Anda di halaman 1dari 11

Frequently Asked

Questions (FAQ)
MENINGITIS MENINGOKOKUS
Update: 18 September 2023

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Kementerian Kesehatan RI
2023
1

1. Apa itu Meningitis Meningokokus?


Meningitis Meningokokus adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Bakteri tersebut
menginfeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang serta
menyebabkan pembengkakan. Hingga saat ini terdapat enam
serogroup bakteri meningokokus yang berkaitan dengan kejadian
wabah penyakit yakni A, B, C, W, X, dan Y.

2. Apakah Penyakit Meningitis Meningokokus


merupakan penyakit baru?
Penyakit Meningitis Meningokokus telah terekam melalui wabah
pertama di daerah Afrika pada tahun 1840-an. Adapun, pada
tahun 1887, seorang bakteriologis Austria (Anton Vaykselbaum)
baru berhasil mengidentifikasi bakteri meningokokus sebagai
salah satu penyebab Meningitis.

3. Apakah perbedaan antara penyakit Meningitis dan


Meningitis Meningokokus?
Meningitis dapat diartikan sebagai peradangan membran
meninges (selaput otak), sedangkan meningitis meningokokus
merupakan salah satu bentuk Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria meningitidis.
4. Bagaimana situasi persebaran Penyakit Meningitis
Meningokokus di dunia?
Penyakit Meningitis Meningokokus telah tersebar di seluruh dunia
dengan kejadian tertinggi ditemukan di sub-Sahara Afrika atau
wilayah yang disebut “The Meningitis Belt atau sabuk meningitis”
mulai dari Senegal di sebelah barat sampai ke Ethiopia di sebelah
timur yang meliputi 26 negara. Di wilayah ini epidemi besar
terjadi tiap 5 hingga 12 tahun dengan tingkat kejadian hingga
1.000 kasus per 100.000 penduduk. Di wilayah lain tingkat
kejadian penyakit lebih rendah dan wabah hanya sesekali.

Pada tahun 2023, telah dilaporkan sebanyak 6.469 kasus dengan


570 kasus konfirmasi dan 420 kematian yang tersebar di 5 negara
di wilayah WHO Pasifik Barat (Taiwan, Singapura, Selandia Baru,
Australia, dan Cina), 3 negara di wilayah WHO Afrika (RD Kongo,
Niger, dan Nigeria), 2 negara di wilayah WHO Eropa (Italia dan
Norwegia), dan 1 negara di wilayah WHO Amerika (Amerika
Serikat).

Selain itu, kasus Meningitis Meningokokus sering dilaporkan di


Arab Saudi. Pada tahun 2002-2011, terdapat 184 kasus
konfirmasi Meningitis Meningokokus (hanya 9% berasal dari
jamaah haji dan umrah) yang dominan disebabkan oleh serogroup
W135. Akan tetapi, pada tahun 2012-2019 dilaporkan 44 kasus
konfirmasi yang seluruhnya merupakan WN Arab Saudi.

2
3

5. Bagaimana situasi persebaran Meningitis


Meningokokus di Indonesia?
Handayani (2006) dari hasil penelitian dan hasil survei rutin
karier meningitis meningokokus pada jemaah haji Indonesia pada
tahun 1993-2003 menyebutkan bahwa pada jemaah haji
Indonesia ditemukan adanya karier meningokokus sekitar
0,3%-11% dengan serogroup A, B, C, dan W135. Semenjak
diberlakukan vaksinasi meningitis bagi jemaah haji, umroh, TKI
pada tahun 2010, belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi
penyakit Meningitis Meningokokus di Indonesia.

6. Apa saja gejala dan tanda seseorang terkena


Meningitis Meningokokus?
Gejala dapat muncul pertama kali seperti penyakit flu dan dapat
memburuk dengan cepat. Gejala yang paling umum diantaranya
demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Selain itu, seringkali
ditambah dengan beberapa gejala lain seperti mual, muntah,
fotofobia (mata menjadi lebih sensitif terhadap cahaya), dan
gangguan neurologis seperti letargi, delirium, koma, serta dapat
disertai kejang.

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan tanda-tanda seperti


tanda meningeal (kaku kuduk, tanda Kernig atau Brudzinski),
tanda neurologis seperti kesadaran menurun, adanya purpura
yang terlokalisir di ekstremitas atau tersebar di seluruh tubuh,
kulit, atau mukosa (konjungtiva), tekanan darah menurun disertai
dengan gejala syok, dan infeksi fokal seperti radang sendi,
pleuritis atau pneumonia, perikarditis, dan episkleritis.
Akan sulit mengenali gejala tersebut pada bayi dengan usia di
bawah 1 tahun. Gejala atau tanda yang umum dialami adalah
muntah, sulit makan, lambat atau tidak aktif, mudah tersinggung,
kaku kuduk, atau menonjolnya ubun-ubun anterior .

7. Apakah terdapat gejala yang lebih parah atau sulit


dikenali di luar situasi epidemi?
Ada, yakni septikemia meningokokus, namun bentuk klinis ini
jarang ditemui. Seseorang yang mengalami bentuk klinis ini dapat
timbul gejala secara mendadak, demam dan syok, ruam petekie
atau purpura yang mungkin awalnya tidak jelas. Pada 5-20% kasus,
pasien dapat mengalami sepsis meningokokal fulminan dalam
beberapa jam tanpa gejala meningitis.

8. Berapa lama seseorang dapat timbul gejala setelah


terpapar bakteri Neisseria meningitidis?
Seseorang dapat mengalami gejala setelah terpapar bakteri
Neisseria meningitidis rata-rata 1-10 hari, namun umumnya sudah
mengalami gejala pada hari ke-3 hingga hari ke-4. Mulai dari sakit
kepala hebat, demam, mual, muntah, fotofobia, kaku duduk,
hingga timbul tanda gangguan neurologis (letargi, delirium, koma,
dan kejang).

4
5

9. Bagaimana seseorang dapat tertular bakteri Neisseria


meningitidis?
Bakteri Neisseria meningitidis hanya dapat menginfeksi manusia,
melalui kontak dekat dengan droplet pernapasan atau sekresi
tenggorokan (saliva) dari orang yang terinfeksi. Penyakit ini
sangat mudah ditularkan pada kegiatan-kegiatan berskala
besar/mass gathering (ibadah haji, jambore, konser, dsb.)

10. Bisakah seseorang yang tidak bergejala namun


terinfeksi Meningitis Meningokokus menularkan
kepada orang lain?
Sebesar 1-10% populasi yang terinfeksi bakteri Neisseria
meningitidis pada tenggorokannya, tidak menimbulkan gejala.
Oleh karena itu, pembawa (carrier) bakteri Neisseria meningitidis
baik bergejala maupun tidak bergejala dapat menularkan
penyakit ini.

11. Siapakah yang berisiko terkena penyakit


Meningitis Meningokokus?
Setiap orang dari segala usia, ras, kelompok etnis, dan jenis
kelamin berpotensi terpapar bakteri Neisseria meningitidis ketika
memiliki potensi kontak dengan pasien terinfeksi. Namun
terdapat beberapa pekerjaan atau kelompok berisiko yang
memungkinkan seseorang terinfeksi penyakit Meningitis
Meningokokus:
Orang yang tinggal serumah dengan orang yang terinfeksi
Teman sekamar dengan orang yang terinfeksi
Setiap orang yang memiliki kontak langsung dengan sekresi
tenggorokan (saliva) orang yang terinfeksi, seperti melalui
ciuman.
Orang yang tinggal pada area pemukiman padat penduduk

12. Apakah Meningitis Meningokokus dapat


ditularkan melalui hewan?
Hingga saat ini, bakteri Neisseria meningitidis hanya dapat
menginfeksi manusia, tidak ada reservoir pada hewan.

13. Bagaimana cara penegakkan diagnosis Meningitis


Meningokokus?
Penyakit meningokokus terkadang sulit untuk didiagnosis
karena tanda dan gejala yang ditimbulkan banyak memiliki
kesamaan dengan gejala dari penyakit lain. Diagnosis awal
meningitis meningokokus dapat dilakukan dengan pemeriksaan
klinis diikuti oleh fungsi lumbal yang menunjukkan cairan
serebrospinal (CSS) purulen. Hasil diagnosis dapat didukung
dengan menumbuhkan bakteri dari spesimen CSS atau darah,
dengan tes aglutinasi atau dengan PCR.

6
7

14. Apakah sudah ada pengobatan untuk Meningitis


Meningokokus?
Pemberian antibiotik kepada pasien menjadi terapi yang dapat
dilakukan untuk menangani kasus Meningitis Meningokokus.
Namun, perlu diperhatikan juga bahwa penyakit ini berpotensi
fatal dan perlu dilihat sebagai keadaan darurat medis. Sehingga
pasien harus dirujuk ke Rumah Sakit. Apabila penderita
mengalami infeksi yang cukup serius, maka pasien dapat
menerima pengobatan lain seperti dukungan pernapasan, obat
untuk menangani tekanan darah rendah, pengangkatan jaringan
mati, hingga perawatan luka.

15.Bagaimana tingkat keparahan Meningitis


Meningokokus?
Satu dari lima penyakit Meningitis Meningokokus ini akan
mengalami kecacatan jangka panjang, seperti: kehilangan
anggota tubuh, ketulian, masalah sistem saraf, dan kerusakan
otak.

Case Fatality Rate (CFR) dari Meningitis Meningokokus sejauh


ini dilaporkan pada rentang 5-15% tergantung pada gejala
klinisnya.

16.Bagaimana cara mencegah tertular penyakit


Meningitis Meningokokus?
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
meningitis adalah dengan membiasakan dan menjaga kebiasaan
hidup sehat seperti banyak istirahat serta tidak melakukan kontak
dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Selain itu, penyakit
meningitis meningokokus juga dapat dicegah oleh vaksinasi.
17. Apakah sudah ada vaksin untuk mencegah penularan
bakteri Neisseria meningitidis?

Vaksin penyakit meningitis meningokokus berlisensi telah


tersedia lebih dari 40 tahun. Meskipun sudah terdapat perbaikan
dalam cakupan galur dan ketersediaan vaksin, namun sampai saat
ini tidak ada vaksin universal untuk penyakit meningitis
meningokokus. Vaksin masih spesifik sesuai serogroup dengan
memberikan berbagai tingkat perlindungan.

Vaksin quadrivalen direkomendasikan untuk mengontrol wabah


akibat N. meningitides serogroup A, C, Y dan W-135. Terdapat dua
vaksin meningokokus quadrivalen (A, C, Y, W135) yang mendapat
lisensi di Indonesia adalah:
a. Vaksin meningokok polisakarida (MPSV4)
b. Vaksin meningokok konjugat (MCV4/MenACWY)

Pemberian vaksin diberikan kepada masyarakat yang akan


melakukan perjalanan ke negara endemis meningitis, yang belum
mendapatkan vaksin meningitis atau sudah habis masa
berlakunya. Pemberian imunisasi meningitis meningokokus
diberikan minimal 30 (tiga puluh) hari sebelum keberangkatan.
Setiap orang yang telah diberikan vaksinasi diberikan sertifikat
vaksinasi internasional atau International Certivicate of
Vaccination (ICV). Vaksinasi meningitis meningokokus dapat
didapatkan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Klinik, atau
Rumah Sakit yang telah ditunjuk pemerintah.

8
9

SUMBER:
CDC Information about Meningococcal Disease
(https://www.cdc.gov/meningococcal/index.html)
WHO Information about Meningococcal Disease
(https://www.who.int/teams/health-product-policy-and-
standards/standards-and-specifications/vaccine-
standardization/meningococcal-meningitis)
Meningitis Research Foundation. The history of meningitis.
(https://www.meningitis.org/blogs/the-history-of-meningitis)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi
Kementerian Kesehatan. 2019. Panduan Deteksi dan Respon Penyakit
Meningitis Meningokokus. ISBN 978-602-416-746-4
2023

Anda mungkin juga menyukai