Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Penyakit meningitis merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Menurut


WHO, meningitis merupakan kasus darurat dan orang orang diseluruh dunia beresiko terkena
meningitis. Tingkat kematian kasus meningitis tinggi dan menyebabkan komplikasi jangka
panjang yang dapat memberi dampak besar pada individu, keluarga dan masyarakat baik
secara finansial maupun emosional.1
Encephalitis adalah suatu kondisi yang jarang terjadi, namun kondisi ini merupakan
kondisi serius, dimana terjadi peradangan atau bengkak pada otak. Penyebab pasti
encephalitis tidak selalu dapat diketahui, kondisi ini bisa mengancam jiwa dan membutuhkan
perawatan segera di rumah sakit. Kondisi ini dapat terjadi pada siapapun, di usia berapapun.
Tetapi orang-orang dengan usia yang sangat mudah seperti bayi yang baru lahir dan orang-
orang dengan usia tua lebih beresiko mengalami encephalitis.2

Definisi
Meningitis dan meningoencephalitis adalah dua kondisi penyakit yang berbeda. Pada
penderita meningitis, onset demam, sakit kepala, fotofobia, kaku kuduk dan tanda-tanda
meningeal lainnya lebih mendominasi. Sedangkan pada meningoencephalitis, pasien
mengalami kondisi ensefalitis dan juga meningitis dalam waktu yang bersamaan.
Meningoencephalitis merupakan proses inflamasi yang melibatkan otak (encephalitis) dan
meningens (meningitis). Penyebabnya seringkali dikarenakan oleh invasi organisme pathogen
ke dalam system saraf pusat dan terkadang juga dapat disebabkan oleh toxin, gangguan
autoimun, dan kondisi lainnya.3,4

Epidemiologi
Insiden kasus meningitis bervarisi mulai dari kasus rendah yang terjadi di Eropa dan
Amerika Utara (1 kasus per 100.000) hingga kasus tinggi di Afrika (800 hingga 1.000 kasus
per 100.000). sekitar 1,2 juta kasus meningitis bakteri terjadi setiap tahunnya di dunia,
dengan tingkat kematian mencapai 135.000 jiwa. Wabah meningitis terbesar dalam sejarah
dunia dicatat WHO terjadi pada 1996-1997 yang menyebabkan lebih dari 250.000 kasus dan
25.000 kematian.
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, di Indonesia pada tahun 2010
jumlah kasus meningitis secara keseluruhan mencapai 19.381 orang dengan rincian laki-laki
12.010 pasien dan wanita 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang meninggal dunia sebesar
1.025 orang.5
Laporan dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) tahun
2002 menyebutkan terjadi epidemi dari penyakit meningokokus yang berasal dari Saudi
Arabia selama penyelenggaraan haji pada maret 2000. Dari 304 kasus yang dilaporkan, 50%
terkonfirmasi laboratoris bersumber dari Neisseria meningitidis serotype W135. Negara lain
yang juga melaporkan kasus penyakit meningokokus antara lain; Burkina Faso, Republik
Afrika Tengah, Denmark, Norwegia, Singapura,dan Inggris, yang kebanyakan kasus tersebut
berhubungan dengan pergi atau kontak dengan orang yang pergi ke Saudi Arabia. Masyarakat
muslim Indonesia yang menunaikan ibadah haji mencapai 200.000 orang lebih setiap tahun,
dengan resiko kesehatan yang masih cukup tinggi.5

Etiologi
Patogen penyebab meningitis dan encephalitis antara lain bakteri, virus, jamur, dan
parasite. Pada beberapa orang, faktor lingkungan atau paparan (parasite), riwayat berpergian,
atau kondisi immunocompromised seperti HIV, diabetes, dan pasien dalam pengobatan
kemoterapi merupakan faktor resiko yang penting. Beberapa kondisi non-infeksi seperti
autoimun penyakit rheumatoid dan riwayat penggunaan obat seperti steroid juga dapat
merupakan faktor resiko terjadinya meningitis dan encephalitis.6
Meski gejala awalnya mirip dengan flu, meningitis tetap harus di waspadai, karena
dapat menimbulkan kejang dan kaku pada leher. Meningitis bacterial merupakan kasus yang
jarang namun merupakan kondisi yang fatal apabila terjadi. Pathogen akan masuk ke ketubuh
melalui saluran pernafasan atas dan menyebabkan infeksi, kemudian menyebar melalui aliran
sampai ke otak dan menginfeksi otak. Meningitis juga dapat terjadi ketika bakteri menginvasi
selaput otak (meningen). Beberapa bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis antara
lain : Neisseria meningitidis (meningococcus), Streptococcus pneumoniae (pneumococcus),
Haemophilus influenzae, Streptococcus agalactiae (Streptococcus grup B).1,6
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat terdapat 2,600 orang terinfeksi meningitis
meningococcus, resiko tertinggi infeksi terjadi pada anak balita usia dibawah 1 tahun, orang-
orang dengan system imun rendah, dan travellers dari negara-negara endemis, anggota
militer, dan orang-orang yang tinggal di asrama. Sekitar 10-15% kasus meningitis
meningococcus merupakan kasus gawat darurat, dan 10-15% lainnya menyebabkan
kerusakan otak dan komplikasi yang serius. Apabila meningitis meningococcus
terdidentifikasi, orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien harus diberikan
antibiotic preventif.6
Meningitis pneumococcus menurupakan kasus meningitis yag paling sering
ditemukan dan merupakan bentuk meningitis bakterial yang paling serius. Setipa tahunnya
6,000 kasus meningitis pneumococcus dilaporkan terjadi di Amerika Serikat. Meningitis
pneumococcus yang disebabkan oleh pathogen Streptococcus pneumoniae, juga dapat
menyebabkan kondisi pneumonia, septikemia, dan infeksi telinga atau sinusitis pada
penderita yang terinfeksi. Pasien yang terinfeksi meningitis pneumococcus umumnya juga
mengalami kerusakan neurologis yang parah seperti kehilangan oendengaran dan kerusakan
otak yang parah.6
Meningitis yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae juga merupakan bentuk
yang sering ditemukan pada penderita meningitis. Meningitis jenis ini paling sering
menyerang anak-anak. Saat ini meningitis jenis ini dapat dicegah dengan Haemophillus
influenzae b vaccine.1,6
Selain pathogen tersebut, terdapat bakteri lain yang juga dapat menyebabkan
meningitis antara lain : Salmonella, Staphylococcus, Listeria momocytogenes, bakteri yang
sering ditemukan pada makanan yang mengandung susu (dairy product) dan daging;
Escherichia coli, yang paling sering menginfeksi bayi baru lahir dan lansia; Mycobacterium
tuberculosis, infeksi yang jarang terjadi. Meningitis tuberculosis terjadi ketika kuman
tuberculosis menyerang meningens.1,6
Virus, atau disebut juga aseptis meningitis umumnya disebabkan oleh entererovirus,
Varicella zoster, Influenza, mumps, HIV, dan Herpes Simplex type 2. Selain itu, meningitis
juga dapat disebabkan oleh jamur / fungi seperti Cryptococcus neoformans, yang ditemukan
pada kotoran burung dan sering menginfeksi orang-orang yang memikiki system imun rendah
atau immunocompromised seperti AIDS, tetapi juga bisa saja menginfeksi orang yang
sehat.1,6
Pathogen penyebab encephalitis umumnya bersifat menular. Seperti Herpes simplex
virus tipe 1 dan 2, virus mumps, dan virus rubella. Selain itu, transmisi melalui hewan yang
terinfeksi ke manusia juga dapat terjadi, seperti akibat gigitan nyamuk, serangga, dan virus
rabies yang ditularkan melalui gigitan anjing. Selain virus, encephalitis juga dapat disebabkan
oleh pathogen lain seperti; Mycoplasma, yang dapat menyebabkan rickettsia dan Toxoplasma
gondii.6,7

Manifestasi Klinis
Gejala meningitis menurut The Hallmark signs adalah sebagai berikut : demam yang
muncul tiba-tiba, sakit kepala berat, mual, muntah, penglihatan ganda, mengantuk, sensitive
terhadap cahaya, dan kekakuan pada leher. Encephalitis, gejalanya dapat berupa demam,
kejang, perubahan perilaku, penurunan status mental, dan disorientasi. Tanda-tanda
neurologis yang didapatkan pada pasien meningoencephalitis bergantung pada bagian otak
mana yang terpengaruh oleh proses infeksi. Beberapa diantaranya merupakan infeksi yang
terlokalisasi, namun infeksi juga dapat terjadi pada area yang lebih luas di otak.6
Gejala awal meningoencephalitis umumnya menyerupai gejala flu yang terjadi
selama 1-2 hari. Pada kasus yang lebih berat, pasien mungkin dapat mengalami masalah
pendengaran, penglihatan ganda, halusinasi, penurunan status mental dan perubahan
kepribadian. Komplikasi berat dapat berupa hilangnya sensasi / taktil pada beberapa bagian
tubuh, kelemahan otot, parese sebagian pada lengan dan tungkai, kejang dan hilangnya
memory. Tanda bahaya penting pada meningoencephalitis yang terjadi pada bayi / balita
berupa demam, lethargy, tidak bangun untuk menyusu, muntah, kekakuan pada tubuh,
irritability, dan adanya tonjolan pada ubun-ubun.6
Daftar Pustaka

1. Meningitis. World Health Organization. World Health Organization; [diakses pada 25


februari 2022 di https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/meningitis]
2. NHS choices. NHS; [diakses pada 25 februari 2022 di
https://www.nhs.uk/conditions/encephalitis/]
3. Meningoencephalitis. National Center for Biotechnology Information. U.S. National
Library of Medicine; [diakses pada 25 februari 2022 di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/mesh?Db=mesh&Cmd=DetailsSearch&Term=
%22Meningoencephalitis%22%5BMeSH%2BTerms%5D]
4. Ford-Jones EL, MacGregor D, Richardson S, Jamieson F, Blaser S, Artsob H. Acute
childhood encephalitis and meningoencephalitis: Diagnosis and management.
Paediatrics & Child Health. 1998;3(1):33–40. 
5. kemkes.go.id. [diakses pada 25 februari 2022 di
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/E-
book_PANDUAN_DETEKSI_RESPON_MM-signed.pdf]
6. Meningitis and encephalitis fact sheet. National Institute of Neurological Disorders
and Stroke. U.S. Department of Health and Human Services; [diakses pada 25
februari 2022 di
https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-Education/Fact-Sheets/
Meningitis-and-Encephalitis-Fact-Sheet]
7. David S Howes MD. Encephalitis. Practice Essentials, Background, Pathophysiology.
Medscape; 2021 [diakses pada 26 februari 2022 di
https://emedicine.medscape.com/article/791896-overview#a3]
8.

9.
10.

Anda mungkin juga menyukai