Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBIAYAAN PEMERINTAH PADA PEMBIAYAAN PABLIK/SOSIAL (JKN/PBI)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembiayaan Dan Penganggaran


Kesehatan

Kelompok 4

Alda Mai Zalfira (2013201002)


Atila Aulia (2013201011)
Gita Chindi P (2013201026)
Novia Ramadanis (2013201045)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh

Puji syukur kahadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami Kelompok 4 dapat menyelesaikan tugas makalah yang “Pembiayaan
Pemerintah Pada Pembiayaan Publik/Sosial (JKN/PBI)”. Tujuan utama dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pembiayaan dan penganggaran
kesehatan, yang diberikan oleh Ibu CH. Tuti Erwani, SKM, M.Kes dengan batas waktu yang
telah ditentukan.

Sesuai judul makalah ini, didalamnya terdapat penjelasan mengenai Pembiayaan


Pemerintah Pada Pembiayaan Publik/Sosial (JKN/PBI) , kami dari kelompok 4 sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Terimakasih,

Wassalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh.

Padang, 5 Oktober 2022

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta


memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Fenomena yang terjadi di Indonesia
sekarang ini tentang tingkat kesehatan dalam masyarakat adalah sulitnya akses dalam
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Hal ini tidak saja terjadi di perkotaan,
namun juga terjadi di pedesaan, sehingga muncul kata dalam masyarakat bahwa orang
miskin dilarang sakit. Kesulitan pelayanan tersebut utamanya dipengaruhi oleh faktor
finansial. Beberapa contoh dapat dilihat di daerah-daerah di Indonesia pada
masyarakat miskin yang menderita sakit parah atau penyakit tergolong berat tidak
dapat disembuhkan karena ketiadaan biaya pengobatan sehingga pada akhirnya
lambat ditangani atau sama sekali tidak ditangani sehingga pada akhirnya penyakitnya
semakin parah bahkan berakibat kematian. Selanjutnya, faktor penyebab lainnya
adalah sumber daya manusia yang relatif rendah yang menyebabkan keterbatasan
informasi, misalnya tentang aturan hak dan kewajiban masyarakat sebagai pasien
yang membutuhkan pelayanan medis agar dapat terhindar dari hal yang tidak
diinginkan seperti pelayanan dari tenaga medis yang kurang menyenangkan,
malpraktek, dan lainnya.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-undang nomor
40 tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.(1)
Penyelengaraan pelayanan kesehatan di era JKN meliputi semua fasilitas kesehatan
yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL). FKTP berupa Puskesmas atau yang setara, seperti dokter,
praktek dokter gigi, klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama
atau yang setara, yang harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
komprehensif.
Fasilitas Kesehatan (faskes) yang dicakup sebelum era JKN seperti Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) menggunakan Puskesmas dan jaringannya,
Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja (Jamsostek) menggunakan praktek dokter swasta,
Asuransi Kesehatan (Askes) bagi PNS menggunakan Puskesmas dan dokter praktek
swasta, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan beserta keluarga dan
Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) hanya menggunakan Pemberi
Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pembiayaan kesehatan?
2. Dari mana saja sumber biaya kesehatan?
3. Apa syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan?
4. Jelaskan program JKN/PBI yang diselenggarakan oleh pemerintah

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi pembiayaan kesehatan?
2. Mengetahui dari mana saja sumber biaya kesehatan?
3. Mengetahui syarat pokok dan fungsi pembiayaan kesehatan?
5. Mengetahui program JKN/PBI yang diselenggarakan oleh pemerintan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Pembiayaan Kesehatan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diberikan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari batasan ini segera terbuat bahwa biaya
kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni:

 Penyedia Pelayanan Kesehatan


Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan (health
provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini tampak bahwa kesehatan dari
sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama pemerintah atau pun pihak swasta,
yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.
 Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan (health
consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan
jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama, maka biaya kesehatan di sini
menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan. Dalam batas-batas tertentu,
pemerintah juga turut mempersoalkannya, yakni dalam rangka terjaminnya
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.

2. Sumber Biaya Kesehatan

Sumber pembiayaan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak


utama yaitu pemerintah (public) dan swasta (private). Kini masih diperdebatkan apakah
kesehatan itu sebenarnya barang public atau private mengingat bahwa fasilitas-fasilitas
kesehatan yang dipegang oleh pihak swasta (private) cenderung bersifat komersial. Di
sebagian
besar wilayah Indonesia, sektor swasta mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan, lebih
dari setengah rumah sakit yang tersedia merupakan rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50
persen segala bentuk pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lak
hanya sekitar 10 persen). Hal ini tentunya akan menjadi kendala terutama bagi masyarakat
golongan menengah ke bawah. Tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan jika
menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan swasta tidak sebanding dengan kemampuan
ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia yang tergolong menengah ke bawah

Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lain. Secara umum
sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut:

 Bersumber dari anggaran pemerintah


Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh
pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan
oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem in
sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar. Contohnya dana dari
pemerintah pusat dan provinsi.

 Bersumber dari anggaran provinsi


Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh pihak swasta. dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat
berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh
pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atau Corporate Social
Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui
sistem asuransi.

 Bantuan biaya dari dalam dan luar asuransi


Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit
tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh
organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar
negeri untuk penanganan HIV dan virus HSNI yang diberikan oleh WHO kepada
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia).
 Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat

Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya.
Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan
menyediakan Layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat
dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.

Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan muka


ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan diikutsertakannya masyarakat
membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan tidaklah cuma-
cuma. Masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.
Sekalipun pada saat ini makin banyak saja negara yang mengikutsertakan masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan satu negara pun yang pemerintah sepenuhnya
tidak ikut serta. Pada negara yang peranan swastanya sangat dominan pun peranan
pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan
ataupun membiayai pelayanan kedokteran yang menyangkut kepentingan masyarakat yang
kurang mampu.

3. Syarat Pokok dan Fungsi Pembiayaan Kesehatan

Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni:

 Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Yang
dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan
yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
 Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang
tersedia. tidak dapat diakurasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
 Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak
mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang
jika berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.

Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan beberapa hal
yakni:

 Peningkatan Efektivitas
Peningkatan efektivitas dilakukan dengan mengubah penyebaran penggunaan sumber
dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki maka aksi tersebut lebih diutamakan
pada upaya kesehatan yang menghasilkan dampak yang lebih besar, misalnya
mengutamakan upaya pencegahan bukan pengobatan penyakit.
 Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme
pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud untuk peningkatan
efisiensi antara lain:
1. Standar minimal pelayanan.
Tujuannya adalah menghindari pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam
standar minimal yang sering dipergunakan yakni:
 Standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan
standar minimal laboratorium.
 Standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan
perawatan penderita, dan daftar obat-obat esensial.
Dengan adanya standar minimal pelayanan ini bukan saja pemborosan dapat
dihindari dan dengan demikian akan ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga
sekaligus dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan.

2. Kerjasama.
Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi ialah
memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan
terdapat dua bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yakni:
 Kerjasama institusi
misalnya sepakat secara bersama-sama membeli peralatan kedokteran
yang mahal dan jarang dipergunakan. Dengan pembelian dan
pemakaian bersama ini dapat dihematkan dana yang tersedia serta
dapat pul dihindari penggunaan peralatan yang rendah. Dengan
demikian efisiensi juga akan meningkat.
 Kerjasama sistem
misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan kerjasama timbal
balik antara satu saran kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.

Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain:

 Penggalian dana
 Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber
dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta
berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan
masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta
dihimpun dengan menerapkan prinsip public private patnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk
setiap dan yang disumbangkan Sumber dana dari masyarakat dihimpun
secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan
masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan secara
pasi yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran
dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial
keagamaan.
 Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal
dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi
masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari
pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.

 Pengalokasian dana
 Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5%
dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
 Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk
UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui ke pesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
 Pembelanjaan
 Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
 Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
 Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan
keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.

4. Program JKN/PBI Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah

4.1. Pengertian Dan Tujuan JKN

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program jaminan berupa perlindungan


kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
melakukan pembayaran premi (iuran) atau iurannya dibayar oleh pemerintah melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Program ini dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan yang bersifat
wajib yang tujuannya adalah melindungi atau menjamin kesehatan warga negara Indonesia
dalam sistem asuransi (Kemenkes, 2013).

4.2. Prinsip-prinsip Jaminan kesehatan Nasional


Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yaitu sebagai berikut:

a) Prinsip kegotongroyongan
Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri dari budaya bangsa yang tertanam
sejak dahulu kala serta melekat dalam kehidupan sehari hari hingga saat ini. Dalam
SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membatu peserta yang
kurang mampu, peserta yang sehat membantu masyarakat yang sakit atau beresiko
tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena ke
pesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk tanpa pandang bulu. Dengan
demikian prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

b) Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanah oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba,
sebaliknya tujuannya adalah untuk memenuhi sebesar besarnya kepentingan peserta.
Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat sehingga hasil
pengembangnya akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. c.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas Prinsip-
prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari
iuran peserta dan hasil pengembangannya.
c) Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas
Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya. Prinsip ini diselenggarakan
dengan tata kelola yang baik, transparan serta penggunaan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan peserta. Prinsip ini diselenggarakan dengan tata kelola yang baik,
transparan serta penggunaan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta.
d) Prinsip probabilitas
Prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada
peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e) Prinsip Ke Pesertaan wajib


Ke pesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun ke pesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapanya
tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggara program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,
bersamaan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat.
f) Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk kesejahteraan
g) Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya
kepentingan peserta.

4.3. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas dua jenis yaitu manfaat medis berupa
pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans
hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS kesehatan. Manfaat jaminan kesehatan nasional mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
pemberian pelayanan:

 Penyuluhan kesehatan perorangan


meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan
perilaku hidup bersih dan sehat
 Imunisasi dasar
meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), difteri pertusis tetanus dan hepatitis B (DPT-
HB), polio dan campak.
 Keluarga berencana
meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan
lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat
kontrasepsi dasar disediakan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah
 Pemberi pelayanan kesehatan
Pemberi pelayanan kesehatan adalah seluruh fasilitas layanan kesehatan primer
(fasilitas kesehatan tingkat pertama) dan rujukan (fasilitas kesehatan rujukan tingkat
pertama) yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Didalam Jaminan kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,
terdapat dua jenis peserta yaitu peserta penerima bantuan iuran (PBI) kesehatan dan bukan
PBI kesehatan dengan rincian sebagai berikut:

a. Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu
b. Peserta bukan PBI yang terdiri atas:
 Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya yaitu PNS. TNI,
POLRI, Pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri,
pegawai swasta.
 Pekerja bukan penerima upah dan anggotanya yaitu:
 pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri,
 pekerja yang tidak termasuk angka 1) yang bukan penerima upah
 pekerja sebagaimana dimaksud angka 1 dan 2. termasuk warga
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 bulan
 Bukan pekerja dan anggota keluarganya yang terdiri dari investor.
pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan dan
bukan pekerja lainya yang mampu membayar iuran.
 Penerima pensiun terdiri atas:
 PNS yang berhenti dengan hak pensiun.
 Anggota TNI dan Polri yang berhenti dengan pensiun
 Pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun
 Penerima pensiun selain poin 1, 2 dan 3
 Janda, duda atau anak yatim dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada poin 1 sampai dengan poin 4 yang
mendapat hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
 Istri atau suami yang sah dari peserta
 Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria:
 Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri
 Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang
masih melanjutkan pendidikan formal.

Sedangkan peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota


keluarga yang lain.
Prosedur ke pesertaan JKN dilakukan dengan sebagai berikut:
 Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS
Kesehatan.
 Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat
mendaftarkan diri sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan
 Bukan pekerja dan peserta lainya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
Masa berlaku ke pesertaan:
 Ke pesertaan JKN berlaku selama yang bersangkutan membayar iuran
sesuai dengan kelompok peserta.
 Status ke pesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran atau
meninggal dunia.
 Ketentuan lainya dapat diakses pada peraturan BPJS.

Pembiayaan
Pembiayaan iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan
secara teratur oleh peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program
jaminan kesehatan. Hal ini tertuang pada pasal 16, Perpres Nomor 12 tahun 2013
tentang jaminan kesehatan. Dalam pembiayaan jaminan kesehatan, pembayaran
iuran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bagi peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah
2. Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh pemberi
kerja dan pekerjan.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang
SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintan.
Didalam Jaminan kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,
terdapat dua jenis peserta yaitu peserta penerima bantuan iuran (PBI) kesehatan dan bukan
PBI kesehatan dengan rincian sebagai berikut:
a) Peserta PBI jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.
b) Peserta bukan PBI yang terdiri atas: Pekerja penerima upah dan anggota
keluarganya yaitu
Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public private patnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dan yang
disumbangkan Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri
guna membiayai upaya kesehatan masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat atau
dilakukan secara pasi yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari
dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai