dan
Akuntansi manajemen Bab 1
kuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe : akuntansi keuangan dan
A akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri yang
terpisah dari dua tipe akuntansi diatas, namun merupakan bagian keduanya. Oleh karena
itu pembahasan mengenai akuntansi biaya diawali dengan uraian tentang akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen, untuk memperoleh gambaran karakteristik kedua tipe akuntansi tersebut
yang berpengaruh terhadap akuntansi biaya. Akuntansi biaya yang akan dibahas dalam buku ini
menggunakan perusahaan manufaktur.
Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki dua kesamaan. Yang pertama,
kedua tipe akuntansi tersebut merupakan system pengolah informasi yang menghasilkan
informasi keuangan. Meskipun informasi non keuangan juga merupakan informasi yang penting
digunakan dalam akuntansi manajemen dalam pengelolaan perusahaan, namun hampir seluruh
informasi non keuangan tersebut berada diluar ruang lingkup akuntansi. Kesamaan lainnya
adalah dua tipe akuntansi tersebut berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang
bermanfaat bagi seseorang untuk pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan memerlukan informasi untuk pemilihan alternative yang
dihadapinya, diantaranya adalah informasi keuangan. Informasi keuangan ini dihasilkan oleh
akuntansi, namun karena berbagai pengambil keputusan melakukan berbagai macam
pengambilan keputusan yang berbeda, maka informasi keuangan yang diperlukan pun berbeda
pula, sehingga diperlukan tipe akuntansi yang berbeda pula untuk memenuhi kebutuhan
pengambil keputusan tersebut. Tugas akuntan adalah menyediakan informasi keuangan yang
relevan, handal untuk memenuhi berbagai keperluan yang berbeda tersebut.
Perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen terletak pada
berbagai sisi diantaranya :
1. Pemakai laporan akuntansi dan tujuan mereka
Akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyajikan informasi keuangan bagi
pemakai diluar perusahaan. Untuk perusahaan yang besar, pemakai diluar perusahaan ini
meliputi pemegang saham, kreditur, pelanggan, para analis keuangan, karyawan, dan
berbagai instansi pemerintah. Tujuan pemakai luar dalam mendapatkan laporan keuangan
perusahaan adalah agar mereka dapat mengambil keputusan mengenai hubungan mereka
dengan perusahaan yang bersangkutan. Seorang pemegang saham apakah akan membeli
saham dari perusahaan tertentu atau perusahaan lain. Seorang kreditur mungkin memutuskan
apakah dia akan memperluas kreditnya kepada perusahaan tertentu, menetapkan syarat-
syarat pemberian kredit, serta merundingkan syarat-syarat pemberian kredit. Para pekerja
(karyawan) mungkin mengusulkan jumlah kenaikan upah yang dapat dipikul oleh
perusahaan. Instansi Pemerintah memerlukan informasi laba perusahaan untuk menghitung
jumlah pajak penghasilan yang menjadi kewajiban perusahaan. Dari contoh-contoh tersebut,
informasi keuangan perusahaan oleh pihak luar digunakan untuk menetapkan hubungan apa
yang akan dilaksanakan oleh pemakai laporan keuangan tersebut dengan perusahaan.
Akuntansi manajemen ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi keperluan
manajemen. Akuntansi manajemen berhubungan dengan informasi mengenai perusahaan
untuk memberikan manfaat bagi mereka yang berada dalam perusahaan. Sebagai contoh
manajer pemasaran apakah dia akan menerima pesanan baru dari pelanggan barunya yang
mengininkan harga dibawah harga yang telah ditetapkan, namun menghendaki volume
barang dalam jumlah yang besar. Sehingga manajer tersebut membutuhkan informasi
mengenai biaya pembuatan produk yang dipesan tersebut dan perhitungan mengenai laba
yang akan dihasilkan produk tersebut jika pesanan tersebut diterima. Manajer produksi
memerlukan informasi biaya produksi untuk menetapkan tindakan-tindakan yang harus
diambil dalam mendorong efisiensi produksi.
2. Lingkup informasi
Akuntansi keuangan umumnya menyajikan informasi keuangan secara keseluruhan.
Neraca perusahaan menyajikan semua aktiva,utang, dan modal perusahaan sebagai
keseluruhan, sedangkan laporan laba rugi menyajikan hasil kegiatan perusahaan sebagai
keseluruhan pula. Lingkup luas yang dicakup oleh laporan keuangan yang dihasilkan oleh
akuntansi keuangan adalah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai laporan diluar
perusahaan. Pemakai diluar perusahaan membutuhkan informasi untuk pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan. Seorang pemegang
saham akan membeli saham yang dikeluarkan perusahaan bukan bagian perusahaan.
Dalam akuntansi manajemen, manajemen suatu perusahaan dapat mengambil keputusan
hanya mengenai bagian tertentu dari perusahaan. Sebagai contoh adalah keputusan yang
diambil oleh Direktur produksi berhubungan dengan penghentian suatu produk tertentu atau
penghentian mesin tertentu. Oleh karena itu akuntansi manajemen harus dapat menyediakan
informasi keuangan yang relevan dengan bagian-bagian di dalam perusahaan.
3. Focus informasi
Karena perencanaan merupakan bagian yang penting bagi tugas-tugas manajer, maka
akuntansi manajemen berorientasi pada masa mendatang. Sebaliknya, akuntansi keuangan
lebih menekankan pada pelaporan transaksi keuangan masa lalu. Informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan memang bermanfaat untuk melakukan perencanaan, namun hanya
untuk satu poin, yaitu sebagai dasar untuk melakukan prediksi di masa mendatang dengan
memeprtimbangkan berbagai asumsi yang relevan.
Persoalan yang muncul dalam menggunakan informasi masa lalu adalah bahwa masa
mendatang bukan hanya merupakan refleksi dari apa yang telah terjadi di masa lalu.
Perubahan kondisi ekonomi, kebutuhan dan keinginan konsumen, kondisi persaingan, dan
perubahan lain selalu terjadi di masa mendatang. Semua perubahan tersebut tentunya
mensyaratkan bahwa perencanaan yang dibuat oleh manajer seharusnya didasarkan atas
estimasi apa yang akan terjadi di masa mendatang, dan bukannya mendasarkan pada
ringkasan kejadian atau transaksi masa lalu
4. Rentang waktu
Ditinjau dari rentang waktu yang dicakup oleh laporan yang dihasilkan, akuntansi
keuangan mencakup jangka waktu yang sudah ditentukan, biasanya satu tahun, setengah
tahun, satu kwartal atau satu bulan. Periode waktu yang dicakup oleh akuntansi keuangan
biasanya kurang fleksibel. Sekali ditetapkan bahwa neraca dan laporan laba rugi akan
diterbitkan setiap setahun, jangka waktu ini jarang sekali mengalami perubahan.
Dilain pihak rentang waktu yang didicakup oleh akuntansi manajemen adalah sangat
bervariasi, dari harian, mingguan sampai bulanan.
5. Criteria bagi informasi akuntansi
Akuntansi keuangan terikat oleh aturan ekstrenal dalam menghasilan informasinya.
Laporan akuntansi keuangan yang disusun untuk keperluan eksternal harus didsarkan pada
standar akuntansi yang diterima umum. Pemakai eksternal harus memperoleh keyakinan
bahwa laporan sudah disusun sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dengan
mendasarkan pada aturan tersebut, maka informasi yang dihasilkan akan memiliki daya
banding yang tinggi serta membentu mengurangi kecurangan dan salah tafsir.
Akuntansi manajemen diselenggarakan tanpa adanya aturan yang formal yang mengikat.
Hal itu disebabkan akuntansi manajemen lebih diarahkan pada pemenuhan berbagai macam
informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh para manajer untuk melaksanakan kegiatan
mereka, tidak ada urusan sama sekali dengan pihak luar. Dengan demikian format dan isi
laporan sesuai dengan kebutuhan para manajer itu sendiri. Satu-satunya aturan (batasan)
yang perlu ditetapkan dalam akuntansi manajemen adalah pertimbangan manfaat (benefit)
yang diperoleh dari informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen dan biaya (cost)
dalam rangka menghasilkan informasi tersebut.
6. Disiplin sumber
Akuntansi merupakan ilmu terapan. Sebagai ilmu terapan, akuntansi mendasarkan pada
prinsip dan konsep yang dikembangkan dalam suatu ilmu dasar atau disiplin. Akuntansi
keuangan hanya bersumber pada satu disiplin, sedangkan akuntansi manajemen berdasar
pada dua disiplin sumber.
Akuntansi keuangan mendasarkan pada disiplin ilmu ekonomi yang mengatur prinsip-
prinsip yang membimbing pengambilan keputusan dalam mengunakan sumber-sumber yang
langka. Akuntansi manajemen selain mendasarkan pada ilmu ekonomi juga mendasarkan diri
pada ilmu psikologi social, yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang membimbing
perilaku manusia dan organisasi.
7. Isi laporan
Akuntansi keuangan menghasilkan laporan keuangan periodic yang umumnya terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas. Laporan ini berisi
informasi ringkas posisi keuangan pada tanggal tertentu, hasil usaha perubahan modal dan
perubahan posisi keuangan untuk periode tertentu. Karena laporan tersebut ditujukan untuk
menemnuhi kebutuhan pihak luar perusahaan, maka informasi yang disajikan di dalamnya
bersifat ringkas dan mengenai perusahaan secara keseluruhan.
Akuntansi manajemen yang menghasilkan laporan keuangan untuk manajemen dari
berbagai jenjang organisasi umumnya menyajikan informasi rinci mengenai bagian-bagian
tertentu perusahaan.
8. Sifat informasi
Informasi yang disajikan untuk pihak luar memerlukan ketepatan yang tinggi, karena
umumnya menyangkut masa yang telah lalu. Ketidaktepatan informasi untuk pihak luar akan
menyebabkan berkurangnya kepercayaan pihak luar terhadap laporan keuangan yang
dihasilkan oleh akuntansi keuangan.
Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen digunakan untuk pengambilan
keputusan oleh para manajer. Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan
dating, oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan adalah
informasi yang akan dating. Informasi ini brisi unsure taksiran yang besar.
Kesimpulan :
Secara garis besar perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen adalah
sebagai berikut :
Akuntansi keuangan Akuntansi manajemen
Pemakai utama Para manajer puncak dan pihak Para manajer puncak dari berbagai
luar perusahaan jenjang organisasi
Lingkup informasi Perusahaan keseluruhan Bagian perusahaan
Focus informasi Masa lalu Masa yang akan dating
Rentang waktu Kurang fleksible Fleksibel
Criteria informasi Diatur oleh prinsip Tidak ada prinsip yang mengatur
Disiplin sumber Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi & psikologi sosial
Isi laporan Perusahaan keseluruhan Bagian-begian perusahaan
Sifat informasi Ketepatan informasi Berupa taksiran
Akuntansi Biaya
Dan
Pengertian Biaya Bab 2
A
pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Definisi ini menunjukan
bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang komplek dan menyangkut berbagai
macam kegiatan.
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian
biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya. Objek dari akuntansi biaya adalah biaya.
Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian serta penafsiran informasi
biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya
harus memeprhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya
merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Proses akuntansi biaya dapat pula ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi
manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen.
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok : penentuan biaya produksi, pengendalian
biaya dan pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kebutuhan biaya produksi akuntansi biaya
mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan jasa atau produk. Biaya yang
dikumpulkan atau disajikan adalah biaya yang telah terjadi dimasa lalu atau biaya historis.
Umumnya akuntansi biaya untuk menentukan biaya produksi ini ditujuakn untuk memenuhi
kebutuhan pihak luar perusahaan. Oleh karena itu, untuk melayani kebutuhan pihak luar tersebut
akuntansi biaya untuk penentuan biaya produksi harus tunduk kepada prinsip akuntansi yang
diterima umum. Disamping itu penentuan biaya produksi juga untuk memenuhi kebutuhan
manajemen.
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk memproduksi satu satuan prosuk. Jika biaya yang seharusnya telah ditetapkan, akuntansi
biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan
biaya yang seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap
penyimpangan biaya sesungguhnya tersebut. Dari analisis penyimpangan dan penyebabnya
tersebut manajemen dapat mempertimbangkan pendapat koreksi, jika hal itu perlu dilakukan.
Dari analisis ini juga manajer puncak dapat mengadakan penilaian prestasi para manajer
dibawahnya.
Pengambilan keputusan menyangkut masa yang akan dating. Oleh karena itu informasi
yang relevan dengan pengambilan keputusan selalu berhubungan dengan informasi biaya yang
akan dating. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan menyajikan informasi biaya yang
akan dating (future cost). Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya,
melainkan hasil dari suatu proses peramalan. Karena pengambilan keputusan merupakan
sebagian besar kegiatan manajemen perusahaan.
BIAYA :
Telah dijelaskan diatas bahwa biaya adalah merupakan obyek yang dicatat, digolongkan,
diringkas, dan disajikan oleh akuntansi biaya. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Dari definisi diatas suatu unsure disebut dengan biaya apabila mempunyai criteria
:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
4. Pengorbanan mempunyai tujuan tertentu.
Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomis untuk
memperoleh aktiva. Untuk membedakan biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit
biasanya digunakan istilah kos. Jika pengorbanan sumber ekonomis tersebut tidak menghasilkan
manfaat, maka pengorbanan tersebut merupakan rugi. Jika seorang pengusaha telah
mengeluarkan biaya tetapi pengorbanannya tidak mendatangkan pendapatan (revenue) maka
pengorbanan tersebut rugi.
KLASIFIKASI BIAYA
I. Biaya berdasarkan Unsur Produk
1. Bahan-bahan : bahan utama yang dipakai di dalam produksi yang kemudian diproses
menjadi produk jadi melalui penambahan upah langsung dan FOH
Bahan Langsung : semua bahan yang dapat dikenal sampai menjadi produk jadi, dapat
dengan mudah ditelusuri dan merupakan bahan utama produk jadi
Bahan tidak langsung : semua bahan yang dimasukkan ke dalam proses produksi yang
tidak dapat dengan mudah ditelusuri seperti bahan langsung.
2. Tenaga Kerja/Buruh : usaha fisik atau usaha mental yang dikeluarkan di dalam produksi
suatu produk
TK. Langsung : semua TK yang secara langsung terlibat dengan produksi produk jadi
dan dapat juga ditelusuri dengan mudah, merupakan biaya TK langsung utama dalam
menghasilkan suatu produk.
TK. Tidak langsung : semua TK yang secara terlibat salam proses produksi produk
jadi, tetapi bukan TK langsung.
3. Overhead Pabrik (FOH) : semua biaya yang terjadi di pabrik selain bahan langsung (BB)
dan upah TK langsung, merupakan kumpulan dari berbagai rekening yang terjadi di dalam
eksploitasi pabrik.
Data yang dikumpulkan untuk aktivitas setup dari PT Suka Maju terlihat dalam tabel berikut.
Manajer perusahaan percaya bahwa driver aktivitasnya adalah setup hours.
Cahnge in cost
Change in activity
Or (Y2 - Y1 )
V = -------------------
(X2 - X1 )
Jawab:
$ 3,750 - $ 1,000
500 – 100
Pemisahan mixed cost dengan cara ini didasarkan pada model regresi sederhana (ordinary least
square).
Manual computatiaon:
Month Setup cost Setup hours XY X2
( Y ) (X )
[XY - X.Y/n]
Y X
n n
Jawab:
= $ 6,75
= $ 125
Secara statistik untuk mengetahui apakah biaya tersebut mempunyai kaitan dengan driver
activity, maka perlu dilihat terlebih dahulu reliability of cost formulation, yaitu dengan melihat
coeeficient determinantion dan correlation.
V [XY - X.Y/n]
R2 menunjukan bahwa variasi perubahan dari variabel Y dapat dijelaskan oleh perubahan
variabel X sebesar % tertentu dan sisanya disebabkan oleh variabel lain
Coeficient of correlation ( r) = R2
Managerial Judgement
Managerial judgement merupakan critically information dalam menentukan perilaku
biaya. Manager cenderung mendasarkan pengalamannya dalam menentukan hubungan biaya
dengan driver aktivitynya maupun dalam menentukan golongan biaya tetap dan variabel. Akan
tetapi kadangkala dalam menentukan sifat atau golongan biaya mengabaikan mixed cost.
Analisis Break Even (Titik Impas)
Titik brek even adalah suatu kondisi dimana perusahan tidak untung dan tidak rugi
(impas). Kondisi ini penting diketahui oleh manager perusahaan sebagai dasar perencanaan laba.
Titik impas dapat dicari dalam bentuk unit yang dibutuhkan untuk impas atau dalam jumlah
rupiah.
Pengaruh Perubahan Baiya Tetap, Variabel dan Harga Jual terhadap BEP
Biaya tetap: Jika biaya tetap berubah, maka titik impas akan mengalami perubahan dengan arah
yang sama dengan perubahan biaya tetap.
Biaya variabel : Titik impas akan mengalami perubahan dalam arah yang sama dengan
perubahan dalam biaya variabel per unit. Hal ini terjadi karena biaya variabel per unit naik/turun,
maka marjin kontribusi per unit akan turun/naik, sehingga diperlukan jumlah penjualan dalam
unit yang lebih banyak untuk menutup biaya tetap.
Harga Jual: Kalau harga jual per unit berubah maka titik impas akan berubah dengan arah
kebalikan dari perubahan harga. Jadi kalau suatu perusahaan menaikkan (menurunkan) harga
jual, maka akan dibutuhkan lebih sedikit (lebih banyak) unit yang terjual untuk mencapai posisi
impas.
Penggolongan Biaya
Bab 4
alam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya
D penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena itu dalam akuntansi biaya dikenal konsep. “different
costs for different purposes”
biaya dapat digolongkan menurut :
1. Obyek pengeluaran
Dalam penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan
biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran
yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam perusahaan kertas
adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya
depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur,
biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok :
Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya
bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-
bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi. Menurut obyek pengeluaran secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory
overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan
biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik sering pula disebut dengan biaya konversi (conversion cost), yang merupakan
biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi
Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke
gudang pembeli, gaji karyawan bagian yang melakukan kegiatan pemasaran, biaya
contoh (sample)
Biaya admnistrasi dan umum
Menrupakan biaya-biaya yang untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran
produk. Contoh biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan
bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy.
Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan
biaya komersial (commercial expenses)
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya
dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada maka secara
otomatis biaya langsung tersebut tidak ada.
Biaya tidak langsung (indirect cost)
Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya
tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya
produksi produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost).
Biaya produksi ini tidak mudah untuk diidentifikasi.
4. Perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan
menjadi :
Biaya variable
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Contoh biaya variable adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
Biaya semivariabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
semivariabel mengandung unsure biaya tetap dan unsure biaya variabel
Biaya semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah
yang konstan pada volume produksi tertntu
Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh
biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur dipengaruhi oleh siklus kegiatan
usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai dengan pembelian barang
dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut diakhiri dengan penjualan kembali barang
dagang tersebut. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dengan pencatatan harga
pokok barang yang dibeli dan diakhiri dengan penyahian harga pokok barang yang terjual.
Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah untuk menyajikan informasi harga
pokok barang dagangan yang dijual, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Siklus akuntansi perusahaan jasa dimulai dengan persiapan penyerahan jasa dan berakhir
dengan penyerahan jasa kepada pemakainya. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya
dimulai dengan pencatatan biaya persiapan penyerahan jasa dan berakhir dengan disajikannya
harga pokok jasa yang diserahkan. Akuntansi biaya dalam perusahaan jasa bertujuan untuk
menyajikan informasi harga pokok persatuan jasa yang diserahkan kepada pemakai.
Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku dibagian
produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jasa ke bagian gudang. Dalam perusahaan
tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang
dimasukan dalam proses produksi., dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya
harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Akuntansi
biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok produksi
persatuan produk jadi yang diserahkan bagian gudang.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses
pengolahan produk, sejak dari dimasukannya bahan baku ke dalam proses produksi sampai
dengan dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut.
Hubungan antara siklus pembuatan produk dengan siklus akuntansi biaya dapat dilihat
dalam gambar dibawah ini.
Pembelian dan
penyimpanan
bahan Baku
Pengolahan bahan
baku menjadi
produk jadi
Penyimpanan
Produk Jadi dalam
gudang
Siklus Akuntansi Biaya
Pengumpulan Biaya
Produksi
5. Menentukan harga pokok produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dineraca
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat laporan pertanggungjawaban secara periodic,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di
dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga
pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut,
manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya prduksi tiap pesanan. Bedasarkan catatan
biaya prduksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menetukan biaya produksi yang
melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca belum
diserahkan kepada pemesan.
Rekonsiliasi
Buku pembantu
Rekening
pembantu
Untuk mencatat biaya produksi, didalam buku besar dibentuk rekening control Barang
dalam proses. Rekening ini dapat dipecah lebih lanjut menurut unsure biaya produksi, sehingga
ada tiga macam rekening Barang Dalam Proses berikut ini:
Barang Dalam Proses – Biaya bahan baku
Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Langsung
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, rekening barang dalam proses
dapat dirinci lebih lanjut menurut departemen dan unsure biaya produksi seperti dibawah ini :
Barang Dalam Proses – Biaya bahan baku Departemen A
Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Langsung Departemen A
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen A
Barang Dalam Proses – Biaya bahan baku Departemen B
Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Langsung Departemen B
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen B
Untuk mencatat biaya non produksi, didalam buku besar dibentuk rekening control Biaya
Administrasi dan umum dan Biaya Pemasaran. Rekening biaya pemasaran digunakan untuk
menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan rekening biaya
administrasi dan umum digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi di fungsi
administrasi dan umum
Untuk mencatat pemakaian bahan baku yang dipakai dalam pembuatan suatu produk,
jurnal yang dibuat adalah :
Barang dalam proses xx
Persediaan bahan baku xx
Untuk mencatat depresiasi gedung ;
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
Akumulasi depresiasi gedung xx
Untuk mencatat telex :
Biaya administrasi dan umum xx
Kas xx
Untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan oleh bagian pemasaran;
Biaya pemasaran xx
Akumulasi depresiasi kendaraan xx
PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : Pemesan :
Jenis Produk : Sifat Pesanan :
Tgl Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga Jual :
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
Contoh kasus
PT ABC dalam menyelesaikan suatu pesanan no 110 menghabiskan rincian biaya sebagai
berikut:
a. Biaya bahan baku
Kertas jenis X 85 rem @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta jenis B 5 kg @ Rp 100.000 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 110 Rp 1.350.000
b. Biaya tenaga kerja
Upah langsung untuk pesanan 110 adalah 225 jam @ Rp 4.000 Rp 900.000
c. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya
tenaga kerja langsung
Pesanan 110 150% x Rp 900.000 Rp 1.350.000
Dari data diatas kita masukan ke dalam kartu biaya pesanan sebagai berikut:
PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : 110 Pemesan :
Jenis Produk : Sifat Pesanan :
Tgl Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga Jual :
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
Jumlah
Pembelian xxx
Utang usaha/Kas xxx
(jurnal jika menggunakan metode periodik)
Sedangkan untuk penggunaan bahan baku dicatat dengan jurnal:
Barang dalam proses xxx
Persediaan bahan baku xxx
Missal dari contoh diatas diketahui total pemakaian bahan baku sebesar Rp 1.350.000 maka
jurnalnya adalah
Barang dalam proses 1.350.000
Persediaan bahan baku 1.350.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah
BOP sesungguhnya xxx
Persediaan bahan penolong xxx
b. Akuntansi biaya tenaga kerja
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang adalah
Gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
Jurnal untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja adalah
Barang dalam proses xxx
BOP sesungguhnya xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya pemasaran xxx
Gaji dan upah xxx
Dari contoh soal diatas maka jurnal untuk mencatat pemakaian biaya tenaga kerja adalah
Barang dalam proses 900.000
Gaji dan upah 900.000
c. Akuntansi biaya overhead pabrik
Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi adalah:
BOP sesungguhnya xxx
Macam-macam biaya xxx
Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP adalah:
Barang dalam proses xxx
BOP yang dibebankan xxx
Kemudian BOP yang dibebankan ditutup ke BOP sesungguhnya dengan jurnal
BOP yang dibebankan xxx
BOP sesungguhnya xxx
Dari contoh kasus diatas maka jurnal untuk mencatat pembebanan BOP adalah
Barang dalam proses 1.350.000
BOP yang dibebankan 1.350.000
BOP yang dibebankan 1.350.000
BOP sesungguhnya 1.350.000
d. Akuntansi untuk produk jadi
Jurnal untuk produk jadi adalah
Persediaan produk jadi xxx
Barang dalam proses xxx
Misal dari contoh diatas pesanan 110 telah selesai diproduksi maka dari kartu biaya pesanan
akan dapat dihitung biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk pesanan yang
bersangkutan. Harga pokok pesanan 110 dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku 1.350.000
Biaya tenaga kerja 900.000
BOP 1.350.000
Total harga pokok pesanan 110 3.600.000
Maka jurnalnya adalah
Persediaan produk jadi 3.600.000
Barang dalam proses 3.600.000
e. Akuntansi untuk harga pokok produk dalam proses
Jurnal untuk mencatat produk dalam proses adalah
Persediaan produk dalam proses xxx
Barang dalam proses xxx
f. Akuntansi untuk pesanan yang dijual
Jurnal untuk mencatat pesanan yang telah terjual adalah
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi xxx
Piutang dagang/Kas xxx
Penjualan xxx
Misal pesanan 110 telah dijual dengan harga Rp 5.200.000 maka jurnalnya adalah
Harga pokok penjualan 3.600.000
Persediaan produk jadi 3.600.000
Piutang dagang/Kas 5.200.000
Penjualan 5.200.000
etode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
M digunakan oleh perusahaan yang berproduksi secara massa. Di dalam metode ini, biaya
produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya
produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses
tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses
tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi
perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi secara massa, karakteristik produksinya adalah
sebagai berikut :
1. Produk yang dihasilkan adalah produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok proses dalam pengumpulan
biaya produksi, berikut ini disajikan contoh penggunaan metode harga pokok proses yang belum
memperhitungkan dampak adanya persediaan produk dalam proses awal.
PT “YACHA” mengolah Produksinya secara masa melalui satu departemen Produksi. Jumlah
biaya yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 adalah sebagai berikut :
Yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang dan harga pokok produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai
diproduksi. Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan perhitungan biaya produksi persatuan
Untuk mrnghitung biaya produksi persatuan yang dikeluarkan dalam bulan Desember 2009 perlu
dilakukan perhitungan Unit Equivalensi dengan cara sebagai berikut :
1. Biaya Bahan Baku yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 100%. Hal ini berarti bahwa bahan baku sebesar Rp 5.000.000 telah digunakan
untuk menyelesaikan produk jadi 2.000 kg dan 500 kg produk dalam proses. Dengan
demikian unit equivalensi biaya bahan baku adalah 2.500 Kg. Dihitung dengan cara : 2.000 +
(100% x 500) = 2.500 Kg
2. Biaya Bahan Pembantu yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 100%. Hal ini berarti bahwa bahan penolong sebesar Rp 7.500.000 telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi 2.000 kg dan 500 kg produk dalam proses.
Dengan demikian unit equivalensi biaya bahan baku adalah 2.500 Kg. Dihitung dengan cara :
2.000 + (100% x 500) = 2.500 Kg
3. Biaya Tenaga kerja yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 50%. Hal ini berarti bahwa biaya tenaga kerja sebesar Rp 11.250.000 telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi 2.000 kg dan 250 kg produk dalam proses.
Dengan demikian unit equivalensi biaya bahan baku adalah 2.250 Kg. Dihitung dengan cara :
2.000 + (50% x 500) = 2.250 Kg
4. Biaya Overhead Pabrik yang dikeluarkan selama bulan Desember 2009 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian 30%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead pabrik sebesar Rp 16.125.000 telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi 2.000 kg dan 150 kg produk dalam proses.
Dengan demikian unit equivalensi biaya bahan baku adalah 2.150 Kg. Dihitung dengan cara :
2.000 + (30% x 500) = 2.150 Kg
PT YACHA
Laporan Biaya Produksi Bulan Desember 2009
Data Produksi :
Dimasukan dalam Proses 2.500 Kg
Produk Jadi ditransfer ke gudang 2.000 Kg
Produk dalam Proses Akhir 500 Kg
Jumlah Produk yang dihasilkan 2.500 Kg
Jumlah Biaya
Total Unit
Biaya Bahan Baku 5.000.000 2.000
Biaya Bahan Penolong 7.500.000 3.000
Biaya Tenaga Kerja 11.250.000 5.000
Biaya Overhead Pabrik 16.125.000 7.500
Total Biaya Produksi 39.875.000 17.500
Perhitungan Biaya
Harga Pokok Produk Jadi :(2.000 x 17.500) 35.000.000
Harga Pokok Produk Dalam Proses
Biaya Bahan Baku 1.000.000
Biaya Bahan Penolong 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik 1.125.000
4.875.000
Jumlah Biaya Produksi Bulan Desember 2009 39.875.000
Jurnal :
H arga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri
dari
1. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
contoh :
PT AJP memiliki dua departemen produksi, Dept. A dan Dept.B untuk menghasilkan produknya.
Data produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan januari 19x1 yaitu :
Dept. A Dept B
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai ditransfer ke Dept. B 30.000 kg
Produk selesai ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan dlm bln Jan 19x1
Biaya bahan baku Rp. 70.000 0
Biaya tenaga kerja Rp. 155.000 Rp. 270.000
BOP Rp. 246.000 Rp. 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam
Proses akhir
BBB 100% -
Biaya konversi 20% 50%
Perhitungan Harga Pokok Produksi per satuan Dept A
Unsur Biaya Prod. Total Biaya Unit Biaya Produksi
Ekuivalensi per Kg
(1) (2) (3) (2) : (3)
Data Produksi
Dimasukkan dlm proses 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 30.000 kg
Produk dlm proses akhir 5.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg
Biaya yang dibebankan Dept A dlm Bln Jan 19x1
Total Per Kg
BBB Rp. 70.000 Rp. 2
BTK Rp.155.000 Rp. 5
BOP Rp.248.000 Rp. 8
Jumlah Rp.473.000 Rp.15
Perhitungan biaya
HPP jadi yang ditransfer ke Dept B 30.000 kg @ Rp 15 Rp.450.000
HP Pers produk dlm proses akhir
BBB Rp.10.000
BTK Rp 5.000
BOP Rp. 8.000 Rp. 23.000
Jml Biaya produksi yang dibebankan Dept A bln Jab Rp.473.000
Jurnal pencatatan biaya produksi Dept. A
1. jurnal mencatat BBB
BDP BBB Dept A Rp. 70.000
Persd Bhn Baku Rp. 70.000
2. Jurnal mencatat BTK
BDP BTK Dept A Rp. 155.000
Gaji dan upah Rp. 155.000
3. Jurnal mencatat BOP
BDP BOP Dept A Rp 248.000
Berbagai rekening dikredit Rp. 248.000
4. jurnal mencatat HPP jadi yang ditransfer oleh Dept A ke Dept B
BDP BBB Dept B Rp. 450.000
BDP BBB Dept A Rp. 60.000
BDP BTK Dept A Rp.150.000
BDP BOP Dept A Rp.240.000
5. jurnal untuk mencatat HP Persd produk dlm proses yang belum selesai diolah dalam Dept A
pada akhir bln Jan 19x1
Persd Prod dlm Proses Dept A Rp. 23.000
BDP BBB Dept A Rp. 10.000
BDP BTK Dept A Rp. 5.000
BDP BOP Dept A Rp. 8.000
D alam pertemuan sebelumnya telah dibicarakan penggunaan metode harga pokok proses
pada perusahaan manufaktur atau pabrik, dengan anggapan bahwa perusahaan dalam
keadaan baru mulai berproduksi pada awal periode atau periode berjalan. Oleh karena itu tidak
ada sediaan barang dalam proses awal periode (Beginnning Work in Process).
Dengan berproduksinya suatu pabrik secara berkelanjutan dari suatu periode ke periode
berikutnya melalui departemen-departemen produksi, biasanya terdapat unit yang belum selesai
atau masih dalam proses pada akhir periode. Unit yang masih dalam proses periode ini secara
otomatis akan menjadi unit dalam proses pada awal periode berikutnya. Contoh : Sediaan barang
dalam proses akhir Januari akan menjadi sediaan barang dalam proses awal Februari.
Apabila pada awal periode terdapat sediaan barang dalam proses, maka timbul masalah
dalam menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini timbul karena sediaan barang dalam proses
tersebut telah menyerap atau mengandung harga pokok dari periode sebelumnya.
Dengan adanya sediaan barang dalam proses awal periode, maka terdapat 2 ( dua )
metode penentuan harga pokok :
1. Metode rata-rata tertimbang ( weighted average method)
2. Metode masuk pertama keluar pertama ( FIFO Method )
Weighted-Average Method
Dalam metode ini yang harus diketahui untuk pembuatan Production Cost report adalah :
1. Tingkat penyelesaian ( % penyelesaian ) BDP awal tidak perlu diperhatikan
2. Informasi rincian biaya yang telah diserap BDP awal harus diperoleh.
3. Setiap elemen biaya dari BDP awal ditambahkan dengan jenis biaya yang sama dari periode
sekarang.
4. Harga pokok atau biaya per unit merupakan hasil bagi dari total biaya setiap elemen biaya
dibagi dengan unit ekuivalennya.
Contoh 1 :
PT. Nadia memiliki 2 departemen produksi yaitu departemen I dan departemen II. Perusahaan ini
menggunakan sistem harga pokok proses untuk menghitung biaya produknya. Berikut data
produksi PT. Nadia selama bulan Januari 2007 :
Tingkat Penyelesaian :
BDP awal :
BBB 60 % -
Dari departemen I - 100 %
Biaya Konversi 30 % 40%
BDP Akhir :
BBB 100 % -
Dari Dept. I - 100 %
Biaya Konversi 45 % 40 %
Diminta : Buat Production Cost Report untuk departemen I dan departemen II dengan metode
rata-rata tertimbang. !
Jawab :
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Januari 2007
Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 10.000 unit
Masuk proses 85.000
---------- + 95.000 unit
Output :
Selesai& ditransfer ke dept. II 80.000 unit
BDP akhir 10.000
Hilang (awal) 5.000
----------+ 95.000 unit
Pembebanan Biaya
Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 15.000 unit
Dari departemen I 80.000
------------- + 95.000 unit
Output :
Selesai & ditransfer ke gudang 90.000
BDP akhir 4.000
Hilang (akhir) 1.000
------------- + 95.000 unit
Pembebanan Biaya
Elemen Biaya Total Biaya Unit Biaya Per
Ekuivalen Unit
Dari Dept. I 450.000 + 8.603.815 = 9.053.815 95.000 Rp 95,30
BTKL 125.000 + 4.260.000 = 4.385.000 92.600 47,35
BOP 140.000 + 3.840.000 = 3.980.000 92.600 42,98
Total Rp 17.418.815 Rp 185,63
Perhitungan Biaya
Produk selesai :
90.000 x Rp 185,63 = *Rp 16.707.457
Hilang akhir : 1.000 x Rp 185,63 = 185.630
Harga Pokok Produk selesai ditransfer ke gudang Rp 16.893.087
BDP akhir ( 4.000 unit) :
Dari Dept. I = 4.000 (100%) x Rp 95,30 = Rp 381.200
BTKL = 4.000 (40%) x Rp 47,35 = 75.760
BOP = 4.000 (40%) x Rp 42,98 = 68.768
----------------+ 525.728
------------------
Total HP. Produksi di Departemen II Rp 17.418.815
Keterangan
Unit ekuivalen :
Dari Dept. I = 90.000 + 4000 (100%) + 1.000 = 95.000 unit
Biaya Konversi = 90.000 + 4.000 (40%) + 1.000 = 92.600
* Ada selisih Rp 700 karena pembulatan
Contoh 2.
Menggunakan contoh 1. Tapi dikerjakan dengan metode FIFO .
Pembebanan Biaya
Elemen Biaya Total Biaya Unit Ekuivalen Biaya Per
Unit
BDP awal Rp 465.000 --
Bulan ini :
BBB 2.750.000 84.000 Rp 32,74
BTKL 3.150.000 81.500 38,65
BOP 2.900.000 81.500 35,58
Rp 9.265.000 Rp 106,97
Perhitungan Biaya
BDP awal (10.000 unit) :
Dari periode lalu Rp 465.000
Ditambahkan periode ini :
BBB = 10.000 (40%) x Rp 32,74 130.960
BTKL = 10.000 (70%) x 38,65 270.550
BOP = 10.000 (70%) x 35,58 249.060
------------------+
Rp 1.115.570
Produk selesai bulan ini (70.000 unit):
70.000 x Rp 106,97 * Rp 7.487.995
BDP Akhir (10.000 unit) :
BBB = 10.000 (100%) x Rp 32,74= Rp 327.400
BTKL = 10.000 (45%) x Rp 38,65 = 173.925
BOP = 10.000 (45%) x 35,58 = 160.110
--------------+ Rp 661.435
-------------------+
Total HP Produksi di Departemen I Rp 9.265.000
Keterangan
Unit Ekuivalen :
BBB = 80.000 + 10.000 (100%) – 10.000 (60%) = 84.000 unit
Biaya Konversi = 80.000 + 10.000 (45%) – 10.000(30%) = 81.500
Produk Rusak
Ada dua jenis produk rusak : produk rusak normal dan produk rusak tidak normal. Produk
rusak normal terjadi dalam kondisi operasi yang efisien dan tidak dapat dikendalikan dalam
jangka pendek dan diperhitungkan sebagai bagian dari biaya produk. Sedangkan produk rusak
tidak normal menyebabkan kerugian melebihi atau di atas perkiraan dalam kondisi operasi yang
efisien dan dibebankan sebagai kerugian dalam periode berjalan.
Biasanya produk rusak ditemukan pada akhir proses dengan demikian ia telah menyerap
biaya produksi sehingga harus dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalen.
Produk Cacat
Sebagaimana diketahui, produk cacat adalah produk yang tidak sesuai standar dan masih
dapat diperbaiki. Maka membutuhkan biaya perbaikan., dapat berupa biaya bahan baku, tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik. Persoalannya adalah perlakuan atas biaya perbaikan tersebut.
Produk cacat dapat bersifat normal ataupun tidak normal. Perlakuan atas biaya tambahan
adalah sebagai berikut :
Jika cacat normal : biaya perbaikan akan menambah biaya produksi.
Jika cacat tidak normal : biaya perbaikan diperlakukan sebagai rugi produk cacat. Biaya
produksi tidak bertambah.
Produk cacat masuk dalam perhitungan unit ekuivalen.