Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu : Ns. Beti Haerani,S.Kep.,M.Kep

Oleh :

Raihana Qolbi

(1420119009)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

LOMBOK TENGAH

TA. 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Yang telah memberikan kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
diutus sebagai rahmat bagi semesta, beserta keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya
yang setia sampai hari kemudian.

Berikut ini, kami mempersembahkan sebuah makalah, yang dengannya kami


mengharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi kami sendiri.

Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam
makalah ini, kami mohon maaf, karena kami sendiri masih dalam tahap belajar.

Dengan demikian, tak lupa ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami ibu
Ns. Beti Haerani, S.Kep.,M.Kep dan kepada para pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah
ini sehingga benar-benar bermanfaat.

Bagu, Selasa, 04 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Meningitis

2.2 Etiologi

2.3 Manifestasi Klinis

2.4 Komplikasi

2.5 Patofisiologi

2.6 Pathway

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.3 Intervensi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit meningitis merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Penyakit ini
secara umum merupakan penyakit infeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang dengan
manifestasi demamm dan kaku leher. Penyebabnya dapat berupa virus, bakteri, jamur dan
parasit (CDC, 2017).
Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2002 menyebutkan terjadii epidemic
dari penyakit mmeningokokus yang berasal dari Saudi Arabia selama penyelenggaraan haji
pada maret 2000.
Insiden meningitis bervariasi mulai kasus rendah yang terjadi di Eropa dan amerika
utara (1 kasus per 100.000) hingga kasus tinggi di afrika (800-1000 kasus per 100.000).
sekitar 1,2 juta kasus meningitis bakteri terjadi setiap tahunnya di dunia, dengan tingkat
kematian mencapai 135.000 jiwa. Wabah meningitis terbesar dalam sejarah dunia dicatat
WHO tetrjadi pada 1996-1997 yang menyebabkan kebih dari 250.000 kasus dan 25.000
kematian. WHO mencatat sampai dengan bulan oktober 2018 dilaporkan 19.135 kasus
suspek meningitis dengan 1.398 kematian di sepanjang meningitis belt (Case Fatality
Rate/CFR 7,3%). Dari 7.665 sampel yang diperiksa diketahui 846 sampel positif bakteri
N.meningitidis (WHO,2018).
Di Indonesia ssendiri, menurut data kementerian kesehatan, pada 2010 jumlah kasus
meningitis secara keseluruhan mencapai 19.381 orang dengan rincian laki-laki 12.010 pasien
dan wanita 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang meninggal dunia sebesar 1.025 orang
(Kemenkes, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu meningitis?
2. Apa saja penyebab terjadinya meningitis?
3. Apa saja tanda dan gejala dari meningitis?
4. Apa saja komplikasi yang dapat timbul akibat meningitis?
5. Bagaimana perjalanan penyakit/patofisiologi dari meningitis?
6. Bagaimana Pathway dari meningitis?
1.3 Tujuan
Makalah ini berrtujuan untuk mengetahui apa itu meningitis hingga perjalanan penyakit
dan bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit meningitis.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Meningitis

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput
yang melpaisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan oleh berbagai organisme seperti
virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam
cairan otak (Black & Hawk.2005)
Meningitis adalah radang pada membrane yang menyelubungi otak dan sumsum tulang
belakang (meningen). Radang disebabkan oleh infeksi oleh virus, bakteri, atau juga
mikroorganisme lainnya (Wikipedia)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang, disebabkan berbagai organism seperti virus, bakteri
ataupun jamur yang masuk ke dalam darah atau berpindah ke dalam cairan otak. (Kemenkes
RI)
2.2 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, meningitis terbagi menjadi beberapa tipe yaitu :

a. Meningitis bakterialis
Meningitis tipe ini disebabkan oleh bakteri dan dapat menular. Bakteri yang
menyebabkan memningitis melipuuti :
 Streptococcus pneumoniae, bakteri ini sering, menjadi penyebab
meningitis bakterialis. Meningitis akibat bakteri ini kerap dikaitkan
dengan infeksi bakteri ini di bagian tubuh lain, seperti pneumonia,
sinusitis atau endokarditis.
 Neisseria meningitides, bakteri ini menyebar melalui air liur atau lendir
saluran pernapasan.
 Haemophilus influenza tipe B atau Hib, jenis bakteri yang dapat
menyebabkan meningitis pada anak-anak. Selain meningitis, bakteri ini
juga dapat menyebabkan infeksi pada darah, tenggorokan, kulit, dan
sendi.
 Listeria monocytogenes, bakteri tipe ini umumnya terdapat pada
makanan, seperti melon, keju, dan sayuran mentah.
 Staphylococcus aureus, bakteri tipe ini umumnya ditemukan pada kulit
dan saluran pernapasan. Kondisi ini kerap di kaitkan dengan prosedur
operasi di otak atau cedera otak.
b. Meningitis Virus
Virus yang menyebabkan meningitis meliputi virus kelompok enterovirus, virus
herpes simplex, virus HIV, virus West Nile, atau virus mumps. Masing-masing
jenis virus memiliki pola penyebaran dan penularan yang berbeda-beda. Kondisi
ini umumnya menimbulkan gejala yang tergolong ringan dan dapat pulih
dengan sendirinya. Namun, pada beberapa keadaan kondisinya tetap
membutuhkan perawatan dan bisa memburuk.
c. Meningitis jamur
Meningitis yang disebabkan oleh jamur masih tergolong jarang terjadi.
Meningitis tipe ini biasanya menyerang seseorang yang memiliki sistem imun
lemah, seperti penderita kanker dan AIDS.
Beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan meningitis adalah cryptococcus,
blastomyces, histoplasma, dan coccidioides. Jamur umumnya ini terdapat pada
kotoran hewan seperti burung dan kelelawar. Penyebaran jamur dapat melalui
tanah atau debu yang terkontaminasi dan terhirup oleh pasien.
d. Meningitis parasit
Parasit penyebab meningitis, seperti Angiostrongylus cantonensis dan
Baylisascaris procyonis, tidak disebarkan melalui kontak langsung. Parasit ini
umumnya terdapat pada hasil bumi, serta kotoran, makanan, dan hewan seperti
siput, ikan, unggas. Memakan makanan yang berbahan dasar hewan tersebut
atau melakukan aktivitas seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab
meningitis. Meningitis juga dapat dipicu oleh kondisi yang diderita pasien,
seperti cedera kepala, kanker, dan lupus. Penggunaan obat-obatan tertentu atau
pernah menjalani tindakan medis seperti operasi otak juga dapat memicu
munculnya meningitis.
Ada beberapa faktor lain yang dapat memicu meningitis, di antaranya:
1. Usia
Umumnya, meningitis virus muncul pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun,
dan meningitis bakteri muncul pada orang di bawah 20 tahun.
2. Kehamilan
Kehamilan meningkatkan potensi meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria.
Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi berupa keguguran
3. Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang ramai, seperti siswa yang tinggal di asrama, bisa
meningkatkan risiko meningitis
4. Melewati jadwal vaksin
Risiko akan meningkat apabila pasien melewati jadwal vaksinasi yang telah
dianjurkan dokter.

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala meningitis yang paling umum adalah leher kaku, demam tinggi, kepekaan
terhadap cahaya (fotofobia), kebingungan, sakit kepala dan muntah. (WHO)

Masa inkubasi penyakit meningokokus selama 1-10 hari, pada umumnya <4 hari. Gejala
penyakit :

 Sakit kepala hebat


 Demam
 Mual
 Muntah
 Fotofobia
 Kaku leher
 Tanda gangguan neurologis seperti latergi, delirium, koma, dapat disertai kejang

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda sebagai berikut :

 Tanda meningeal : kaku leher, tanda kernig atau brudzinski


 Tanda neurologis seperti kesadaran menurun
 Adanya purpura yang biasanya terlokalisir di sekstremitas atau tersebar di
seluruh tubuh, kulit atau mukosa (konjungtiva), sering dikaitkan dengan
penyakit meningokokus.
 Tekanan darah menurun disertai dengan gejala syok
 Infeksi fokal seperti radang sendi, pleuritis atau pneumonia, perikarditis,
episkleritis.
(Kemenkes, 2019)

2.4 Komplikasi

Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
1. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena adanya
infeksi karena kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena adanya
infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran pendengaran.
Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi mental yang
mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu. (Harsono. 2007)
2.5 Patofisiologi
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolism akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medulla
spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intracranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
Mikroorganisme berkembang biak membentuk koloni di otak. Toksik yang dihasilkan
oleh mikroorganisme melalui hematogen sampai ke hipotalamus. Volume pustule yang
semakin meningkat dapat meningkatkan rangsangan di korteks serebri yang terdapat pusat
pengaturan system gastrointestinal sehingga merangsang munculnya muntah dengan cepat,
juga dapat terjadi gangguan pusat pernafasan. Peningkatan intracranial juga dapat
berdampak pada munculnya fase eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga
memunculkan kejang. Respon saraf juga tidak bisa berlangsung secara kondusif, ini yang
secara klinis dapat memunculkan respon patologis pada jaringan tersebut seperti munculnya
tanda kernig dan brudinsky.

2.6 Pathway

Faktor predisposisi

Invasi kuman ke jaringan serebral melalui


vena nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid

Reaksi peradangan jaringan

Eksudat meningen Gangguan metabolism hipoperfusi


serebral

Thrombus dan penurunan aliran


darah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan


endotel, dan nekrosis pembuluh darah

Infeksi jaringan otak

Iritasi meningen

Perubahan fisiologis intracranial


Sakit kepala dan demam Edema serebral dan peningkatan Peningkatan permeabilitas darah
TIK ke otak

Hiperter Nyeri akut

Penekanan area fokal Perubahan tingkat Perubahan


kortikal kesadaran, perubahan gastrointestinal
perilaku, disorientasi,
fotofobia, peningkatan Mual dan
Regiditas nukal, tanda sekresi ADH muntah
kernig dan brudunski
positif
Kelemahan fisik Resiko deficit

Kejang
Intoleransi
Perubahan sistem Bradikardia
pernafasan : cheyne-
Resiko stokes

Perubahan
Resiko gangguan perfusi
Ketidakefektifan pola nafas Ketidakefektifan perfusi jaringan jaringan otak
bersihan jalan nafas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

a. Identitas pasien
Nama : Nn. E
Usia : 19 tahun
MR : 980381
Status : Belum kawin
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Desa Kresik Tuo Kayu Aro Kerinci
Diagnose medis : meningitis
Alasan masuk RS : penurunan kesadaran
Tanggal masuk RS : 04 Juni 2017
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.B (ibu)
Usia : 34 tahun
c. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : pasien masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang dari rujukan
RSUD.M.Thalib Kerinci pada tanggal 03 Juni 2017 jam 22.00 WIB. Dengan
keluhan penurunan kesadaran dan disertai kejang sebanyak 2x, demam,nyeri
kepala, batuk, mual muntah.
 Riwayat kesehatan sekarang : keluarga mengatakan pasien penurunan
kesadaran dan pasien mengalami demam.
 Riwayat kesehatan dahulu : keluarga mengatakan pasien kuliah di bukit
tinggi, +- 2 minggu yang lalu pasien sudah merasakan sakit kepala, batuk, dan
demam, pasien belum berobat, +- 2 bulan penyakit pasien bertambah parah,
pasien sempat diobati oleh keluarga dengan cara tradisional dan baru dibawa
ke RSUD kerinci dengan diagnose thypoid dan dirawat selama +- 2 minggu,.
Pasien sempat kejang sebanyak 2x, kejang pertama pasien masih sadar, kejang
yang kedua pasien mulai penurunan kesadaran, dari pemeriksaan BTA
terdapat negative hasil pemeriksaan laboratorium.
d. Observasi pola aktivitas
 Pola nutrisi dan cairan
Keluarga mengatakan saat sehat pasien makan 3x sehari dengan nasi + lauk +
sayur, namun jarang makan buah, dan minum air putih sebanyak 8-9 gelas
perhari. Saat sakit pasien diberi diet MC 5x 300cc/hari melalui NGT, infuse
NaCl 0,9%, 20 ttes/menit.
 Pola eliminasi
Keluarga mengatakan saat sehat BAB pasien lancer 1-2x sehari, konsistensi
lembek, tidak ada keluhan, BAK lancar, tidak ada keluhan, sebanyak +_ 7-8x
perhari. Saat sakit pasien terpasang kateter, input=1500cc/hari, urine 24 jam
200cc/hari, warna kuning pekat dan BAB 1x sehari, konsistensi lembek,
menggunakan pampers.
 Istirahat dan tidur
Sehat, tidur malam +- 8jam/hari, tidur siang +-3 jam/hari. Sakit, pola tidur dan
isirahat pasien tidak dapat dinilai karena pasien penurunan kesadaran.
 Aktivitas dan latihan
Sehat, keluarga mengatakan pasien seorang mahasiswa dan dapat melakukan
kegiatan serta aktivitas sendiri. Sakit, pasien mengalami penurunan kesadaran
sehingga pemenuhan ADL pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
e. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : samnolen
GCS : 9 E2 V2 M5
TD :128/84mmHg
Nadi : 81x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 38,4℃
 Kepala : tampak simetris, rambut tidak mudah rontok, tidak ada lesi dan
odem.
 Wajah : tidak pucat, pemeriksaan nerfus VII (fasial) tidak dapat dinilai.
 Mata : tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik,
pemeriksaan nerfus II (opticus) tidak dapat dinilai, nerfus III (occulomotorius)
reflek pupil isokor dengan diameter 2/2mm, nerfus IV (trochlearis) dan nerfus
VI (abdusens) tidak dapat dinilai.
 Hidung : simetris, tampak bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, lesi
tidak ada, terpasang NGT, pemeriksaan Nerfus I (olfactoris) tidak dapat
dinilai.
 Mulut : tidak pucat, tidak terdapat lesi, pemeriksaan nerfus VII )fasial), Nerfus
IX (glassofaringeus), dan nerfus X (vagus) tidak dapat dinilai.
 Leher : tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran getah
bening, adanya kaku leher, pemeriksaan nerfus X (Vagus), Nerfus XI
(aksesorius) tidak dapat dinilai.
 Dada : simetris, pergerakan dinding dada kiri sama dengan kanan, retraksi
dinding dada (+), perkusi sonor.
 Kardiovaskuler : ictus cordis tidak terlihat dan ictus cordis teraba, perkusi
pekak, irama teratur.
 Ekstremitas atas dan bawah : CRT kembali <2 detik, tidak ada edema, tangan
kanan terpasang infuse NaCl 0,9%.
 Rangangan meningeal : kaku leher positif, tanda kernig positif, tanda
brudunsky.
f. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium yang didapatkan :
Hb : 12,1g/dL
Leukosit : 13.680/mm (5000-10.000)
Trombosit : 284.000/mm (150.000-400.000)
Glukosa sewaktu : 96mg/dL (<200)
Ureum darah : 26mg/dL (10,0-50,0)
Kreatinin darah : 0,5mg/dL (0,6-1,1)
Natrium : 127mmol/L (136-145)
Kalium : 3,5 mmol/L (3,5-5,1)
Klorida serum : 97mmol/L
Lumbal punksi : volume +- 4cc, kekeruhan negative, warna bening, jumlah sel
47/mm, pH 7,47mmHg, pCO2 31mmHg, p02 199mmHg.
g. Terapi
Pasien saat ini mendapatkan terapi dexametason 4x, draprazol 400gram 2x,
ceftriaxson 2gram 2x, Pct 75gram 3x.
h. Analisa data

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d status sirkulasi


2. Intoleransi aktivitas b/d imobilisasi

3.3 Intervensi Keperawatan


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas
wawasan mengenai pasien dengan meningitis. Dengan adanya pengetahuan dan wawasan
yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan dirinya dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai meningitis, faktor-faktor
pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tiagana, Ambar.(2017). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan meningitis di ruang saraf
RSUP dr.M.Djamil Padang. (Karya Tulis Ilmiah, Poltekkes Kemenkes Padang, 2017)
diakses dari http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id
Azhari, Rizki. (2019). Asuhan Keperawatan Kasus Meningitis Pada An.V dengan Risiko Perfusi
Serebral Tidak Efektif di Ruang Anak RSD H.M Ryacudu Kotabumi Lampung Utara.
(Thesis Diploma, Poltekkes Tanjungkarang,2019) diakses dari http://repository.poltekkes-
tjk.ac.id
Kursianto,dkk (Eds). (2019). Panduan Deteksi dan Respon Penyakit Meningitis Meningokokus.
Kementerian Kesehatan RI : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit. Tersedia dari https://infeksiemerging.kemkes.go.id
World Health Organization. (2021). Meningitis. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2021 dari
www.who.int
Nera, Dhella. (2019). Asuhan Keperawatan Pada sdr.Z dengan susp.Meningitis di ruang rawat
inap neurologi RSUD Dr.Achmad Mochtar kota bukittinggi.(Karya Tulis Ilmiah, Stikes
Perintis Padang, 2019) diakses dari http://repo.stikkesperintis.ac.id

Anda mungkin juga menyukai