Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT MENINGITIS

DI BUAT
OLEH :

KELOMPOK 1

1. Nori Sri Yenti (2013201044)


2.Titania Hazahra Puti Sari (2013201066)
3. Vina Angelina (2013201068)
4.witri yani (2013201071)
5.Silfia Andini Saguruk (2013201059)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


S1 KESEHATAN MASYARAKAT
T.P 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas
ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang
perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Wassalam...

Malang, 20 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.LatarBelakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Salah satu upaya
pembangunan kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah
melalui Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan, kematian dan kecacatan serta mengurangi dampak sosial dari penyakit
menular. Dengan kemajuan teknologi, di negara maju banyak penyakit menular yang telah
mampu diatasi, bahkan ada yang telah dapat dibasmi. Namun, masalah penyakit menular
masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, salah satunya
adalah penyakit meningitis. 2 Meningitis merupakan infeksi cairan otak yang disertai radang
selaput otak dan medulla spinalis yang superfisial. Lebih dari 70 % kasus meningitis terjadi
pada anak usia bawah lima tahun.

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter(lapisan dalam
selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan
medula spinalis yang superfisial/suatu peradangan selaput otak yang biasanya diikuti pula
oleh peradangan otak/peradangan pada selaput meninges yang menyelubungi otak yang
disebabkan oleh bakteri atau virus.Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan
perubahan yang terjadipada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosaditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan
serebrospinalyang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah
kuman Tuberculosis danvirus.

Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifatakut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakterispesifik maupun virus.
Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulentayang paling sering
terjadi.Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dandroplet
infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan
cairantenggorok penderita.17 Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada
penularanpenyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran
udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen(melalui
aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga
menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.

B.TUJUAN

1.Mengetahui berbagai macam jenis penyakit meningitis.

2.Mengetahui faktor-faktoryang berkaitan dengan penyakit meningitis

3.Mengetahui identifikasi gizi pada pasien penyakit meningitis.


BAB II

PEMBAHASAN

 A.    Jenis-jenis Meningitis

a)     Identifikasi.

Relatif sering ditemukan namun penyakit ini jarang sekali ditemukan dengan sindroma klinis
serius atau dengan penyebab virus yang multiple, ditandai dengan munculnya demam tiba-
tiba dengan gejala dan tanda-tanda meningeal. Pemeriksaan likuor serebrospinal ditemukan
pleositosis (biasanya mononukleosis tapi bisa juga polimorfo 353 nuklier pada tahap-tahap
awal), kadar protein meningkat, gula normal dan tidak ditemukan bakteri. Ruam seperti
rubella sebagai ciri infeksi yang disebabkan oleh virus echo dan virus coxsackie; ruam
vesikuler dan petekie bisa juga timbul. Penyakit dapat berlangsung sampai 10 hari.

Paresis sementara dan manifestasi ensefalitis dapat terjadi; sedangkan kelumpuhan jarang
terjadi. Gejala-gejala sisa dapat bertahan sampai 1 tahun atau lebih, berupa kelemahan,
spasme otot, insomnia dan perubahan kepribadian. Penyembuhan biasanya sempurna. Gejala
pada saluran pencernaan dan saluran pernafasan biasanya karena infeksi enterovirus.
Berbagai jenis penyakit lain disebabkan oleh bukan virus gejalanya dapat menyerupai
meningitis aseptik; misalnya seperti pada meningitis purulenta yang tidak diobati dengan
baik, meningitis karena TBC dan meningitis kriptokokus, meningitis yang disebabkan oleh
jamur, sifilis serebrovaskuler dan LGV.

Reaksi pasca infeksi dan pasca vaksinasi perlu dibedakan dengan meningitis aseptik antara
lain gejala sisa akibat campak, mumps, varicella dan reaksi pasca imunisasi terhadap rabies
dan cacar; gejala yang muncul biasanya tipe ensefalitis. Leptospirosis, listeriosis, sifilis,
limfositik choriomeningitis, hepatitis, infeksi mononucleosis, influenza dan penyakit-
penyakit lain dapat memperlihatkan gejala klinis yang sama dan penyakit-penyakit ini akan
dibahas pada bab tersendiri. Pada kondisi optimal identifikasi spesifik penyakit ini dapat
dibuat terhadap hampir separuh dari kasus-kasus yang ditemukan dengan menggunakan
teknik serologis dan isolasi. Virus dapat diisolasi pada stadium awal penyakit dari bilas
tenggorok dan tinja, kadang-kadang virus ditemukan dari likuor serebrospinal dan darah
dengan teknik biakan jaringan dan inokulasi pada binatang.

b)      Penyebab infeksi

Berbagai macam organisme dapat sebagai penyebab infeksi, banyak diantaranya sebagai
penyebab penyakit spesifik lainnya. Banyak sekali jenis virus yang dapat menimbulkan
gejala meningeal. Separuh lebih dari kasus tidak ditemukan penyebabnya. Pada waktu terjadi
KLB mumps, virus ini diketahui sebagai penyebab lebih dari 25% kasus meningitis aseptik
pada populasi yang tidak diimunisasi.

ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang meningitis.Berikut
ini delapan faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang meningitis:

1. Genetika. Beberapa orang mungkin mewarisi kecenderungan untuk terkena meningitis.


Jika mereka berhubungan dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi, mereka akan
mudah terinfeksi.

2. Pria. Lebih banyak pria yang terkena meningitis daripada wanita.

3. Kondisi hidup yang penuh sesak. Orang-orang di kampung-kampung, tempat penitipan


anak, sekolah, dan asrama perguruan tinggi lebih mungkin untuk mendapatkan meningitis.

4. Terekspos serangga atau hewan pengerat. Orang-orang yang tinggal atau mengunjungi
daerah tempat serangga atau tikus membawa kuman akan mudah terserang penyakit ini.

5. Tidak mendapatkan imunisasi. Orang-orang yang tidak mendapatkan suntikan untuk


gondok, penyakit Hib, atau infeksi pneumokokus sebelum usia 2 tahun lebih mungkin untuk
mendapatkan meningitis.

6. Orang yang berusia lanjut dan belum juga mendapatkan vaksin pneumokokus lebih
mungkin terserang meningitis.

7. Tidak memiliki limpa, yang merupakan bagian sistem kekebalan tubuh, dan yang bekerja
dengan baik, membuat seseorang rentan terhadap meningitis.

8. Perjalanan ke daerah tempat meningitis umum terjadi. Misalnya, orang yang bepergian ke
sabuk meningitis di sub-Sahara, Afrika, harus mendapatkan suntikan meningokokus.

Faktor Risiko Penyakit Meningitis


Adapun faktor risiko meningitis yang dapat berbeda-beda sesuai dari usia masing-masing
orang seperti berikut.

Usia: Bayi berisiko lebih tinggi untuk terkena meningitis terutama yang disebabkan oleh
bakteri. Namun, segala usia tetap dapat terserang oleh meningitis.

Kelompok: Penyakit menular cenderung menyebar ketika terjadi pada kelompok besar orang
(misal: asrama).

Kondisi medis tertentu: Ada kondisi medis tertentu, obat-obatan, dan prosedur bedah yang
membuat orang berisiko lebih tinggi untuk terkena meningitis.

Kontak dengan patogen penyebab meningitis: Kontak dengan patogen penyebab meningitis
meningkatkan risiko Anda untuk terkena meningitis. Salah satunya adalah ahli mikrobiologi
yang secara rutin terpapar bakteri penyebab meningitis berada pada risiko yang meningkat
untuk meningitis.

Bepergian: Wisatawan mungkin berisiko lebih tinggi terhadap penyakit meningitis karena
mereka bepergian ke tempat-tempat tertentu

c)       Distribusi penyakit

Tersebar di seluruh dunia, timbul sebagai kasus-kasus endemis dan sporadis. Angka insidensi
yang sebenarnya tidak diketahui. Meningkatnya jumlah kasus berhubungan dengan musim,
pada akhir musim panas dan awal musim semi jumlah penderita meningkat terutama yang
disebabkan oleh arbovirus dan enterovirus sementara KLB meningitis aseptik yang terjadi di
akhir musim dingin terutama disebabkan oleh mumps.

d)      Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

1) Laporan ke kantor Instansi Kesehatan setempat: di daerah endemis tertentu penyakit ini
wajib dilaporkan; di beberapa negara dan negara bagian di Amerika Serikat bukan sebagai
penyakit yang harus dilaporkan, Kelas 3 B. Bila penyebab infeksi dapat dipastikan melalui
pemeriksaan laboratorium maka didalam laporan sebutkan penyebab infeksinya; sebaliknya
apabila penyebabnya tidak diketahui laporkan sebagai kasus yang tidak diketahui etiologinya.

2) Isolasi: Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium biasanya


baru didapat setelah penderita sembuh. Oleh karena itu kewaspadaan enterik sudah harus
dilakukan 7 hari setelah mulai sakit, kecuali kalau diagnosa pasti sudah menyatakan bahwa
penyebabnya adalah nonenterovirus.

3) Disinfeksi serentak: Tidak diperlukan kewaspadaan khusus selain menerapkan sanitasi


rutin.

4) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Biasanya tidak dilakukan.

5) Pengobatan spesifik: Seperti halnya pada penyakit yang disebabkan oleh virus, tidak ada
pengobatan spesifik.

Faktor risiko penyebab meningitis

Penyebab paling umum penyakit meningitis ialah infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Kanker, iritasi bahan kimia, jamur hingga alergi obat, juga bisa menyebabkan penyakit
meningitis.

2.      Meningitis Bakterial

Angka insidensi meningitis bakterial yang dilaporkan di Amerika Serikat, 10 tahun setelah
pertama kali vaksin terhadap Haemophillus influenza serotipe b (Hib) diijinkan beredar
adalah 2,2/100.000/tahun dan kira-kira sepertiga penderita anak berumur 5 tahun. Hampir
semua bakteri dapat menyebabkan infeksi pada semua umur, tetapi seperti yang dilaporkan
pada akhir tahun 1990-an penyebab yang paling sering adalah Neisseria
meningitidis dan Streptococcus pneumoniae.

Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi meningokokus, timbul secara sporadis dan
kadang-kadang muncul sebagai KLB; di banyak negara meningokokus merupakan penyebab
utama dari meningitis bakterial. Meningitis yang disebabkan oleh Hib, sebelumnya
merupakan salah satu penyebab yang paling sering dari meningitis bakterial. Bakteri
penyebab meningitis yang paling jarang adalah stafilokok, bakteri enterik, grup B
streptokokus dan Listeria yang menyerang orang dengan kerentanan yang spesifik (seperti
pada neonatus, penderita gangguan sistem imunitas) atau sebagai akibat trauma pada kepala.

 3.      Meningitis Meningokokus

a)      Identifikasi.
Penyakit bakterial akut dengan katarektistik muncul demam mendadak, nyeri kepala hebat,
mual dan sering disertai muntah, kaku kuduk dan seringkali timbul ruam petekie dengan
makula merah muda atau sangat jarang berupa vesikel. Sering terjadi delirium dan koma;
pada kasus fulminan berat timbul gejala prostrasi mendadak, ecchymoses dan syok. Dulu
angka kematian mencapai >50% namun dengan diagnosa dini, terapi modern dan tindakan
suportif, angka kematian 5-15%. Lebih dari 5-15% penduduk di negara endemis merupakan
carrier tanpa gejala, ditemukan koloni Neisseria meningitidis di daerah nasofaring. Sebagian
kecil dari orang ini akan berkembang menjadi penyakit yang invasif dengan ditandai satu
atau lebih gejala klinis seperti bakteremia, sepsis, meningitis atau pneumonia.

Banyak pada penderita sepsis timbul ruam petekie, kadang-kadang disertai dengan nyeri dan
radang sendi. Meningococcemia dapat timbul tanpa mengenai selaput otak dan harus
dicurigai pada kasus-kasus demam akut yang tidak diketahui penyebabnya dengan ruam
petekie dan lekositosis. Pada meningococcemia fulminan angka kematian tetap tinggi
walaupun telah diobati dengan antibiotika yang tepat. Diagnosis pasti dibuat dengan
ditemukannya meningococci pada LCS atau darah. Pada kasus dengan kultur negatif,
diagnosis dibuat didukung dengan ditemukannya polisakarida terhadap grup
sepesifik meningococcal pada LCS dengan teknik IA, CIE dan teknik koaglutinasi; atau
ditemukannya DNA meningococcal pada LCS atau pada plasma dengan PCR. Pemeriksaan
mikroskopis dengan pewarnaan gram, sediaan yang diambil dari petekie organismenya dapat
diketahui.

b)      Penyebab Infeksi

Penyebab inveksi adalahN. meningitidis, suatu jenis meningokokus N. meningitidis grup A,


penyebab utama KLB di AS (tidak ditemukan sejak tahun 1945) dan di tempat lian;
sedangkan grup B, C dan Y diakhir tahun 1990-an sebagai penyebab kebanyakan kasus di
AS. Genotipe tertentu tercatat sebagai penyebab terjadinya beberapa KLB. Serogrup lainnya
diketahui juga berperan sebagai patogen (misalnya grup W-135, X dan Z). Organisme dari
kelompok ini kurang begitu virulen, namun kasus-kasus fatal dan infeksi sekunder pernah
dilaporkan disebabkan oleh hampir semua serogroup. KLB N. meningitidis biasanya
disebabkan oleh strain yang berdekatan. Untuk mengetahui strain penyebab KLB dan luasnya
KLB, maka subtyping dari isolat dengan menggunakan metoda seperti disebutkan di bawah
ini sangat bermanfaat: 356 – multilocus enzyme electrophoresis – pulsed-field gel
electrophoresis – enzyme-restricted DNA fragments.
c)      Distribusi penyakit

Infeksi oleh meningokokus terjadi dimana-mana, namun puncaknya terjadi pada akhir musim
dingin dan awal musim semi. Pada awalnya infeksi meningokokus terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda, di banyak negara laki-laki lebih banyak terserang daripada wanita, dan
sering terjadi pada pendatang baru yang berkumpul/berjejalan pada suatu tempat seperti di
dalam barak dan asrama penampungan. Wilayah yang selama ini diketahui sebagai daerah
yang insidensinya tinggi adalah AfrikaTengah dimana infeksi disebabkan oleh grup A.

d)      Cara penularan

Penularan terjadi dengan kontak langsung seperti melalui droplet dari hidung dan
tenggorokan orang yang terinfeksi. Infeksi biasanya menyebabkan infeksi subklinis pada
mukosa. Invasi dengan jumlah bakteri yang cukup untuk menyebabkan terjadinya penyakit
sistemik sangat jarang. Prevalensi carrier yang mencapai 25% atau lebih dapat terjadi tanpa
ada kasus meningitis. Selama KLB lebih dari setengah laki-laki personil militer mungkin
sebagai carrier sehat kuman meningokokus. Penyebaran melalui barang dan alat-alat tidak
terbukti. Masa inkubasi  bervariasi dari 2-10 hari, biasanya 3-4 hari.

Penularan bakteri yang bersifat langsung dapat terjadi melalui udara atau kontak dengan
cairan pada saluran pernapasan, misalnya untuk pemakaian gelas bersama. Kuman akan
menempati daerah nasofaring, kemudian menembus selaput lendir.Dalam kondisi tubuh
lemah, mikroorganisme dari nasofaring dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, kemudian
menyebar ke selaput otak, sendi, jantung, serta ke seluruh tubuh. Orang yang terinfeksi
meningitis akan mengalami beberapa gejala khas, mulai dari mual, muntah, demam tinggi
mendadak, serta rasa kaku di belakang leher.

e)      Masa penularan

Penularan dapat terus terjadi sampai kuman meningokokus tidak ditemukan lagi di hidung
dan mulut. Meningokokus biasanya hilang dari nasofaring dalam waktu 24 jam setelah
pengobatan dengan antibiotika trerhadap mikroba yang masih sensitif terhadap antibiotika
tersebut apabila kadar obat mencapai konsentrasi yang cukup di dalam sekret orofaring.
Penisilin dapat menekan jumlah organisme untuk sementara namun biasanya tidak dapat
menghilangkan organisme ini dari oronasofaring.

Diagnosis penyakit ini dilakukan dengan melakukan tes darah serta mengambil cairan
serebrospinal dan tempat infeksi lainnya.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit ini bisa sangat fatal. Penderita bisa
mengalami ketulian, kejang, dan infark otak yang menjurus ke cacat menetap, bahkan
kematian.

f)       Kerentanan dan kekebalan

Kerentanan terhadap penyakit klinis rendah dan menurun sesuai dengan umur; rasio antara
carrier dengan kasus sangat tinggi. Dan mereka yang di dalam darahnya kekurangan beberapa
komponen komplemen sangat mudah kambuh dan terserang penyakit ini lagi. Orang yang
telah diambil limpanya sangat mudah mengalami bakteriemia walaupun hanya mengalami
infeksi subklinis. Dapat muncul kekebalan spesifik terhadap grup bakteri yang menginfeksi.
Lamanya antibodi spesifik ini bertahan belum diketahui.

g)      Cara-cara pemberantasan

Cara-cara pencegahan

1) Berikan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengurangi kontak langsung dan


menghindari terpajan dengan droplet penderita.

2) Mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti dalam


barak, sekolah, tenda dan kapal.

3) Vaksin yang mengandung polisakarida meningokokus grup A, C, Y dan W-135 telah


terdaftar dan beredar di Amerika Serikat dan negara lainnya untuk digunakan pada orang
dewasa dan anak-anak yang lebih besar, saat ini hanya vaksin kuadrivalen yang tersedia di
Amerika Serikat.   Vaksin meningokokus efektif pada orang dewasa diberikan pada saat
melakukan rekruitmen militer di AS sejak tahun 1972. Vaksin ini juga digunakan untuk
mengendalikan KLB grup C yang terjadi di masyarakat dan di sekolah pada tahun 1990-an.
Vaksin ini harus diberikan kepada kelompok risiko tinggi tertentu yaitu anak-anak pada usia
di atas 2 tahun yang rentan terhadap infeksi berat meningokokus termasuk harus diberikan
kepada penderita yang limpanya sudah diambil, orang dengan defisiensi komplemen
terminal, staf laboratorium yang terpajan secara rutin dengan N. meningitidis. Sayang sekali
komponen C mempunyai imunogenisitas rendah dan tidak efektif bila diberikan bagi anak di
bawah usia 2 tahun. Vaksin serogroup A mungkin efektif bila diberikan kepada anak usia
lebih muda, 3 bulan sampai 2 tahun, pada usia ini diberikan 2 dosis vaksin dengan interval 3
bulan. Sedangkan untuk anak usia di atas 2 tahun hanya diberi dosis tunggal. Waktu
perlindungan sangat terbatas, terutama pada anak usia kurang dari 5 tahun. Imunisasi rutin
bagi masyarakat umum di Amerika Serikat tidak dianjurkan. Pemberian imunisasi kepada
para pelancong akan mengurangi risiko tertulari apabila mereka berkunjung ke negara yang
pernah mengalami wabah meningokokus grup A atau C. Imunisasi ulang dapat
dipertimbangkan untuk diberikan dalam jangka waktu 3- 5 tahun apabila tidak ada indikasi
untuk mendapatkan vaksinasi. Tidak ada vaksin yang terdaftar saat ini di AS efektif terhadap
infeksi grup B, walaupun beberapa jenis vaksin telah dikembangkan dan telah diujicoba
menunjukkan efikasi yang lumayan bila diberikan kepada anak-anak yang lebih besar dan
kepada orang dewasa. Vaksin konyugat terhadap serogroup A dan C masih dalam proses uji
coba klinis. Untuk bayi dan anak-anak, vaksin meningokokus konyugat serogroup A, C, Y
dan W-135 telah dikembangkan dengan metoda yang sama dengan metoda pembuatan vaksin
konyugat untuk Haemophilus influenzae tipe b. Vaksin-vaksin ini diharapkan sudah dapat
digunakan rutin di Inggris mulai tahun 2000 dan di Amerika Serikat dalam waktu 2-4 tahun
kemudian.

B.     Infectious Agent Meningitis

Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan protozoa.
Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lainkarena mekanisme kerusakan dan
gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat.Infectious
Agent meningitis purulentamempunyai kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu
golongan neonatuspaling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan
Listeriamonositogenes. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan
olehH.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahundisebabkan
oleh Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan StreptococcusPneumococcus, dan
pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus,Pneumococcus, Stafilocccus,
Streptococcus dan Listeria.20 Penyebab meningitisserosa yang paling banyak ditemukan
adalah kuman Tuberculosis dan virus.

Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang lebih baik,

cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis virus yang paling sering
ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex ,
Herpes zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis aseptik(viral).
C.     Gejala Klinis Meningitis

Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi, muntah dan
kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairanserebrospinal (CSS) melalui
pungsi lumbal.Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta
rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan
oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti

oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada
meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala, muntah,
sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang
tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada
meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah
dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku leher, dan
nyeri punggung.

Gejala Penyakit Meningitis perlu segera memeriksakan diri ke dokter, jika Anda mengalami
beberapa gejala meningitis berikut, antara lain:

 Demam tinggi secara mendadak

 Sakit kepala parah

 Leher kaku

 Mual atau muntah

Sedangkan gejala yang terjadi pada bayi yang berusia kurang dari satu tahun dapat berupa:

 Demam

 Kesulitan bangun ketika tidur

 Tidak mau makan


 Muntah

 Leher kaku dan tonjolan fontanel (titik lunak di atas tengkorak)

Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan

dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan gejala panas
tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan
konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang dialami
lebih kurang 44 % anak dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus
pneumoniae, 21 % oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-
anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit
juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan

nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.

Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadiumprodormal
selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksibiasa. Pada anak-
anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam,muntah-muntah, nafsu
makan berkurang, murung, berat badan turun, mudahtersinggung, cengeng, opstipasi, pola
tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupaapatis. Pada orang dewasa terdapat panas
yang hilang timbul, nyeri kepala,konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung,
halusinasi, dan sangatgelisah.Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3
minggu dengangejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang
hebat dankadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan
meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda

peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III atau
stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada
stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat
pengobatan sebagaimana mestinya.

 I.       Pencegahan Meningitis

 Cuci tangan dengan benar tiap kali beraktivitas.

 Jaga jarak dengan orang yang terinfeksi.

 Gunakan masker jika sedang sakit.


 Rutin berolahraga.

 Jangan berbagi makanan atau barang pribadi.

 Pilih makanan yang telah dipasteurisasi.

 Menghindari asap rokok.

 Istirahat yang cukup.

a. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resikomeningitis bagi individu
yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat.Pencegahan
dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi agar dapat membentuk
kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type
b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide
vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine(MCV4), dan MMR
(Measles dan Rubella).Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP) dimulai
sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaandengan jadwal imunisasi lain seperti DPT,
Polio dan MMR.Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis
Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO,
pada bayi 2-6 bulanm sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan
2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis
imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum
dapat membentuk antibodi.Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian
kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan
penderita.Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan
Y.meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi
syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 – 20%
dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara
mengurangi kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di
lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis
juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang
bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.5

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saatmasih tanpa
gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan penyakit.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi
dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk
mengenali gejala awal meningitis.Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test
darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru .Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat
terhadap anggota keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk
menemukan penderita secara dini.Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu :

b.1. Meningitis Purulenta

1. Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim, seftriakson.

2. Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin, seftriakson.

3. Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan seftriakson.

b.2. Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)

Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang beratdapat ditambahkan
etambutol atau streptomisin. Kortikosteroid berupa prednison digunakan sebagai anti
inflamasi yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema otak.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakanlanjut atau


mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat  pencegahan ini bertujuan
untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita
untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisikondisi yang tidak diobati lagi, dan
mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli
atau ketidakmampuan untuk belajar.38 Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk
mencegah dan mengurangi cacat.

J.      Mengidentifikasi masalah gizi pada pasien meningitis.

Pasien meningitis dengan kesadaran menurun cenderung mengalami gangguan asupan gizi,
karena secara otomatis Intrake peroral yang dibutuhkan untuk mendukung therapi hydrasi
yang terbatas untuk mencegah komplikasi oedeem cerebi, menjadi berkurang, selain untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi pasien. Untuk ini biasanya dokter menganjurkan untuk
pemasangan Nasogastric tube / maagslang dan pemberian diit cair guna mengatasi hal
tersebut. Dalam menentukan jumlah dan jenis diet cair yang akan diberikan pada pasien,
seorang dokter anak harus memperhitungkan ; kebutuhan cairan / hr berdasarkan umur – BB
pasien, status gizi saat pasien dirawat, kondisi dan fisik pasien. Disini seorang dokter anak
akan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu menyusun komposisi gizi yang
terkandung dari makanan cair sesuai standar gizi berdasarkan umur dan BB pasien.
Misal : Pada anak usia 1 tahun BB normal : 7,5 – 8,9 kgkebutuhan cairan per hari : 120 – 135
ml / kg BB / hari atau sekitar ± 900 – 1000 ml / hari. Bila pada saat pemeriksaan fisik
didapatkan BB pasien tidak sesuai dengan umur pasien, maka akan ditentukan diet cair jenis
TKTP.

Seorang ahli gizi kemudian akan menentukan komposisi kalori dan protein dalam diet cair
tersebut berdasarkan umur dan BB untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein pasien/
hari. Misal : untuk usia 1 tahun dengan BB normal 7,5 – 8,9 kgKebutuhan kalori / kg 1 hari =
105 kal atau 900 kalori / haridan protein 2,5 gr / kg / hari atau 22 gram / hari. Makanan akan
dibuat dalam bentuk cairan kental yang dibuat dengan susu atau tanpa susu. Menurut
kebutuhan pasien dapat diberikan cairan antara 1000 – 2000 ml dimana makanan cair standar
mengandung 1000 kilokalori tiap 1000 ml, yang dapat diberikan dalam porsi kecil dan sering
(6 – 8 kali sehari ). Pada pasien meningitis, sebenarnya tidak memerlukan diet cair khusus
bila tidak didapati kondisi malnutrisi atau status gizi buruk. Biasanya diet TKTP menjadi
pilihan utama untuk kasus-kasus penyakit Infeksi akut seperti meningitis guna meningkatkan
daya tahan tubuh untuk melawan Infeksi di samping obat-obatan supportif yang diberikan
dokter. Bila dengan cara ini belum bisa membantu asupan gizi pasien meningitis, maka
dokter akan memutuskan untuk memberikan Nutrisi Parentral seperti Amiparen dan Iriparen
yang diindikasikan pada pasien dengan infeksi berat dengan gizi buruk untuk memenuhi
suplai air, elektorlit dan kalori melalui vena.

Cara mengidentifikasi berhasil tidaknya pemberian manakan cair melalui sonde ( dapat
dicerna baik atau tidak ) adalah dengan melihat residu yang keluar dari NGT pada saat kita
menarik keluar dengan menggunakan spuit. Bila cairan yang keluar sama seperti jumlah
cairan yang kita amasukkan setelah 2 jam pemberian sonde maka bisa dipastikan makanan
cair tidak bisa dicerna dengan baik, namun bila residu tidak lebih dari 50% dari diit cair yang
masuk berarti diit cair masih bisa ditolerir oleh sal. pencernaan. Pemberian Nutrisi parentral
merupakan alternatif terakhir yang akan dianjurkan oleh dokter.
BAB III

PENUTUP
 

A.    KESIMPULAN

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadipada cairan otak
yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.Meningitis dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, riketsia, jamur, cacing dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis
penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri
maupun produk bakteri lebih berat.Pasien meningitis dengan kesadaran menurun cenderung
mengalami gangguan asupan gizi, karena secara otomatis Intrake peroral yang dibutuhkan
untuk mendukung therapi hydrasi yang terbatas untuk mencegah komplikasi oedeem cerebi,
menjadi berkurang, selain untuk memenuhi kebutuhan energi bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
 

Betz L dan Sowden A Linda 1999, keperawatan pedaitri, Penerbit buku kedokteran ECC,
Jakarta. Halaman 316-321. Diakses tanggal 19 Desember 2011

Bagbei Laily 1990, Infectectious Diseases, Nelson Essentials of Pediatric, halaman 284-308.
Diakses tanggal 19 Desember 2011

Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL : http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/

t47283.html. Diakses tanggal 19 Desember 2011

Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006. Lumbar Puncture.
Diakses tanggal 19 Desember 2011

The New England Journal of Medicine. 12 : 355


URL : http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf. Diakses tanggal 19 Desember 2011

Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2


URL: http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.html. Diakses tanggal 19 Desember 2011

Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library


URL :.http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf. Diakses tanggal
19 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai