Kelompok 4
Puji syukur kahadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami Kelompok 4 dapat menyelesaikan tugas makalah yang “Pembiayaan
Pemerintah Pada Pembiayaan Publik/Sosial (JKN/PBI)”. Tujuan utama dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pembiayaan dan penganggaran
kesehatan, yang diberikan oleh Ibu CH. Tuti Erwani, SKM, M.Kes dengan batas waktu yang
telah ditentukan.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Terimakasih,
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-undang nomor
40 tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.(1)
Penyelengaraan pelayanan kesehatan di era JKN meliputi semua fasilitas kesehatan
yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL). FKTP berupa Puskesmas atau yang setara, seperti dokter,
praktek dokter gigi, klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama
atau yang setara, yang harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
komprehensif.
Fasilitas Kesehatan (faskes) yang dicakup sebelum era JKN seperti Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) menggunakan Puskesmas dan jaringannya,
Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja (Jamsostek) menggunakan praktek dokter swasta,
Asuransi Kesehatan (Askes) bagi PNS menggunakan Puskesmas dan dokter praktek
swasta, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan beserta keluarga dan
Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) hanya menggunakan Pemberi
Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pembiayaan kesehatan?
2. Dari mana saja sumber biaya kesehatan?
3. Apa syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan?
4. Jelaskan program JKN/PBI yang diselenggarakan oleh pemerintah
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi pembiayaan kesehatan?
2. Mengetahui dari mana saja sumber biaya kesehatan?
3. Mengetahui syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan?
5. Mengetahui program JKN/PBI yang diselenggarakan oleh pemerintan
BAB II
PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diberikan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan ini segera terbuat bahwa biaya
kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni:
Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lain. Secara umum
sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut:
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya.
Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan
menyediakan Layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat
dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni:
Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Yang
dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan
yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang
tersedia. tidak dapat diakurasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak
mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang
jika berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.
Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan beberapa hal
yakni:
Peningkatan Efektivitas
Peningkatan efektivitas dilakukan dengan mengubah penyebaran penggunaan sumber
dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki maka aksi tersebut lebih diutamakan
pada upaya kesehatan yang menghasilkan dampak yang lebih besar, misalnya
mengutamakan upaya pencegahan bukan pengobatan penyakit.
Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme
pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud untuk peningkatan
efisiensi antara lain:
1. Standar minimal pelayanan.
Tujuannya adalah menghindari pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam
standar minimal yang sering dipergunakan yakni:
Standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan
standar minimal laboratorium.
Standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan
perawatan penderita, dan daftar obat-obat esensial.
Dengan adanya standar minimal pelayanan ini bukan saja pemborosan dapat
dihindari dan dengan demikian akan ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga
sekaligus dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan.
2. Kerjasama.
Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi ialah
memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan
terdapat dua bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yakni:
Kerjasama institusi
misalnya sepakat secara bersama-sama membeli peralatan kedokteran
yang mahal dan jarang dipergunakan. Dengan pembelian dan
pemakaian bersama ini dapat dihematkan dana yang tersedia serta
dapat pul dihindari penggunaan peralatan yang rendah. Dengan
demikian efisiensi juga akan meningkat.
Kerjasama sistem
misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan kerjasama timbal
balik antara satu saran kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.
Penggalian dana
Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber
dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta
berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan
masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta
dihimpun dengan menerapkan prinsip public private patnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk
setiap dan yang disumbangkan Sumber dana dari masyarakat dihimpun
secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan
masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan secara
pasi yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran
dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial
keagamaan.
Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal
dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi
masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari
pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
Pengalokasian dana
Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5%
dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk
UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui ke pesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
Pembelanjaan
Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan
keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.
Program ini dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan yang bersifat
wajib yang tujuannya adalah melindungi atau menjamin kesehatan warga negara Indonesia
dalam sistem asuransi (Kemenkes, 2013).
a) Prinsip kegotongroyongan
Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri dari budaya bangsa yang tertanam
sejak dahulu kala serta melekat dalam kehidupan sehari hari hingga saat ini. Dalam
SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membatu peserta yang
kurang mampu, peserta yang sehat membantu masyarakat yang sakit atau beresiko
tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena ke
pesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk tanpa pandang bulu. Dengan
demikian prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
b) Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanah oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba,
sebaliknya tujuannya adalah untuk memenuhi sebesar besarnya kepentingan peserta.
Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat sehingga hasil
pengembangnya akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. c.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas Prinsip-
prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari
iuran peserta dan hasil pengembangannya.
c) Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas
Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya. Prinsip ini diselenggarakan
dengan tata kelola yang baik, transparan serta penggunaan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan peserta. Prinsip ini diselenggarakan dengan tata kelola yang baik,
transparan serta penggunaan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta.
d) Prinsip probabilitas
Prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada
peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas dua jenis yaitu manfaat medis berupa
pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans
hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS kesehatan. Manfaat jaminan kesehatan nasional mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
pemberian pelayanan:
Didalam Jaminan kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,
terdapat dua jenis peserta yaitu peserta penerima bantuan iuran (PBI) kesehatan dan bukan
PBI kesehatan dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu
b. Peserta bukan PBI yang terdiri atas:
Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya yaitu PNS. TNI,
POLRI, Pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri,
pegawai swasta.
Pekerja bukan penerima upah dan anggotanya yaitu:
pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri,
pekerja yang tidak termasuk angka 1) yang bukan penerima upah
pekerja sebagaimana dimaksud angka 1 dan 2. termasuk warga
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 bulan
Bukan pekerja dan anggota keluarganya yang terdiri dari investor.
pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan dan
bukan pekerja lainya yang mampu membayar iuran.
Penerima pensiun terdiri atas:
PNS yang berhenti dengan hak pensiun.
Anggota TNI dan Polri yang berhenti dengan pensiun
Pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun
Penerima pensiun selain poin 1, 2 dan 3
Janda, duda atau anak yatim dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada poin 1 sampai dengan poin 4 yang
mendapat hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
Istri atau suami yang sah dari peserta
Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria:
Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri
Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang
masih melanjutkan pendidikan formal.
Pembiayaan
Pembiayaan iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan
secara teratur oleh peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program
jaminan kesehatan. Hal ini tertuang pada pasal 16, Perpres Nomor 12 tahun 2013
tentang jaminan kesehatan. Dalam pembiayaan jaminan kesehatan, pembayaran
iuran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bagi peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah
2. Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh pemberi
kerja dan pekerjan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang
SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintan.
Didalam Jaminan kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,
terdapat dua jenis peserta yaitu peserta penerima bantuan iuran (PBI) kesehatan dan bukan
PBI kesehatan dengan rincian sebagai berikut:
a) Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.
b) Peserta bukan PBI yang terdiri atas: Pekerja penerima upah dan anggota
keluarganya yaitu
Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public private patnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dan yang
disumbangkan Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri
guna membiayai upaya kesehatan masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat atau
dilakukan secara pasi yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari
dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial keagamaan.