DISUSUN OLEH :
SITI KAHLA KAMILA (112210028)
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan Rahmat hidayah dan
inayah-Nya. Karena berkat karunianya saya dapat Menyusun makalah ini dengan baik dan selesai
tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan dari dosen pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk memberikan tambahan wawasan bagi saya selaku penulis dan bagi para pembaca.
Saya sebagai penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ns. Nining
fitrianingsih,S.kep.,M.kes. Selaku dosen pengampu mata kuliah Dokumentasi Keperawatan, tidak
lupa juga bagi pihak-pihak lain yang mendukung penulisan makalah ini saya juga mengucpakan
terima kasih.
Terakhir, saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu dengan tangan terbuka saya membutuhkan kritik dan saran bisa membangun
kemampuan saya, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi saya khususnya sebagai penulis.
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS
1. Definisi penyakit
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piameter
dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CSS).
Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu membran atau selaput yang melapisi otak
dan medula spinalis, dapat disebkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun
jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak
(Wordpress. 2009)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput
yang melpaisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan oleh berbagai organisme
seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah
kedalam cairan otak (Black & Hawk.2005)
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula spinalis.
Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti
Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis. Meningitis
bakterial adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS, Meningeotis
juga bisa disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan CSS di dala
ruangan subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)
2. Manifestasi klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot – otot
ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda kernig dan
brudzinsky positif . Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan
dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit individu terhadap proses
fisiologik. Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargik, tidak response, dan koma.
3. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan menyebabkan
nyeri berat.
5. Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea
rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.
6. Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila di
lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama
terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
7. Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami fotofobia
atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi terjadi
sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK sekunder
akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda tanda
vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan tidak teratur, sakit kepal
muntah, dan penrunan tingkat kesadaran.
3. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Sementara meningitis bakteri lebih
berbahaya..
1. Meningitis Bakteri
Saat ini ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkan meningitis. Beberapa di antaranya:
a) Bakteri Meningokokus atau Meningococcal bakteri. Ada beberapa jenis bakteri
meningococcal disebut grup A, B, C, W135, Y dan Z. Saat ini sudah ada vaksin yang
tersedia untuk perlindungan terhadap grup C meningococcal bakteri..
b) Streptococcus pneumoniae bakteri atau pneumokokus bakteri ini cenderung
mempengaruhi bayi dan anak-anak dan orang tua karena sistem kekebalan tubuh
mereka lebih lemah dari kelompok usia lainnya.
c) Mereka yang memiliki CSF shunt atau memiliki cacat dural mungkin bisa terkena
meningitis yang disebabkan oleh Staphylococcus
d) Pasien yang memiliki tulang belakang prosedur (misalnya tulang belakang
anaesthetia) beresiko meningitis yang disebabkan oleh Pseudomonas spp.
e) Sifilis dan tuberkulosis menuju meningitis serta jamur meningitis langka penyebab
tetapi terlihat dalam individu positif HIV dan orang-orang dengan kekebalan yang
ditekan.
2. Transmisi infeksi
Meningococcal bakteri yang menyebabkan meningitis tersebar yang biasanya melalui
kontak dekat yang berkepanjangan. Penyebaran dimungkinkan karena pasien berada dekat dari
orang yang terinfeksi melalui bersin, batuk, berbagi barang-barang pribadi seperti, sikat gigi,
sendok garpu, peralatan dll. Bakteri pneumokokus juga tersebar oleh kontak dekat dengan
orang yang terinfeksi, batuk, bersin dll. Namun, dalam kebanyakan kasus hal ini hanya
menyebabkan infeksi ringan, seperti infeksi telinga tengah (otitis media). Orang-orang dengan
sistem kekebalan rendah yang dapat mengembangkan infeksi lebih parah seperti meningitis.
4. Transmisi HIV
Infeksi virus meningitis dapat menyebar oleh kontak dekat dengan orang terinfeksi dan
yang terkena ketika orang bersin dan batuk. Mencuci tangan setelah terkontaminasi dengan
virus-misalnya, setelah menyentuh permukaan atau objek yang memiliki virus di atasnya
dapat mencegah penyebaran.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrono-purulen menyebabkan
kelainan kraniales. Pada meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
tampak jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
5. Klasifikasi
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa.
6. Penatalaksanaan medis
Terapi Konservatif/Medikal
1) Terapi Antibiotik
Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan
lumbal punksi guna pemberian antibiotika disesuaikan dengan kuman penyebab. Berikut ini
pilihan antibiotika atas dasar umur
Pemilihan antimikrobial pada meningitis otogenik tergantung pada pemilihan
antibiotika yang dapat menembus sawar darah otak, bakteri penyebab serta perubahan dari
sumber dasar infeksi. Bakteriologikal dan respon gejala klinis kemungkinan akan menjadi
lambat, dan pengobatan akan dilanjutkan paling sedikit 14 hari setelah hasil kultur CSF akan
menjadi negatif.
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai
bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis
meliputi: Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang
subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan
bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah
tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau
fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x
sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati
edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume
cairan intravena
2) Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri, mengurangi
tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat menurunkan penetrasi antibiotika
kedalam abses dan dapat memperlambat pengkapsulan abses, oleh karena itu penggunaan
secara rutin tidak dianjurkan. Oleh karena itu kortikosteroid sebaiknya hanya digunakan
untuk tujuan mengurangi efek masa atau edema pada herniasi yang mengancam dan
menimbukan defisit neurologik fokal. Label et al (1988) melakukan penelitian pada 200
bayi dan anak yang menderita meningitis bakterial karena H.Influenzae dan mendapat terapi
deksamehtason 0,15 Mg/kgBB/x tiap enam jam selama 4hari, 20 menit sebelum pemberian
antibiotika. Ternyata pada pemeriksaan 24jam kemudian didapatkan penurunan tekanan
CSF, peningkatan kadar glukosa CSF dan penurunan kadar protein CSF. Yang mengesankan
dari penelitian ini bahwa gejala sisa berupa gangguan pendengaran pada kelompok yang
mendapatkan deksamethason adalah lebih rendah dibandingkan kontrol. Tunkel dan Scheld
(1995), menganjurkan pemberian deksamethason hanya pda penderita dengan resiko tinggi,
atau pada penderita dengan status mental sangat terganggu, edema otak atau tekanan
intrakranial tinggi. Hal ini mengingat efek samping penggunaan deksamethason yang cukup
banyak seperti perdarahan traktus gastrointestinal, penurunan fungsi imun selular sehingga
menjadi peka terhadap patogen lain dan mengurangi penetrasi antibiotika kedalam CSF.
3) Terapi Operatif
Penanganan vokal infeksi dengan tindakan operatif mastoidektomi. Pendekatan
mastoidektomi harus dapat menjamin eradekasi seluruh jaringan patologik dimastoid. Maka
sering diperlukan mastoidektomi radikal. Tujuan operasi ini adalah untuk memaparkan dan
mengeksplorasi seluruh jalan yang mungkin digunakan oleh invasi bakteti.
Selain itu juga dapat dilakukan tindakan trombektomi, jugular vein ligation,perisinual
dan cerebellar abcess drainage yang diikuti antibiotika broad spectrum dan obat-obatan
yang mengurangi edema otak yang tentunya akan memeberikan outcome yang baik pada
penderita komplikasi intrakranial dari otitis media. (Majalah Kedokteran Nusantara
Vol.3.2006)
7. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
1. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena adanya
infeksi karena kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena adanya
infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi mental yang
mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu. (Harsono.
2007)
LAPORAN KASUS (ASUHAN KEPERAWATAN) PADA KLIEN TN.K DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUMONIA DI RUANG SEMPUR RSUD KOTA
BOGOR
FOMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
A. Identitas klien
No.RM : 00.21.36.23
Inisial klien : Ny.T
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Perumahan bumi asri No. 5 kota bogor
Tanggal masuk : 23 Agustus 2022 jam 10.30
Tanggal pengkajian : 23 Agustus 2022 jam 11.30
B. Kebiasaan
Suami klien mengatakan kebiasaan klien saat dirumah yaitu berkumpul dengan
anak dan suami
VI. Profil psikososial
Suami klien mengatakan sangat aktif dalam kegiatan acara yang ada dilingkungan
tempat tinggalnya .
VII. Pola nilai/kepercayaan
A. Kegiatan keagamaan yang dijalani
Suami klien mengatakan selalu melaksanakan ibadah bersama keluarga
B. Nilai/kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan
Suami klien mengatakan semua penyakit yang diderita oleh manusia memang
sudah menjadi garis takdir manusia itu sendiri.
VIII. Keadaan umum
GCS tingkat kesadaran
Eye (E) : 4 Verbal (V) : 5 Motorik (M) : 6
K. Data penunjang
-Laboratorium
Hemoglobin
Lekosit
Trombosit
: 96 mg/dl (<200)
Glukosa sewaktu
Ureum darah
Kreatinin darah
Natrium
Kalium
Klorida serum
: 97 mmol/L
pH
: 7,47 mmHg
pCO2
: 31 mmHg
PO2
: 199 mmHg
Na+
: 128 mmol/L
K+
: 3,0 mmol/L
Ca++
: 0,55 mmol/L
Dexametason 4x
Draprazol 400grm 2x
Ceftriaxson 2grm 2x
Pct 75gram 3x
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Ny.T NAMA MAHASISWA : Siti kahla kamila
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- Atur tarikan nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir
mencucu selama 8
detik
- Anjurkan
memgulangi tarik
nafas dalam hingga 3
kali
Kolaborasi:
- Pemberian mukolitik
atau ekspektoran jika
perlu
05- Nyeri akut (D0077) 07.00 Management nyeri S : klien
04- s/d (I.12391) Mengatakan
2022 14.00 Observasi : Masih
- Identifikasi merasakan
kesiapan dan nyeri kepala
kemampuan O :
nyeri dexametason
4x,Ceftriaxso
Terapeutik: n 2grm 2x
- Sediakan Pct 75 gram
materi dan 3x
media NaCl 0,9%
pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
- Berikan
kesempatan
untuk
bertanya
Edukasi:
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
strategi
meredakan
nyeri secara
mandiri
- Anjurkan
memonitor
secara
mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik
EVALUASI
NAMA
DIAGNOSA TANGGAL
EVALUASI &
KEPERAWATAN /WAKTU
PARAF
08-04-2022 S : - Klien mengatakan lemas dan pusing
Risiko 12:00 Yang dirasakan nya sudah mulai
perubahan Berkurang
perfusi jaringan
otak (D0017)
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dipertahankan
O:
-Sudah tidak ada ronkhi
-P02 100 mmHg
-RR 20x/ menit
A : Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dipertahankan
23-08-2022 S:
Nyeri akut (D0077) 13.30 - Klien mengatakan nyeri kepalanya
Sudah tidak separah Seperti
Sebelumnya dan jarang timbul
O:
- Klien tidak tampak mengeluh nyeri
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dipertahankan