lain. Koreksi kesalahan atas penerimaan
pendapatan yang tidak berulang yang terjadi pada periode – periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembentulan pada akun akuitas dana lancar. Koreksi kesalahan tidak dengan
sendirinya berpengaruh terhadap pagu anggaran atau belanja entitas yang bersangkutan dalam
periode dilakukannya koreksi kesalahan.
Koreksi kesalahan belanja dapat dibagi dua yaitu yang menambah saldo kas dan yang
mengurangi saldo kas. Contoh koreksi kesalahan belanja yang menambah saldo kas yaitu
pengembalian belanja pegawai karena salah perhitungan jumlah gaji, dikoreksi menambah saldo
kas dan pendapatan lain – lain. Contoh koreksi kesalahan belanja yang mengurangi saldo kas
yaitu terdapat transaksi belanja pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi mengurangi
akun entitas dana lancar dan mengurangi saldo kas.
Koreksi kesalahan pendapatan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menambah saldo kas
dan yang mengurangi saldo kas. Contoh koreksi kesalahan pendapatan yang menambah saldo
kas yaitu terdapat transaksi penyetoran bagian laba perusahaan negara yang belum dilaporkan.
Contoh koreksi kesalahan pendapatan yang mengurangi saldo kas yaitu kesalahan pengembalian
pendapatan dana alokasi umum karena kelebihan transfer.
Perubahan Kebijakan Akuntansi
Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran akuntansi sebagai akibat dari
perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh
perubahan kebijakan akuntansi. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya
apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundang
– undangan atau standar akuntansi keuangan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa
perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan,
atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan.
Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal – hal sebagai berikut : (a) adopsi
suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara substansi berbeda dari
peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan (b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk
kejadian atau transaksi yang sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.
Peristiwa Luar Biasa
Peristiwa luar biasa menggambarkan kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda
dari aktivitas biasa. Di dalam aktivitas biasa entitas pemerintah termasuk penanggulangan
bencana alam atau sosial yang terjadi berulang. Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh
persyaratan sebagai berikut :
1)      Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas.
2)      Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang.
3)      Berada diluar kendali atau pengaruh entitas.
4)      Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi aset/kewajiban.
 

PSAK 25 (Penyesuaian 2014): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi


Akuntansi, dan Kesalahan

DEFINISI

Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang
diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Kesalahan periode sebelumnya adalah kelalaian untuk mencantumkan, dan kesalahan dalam
mencatat, dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode sebelumnya yang timbul
dari kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan, informasi andal yang:

1. tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan


2. secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan tersebut.

Kesalahan tersebut termasuk dampak kesalahan perhitungan matematis, kesalahan penerapan


kebijakan akuntansi, kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta, dan kecurangan.

Material Kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan
keuangan adalah material jika, baik secara sendiri atau bersama, dapat mempengaruhi keputusan
ekonomik pengguna laporan keuangan. Materialitas bergantung pada ukuran dan sifat dari
kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat tersebut dengan memperhatkan
keadaan terkait. Ukuran atau sifat dari pos laporan keuangan, atau gabungan dari keduanya,
dapat menjadi faktor penentu.

Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa,
dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan.
Penerapan prospektif suatu perubahan kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak perubahan
estimasi akuntansi, masing-masing adalah:

1. penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang terjadi
setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut; dan
2. pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan periode
mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut.

Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan


jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode sebelumnya tidak pernah
terjadi.

Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau laibilitas, atau
jumlah pemakaian periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini dari, dan ekspektasi
manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan laibilitas. Perubahan estimasi
akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan, sejalan dengan hal
tersebut, bukan dari koreksi kesalahan.

KEBIJAKAN AKUNTANSI

Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau kondisi lain,
kebijakan akuntansi yang diterapkan pos tersebut menggunakan PSAK tersebut.

Dalam hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi
lain, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan
suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan dan andal.

Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi, peristiwa
dan kondisi lain yang serupa, kecuali suatu PSAK secara spesifik mengatur atau mengizinkan
pengelompokkan pos-pos dengan kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal yang tepat. Jika
suatu PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokkan tersebut, maka kebijakan akuntansi
yang tepat dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk setiap kelompok.

Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:

1. dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau


2. menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih relevan
tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja
keuangan atau arus kas entitas.

Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi:

1. entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika ada; dan
2. jika entitas mengubah kebijakan akuntansi untuk penerapan awal suatu PSAK yang tidak
mengatur ketentuan transisi untuk perubahan tersebut, atau perubahan kebijakan akuntansi
secara sukarela, maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas menyesuaikan
saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal dan
jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan
akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya.

PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI

Dampak perubahan estimasi akuntansi diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:

1. periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
2. periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya.

Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau
terkait dengan suatu pos ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan
menyesuaikan jumlah tercatat pos aset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode
perubahan.

KESALAHAN

Entitas mengoreksi kesalahan material periode sebelumnya secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan:

1. menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode sebelumnya yang disajikan dimana
kesalahan terjadi; atau
2. jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal, maka menyajikan kembali saldo awal
aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode sebelumnya sajian paling awal.

Sumber: Standar Akuntansi Keuangan per Efektif 1 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai