Anda di halaman 1dari 54

Akuntansi Keuangan

dan
Akuntansi manajemen Bab 1
kuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe : akuntansi keuangan dan

A akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri yang
terpisah dari dua tipe akuntansi diatas, namun merupakan bagian keduanya. Oleh karena
itu pembahasan mengenai akuntansi biaya diawali dengan uraian tentang akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen, untuk memperoleh gambaran karakteristik kedua tipe akuntansi tersebut
yang berpengaruh terhadap akuntansi biaya. Akuntansi biaya yang akan dibahas dalam buku ini
menggunakan perusahaan manufaktur.
Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki dua kesamaan. Yang pertama,
kedua tipe akuntansi tersebut merupakan system pengolah informasi yang menghasilkan
informasi keuangan. Meskipun informasi non keuangan juga merupakan informasi yang penting
digunakan dalam akuntansi manajemen dalam pengelolaan perusahaan, namun hampir seluruh
informasi non keuangan tersebut berada diluar ruang lingkup akuntansi. Kesamaan lainnya
adalah dua tipe akuntansi tersebut berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang
bermanfaat bagi seseorang untuk pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan memerlukan informasi untuk pemilihan alternative yang
dihadapinya, diantaranya adalah informasi keuangan. Informasi keuangan ini dihasilkan oleh
akuntansi, namun karena berbagai pengambil keputusan melakukan berbagai macam
pengambilan keputusan yang berbeda, maka informasi keuangan yang diperlukan pun berbeda
pula, sehingga diperlukan tipe akuntansi yang berbeda pula untuk memenuhi kebutuhan
pengambil keputusan tersebut. Tugas akuntan adalah menyediakan informasi keuangan yang
relevan, handal untuk memenuhi berbagai keperluan yang berbeda tersebut.
Perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen terletak pada
berbagai sisi diantaranya :
1. Pemakai laporan akuntansi dan tujuan mereka
Akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyajikan informasi keuangan bagi
pemakai diluar perusahaan. Untuk perusahaan yang besar, pemakai diluar perusahaan ini
meliputi pemegang saham, kreditur, pelanggan, para analis keuangan, karyawan, dan
berbagai instansi pemerintah. Tujuan pemakai luar dalam mendapatkan laporan keuangan
perusahaan adalah agar mereka dapat mengambil keputusan mengenai hubungan mereka
dengan perusahaan yang bersangkutan. Seorang pemegang saham apakah akan membeli
saham dari perusahaan tertentu atau perusahaan lain. Seorang kreditur mungkin memutuskan
apakah dia akan memperluas kreditnya kepada perusahaan tertentu, menetapkan syarat-
syarat pemberian kredit, serta merundingkan syarat-syarat pemberian kredit. Para pekerja
(karyawan) mungkin mengusulkan jumlah kenaikan upah yang dapat dipikul oleh
perusahaan. Instansi Pemerintah memerlukan informasi laba perusahaan untuk menghitung
jumlah pajak penghasilan yang menjadi kewajiban perusahaan. Dari contoh-contoh tersebut,
informasi keuangan perusahaan oleh pihak luar digunakan untuk menetapkan hubungan apa
yang akan dilaksanakan oleh pemakai laporan keuangan tersebut dengan perusahaan.
Akuntansi manajemen ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi keperluan
manajemen. Akuntansi manajemen berhubungan dengan informasi mengenai perusahaan
untuk memberikan manfaat bagi mereka yang berada dalam perusahaan. Sebagai contoh
manajer pemasaran apakah dia akan menerima pesanan baru dari pelanggan barunya yang
mengininkan harga dibawah harga yang telah ditetapkan, namun menghendaki volume
barang dalam jumlah yang besar. Sehingga manajer tersebut membutuhkan informasi
mengenai biaya pembuatan produk yang dipesan tersebut dan perhitungan mengenai laba
yang akan dihasilkan produk tersebut jika pesanan tersebut diterima. Manajer produksi
memerlukan informasi biaya produksi untuk menetapkan tindakan-tindakan yang harus
diambil dalam mendorong efisiensi produksi.
2. Lingkup informasi
Akuntansi keuangan umumnya menyajikan informasi keuangan secara keseluruhan.
Neraca perusahaan menyajikan semua aktiva,utang, dan modal perusahaan sebagai
keseluruhan, sedangkan laporan laba rugi menyajikan hasil kegiatan perusahaan sebagai
keseluruhan pula. Lingkup luas yang dicakup oleh laporan keuangan yang dihasilkan oleh
akuntansi keuangan adalah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai laporan diluar
perusahaan. Pemakai diluar perusahaan membutuhkan informasi untuk pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan. Seorang pemegang
saham akan membeli saham yang dikeluarkan perusahaan bukan bagian perusahaan.
Dalam akuntansi manajemen, manajemen suatu perusahaan dapat mengambil keputusan
hanya mengenai bagian tertentu dari perusahaan. Sebagai contoh adalah keputusan yang
diambil oleh Direktur produksi berhubungan dengan penghentian suatu produk tertentu atau
penghentian mesin tertentu. Oleh karena itu akuntansi manajemen harus dapat menyediakan
informasi keuangan yang relevan dengan bagian-bagian di dalam perusahaan.
3. Focus informasi
Karena perencanaan merupakan bagian yang penting bagi tugas-tugas manajer, maka
akuntansi manajemen berorientasi pada masa mendatang. Sebaliknya, akuntansi keuangan
lebih menekankan pada pelaporan transaksi keuangan masa lalu. Informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan memang bermanfaat untuk melakukan perencanaan, namun hanya
untuk satu poin, yaitu sebagai dasar untuk melakukan prediksi di masa mendatang dengan
memeprtimbangkan berbagai asumsi yang relevan.
Persoalan yang muncul dalam menggunakan informasi masa lalu adalah bahwa masa
mendatang bukan hanya merupakan refleksi dari apa yang telah terjadi di masa lalu.
Perubahan kondisi ekonomi, kebutuhan dan keinginan konsumen, kondisi persaingan, dan
perubahan lain selalu terjadi di masa mendatang. Semua perubahan tersebut tentunya
mensyaratkan bahwa perencanaan yang dibuat oleh manajer seharusnya didasarkan atas
estimasi apa yang akan terjadi di masa mendatang, dan bukannya mendasarkan pada
ringkasan kejadian atau transaksi masa lalu
4. Rentang waktu
Ditinjau dari rentang waktu yang dicakup oleh laporan yang dihasilkan, akuntansi
keuangan mencakup jangka waktu yang sudah ditentukan, biasanya satu tahun, setengah
tahun, satu kwartal atau satu bulan. Periode waktu yang dicakup oleh akuntansi keuangan
biasanya kurang fleksibel. Sekali ditetapkan bahwa neraca dan laporan laba rugi akan
diterbitkan setiap setahun, jangka waktu ini jarang sekali mengalami perubahan.
Dilain pihak rentang waktu yang didicakup oleh akuntansi manajemen adalah sangat
bervariasi, dari harian, mingguan sampai bulanan.
5. Criteria bagi informasi akuntansi
Akuntansi keuangan terikat oleh aturan ekstrenal dalam menghasilan informasinya.
Laporan akuntansi keuangan yang disusun untuk keperluan eksternal harus didsarkan pada
standar akuntansi yang diterima umum. Pemakai eksternal harus memperoleh keyakinan
bahwa laporan sudah disusun sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dengan
mendasarkan pada aturan tersebut, maka informasi yang dihasilkan akan memiliki daya
banding yang tinggi serta membentu mengurangi kecurangan dan salah tafsir.
Akuntansi manajemen diselenggarakan tanpa adanya aturan yang formal yang mengikat.
Hal itu disebabkan akuntansi manajemen lebih diarahkan pada pemenuhan berbagai macam
informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh para manajer untuk melaksanakan kegiatan
mereka, tidak ada urusan sama sekali dengan pihak luar. Dengan demikian format dan isi
laporan sesuai dengan kebutuhan para manajer itu sendiri. Satu-satunya aturan (batasan)
yang perlu ditetapkan dalam akuntansi manajemen adalah pertimbangan manfaat (benefit)
yang diperoleh dari informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen dan biaya (cost)
dalam rangka menghasilkan informasi tersebut.
6. Disiplin sumber
Akuntansi merupakan ilmu terapan. Sebagai ilmu terapan, akuntansi mendasarkan pada
prinsip dan konsep yang dikembangkan dalam suatu ilmu dasar atau disiplin. Akuntansi
keuangan hanya bersumber pada satu disiplin, sedangkan akuntansi manajemen berdasar
pada dua disiplin sumber.
Akuntansi keuangan mendasarkan pada disiplin ilmu ekonomi yang mengatur prinsip-
prinsip yang membimbing pengambilan keputusan dalam mengunakan sumber-sumber yang
langka. Akuntansi manajemen selain mendasarkan pada ilmu ekonomi juga mendasarkan diri
pada ilmu psikologi social, yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang membimbing
perilaku manusia dan organisasi.
7. Isi laporan
Akuntansi keuangan menghasilkan laporan keuangan periodic yang umumnya terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas. Laporan ini berisi
informasi ringkas posisi keuangan pada tanggal tertentu, hasil usaha perubahan modal dan
perubahan posisi keuangan untuk periode tertentu. Karena laporan tersebut ditujukan untuk
menemnuhi kebutuhan pihak luar perusahaan, maka informasi yang disajikan di dalamnya
bersifat ringkas dan mengenai perusahaan secara keseluruhan.
Akuntansi manajemen yang menghasilkan laporan keuangan untuk manajemen dari
berbagai jenjang organisasi umumnya menyajikan informasi rinci mengenai bagian-bagian
tertentu perusahaan.
8. Sifat informasi
Informasi yang disajikan untuk pihak luar memerlukan ketepatan yang tinggi, karena
umumnya menyangkut masa yang telah lalu. Ketidaktepatan informasi untuk pihak luar akan
menyebabkan berkurangnya kepercayaan pihak luar terhadap laporan keuangan yang
dihasilkan oleh akuntansi keuangan.
Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen digunakan untuk pengambilan
keputusan oleh para manajer. Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan
dating, oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan adalah
informasi yang akan dating. Informasi ini brisi unsure taksiran yang besar.
Kesimpulan :
Secara garis besar perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen adalah
sebagai berikut :
Akuntansi keuangan Akuntansi manajemen
Pemakai utama Para manajer puncak dan pihak Para manajer puncak dari berbagai
luar perusahaan jenjang organisasi
Lingkup informasi Perusahaan keseluruhan Bagian perusahaan
Focus informasi Masa lalu Masa yang akan dating
Rentang waktu Kurang fleksible Fleksibel
Criteria informasi Diatur oleh prinsip Tidak ada prinsip yang mengatur
Disiplin sumber Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi & psikologi sosial
Isi laporan Perusahaan keseluruhan Bagian-begian perusahaan
Sifat informasi Ketepatan informasi Berupa taksiran

Akuntansi Biaya
Dan
Pengertian Biaya Bab 2

kuntansi dapat didefinisakn sebagai suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,

A
pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Definisi ini menunjukan
bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang komplek dan menyangkut berbagai
macam kegiatan.
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian
biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya. Objek dari akuntansi biaya adalah biaya.
Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian serta penafsiran informasi
biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya
harus memeprhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya
merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Proses akuntansi biaya dapat pula ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi
manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen.
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok : penentuan biaya produksi, pengendalian
biaya dan pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kebutuhan biaya produksi akuntansi biaya
mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan jasa atau produk. Biaya yang
dikumpulkan atau disajikan adalah biaya yang telah terjadi dimasa lalu atau biaya historis.
Umumnya akuntansi biaya untuk menentukan biaya produksi ini ditujuakn untuk memenuhi
kebutuhan pihak luar perusahaan. Oleh karena itu, untuk melayani kebutuhan pihak luar tersebut
akuntansi biaya untuk penentuan biaya produksi harus tunduk kepada prinsip akuntansi yang
diterima umum. Disamping itu penentuan biaya produksi juga untuk memenuhi kebutuhan
manajemen.
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk memproduksi satu satuan prosuk. Jika biaya yang seharusnya telah ditetapkan, akuntansi
biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan
biaya yang seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap
penyimpangan biaya sesungguhnya tersebut. Dari analisis penyimpangan dan penyebabnya
tersebut manajemen dapat mempertimbangkan pendapat koreksi, jika hal itu perlu dilakukan.
Dari analisis ini juga manajer puncak dapat mengadakan penilaian prestasi para manajer
dibawahnya.
Pengambilan keputusan menyangkut masa yang akan dating. Oleh karena itu informasi
yang relevan dengan pengambilan keputusan selalu berhubungan dengan informasi biaya yang
akan dating. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan menyajikan informasi biaya yang
akan dating (future cost). Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya,
melainkan hasil dari suatu proses peramalan. Karena pengambilan keputusan merupakan
sebagian besar kegiatan manajemen perusahaan.

BIAYA :
Telah dijelaskan diatas bahwa biaya adalah merupakan obyek yang dicatat, digolongkan,
diringkas, dan disajikan oleh akuntansi biaya. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Dari definisi diatas suatu unsure disebut dengan biaya apabila mempunyai criteria
:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
4. Pengorbanan mempunyai tujuan tertentu.
Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomis untuk
memperoleh aktiva. Untuk membedakan biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit
biasanya digunakan istilah kos. Jika pengorbanan sumber ekonomis tersebut tidak menghasilkan
manfaat, maka pengorbanan tersebut merupakan rugi. Jika seorang pengusaha telah
mengeluarkan biaya tetapi pengorbanannya tidak mendatangkan pendapatan (revenue) maka
pengorbanan tersebut rugi.

MENGGAPA INFORMASI BIAYA DIPERLUKAN


Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu system yang mengolah masukan menghasilkan
keluaran. Perusahaan yang bertujuan mencarai laba maupun yang tidak bertujuan mencari laba
mengolah masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber
ekonomi lain yang nilainya harus lebih tinggi dari pada nilai masukannya. Oleh karena itu baik
dalam usaha yang bermotif mencari laba maupun yang bermotif tanpa mencari laba, manajemen
harus selalu berusaha agar nilai keluaran (pendapatan) harus lebih besar dari nilai masukan
(Biaya) sehingga organisasi dapat menghasilkan laba atau sisa hasil usaha.

KLASIFIKASI BIAYA
I. Biaya berdasarkan Unsur Produk
1. Bahan-bahan : bahan utama yang dipakai di dalam produksi yang kemudian diproses
menjadi produk jadi melalui penambahan upah langsung dan FOH
 Bahan Langsung : semua bahan yang dapat dikenal sampai menjadi produk jadi, dapat
dengan mudah ditelusuri dan merupakan bahan utama produk jadi
 Bahan tidak langsung : semua bahan yang dimasukkan ke dalam proses produksi yang
tidak dapat dengan mudah ditelusuri seperti bahan langsung.
2. Tenaga Kerja/Buruh : usaha fisik atau usaha mental yang dikeluarkan di dalam produksi
suatu produk
 TK. Langsung : semua TK yang secara langsung terlibat dengan produksi produk jadi
dan dapat juga ditelusuri dengan mudah, merupakan biaya TK langsung utama dalam
menghasilkan suatu produk.
 TK. Tidak langsung : semua TK yang secara terlibat salam proses produksi produk
jadi, tetapi bukan TK langsung.
3. Overhead Pabrik (FOH) : semua biaya yang terjadi di pabrik selain bahan langsung (BB)
dan upah TK langsung, merupakan kumpulan dari berbagai rekening yang terjadi di dalam
eksploitasi pabrik.

II. Biaya Hubungannya Dengan Produksi


1. Biaya Prima (Prime Cost) : biaya bahan baku langsung dan biaya TK langsung di mana
biaya tersebut berhubungan langsung dengan produksi
2. Biaya Konversi (Convertion Cost) : biaya yang berhubungan dengan mengolah bahan baku
menjadi produk jadi sehingga CC terdiri dari biaya TK langsung dan FOH

III. Biaya Hubungannya Dengan Volume


1. Biaya Variabel (Variable Cost) : biaya yang secara total cenderung berubah-ubah secara
proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi sedangkan per unitnya cenderung
tetap konstan.
2. Biaya Tetap (Fixed Cost) : biaya yang dalam unit berubah-ubah dan dalam total selalu
konstan, meskipun dalam batas interval tertentu
3. Biaya Semi variabel (Semi variable Cost) : biaya yang mengandung dua unsur biaya yaitu
biaya tetap dan biaya variabel (FC & VC)
4. Biaya Penutupan (Shutdown Cost) : biaya tetap yang akan dibebankan ketika perusahaan
tidak melakukan aktivitas produksi

IV. Biaya Pembebanannya terhadap Departemen


1. Departemen Produksi :Suatu departemen yang secara langsung memberi kontribusi untuk
memproduksi suatu item dan memasukkan departemen dimana proses konversi atau proses
produksi berlangsung
2. Departemen Jasa : suatu departemen yang berhubungan dengan proses prosuksi secara tidak
langsung dan berfungsi memberikan jasa (layanan) untuk departemen lain.
V. Biaya Daerah Fungsional
1. Biaya Manufaktur : Biaya ini berhubungan dengan produksi suatu barang, merupakan
jumlah dari biaya BB, TK langsung dan FOH
2. Biaya Pemasaran : biaya yang dibebankan di dalam penjualan suatu barang atau jasa dari
keluarnya barang dari gudang sampai ke tangan pembeli.
3. Biaya Administrasi : biaya yang dibebankan untuk mengarahkan, mengawasi dan
mengoperasikan suatu perusahaan dan memasukkan gaji yang dibayar untuk manajemen
serta staff pembukuan.
VI. Periode Pembebanannya terhadap Pendapatan
1. Biaya Produk : Biaya yang secara langsung dapat diidentifikasikan sampai ke produk jadi,
meliputi biaya bahan langsung, TK langsung dan FOH.
2. Biaya Periodik : Biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan produk dan
karenanya tidak dimasukkan dalam unsur persediaan.
- Revenue expenditure : jika manfaat biaya hanya satu periode
- Capital expenditure : jika manfaat biaya lebih dari satu periode

VII. Biaya Hubungannya dengan Pengawasan Manajemen


1. Biaya Rekayasa : taksiran unsur biaya yang dibebankan dengan jumlahnya yang paling
tepat dan wajar
2. Biaya Kebijakan/discretionary Cost: semua unsur biaya yang jumlahnya bervariasi sesuai
dengan kebijakan manajer pusat pertanggungjawaban.
3. Biaya Komite/Sunck Cost: biaya yang merupakan konsekuensi komitmen yang
sebelumnya telah dibuat dan yang tidak dapat dihindarkan.

Perilaku Biaya Bab 3


S
uatu perusahaan didirikan, salah satu tujuaannya adalah mengoptimalkan laba. Oleh
karena itu manajemen dalam pengambilan keputusan akan dihadapkan salah satunya
adalah perencanaan laba. Dalam persoalan ini, manajemen harus memahami kaitan
antara biaya, pendapatan dan laba untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat.
Kunci untuk memahami perencanaan laba ini terletak pada perilaku struktur biaya dari suatu jenis
usaha.

Sifat dari Biaya Produksi


Sifat dari biaya produksi dapat dibagi tiga, yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya
semi variabel. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak mengalami perubahan dengan
berubahnya volume produksi di dalam tingkat kapasitas yang relevan (relevant range). Contoh
biaya tetap, misalnya biaya sewa pabrik, gaji supervisor, biaya penyusutan mesin dll. Biaya
variabel biaya biaya yang secara langsung berubah sesuai dengan perubahan volume produksi,
contohnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan pembantu dll. Biaya semi
variabel adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Karena biaya semi
variabel sifat mixed cost maka untuk keperluan pengambilan keputusan, khususnya perencanaan
laba perlu dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Ada beberapa metode pemisahan
biaya semivariabel, yaitu 1) the high-low method, 2) the method of least square.

Ilustrasi pemisahan mixed cost:

Data yang dikumpulkan untuk aktivitas setup dari PT Suka Maju terlihat dalam tabel berikut.
Manajer perusahaan percaya bahwa driver aktivitasnya adalah setup hours.

Month Setup cost Setup hours

January $ 1,000 100

February $ 1,250 200


March $ 2,250 300

April $ 2,500 400

May $ 3,750 500

High – Low method

Cahnge in cost

Variabel cost = ----------------------------

Change in activity

Or (Y2 - Y1 )

V = -------------------

(X2 - X1 )

Fixed cost = Y2 - V.X2 atau Y1 - V.X1

Jawab:
$ 3,750 - $ 1,000

Variabel cost = ------------------------ = $ 6.875

500 – 100

Fixed cost = $ 3,750 – ($ 6.875 x 500) = $ 312,50

Cost formula = $ 312,5 + $ 6.875 X

Least square method:

Pemisahan mixed cost dengan cara ini didasarkan pada model regresi sederhana (ordinary least
square).

Manual computatiaon:
Month Setup cost Setup hours XY X2

( Y ) (X )

January $ 1,000 100 $ 100,000 10,000

February $ 1,250 200 $ 250,000 40,000

March $ 2,250 300 $ 675,000 90,000

April $ 2,500 400 $1,000,000 160,000

May $ 3,750 500 $ 1,875,000 250,000

Total $10,750 1,500 $ 3,900,000 550,000

[XY - X.Y/n]

Variabel cost = --------------------------

[X2 - (X) 2 /n]

Y X

Fixed cost = ------ - V. -----

n n

Jawab:

[ 3,900,000 – (1,500 x 10,750 )/5 ]

Variabel cost = -------------------------------------------


[550,000 – (1,500) 2 /5]

= $ 6,75

Fixed cost = $ 10,750/5 - $ 6,75 (1,500/5)

= $ 125

Cost formulation : Y = $ 125 + $ 6,75 X

Secara statistik untuk mengetahui apakah biaya tersebut mempunyai kaitan dengan driver
activity, maka perlu dilihat terlebih dahulu reliability of cost formulation, yaitu dengan melihat
coeeficient determinantion dan correlation.

V [XY - X.Y/n]

Coefficient of determination (R2 ) = ---------------------------

[Y2 - (Y) 2 /n]

R2 menunjukan bahwa variasi perubahan dari variabel Y dapat dijelaskan oleh perubahan
variabel X sebesar % tertentu dan sisanya disebabkan oleh variabel lain

Coeficient of correlation ( r) =  R2

Korelasi (r) menunjukan keeratan hubungan antara variabel Y dengan variabel X

Managerial Judgement
Managerial judgement merupakan critically information dalam menentukan perilaku
biaya. Manager cenderung mendasarkan pengalamannya dalam menentukan hubungan biaya
dengan driver aktivitynya maupun dalam menentukan golongan biaya tetap dan variabel. Akan
tetapi kadangkala dalam menentukan sifat atau golongan biaya mengabaikan mixed cost.
Analisis Break Even (Titik Impas)

Titik brek even adalah suatu kondisi dimana perusahan tidak untung dan tidak rugi
(impas). Kondisi ini penting diketahui oleh manager perusahaan sebagai dasar perencanaan laba.
Titik impas dapat dicari dalam bentuk unit yang dibutuhkan untuk impas atau dalam jumlah
rupiah.

Total biaya tetap

Titik Impas (unit) = ------------------------------------------------------

Harga jual per unit - Biaya variabel per unit

Total biaya tetap

Titik Impas (rupiah) = --------------------------------------

1 - (Harga jual per unit/Biaya variabel per unit)

Pengaruh Perubahan Baiya Tetap, Variabel dan Harga Jual terhadap BEP

Biaya tetap: Jika biaya tetap berubah, maka titik impas akan mengalami perubahan dengan arah
yang sama dengan perubahan biaya tetap.

Biaya variabel : Titik impas akan mengalami perubahan dalam arah yang sama dengan
perubahan dalam biaya variabel per unit. Hal ini terjadi karena biaya variabel per unit naik/turun,
maka marjin kontribusi per unit akan turun/naik, sehingga diperlukan jumlah penjualan dalam
unit yang lebih banyak untuk menutup biaya tetap.

Harga Jual: Kalau harga jual per unit berubah maka titik impas akan berubah dengan arah
kebalikan dari perubahan harga. Jadi kalau suatu perusahaan menaikkan (menurunkan) harga
jual, maka akan dibutuhkan lebih sedikit (lebih banyak) unit yang terjual untuk mencapai posisi
impas.

Analisa Resiko dan Laba


Suatu tingkat prosentase maksimum dengan tingkat mana penjualan yang diharapkan
kemungkinan akan menurun akan tetapi masih bisa menghasilkan laba merupakan suatu ukuran
yang penting bagi manajemen dalam perencanaan laba. Hal ini disebut dengan safety marjin (
margin of safety ) dan di hitung sbb:

Penjualan yang diharapkan - Penjualan pada titik impas

Safety margin = ----------------------------------------------

Penjualan yang diharapkan

Keterbatasan Analisis Cost – Volume – Profit


 Kesulitan dalam mengklasifikasikan biaya ke dalam biaya tetap dan variabel
 Kesulitan dalam menaksir hubungan antara biaya dan volume
 Asumsi mengenai biaya dan output yang bersifat linier
 Sifat keputusan untuk jangka pendek

Penggolongan Biaya
Bab 4

alam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya

D penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena itu dalam akuntansi biaya dikenal konsep. “different
costs for different purposes”
biaya dapat digolongkan menurut :
1. Obyek pengeluaran
Dalam penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan
biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran
yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam perusahaan kertas
adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya
depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur,
biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok :
 Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya
bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-
bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi. Menurut obyek pengeluaran secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory
overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan
biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik sering pula disebut dengan biaya konversi (conversion cost), yang merupakan
biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi
 Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke
gudang pembeli, gaji karyawan bagian yang melakukan kegiatan pemasaran, biaya
contoh (sample)
 Biaya admnistrasi dan umum
Menrupakan biaya-biaya yang untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran
produk. Contoh biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan
bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy.
Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan
biaya komersial (commercial expenses)
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya
dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
 Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada maka secara
otomatis biaya langsung tersebut tidak ada.
 Biaya tidak langsung (indirect cost)
Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya
tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya
produksi produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost).
Biaya produksi ini tidak mudah untuk diidentifikasi.
4. Perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan
menjadi :
 Biaya variable
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Contoh biaya variable adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
 Biaya semivariabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
semivariabel mengandung unsure biaya tetap dan unsure biaya variabel
 Biaya semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah
yang konstan pada volume produksi tertntu
 Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh
biaya tetap adalah gaji direktur produksi.

5. Jangka waktu manfaatnya


Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu
pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan
 Pengeluaran Modal (capital expenditures)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. (biasanya periode
akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai biaya. Contoh pengeluaran modal adalh pembelian aktiva tetap
 Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode terjadinya pengeluaran tersebut.
Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.
Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya tenaga kerja

Metode Pengumpulan Biaya Produksi


Bab 5
Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya : biaya produksi dan biaya
nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan
baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi adalah merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi
dan umum. Biaya produksi membentuk biaya produksi, yang digunakan untuk menghitung biaya
produk jadi dan biaya produk dalam proses pada akhir periode akuntansi masih dalam proses.
Biaya non produksi ditambah dengan biaya produksi untuk menghasilkan total biaya produksi.
Pengumpulan biaya produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar cara
memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam: produksi atas dasar pesanan dan produksi
massa. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya
atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh percetakan, meubel, perusahaan kapal,
pesawat. Perusahaan yang ebrproduksi secara massa melaksanakan pengolahan produkinya untuk
memenuhi kebutuhan gudang. Umumnya produknya standar. Contoh produk semen, pupuk
makanan ternak, tekstil.
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan biaya produksinya
dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method). Dalam metode ini
biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan biaya produksi persatuan dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan.
Perusahaan yang berproduksi secara massa, mengumpulkan biaya produksi dengan
menggunakan metode harga pokok proses (proses cost method). Dalam metode ini biaya-biaya
produksi dikumpulkan untuk periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi
untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan.
Metode penentuan biaya produksi :
Metode penentuan biaya produksi adalah cara menghitung unsure-unsur biaya ke dalam
biaya produksi. Dalam memperhitungkan unsure-unsur biaya ke dalam biaya produksi terdapat
dua pendekatan : Full Costing dan Variabel Costing
Full Costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua
unsure biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable. Dengan
demikian biaya produksi menurut metode Full Costing adalah terdiri dari unsure-unsur sebagai
berikut :
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variable xx
Biaya overhead tetap xx
Biaya produksi xx
Variable costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variable ke dalam biaya produksi. Yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable. Dengan
demikian biaya produksi menurut metode variable costing adalah sebagai berikut :
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variable xx
Biaya produksi xx
Laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi. Untuk itu memahami bagaimana
pengolahan data biaya dalam akuntansi biaya, ada baiknya dipahami lebih dahulu perbedaan
laporan laba rugi yang disajikan perusahaan dagang dengan laporan laba rugi yang dihasilkan
oleh perusahaan manufaktur.
Kegiatan perusahaan dagang berupa pembelian barang dagangan dari perusahaan lain dan
penjualan barang dagang tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur. Perusahaan
dagang tidak melakukan pemrosesan tarhadap barang dagang yang dibeli. Untuk menjalankan
usaha dagangnya, perusahaan dagang mengeluarkan sumber ekonomi untuk memperoleh barang
dagangannya, mengeluarkan biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran. Pengorbanan
ini dikelompokan menjadi tiga hal :
1. Pengorbanan sumber ekonomis untuk mendapatkan barang dagangan dari perusahaan lain.
Pengorbanan ini dikelompokan dalam “ harga pokok penjualan “.
2. Pengorbanan sumber ekonomis untuk kegiatan pemasaran barang dagangan. Pengorbanan ini
dikelompokan dalam “ biaya pemasaran “.
3. Pengorbanan sumber ekonomis untuk kegiatan selain mendapatkan barang dagangan.
Pengorbanan ini dikelompokan dalam “ biaya administrasi dan umum “.
Kegiatan perusahaan manufaktur terdiri dari pengolahan bahan baku menjadi produk jadi
dan penjualan produk jadi tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain. Kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi tersebut memerlukan kelompok pengorbanan
sumber ekonomis: (1) pengorbanan bahan baku, (2) pengorbanan jasa tenaga kerja. (3)
pengorbanan jasa fasilitas. Untuk memasarkan produk jadi perusahaan manufaktur memerlukan
pengorbanan sumber ekonomis yang dikelompokan ke dalam tiga golongan:
1. Pengorbanan sumber ekonomis untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “ Biaya produksi ” dan dirinci menjadi biaya
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
2. Pengorbanan sumber ekonomis untuk kegiatan pemasaran produk jadi. Pengorbanan ini di
kelompokkan menjadi “ Biaya pemasaran “
3. Pengorbanan sumber ekonomis untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk.
Pengorbanan ini dikelompokkan menjadi “ Biaya administrasi dan umum “.
Dalam pendekatan variable costing, berbagai pengorbanan sumber ekonomis disajikan
dalam laporan laba rugi menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya dalam laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable costing
disajikan dalam dua kelompok yaitu biaya variable dan biaya tetap.

Siklus Akuntansi Biaya Bab 6

Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur dipengaruhi oleh siklus kegiatan
usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai dengan pembelian barang
dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut diakhiri dengan penjualan kembali barang
dagang tersebut. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dengan pencatatan harga
pokok barang yang dibeli dan diakhiri dengan penyahian harga pokok barang yang terjual.
Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah untuk menyajikan informasi harga
pokok barang dagangan yang dijual, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Siklus akuntansi perusahaan jasa dimulai dengan persiapan penyerahan jasa dan berakhir
dengan penyerahan jasa kepada pemakainya. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya
dimulai dengan pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan disajikannya
harga pokok jasa yang diserahkan. Akuntansi biaya dalam perusahaan jasa bertujuan untuk
menyajikan informasi harga pokok persatuan jasa yang diserahkan kepada pemakai.
Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku dibagian
produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jasa ke bagian gudang. Dalam perusahaan
tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang
dimasukan dalam proses produksi., dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya
harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Akuntansi
biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok produksi
persatuan produk jadi yang diserahkan bagian gudang.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses
pengolahan produk, sejak dari dimasukannya bahan baku ke dalam proses produksi sampai
dengan dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut.
Hubungan antara siklus pembuatan produk dengan siklus akuntansi biaya dapat dilihat
dalam gambar dibawah ini.

Siklus Pembuatan Produk

Pembelian dan
penyimpanan
bahan Baku

Pengolahan bahan
baku menjadi
produk jadi

Penyimpanan
Produk Jadi dalam
gudang
Siklus Akuntansi Biaya

Penentuan Harga Pokok


Bahan Baku yang dibeli

Penentuan Harga Pokok


Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
Bahan Baku yang dipakai

Pengumpulan Biaya
Produksi

Penentuan Harga Pokok


Produk Jadi
Siklus akuntansi biaya dapat pula digambarkan melalui hubungan rekening-rekening
buku besar. Untuk menampung biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi, di dalam buku besar dibentuk rekening-rekening sebagai berikut :
Barang dalam proses Digunakan untuk mencatat biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik (debit), dan harga pokok
produk jadi yang ditransfer ke bagian gudang (kredit)
Persediaan Bahan Baku Digunakan untuk mencatat harga pokok bahan baku yang dibeli
(debit), dan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam prduksi
(kredit)
Gaji dan Upah Rekening ini merupakan rekening antara (clearing account) yang
digunakan untuk mencatat utang gaji & upah (debit) dan upah
langsung yang digunakan untuk mengolah produk (kredit)
Biaya overhead pabrik Digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
dibebankan dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan
dimuka (kredit)
Biaya overhead pabrik Digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya sesungguhnya terjadi (debit)
Persediaan produk jadi Digunakan untuk mencatat harga pokok produk jadi yang
ditransfer dari bagian produksi ke bagian gudang (debit) dan
harga pokok produk jadi yang dijual (kredit)
Persediaan produk dalam Digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang pada akhir
proses periode masih dalam proses (debit)

Metode harga pokok


Pesanan Bab 7

Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik


kegiatan produksi perusahaan tersebut. Oleh karena itu sebelum dibahas metode harga pokok
pesanan, perlu diuraikan lebih dahulu karakteristik kegiatan usaha perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan yang berpengaruh terhadap metode pengumpulan biaya produksi.
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk
jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai maka
proses produksi dihentikan, dan mulai dengan pesanan berikutnya
2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan
demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi kebutuhan gudang.
Karakteristik usaha perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan tersebut diatas
berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi
dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai spesifikasi pemesan dan setiap
jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua
kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu
berdasarkan biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke
dalam harga pokok pesanan berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka.
5. Harga pokok peoduksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara
membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah
unit produksi yang dhasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
Dalam perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, informasi harga pokok
produksi perpesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menetukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produksnya berdasarkan
spesifikasi dari pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan
ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan
pesanan tertentu. Formula untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada
pemesan adalah sebagai berikut :
Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp xx
Taksiran biaya non produksi yang dibebankan ke pemesan xx
Taksiran total biaya pesanan Rp xx
Laba yang diinginkan xx
Taksiran harga jual Rp xx
2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan
Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan sudah terbetuk dipasar, sehingga
keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau menolak pesanan.
Tanpa memiliki informasi total harga pokok pesanan, manajemen tidak memiliki jaminan
apakah harga yang diminta oleh pemesan dapat mendatangkan laba bagi perusahaan. Total
harga pokok pesanan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Biaya produksi pesanan :
Taksiran Biaya bahan baku Rp xx
Taksiran Biaya tenaga kerja xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx
Taksiran total biaya produksi Rp xx
Biaya non produksi :
Taksiran biaya administrasi dan umum Rp xx
Taksiran biaya pemasaran xx
Taksiran biaya non produksi Rp xx
Taksiran total harga pokok pesanan Rp xx

3. Memantau realisasi biaya produksi


Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan
yang diterima untuk memantau apakah proses produksi untuk memenuhi pesanan tertentu
menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengann yang diperhitungkan sebelumnya.
Pengumpulan biaya produksi per pesanan tersebut dilakukan dengan mengunakan metode
harga pokok pesanan. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk
pesanan tertentu dilakukan dengan formula sebagai berikut :

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx


Biaya tenaga kerja sesungguhnya xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx
Total biaya produksi sesungguhnya Rp xx

4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan


Untuk mengetahui apakah pesanan tertentu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan
rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk
mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan
laba atau rugi. Laba atau rugi broto tiap pesanan dihitung sebagai berikut :
Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx
Biaya produksi pesanan teretntu :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx
Total biaya produksi pesanan Rp xx ₋
Laba bruto Rp xx

5. Menentukan harga pokok produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dineraca
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat laporan pertanggungjawaban secara periodic,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di
dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga
pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut,
manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya prduksi tiap pesanan. Bedasarkan catatan
biaya prduksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menetukan biaya produksi yang
melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca belum
diserahkan kepada pemesan.

Bagan aliran biaya produksi dalam rekening buku besar ;

Persediaan bahan baku Barang dalam proses Persediaan produk jadi

Persediaan bahan baku


Persediaan bahan baku

Rekening Kontrol dan Rekening Pembantu


Akuntansi biaya menggunakan banyak rekening pembantu untuk merinci biaya-biaya
produksi. Rekening-rekening pembantu (subsidiary account) ini dikontrol ketelitiannya dengan
menggunakan rekening control (controlling account) di dalam buku besar. Rekening control
menampung data yang bersumber dari jurnal, sedangkan rekening pembantu digunakan untuk
menampung data yang berasal dari dokumen sumber. Gambar berikut melukiskan hubungan
antara rekening control dengan rekening pembantu.

Dokumen Jurnal Buku besar


sumber
Rekening
kontrol

Rekonsiliasi

Buku pembantu

Rekening
pembantu

Untuk mencatat biaya produksi, didalam buku besar dibentuk rekening control Barang
dalam proses. Rekening ini dapat dipecah lebih lanjut menurut unsure biaya produksi, sehingga
ada tiga macam rekening Barang Dalam Proses berikut ini:
Barang Dalam Proses – Biaya bahan baku
Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Langsung
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, rekening barang dalam proses
dapat dirinci lebih lanjut menurut departemen dan unsure biaya produksi seperti dibawah ini :
Barang Dalam Proses – Biaya bahan baku Departemen A
Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Langsung Departemen A
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen A
Barang Dalam Proses – Biaya bahan baku Departemen B
Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Langsung Departemen B
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen B
Untuk mencatat biaya non produksi, didalam buku besar dibentuk rekening control Biaya
Administrasi dan umum dan Biaya Pemasaran. Rekening biaya pemasaran digunakan untuk
menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan rekening biaya
administrasi dan umum digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi di fungsi
administrasi dan umum
Untuk mencatat pemakaian bahan baku yang dipakai dalam pembuatan suatu produk,
jurnal yang dibuat adalah :
Barang dalam proses xx
Persediaan bahan baku xx
Untuk mencatat depresiasi gedung ;
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
Akumulasi depresiasi gedung xx
Untuk mencatat telex :
Biaya administrasi dan umum xx
Kas xx

Untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan oleh bagian pemasaran;
Biaya pemasaran xx
Akumulasi depresiasi kendaraan xx

Kartu Harga Pokok


Kartu harga pokok merupakan catatan penting dalam metode harga pokok pesanan. Kartu
harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan
biaya produksi tiap pesanan.
Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung (biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja) dan biaya produksi tidak langsung (BOP). Biaya produksi langsung dicatat
dalam kartu biaya pesanan yang bersngkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dicatat dalam kartu biaya pesanan berdasarkan suatu tarif tertentu. Contoh kartu biaya
pesanan sebagai berikut:

PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : Pemesan :
Jenis Produk : Sifat Pesanan :
Tgl Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga Jual :
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

Tgl No Ket Jml Tgl No Jml Tgl Jam Tarif Jml


BPBG Kartu Mesin
Jam
Kerja

Contoh kasus
PT ABC dalam menyelesaikan suatu pesanan no 110 menghabiskan rincian biaya sebagai
berikut:
a. Biaya bahan baku
Kertas jenis X 85 rem @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta jenis B 5 kg @ Rp 100.000 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 110 Rp 1.350.000
b. Biaya tenaga kerja
Upah langsung untuk pesanan 110 adalah 225 jam @ Rp 4.000 Rp 900.000
c. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya
tenaga kerja langsung
Pesanan 110 150% x Rp 900.000 Rp 1.350.000
Dari data diatas kita masukan ke dalam kartu biaya pesanan sebagai berikut:
PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : 110 Pemesan :
Jenis Produk : Sifat Pesanan :
Tgl Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga Jual :
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

Tgl No Ket Jml Tgl No Jml Tgl Dasar Tarif Jml


BPBG Kartu
Jam
Kerja
Kertas 850.000 900.000 BTKL* 150% 1.350.000
X 500.000
Tinta
B 1.350.000 Jumlah 900.000 Jumlah 1.350.000

Jumlah

Jumlah total biaya produksi 3.600.000

*BTKL = Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung


1. Pencatatan akuntansi metode harga pokok pesanan
a. Akuntansi biaya bahan baku
Untuk pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal
Persediaan bahan baku xxx
Utang usaha/Kas xxx
(jurnal jika menggunakan metode perpetual)

Pembelian xxx
Utang usaha/Kas xxx
(jurnal jika menggunakan metode periodik)
Sedangkan untuk penggunaan bahan baku dicatat dengan jurnal:
Barang dalam proses xxx
Persediaan bahan baku xxx
Missal dari contoh diatas diketahui total pemakaian bahan baku sebesar Rp 1.350.000 maka
jurnalnya adalah
Barang dalam proses 1.350.000
Persediaan bahan baku 1.350.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah
BOP sesungguhnya xxx
Persediaan bahan penolong xxx
b. Akuntansi biaya tenaga kerja
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang adalah
Gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
Jurnal untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja adalah
Barang dalam proses xxx
BOP sesungguhnya xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya pemasaran xxx
Gaji dan upah xxx

Dari contoh soal diatas maka jurnal untuk mencatat pemakaian biaya tenaga kerja adalah
Barang dalam proses 900.000
Gaji dan upah 900.000
c. Akuntansi biaya overhead pabrik
Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi adalah:
BOP sesungguhnya xxx
Macam-macam biaya xxx
Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP adalah:
Barang dalam proses xxx
BOP yang dibebankan xxx
Kemudian BOP yang dibebankan ditutup ke BOP sesungguhnya dengan jurnal
BOP yang dibebankan xxx
BOP sesungguhnya xxx
Dari contoh kasus diatas maka jurnal untuk mencatat pembebanan BOP adalah
Barang dalam proses 1.350.000
BOP yang dibebankan 1.350.000
BOP yang dibebankan 1.350.000
BOP sesungguhnya 1.350.000
d. Akuntansi untuk produk jadi
Jurnal untuk produk jadi adalah
Persediaan produk jadi xxx
Barang dalam proses xxx
Misal dari contoh diatas pesanan 110 telah selesai diproduksi maka dari kartu biaya pesanan
akan dapat dihitung biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk pesanan yang
bersangkutan. Harga pokok pesanan 110 dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku 1.350.000
Biaya tenaga kerja 900.000
BOP 1.350.000
Total harga pokok pesanan 110 3.600.000
Maka jurnalnya adalah
Persediaan produk jadi 3.600.000
Barang dalam proses 3.600.000
e. Akuntansi untuk harga pokok produk dalam proses
Jurnal untuk mencatat produk dalam proses adalah
Persediaan produk dalam proses xxx
Barang dalam proses xxx
f. Akuntansi untuk pesanan yang dijual
Jurnal untuk mencatat pesanan yang telah terjual adalah
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi xxx
Piutang dagang/Kas xxx
Penjualan xxx
Misal pesanan 110 telah dijual dengan harga Rp 5.200.000 maka jurnalnya adalah
Harga pokok penjualan 3.600.000
Persediaan produk jadi 3.600.000
Piutang dagang/Kas 5.200.000
Penjualan 5.200.000

Metode Harga Pokok Proses


Satu departemen Produksi Bab 8

etode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang

M digunakan oleh perusahaan yang berproduksi secara massa. Di dalam metode ini, biaya
produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya
produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses
tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses
tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi
perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi secara massa, karakteristik produksinya adalah
sebagai berikut :
1. Produk yang dihasilkan adalah produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.

Perbedaan metode harga pokok proses dan harga pokok pesanan


1. Pengumpulan Biaya Produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan
metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per departemen per periode
akuntansi

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi persatuan


Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi persatuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan selesai diproduksi. Metode
harga pokok proses menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total
biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan
3. Penggolongan Biaya Produksi
Metode harga pokok pesanan membagi biaya produksi menjadi biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung. Di dalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya
produksi langsung dan tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan
hanya menghasilkan satu macam produk. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
4. Unsur Biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
Metode harga pokok pesanan membagi biaya overhead pabrik menjadi dua yaitu biaya
overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka dan biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Dalam metode harga pokok proses, biaya
overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.

Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi


1. Menetukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang berproduksi secara massa memproses produksinya untuk memenuhi
kebutuahn gudang. Dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu
untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Kebijakan penetapan harga
jual yang didasarkan pada biaya menggunakan formula sebagai berikut :
Taksiran biaya produksi untuk untuk jangka waktu tertentu Rp xx
Taksiran biaya non produksi untuk jangka waktu tertentu xx
Taksiran total biaya untuk jangka waktu tertentu Rp xx
Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu xx :
Taksiran harga pokok produk persatuan Rp xx
Laba per unit produk yang diinginkan xx
Taksiran harga jual per unit yang dibebankan ke pembeli Rp xx
2. Memantau realisasi biaya produksi :
Biaya produksi sesungguhnya bulan …..
Biaya bahan baku sesungguhnya
Biaya tenaga kerja sesungguhnya
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
3. Menghitung laba atau rugi broto
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang dilaporkan
di neraca

Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok proses dalam pengumpulan
biaya produksi, berikut ini disajikan contoh penggunaan metode harga pokok proses yang belum
memperhitungkan dampak adanya persediaan produk dalam proses awal.
PT “YACHA” mengolah Produksinya secara masa melalui satu departemen Produksi. Jumlah
biaya yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 adalah sebagai berikut :

Biaya Bahan Baku Rp 5.000.000


Biaya Bahan Penolong 7.500.000
Biaya Tenaga Kerja 11.250.000
Biaya Overhead Pabrik 16.125.000
Total Biaya Produksi 39.875.000

Jumlah Produk yang dihasilkan selama bulan tersebut :

Produk jadi 2.000 Kg

Produk dalam Proses akhir bulan dengan tingkat 500 Kg

Penyelesaian sebagai berikut :

Biaya Bahan Baku 100%, Biaya Bahan Penolong 100%

Biaya Tenaga Kerja 50%, Biaya Overhead Pabrik 30%

Yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang dan harga pokok produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai
diproduksi. Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan perhitungan biaya produksi persatuan
Untuk mrnghitung biaya produksi persatuan yang dikeluarkan dalam bulan Desember 2009 perlu
dilakukan perhitungan Unit Equivalensi dengan cara sebagai berikut :

1. Biaya Bahan Baku yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 100%. Hal ini berarti bahwa bahan baku sebesar Rp 5.000.000 telah digunakan
untuk menyelesaikan produk jadi 2.000 kg dan 500 kg produk dalam proses. Dengan
demikian unit equivalensi biaya bahan baku adalah 2.500 Kg. Dihitung dengan cara : 2.000 +
(100% x 500) = 2.500 Kg
2. Biaya Bahan Pembantu yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 100%. Hal ini berarti bahwa bahan penolong sebesar Rp 7.500.000 telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi 2.000 kg dan 500 kg produk dalam proses.
Dengan demikian unit equivalensi biaya bahan baku adalah 2.500 Kg. Dihitung dengan cara :
2.000 + (100% x 500) = 2.500 Kg
3. Biaya Tenaga kerja yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 50%. Hal ini berarti bahwa biaya tenaga kerja sebesar Rp 11.250.000 telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi 2.000 kg dan 250 kg produk dalam proses.
Dengan demikian unit equivalensi biaya bahan baku adalah 2.250 Kg. Dihitung dengan cara :
2.000 + (50% x 500) = 2.250 Kg
4. Biaya Overhead Pabrik yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 30%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik sebesar Rp 16.125.000 telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi 2.000 kg dan 150 kg produk dalam proses.
Dengan demikian unit equivalensi biaya bahan baku adalah 2.150 Kg. Dihitung dengan cara :
2.000 + (30% x 500) = 2.150 Kg

Perhitungan Harga Pokok Produksi Persatuan :

Unsur Biaya Produksi Total Biaya Unit Equivalen Biaya Produksi/sat


Biaya Bahan Baku 5.000.000 2.500 2.000
Biaya Bahan Penolong 7.500.000 2.500 3.000
Biaya Tenaga Kerja 11.250.000 2.250 5.000
Biaya Overhead Pabrik 16.125.000 2.150 7.500
Total Biaya Produksi 39.875.000 17.500
Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk Dalam Proses :

Harga Pokok Produk Jadi :(2.000 x 17.500) 35.000.000


Harga Pokok Produk Dalam Proses
BBB : 500 x 100% x 2.000 1.000.000
BBP : 500 x 100% x 3.000 1.500.000
BTK : 500 x 50% x 5.000 1.250.000
BOP : 500 x 30% x 7.500 1.125.000
Jumlah Biaya Produksi Bulan Desember 2009 4.875.000

Laporan Biaya Produksi Bulan Desember

PT YACHA
Laporan Biaya Produksi Bulan Desember 2009

Data Produksi :
Dimasukan dalam Proses 2.500 Kg
Produk Jadi ditransfer ke gudang 2.000 Kg
Produk dalam Proses Akhir 500 Kg
Jumlah Produk yang dihasilkan 2.500 Kg

Jumlah Biaya
Total Unit
Biaya Bahan Baku 5.000.000 2.000
Biaya Bahan Penolong 7.500.000 3.000
Biaya Tenaga Kerja 11.250.000 5.000
Biaya Overhead Pabrik 16.125.000 7.500
Total Biaya Produksi 39.875.000 17.500

Perhitungan Biaya
Harga Pokok Produk Jadi :(2.000 x 17.500) 35.000.000
Harga Pokok Produk Dalam Proses
Biaya Bahan Baku 1.000.000
Biaya Bahan Penolong 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik 1.125.000
4.875.000
Jumlah Biaya Produksi Bulan Desember 2009 39.875.000

Jurnal :

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 5.000.000


Persediaan Bahan Baku 5.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong 7.500.000
Persediaan Bahan Penolong 7.500.000

Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 11.250.000


Gaji dan Upah 11.250.000

Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 16.125.000


Berbagai Rekening yang dikredit 16.125.000

Persediaan Produk Jadi 35.000.000


Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 4.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong 6.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 10.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 15.000.000

Persediaan Produk Dalam Proses 4.875.000


Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 1.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong 1.500.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 1.250.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 1.125.000

Metode Harga Pokok Proses


Lebih dari Satu departemen Produksi Bab 9

H arga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri
dari
1. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
contoh :
PT AJP memiliki dua departemen produksi, Dept. A dan Dept.B untuk menghasilkan produknya.
Data produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan januari 19x1 yaitu :
Dept. A Dept B
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai ditransfer ke Dept. B 30.000 kg
Produk selesai ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan dlm bln Jan 19x1
Biaya bahan baku Rp. 70.000 0
Biaya tenaga kerja Rp. 155.000 Rp. 270.000
BOP Rp. 246.000 Rp. 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam
Proses akhir
BBB 100% -
Biaya konversi 20% 50%
Perhitungan Harga Pokok Produksi per satuan Dept A
Unsur Biaya Prod. Total Biaya Unit Biaya Produksi
Ekuivalensi per Kg
(1) (2) (3) (2) : (3)

BBB Rp. 70.000 35.000 Rp 2


BTK Rp.155.000 31.000 Rp 5
BOP Rp.248.000 31.000 Rp 8
Total Rp.473.000 Rp.15
HPP selesai yang ditransfer ke Dept B = 30.000 x Rp 15 = Rp 450.000
HP Persediaan produk dalam proses akhir :
BBB : 100% x 5.000 x Rp 2 : Rp. 10.000
BTK : 20% x 5.000 x Rp 5 : Rp. 5.000
BOP : 20% x 5.000 x Rp 8 : Rp. 8.000 Rp. 23.000 +
Jml biaya produksi Dept A bln Jan 19x1 Rp. 473.000
Laporan Biaya Produksi Dept A
PT AJP
Laporan Biaya Produksi Dept A bln Jan 19x1

Data Produksi
Dimasukkan dlm proses 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 30.000 kg
Produk dlm proses akhir 5.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg
Biaya yang dibebankan Dept A dlm Bln Jan 19x1
Total Per Kg
BBB Rp. 70.000 Rp. 2
BTK Rp.155.000 Rp. 5
BOP Rp.248.000 Rp. 8
Jumlah Rp.473.000 Rp.15
Perhitungan biaya
HPP jadi yang ditransfer ke Dept B 30.000 kg @ Rp 15 Rp.450.000
HP Pers produk dlm proses akhir
BBB Rp.10.000
BTK Rp 5.000
BOP Rp. 8.000 Rp. 23.000
Jml Biaya produksi yang dibebankan Dept A bln Jab Rp.473.000
Jurnal pencatatan biaya produksi Dept. A
1. jurnal mencatat BBB
BDP BBB Dept A Rp. 70.000
Persd Bhn Baku Rp. 70.000
2. Jurnal mencatat BTK
BDP BTK Dept A Rp. 155.000
Gaji dan upah Rp. 155.000
3. Jurnal mencatat BOP
BDP BOP Dept A Rp 248.000
Berbagai rekening dikredit Rp. 248.000
4. jurnal mencatat HPP jadi yang ditransfer oleh Dept A ke Dept B
BDP BBB Dept B Rp. 450.000
BDP BBB Dept A Rp. 60.000
BDP BTK Dept A Rp.150.000
BDP BOP Dept A Rp.240.000
5. jurnal untuk mencatat HP Persd produk dlm proses yang belum selesai diolah dalam Dept A
pada akhir bln Jan 19x1
Persd Prod dlm Proses Dept A Rp. 23.000
BDP BBB Dept A Rp. 10.000
BDP BTK Dept A Rp. 5.000
BDP BOP Dept A Rp. 8.000

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dept B


Unsur B Prod Total Biaya Unit Ekuivalensi B. Prod/Kg
1 2 3 2:3
BTK Rp.270.000 27.000 Rp. 10
BOP Rp.405.000 27.000 Rp. 15
Total Rp.675.000 Rp. 25
Perhitungan harga pokok produk jadi dan prodk dlm proses Dept B
HP Prod. Selesai yg ditransfer Dept B ke Gudang
HP dari dept A : 24.000 x Rp 15 Rp. 360.000
Biaya yang ditambahkan dept B
24.000 x Rp 25 Rp. 600.000
Total harga poko produk jadi yg ditransfer ke gudang
24.000 x Rp 40 Rp. 960.000
HP Pers Prod. Dlm Proses Akhir
HP dr Dept A : 6.000 x Rp 15 Rp. 90.000
Biaya yg ditambahkan dept B :
BTK : 50% x 6.000 x Rp 10 : Rp. 30.000
BOP : 50% x 6.000 x Rp. 15 : Rp.45.000 +
Rp. 75.000
Total HP Pers. Prod dlm proses Dept B Rp. 165.000 +
Jml Biaya Prod Kumulatif Dept B bln Jan 19x1 Rp.1.145.000
PT AJP
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPT. B
BLN JAN 19X1
Data produksi
Diterima dari dept 30.000 Kg
Prod. Jadi ditransfer ke gudang 24.000 Kg
Pro. Dlm proses akhir 6.000 Kg
Jml prod. Yg dihasilkan 30.000 Kg
Biaya kumulatif yang dibebankan Dept B
Dalam bulan Jan 19x1
Total Per Kg
HP dari Dept A (30.000 Kg) Rp.450.000 Rp. 15
Biaya yg ditambahkan Dept B
BTK Rp. 270.000 Rp. 10
BOP Rp. 405.000 Rp. 15
Jml Biaya yg ditambhakan Dept B Rp. 675.000 Rp. 25
Total biaya kumulatif dept B Rp. 1.125.000 Rp. 40
Perhitungan biaya
HP Prod Jadi yg ditransfer ke gudang
24.000 kg x Rp 40 Rp. 960.000
HP Pers. Prod Dlm Proses akhir
HP dari Dept A Rp 15 x 6.000 Rp. 90.000
Biaya yg ditambahkan dept B
BTK Rp. 30.000
BOP Rp. 45.000 + Rp. 165.000
Jml Biaya Prod Kumulatif yg dibebankan
Dept B bln Jan 19x1 Rp. 1.125.000

Jurnal pencatatan biaya Prod Dept B


1. mencatat penerimaan Prod. Dept A
BDP BBB Dept B Rp 450.000
BDP BBB Dept A Rp. 60.000
BDP BTK Dept A Rp.150.000
BDP BOP Dept A Rp.240.000
2. mencatat BTK
BDP BTK Dept B Rp. 270.000
Gaji dan Upah Rp. 270.000
3. mencatat BOP
BDP BOP Dept B Rp. 405.000
Berbagai rek dikredit Rp. 405.000
4. mencatat HP Prd Jadi yg ditansfer Dept B ke gudang
Pers. Prod Jadi Rp. 960.000
BDP BBB Dept B Rp. 360.000
BDP BTK Dept B Rp. 240.000
BDP BOP Dept B Rp. 360.000
5. mencatat HP Pers Prod.Dlm Proses yg blm selesai dm Dept B pd akhir bln Jan 19x1
Pers Prod. Dlm Proses Dept B Rp. 165.000
BDP BBB Dept B Rp. 90.000
BDP BTK Dept B Rp. 30.000
BDP BOP Dept B Rp. 45.000

Metode Harga Pokok Proses


Adanya Persediaan Awal Proses
Bab 10

D alam pertemuan sebelumnya telah dibicarakan penggunaan metode harga pokok proses
pada perusahaan manufaktur atau pabrik, dengan anggapan bahwa perusahaan dalam
keadaan baru mulai berproduksi pada awal periode atau periode berjalan. Oleh karena itu tidak
ada sediaan barang dalam proses awal periode (Beginnning Work in Process).
Dengan berproduksinya suatu pabrik secara berkelanjutan dari suatu periode ke periode
berikutnya melalui departemen-departemen produksi, biasanya terdapat unit yang belum selesai
atau masih dalam proses pada akhir periode. Unit yang masih dalam proses periode ini secara
otomatis akan menjadi unit dalam proses pada awal periode berikutnya. Contoh : Sediaan barang
dalam proses akhir Januari akan menjadi sediaan barang dalam proses awal Februari.
Apabila pada awal periode terdapat sediaan barang dalam proses, maka timbul masalah
dalam menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini timbul karena sediaan barang dalam proses
tersebut telah menyerap atau mengandung harga pokok dari periode sebelumnya.

Dengan adanya sediaan barang dalam proses awal periode, maka terdapat 2 ( dua )
metode penentuan harga pokok :
1. Metode rata-rata tertimbang ( weighted average method)
2. Metode masuk pertama keluar pertama ( FIFO Method )

Weighted-Average Method
Dalam metode ini yang harus diketahui untuk pembuatan Production Cost report adalah :
1. Tingkat penyelesaian ( % penyelesaian ) BDP awal tidak perlu diperhatikan
2. Informasi rincian biaya yang telah diserap BDP awal harus diperoleh.
3. Setiap elemen biaya dari BDP awal ditambahkan dengan jenis biaya yang sama dari periode
sekarang.
4. Harga pokok atau biaya per unit merupakan hasil bagi dari total biaya setiap elemen biaya
dibagi dengan unit ekuivalennya.
Contoh 1 :
PT. Nadia memiliki 2 departemen produksi yaitu departemen I dan departemen II. Perusahaan ini
menggunakan sistem harga pokok proses untuk menghitung biaya produknya. Berikut data
produksi PT. Nadia selama bulan Januari 2007 :

Keterangan Departemen I Departemen II


BDP awal 10.000 unit 15.000 unit
Biaya dari BDP awal :
 BBB Rp 150.000 -
 BTKL 143.000 Rp 125.000
 BOP 172.000 140.000

 Dari Departemen I - 450.000

Masuk proses 85.000 unit ???? unit

Selesai 80.000 90.000

Hilang 5.000 (awal) 1.000 (akhir)


BDP akhir ??? 4.000 unit

Biaya bulan Januari :


 BBB Rp 2.750.000 Rp -
 BTKL 3.150.000 4.260.000
 BOP 2.900.000 3.840.000

Tingkat Penyelesaian :
BDP awal :
 BBB 60 % -
 Dari departemen I - 100 %
 Biaya Konversi 30 % 40%
BDP Akhir :
 BBB 100 % -
 Dari Dept. I - 100 %
 Biaya Konversi 45 % 40 %

Diminta : Buat Production Cost Report untuk departemen I dan departemen II dengan metode
rata-rata tertimbang. !

Jawab :
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Januari 2007

Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 10.000 unit
Masuk proses 85.000
---------- + 95.000 unit
Output :
Selesai& ditransfer ke dept. II 80.000 unit
BDP akhir 10.000
Hilang (awal) 5.000
----------+ 95.000 unit
 Pembebanan Biaya

Elemen Total Biaya Unit Biaya


Ekuivalen per unit
BBB 150.000 + 2.750.000 = Rp 2.900.000 90.000 Rp 32,22
BTKL 143.000 + 3.150.000 = Rp 3.293.000 84.500 38,97
BOP 172.000 + 2.900.000 = Rp 3.072.000 84.500 36,36
Total Rp 9.265.000 Rp107,55
Perhitungan Biaya
Produk selesai , ditransfer ke dept. II :
80.000 x Rp 107,55 = * Rp 8.603.815

BDP akhir (10.000 unit) :


BBB : (10.000 x 100%) x Rp 32,22 = Rp 322.200
BTKL : (10.000 x 45 %) x Rp 38,97 = 175.365
BOP : (10.000 x 45 %) x Rp 36,36 = 163.620
-------------- +
661.185
----------------+
Total HP. Produksi di Departemen I Rp 9.265.000

* Ada selisih Rp 185 karena pembulatan, seharusnya Rp 8.604.000


 Keterangan
Unit Ekuivalen :
BBB = 80.000 + (10.000 x 100 %) = 90.000
BTKL dan BOP = 80.000 + (10.000 x 45 %) = 84.500

Laporan Harga Pokok Produksi


Departemen II
Bulan Januari 2007

 Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 15.000 unit
Dari departemen I 80.000
------------- + 95.000 unit
Output :
Selesai & ditransfer ke gudang 90.000
BDP akhir 4.000
Hilang (akhir) 1.000
------------- + 95.000 unit
 Pembebanan Biaya
Elemen Biaya Total Biaya Unit Biaya Per
Ekuivalen Unit
Dari Dept. I 450.000 + 8.603.815 = 9.053.815 95.000 Rp 95,30
BTKL 125.000 + 4.260.000 = 4.385.000 92.600 47,35
BOP 140.000 + 3.840.000 = 3.980.000 92.600 42,98
Total Rp 17.418.815 Rp 185,63

 Perhitungan Biaya
Produk selesai :
90.000 x Rp 185,63 = *Rp 16.707.457
Hilang akhir : 1.000 x Rp 185,63 = 185.630
Harga Pokok Produk selesai ditransfer ke gudang Rp 16.893.087
BDP akhir ( 4.000 unit) :
Dari Dept. I = 4.000 (100%) x Rp 95,30 = Rp 381.200
BTKL = 4.000 (40%) x Rp 47,35 = 75.760
BOP = 4.000 (40%) x Rp 42,98 = 68.768
----------------+ 525.728
------------------
Total HP. Produksi di Departemen II Rp 17.418.815

 Keterangan
Unit ekuivalen :
Dari Dept. I = 90.000 + 4000 (100%) + 1.000 = 95.000 unit
Biaya Konversi = 90.000 + 4.000 (40%) + 1.000 = 92.600
* Ada selisih Rp 700 karena pembulatan

FIFO Method ( Metode MPKP)


Karakteristik metode MPKP (FIFO) :
1. Tingkat penyelesaian BDP awal harus diperhatikan karena akan diperhitungkan dalam
unit ekuivalen.
Rumus Unit Ekuivalen nya :
Produk Selesai + BDP akhir (%penyelesaian) – BDP awal (%penyelesaian)

2. Tidak perlu rincian biaya yang diserap oleh BDP awal

Contoh 2.
Menggunakan contoh 1. Tapi dikerjakan dengan metode FIFO .

Laporan Harga Pokok Produksi


Departemaen I
Bulan Januari 2007
 Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 10.000 unit
Masuk proses 85.000
---------- + 95.000 unit
Output :
Selesai& ditransfer ke dept. II 80.000 unit
BDP akhir 10.000
Hilang (awal) 5.000
----------+ 95.000 unit

 Pembebanan Biaya
Elemen Biaya Total Biaya Unit Ekuivalen Biaya Per
Unit
BDP awal Rp 465.000 --
Bulan ini :
BBB 2.750.000 84.000 Rp 32,74
BTKL 3.150.000 81.500 38,65
BOP 2.900.000 81.500 35,58
Rp 9.265.000 Rp 106,97

 Perhitungan Biaya
BDP awal (10.000 unit) :
Dari periode lalu Rp 465.000
Ditambahkan periode ini :
BBB = 10.000 (40%) x Rp 32,74 130.960
BTKL = 10.000 (70%) x 38,65 270.550
BOP = 10.000 (70%) x 35,58 249.060
------------------+
Rp 1.115.570
Produk selesai bulan ini (70.000 unit):
70.000 x Rp 106,97 * Rp 7.487.995
BDP Akhir (10.000 unit) :
BBB = 10.000 (100%) x Rp 32,74= Rp 327.400
BTKL = 10.000 (45%) x Rp 38,65 = 173.925
BOP = 10.000 (45%) x 35,58 = 160.110
--------------+ Rp 661.435
-------------------+
Total HP Produksi di Departemen I Rp 9.265.000
 Keterangan
Unit Ekuivalen :
BBB = 80.000 + 10.000 (100%) – 10.000 (60%) = 84.000 unit
Biaya Konversi = 80.000 + 10.000 (45%) – 10.000(30%) = 81.500

* Ada selisih Rp 95 karena pembulatan

Perbandingan Antara Metode Rata-rata Tertimbang Dengan MPKP


 Perbedaan kunci antara metode rata-rata & MPKP adalah pada penanganan unit-unit sediaan
barang dalam proses awal.
Metode MPKP : memisahkan unit sediaan BDP awal dari unit yang masuk proses dan selesai
dalam periode berjalan.
Metode Rata-rata Tertimbang : tidak membedakan perlakuan terhadap unit sediaan BDP
awal.
 Metode MPKP memisahkan biaya yang melekat pada sediaan BDP awal dari biaya pada
periode berjalan.
Metode Rata-rata : menggunakan biaya per unit rata-rata.
 Metode Rata-rata lebih mudah perhitungannya. Metode ini paling sesuai digunakan jika
harga bahan langsung, biaya konversi, dan tingkat sediaan stabil.
 Metode MPKP : sesuia digunakan jika harga bahan langsung, biaya konversi, atau tingkat
sediaan berfluktuasi.
 Banyak perusahaan lebih menyukai metode MPKP dibanding metode rata-rata untuk tujuan
pengendalian biaya dan evaluasi kinerja karena biaya per unit ekuivalen dengan metode
MPKP hanya menyajikan biaya untuk periode berjalan.
 Dengan metode rata-rata tertimbang, biaya pada periode sebelumnya dan periode berjalan
dicampur, dan penyimpangan kinerja dalam periode berjalan mungkin saja tersembunyi
karena adanya variasi biaya per unit antar periode.
PRODUK RUSAK DAN CACAT DALAM SISTEM HARGA POKOK PROSES
Produk rusak (spoilage) merupakan unit yang tidak dapat diterima sehingga harus
dibuang atau dijual dengan nilai yang lebih rendah. Produk cacat (rework) adalah unit yang perlu
diperbaiki secara ekonomi, sehingga produk tersebut dapat dijual melalui saluran reguler. Sisa
Bahan (Scrap) merupakan bagian dari produk yang tidak memiliki nilai atau jika memiliki,
nilainya sangat kecil.

Produk Rusak
Ada dua jenis produk rusak : produk rusak normal dan produk rusak tidak normal. Produk
rusak normal terjadi dalam kondisi operasi yang efisien dan tidak dapat dikendalikan dalam
jangka pendek dan diperhitungkan sebagai bagian dari biaya produk. Sedangkan produk rusak
tidak normal menyebabkan kerugian melebihi atau di atas perkiraan dalam kondisi operasi yang
efisien dan dibebankan sebagai kerugian dalam periode berjalan.
Biasanya produk rusak ditemukan pada akhir proses dengan demikian ia telah menyerap
biaya produksi sehingga harus dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalen.

Produk Cacat
Sebagaimana diketahui, produk cacat adalah produk yang tidak sesuai standar dan masih
dapat diperbaiki. Maka membutuhkan biaya perbaikan., dapat berupa biaya bahan baku, tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik. Persoalannya adalah perlakuan atas biaya perbaikan tersebut.
Produk cacat dapat bersifat normal ataupun tidak normal. Perlakuan atas biaya tambahan
adalah sebagai berikut :
 Jika cacat normal : biaya perbaikan akan menambah biaya produksi.
 Jika cacat tidak normal : biaya perbaikan diperlakukan sebagai rugi produk cacat. Biaya
produksi tidak bertambah.
Produk cacat masuk dalam perhitungan unit ekuivalen.

PENGARUH LINGKUNGAN MANUFAKTUR BARU


Sistem Just In Time
Tiga pengaruh utama sistem JIT pada metode biaya proses :
1. perbedaan dalam biaya per unit antara metode MPKP dengan rata-rata dapat dikurangi
dengan cara menurunkan unit sediaan.
2. Semakin kecil perbedaan antara sediaan akhir produk selesai dengan sediaan BDP
3. Dibutuhkan cost driver atau dasar pembebanan yang baru (selain tenaga kerja langsung)
untuk membebankan BOP ke proses dan produk.
Sistem Pemanufakturan Fleksibel dan Pemanufakturan Seluler
Semakin banyak perusahaan manufaktur yang menuju Flexible Manufacturing System
(FMS) dan Cellular Manufacturing System (CMS). FMS menggunakan robot dan sistem
penanganan bahan yang dikendalikan oleh komputer untuk menghubungkan beberapa mesin
yang secara cepat dan efisien dapat diubah-ubah dari satu proses produksi ke proses produksi
lainnya.
Pengaruh FMS terhadap penentuan biaya produk sama dengan JIT. Dalam lingkungan
FMS, sistem biaya proses lebih bermanfaat dibanding biaya pesanan karena lebih banyak laporan
akuntansi yang didasarkan pada periode waktu bukan berdasarkan penutupan pesanan.
CMS membentuk sel yang terdiri dari mesin dan peralatan yang dibutuhkan untuk
mengolah bahan atau suku cadang dengan persyaratan pemrosesan yang serupa. Untuk
memperbaiki efisiensi produksi, sebagian besar suku cadang berjalan dalam arah yang sama dari
satu sel ke sel lainnya. Sekumpulan sel yang bertugas membuat produk, membuat suatu bentuk
pabrik yang terfokus. Dengan CMS struktur proses manufaktur dilakukan berdasarkan lini
produk bukan berdasarkan proses. Sehingga sistem penentuan biaya berdasarkan aktivitas
(activity based costing) lebih bermanfaat dibandingkan sistem biaya proses tradisional.

Anda mungkin juga menyukai