KEPERAWATAN ANAK
LaporanAsuhanKeperawatanIniSebagai Salah
DISUSUN
OLEH:
WINDA SAFWIKA
19175087
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN POLI ANAK DARING PROGRAM PROFESI NERS –
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA TAHUN 2020
KOORDINATOR STASE
1. DATA MAHASISWA
Nama : winda safwika
Agama : islam
2. DATA ORANGTUA
3. DATA KOAS
Nama Preseptor :
A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula
spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder)
seperti Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis.
Meningitis bakterial adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS,
Meningeotis juga bisa disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan
CSS di dala ruangan subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)
B. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan
a. Meningitis bakteri
c) Pada saat lahir terlihat sehat tetapi dalam beberapa hari mulai
f) Diare
h) Penurunan gerakan
b) Ikterus
c) Iritabilitas
d) Mengantuk
e) Kejang
g) Sianosis
a) Demam
c) Vomitus
tinggi)
f) Fontanela menonjol
penegakan diagnosis
a) Demam
b) Menggigil
c) Sakit kepala
d) Vomitus
e) Perubahan sensorik
f) Kejang
g) Iritabilitas
h) Agitasi
pneumokokus).
D. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ
atau jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai
ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis, pneuminoa,
bronchopneumonia dan endokarditis. Penyebaran bakteri atau virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada didekat selaput otak,
misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan
sinusitis. Penyebaran bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka
atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman kedalam ruang subaraknoid
menyebabkan reaksi radang pada pia dan arkhnoid, CSS (cairan serebrospinal) dan
sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-
sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan. Bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan dilapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-
neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrono-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan
serebrospinal tampak jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
E. Pathway
F. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
1. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena
adanya infeksi karena kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena
adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan
otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi mental
yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu.
(Harsono. 2007)
G. Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot – otot
ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda kernig dan
brudzinsky positif . Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan
dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi
dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit individu terhadap
proses fisiologik. Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargik, tidak response, dan koma.
3. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan
menyebabkan nyeri berat.
5. Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kea rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.
6. Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul;
bila di lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka
gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
7. Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami
fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi
terjadi sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK
sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan
karakteristik tanda tanda vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan
tidak teratur, sakit kepal muntah, dan penrunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis
meningokokal (Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien dengan tipe
meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi
purpura asmpai ekimosis pada daerah yang luas.
10. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus,
dengan tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba tiba muncul, lesi purpura
ynag menyebar(sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati
intravaskuler diseminata (KID).kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam
setelah serangan infeksi.
11. Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada
cairan serebrosinal dan darah.counter immuno electrooesis (CIE) digunakan secara
luas untuk mendeteksi antigen bakteri ada cairan tubuh, umumnya cairan serebrosnal
dan urine.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada panggul
kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda
kernig positif atau negatif bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 ( kaki tidak
dapat diekstensi sempurna) disertai spasme otot pada biasanya diikuti rasa nyeri. (Harsono.
2007).
Pasien terbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan kernig). Tanda brudzinski II positif atau negatif bila pada
pemeriksaa terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral. (Harsono.
2007)
a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
mengitis, dibagi menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
H. Penatalaksanaan Medis
Terapi Konservatif/Medikal
2. Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri,
mengurangi tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat menurunkan
penetrasi antibiotika kedalam abses dan dapat memperlambat pengkapsulan abses,
oleh karena itu penggunaan secara rutin tidak dianjurkan. Oleh karena itu
kortikosteroid sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan mengurangi efek masa atau
edema pada herniasi yang mengancam dan menimbukan defisit neurologik fokal.
3. Terapi Operatif
Penanganan vokal infeksi dengan tindakan operatif mastoidektomi.
Pendekatan mastoidektomi harus dapat menjamin eradekasi seluruh jaringan
patologik dimastoid. Maka sering diperlukan mastoidektomi radikal.
Tujuan operasi ini adalah untuk memaparkan dan mengeksplorasi seluruh
jalan yang mungkin digunakan oleh invasi bakteti. Selain itu juga dapat dilakukan
tindakan trombektomi, jugular vein ligation,perisinual dan cerebellar abcess drainage
yang diikuti antibiotika broad spectrum dan obat-obatan yang mengurangi edema otak
yang tentunya akan memeberikan outcome yang baik pada penderita komplikasi
intrakranial dari otitis media. (Majalah Kedokteran Nusantara Vol.3.2006)
I. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis adalah
gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman serta
kurangnya pengetahuan orang tua mengenaipenyakit.
1) Gangguan kesadaran
tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering cheyne-Stokes sehingg terdapat
gangguan O2. Untuk membantu pemasukan O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit.
Selain itu pasien koma juga mengalami inkontinensia urine maka perlu di pasang penampung
urine. Kebersihan kulit perlu di perhatiakn terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang
tertekan. Oleh karena itu jika akan memasang kateter urine harus konsultasi dahulu dengan
dokter. Buat catatan khusus jika belum ada catatan perawatan untuk mencatat hasil observasi
pasien.
Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk memenuhi
kebutuhan pasien perlu dilakukan pemasangan sonde tetapi untuk kebutuhan elektroloit tidak
akan cukup. Bila terjadi dehidrasi cairan yang di berikan biasanya glukosa 10 % dan NACl
0,9% dalam perbandingan 3:1. Pengawasan tetesan perlu dilakukan secara cermat dan setiap
mengganti cairan harus dicatat pada pukul berapa agar mudah diketahui untuk
memperhitungkan kecukupan
Gangguan aman dan nyaman perlu diperhatikan dengan selalu bersikap lembut
(jangan berpikir bahwa pasien koma tidak akan tahu). Salah satu kesalahan yang sering
terjadi ialah membaringkan pasien tersebut menghadap cahaya matahari, sedangkan pasien
koma matanya selalu terbuka. Untuk menghindarkan silau yang terus menerus jangan
baringkan pasien kearah jendela. Untuk pasien yang akan melakukan tindakan, ajak lah
pasien berbicara sewaktu melakukan tindakan tersebut walaupun pasien tidak sadar
(Ngastiyah, 2012).
4) Penatalaksanaan kejang
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan
sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang
mengganggu pernapasan
b) Breathing
c) Circulation
intensif.
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum
hangat ( berbeda dengan pasien tetanus yang jika
kejang tetap sadar).
BAB II
A. Konsep asuhan keperawatan pada pasien meningitis
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus meningitis meliputi :
a. Identitas Pasien
Identitas pasien yang perlu dikaji meliputi; nama, tempat
tanggal lahir/umur,jenis kelamin, beratbadan lahir, serta apakah
bayi lahir cukup bulan atau tidak, anak ke, jumlah saudara dan
identitas orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan anak di bawa ke rumah sakit karena mengalami
demam tinggi, sakit kepala berat, kejang dan penurunan
kesadaran.
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit
dan trombosit, protombin dan tromboplastin parsial.
Pemeriksaan leukosit diperlukan untuk menentukan
kemungkinan adanya infeksi bakteri berat dan leukopenia
mungkin merupakan tanda prognosis yang buruk terutama pada
penyakit akibat meningokokus dan pneumokokus. Sama halnya
dengan memanjangnya waktu protombin dan tromboplastin
parsial yang di sertai trombositopenia menunjukkan koagulasi
intravaskuler deseminata. (leukosit normal : 5000-10000/mm3,
trombosit normal : 150.000-400.000/mm3, Hb normal pada
perempuan: 12-14gr/dl, pada laki-laki : 14-18gr/dl).
3. Intervensi Keperawatan
Bulechek (2009) dan Moorhead (2009), menjelaskan teori
rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk diagnosa
keperawatan diatas adalah :
No Diagnosa Nic Noc
Resiko a. Status Terapi oksigen
ketidakefektifan sirkulasi 1. Periksa
perfusi jaringan 1) Tekanan mulut, hidung,
serebral darah dan sekret
Faktor resiko sistol trakea
a. Gangguan 2) Tekanan 2. Pertahankan
serebrovaskuler darah jalan
b. penyakit diastol napas yang
neurologis. 3) Tekanan paten
nadi 3. Atur
4) PaO2 peralatan
(tekanan oksigenasi
parsial 4. Monitor
oksigen aliran oksigen
dalam darah 5. Pertahankan
arteri) posisi pasien
5) PaCO2 6. Observasi
(tekanan tanda-tanda
parial
DAFTAR PUTAKA
Andareto, Obi. 2015. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kesehatan
Obi Andareto Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta:
Pustaka Ilmu Semesta
Arydina, dkk. 2014. Bacterial Meningeal Score (BMS) Sebagai
Indikator Diagnosis Meningitis Bakterialis di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Sari Pediatri, vol 5.
http://id.portalgaruda.org/?
Ref=browse&mod=viewarticle&article=473972 Diakses pada
tanggal 7 januari 2017 pukul 14.46
Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2008. Riskesdas
2007.http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional
%20Riskesdas %202007.pdf. Diakses pada tanggal 19 desember
2016, Pukul 11.05
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama / Panggilan : An.Z
Tanggal lahir / Umur : 7 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 1 november 2020 pukul 24.56 WIB
Tanggal pengkajian : 09 november 2020 14.30 WIB
Pendidikan :SD
Anak ke / jumlah saudara : I/4 saudara
No medrek : 976979
Diagnosa Medis : Meningitis TB
Alamat : blangpidie
B. IDENTITAS ORANGTUA
a. Nama ayah : Tn.f
Umur : 43 tahun
Agama : islam
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Perkerjaan : wiraswasta
Alamat : blangpidie
Agama : islam
Suku bangsa : aceh
Pendidikan : MTS
Perkerjaan : IRT
Alamat : blangpidie
Pr Pr Lk Pr
E. Riwayat kesehatan
a) KELUHAN UTAMA : Ayah pasien mengatakan anaknya kejang seluruh
tubuh dan anak mengalami penurunan kesadaran setelah kejang selama 6 jam sebelum
masuk RS. Kejang berhenti setelah di berikan diazepam secara injeksi. An.Z di rawat
di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis Meningitis Tb.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang : Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 24 Mei
2020 pukul 14.30 WIB pada An.Z dengan hari rawatan ke-28, Ayah pasien
mengatakan anaknya masih mengalami penurunan kesadaran, demam, kejang (-),
anak batuk berdahak, refleks batuk lemah, tampak sesak, tidak bisa bicara dan hanya
mengerang
c) Riwayat kesehatan dahulu : Ayah pasien mengatakan anaknya sering mengeluh
sakit kepala yang hilang timbul, kemudian di belikan obat di warung namun sakit
kepala tidak hilang. pasien juga mengalami demam selama 2 minggu. Badan sudah
tampak kurus 3 bulan sebelum masuk RS dan tidak ditimbang. Anak memiliki riwayat
kontak dengan penderita Tb (saudara laki-laki ayah), menderita Tb selama 2,5 tahun
dan sudah mendapat obat OAT. Riwayat trauma kepala pada anak (-), riwayat keluar
cairan dari telinga (-) dan anak tidak megalami batuk pilek. Anak tidak memiliki
riwayat kejang dengan atau tanpa demam.
F. Riwayat pribadi
a) Prenatal
Riwayat gestasi : G4P4A0 H4
HPHT : -
Pemeriksaan kehamilan : Bidan
Frekuensi : teratur
Masalah waktu kehamilan : tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan : positif
Emosi ibu pada saat kehamilan : labil
Obat obat yang digunakan :-
Perokok :-
Alkohol :-
b) Intranatal
Tanggal persalinan : 07 mai 2020
BBL / PBL : 2300 gr / 40 cm
Usia gestasi saat lahir : 36 mg
Tempat persalinan : klinik
Tempat persalinan : bidan
Jenis persalinan : spontan
Penyulit persalinan : tidak ada
c) Post natal
APGAR : skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10
Pemberian Vit K : Ada
Koord. reflek hisap dan reflek menelan :Baik
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) : ada
Kelainan congenital : tidak ada
G. Riwayat vaksinasi
BCG -
DPT 1 2 3
Polio 1 2 3
4
Hepatitis B 0 1 2
3
Campak -
KESIMPULAN : lengkap sesuai usia
H. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : somnolen
Kebersihan : Bersih
e. Mata : Simetris
Sklera : tidak
Konjungtiva : tidak
Palbebra : tidak
Pupil : isokor
f. Hidung :
Letak : Simetri
Kebersihan : Bersih
g. Mulut : Warna bibir merah muda, mukosa bibir kering dan pecah-pecah.
h. Telinga :
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Data lain : Telinga tampak bersih, tidak ada sekret keluar cairan.
j. Dada :
Toraks Inspeksi : simetris kiri dan kanan dan terdapat tarikan dinding dada
Auskultasi : bronkial dan ronkhi
Palpasi : premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Jantung Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Auskultasi : pekak
Palpasi : ictus cordis teraba di RIC 5
Perkusi : timpani
Kelembaban: Lembab
Warna: Pucat
m. Ekstremitas Atas
Data lain yang ditemukan : terpasang infus pada ekstremitas kanan, otot kaku
Perempuan
Kebersihan : bersih
Malam
BAB : Frek 1-2x /hari Jumlah 800 Warna kuning Konsistensi lunak
J. DATA PENUNJANG
A. ANALISA DATA
Data objektif:
- GCS 9 (E4V2M3),
- badan teraba panas
- T 37,8oC, TD 110/70
mmHg, HR 87x/i, P 30x/i,
- Hb 10,7 gr/dl, dan
- hasil pemeriksaan LP
volume ± 2 CC,kekeruhan
negatif, warna bening,
jumlah sel 8/mm3 dan
glukosa 44 mg/dl.
2 . Data subjektif: penumpukan sekret Ketidakefektifan
- ayah mengatakan anak di jalan nafas bersihan jalan nafas
batuk berdahak,
- refleks batuk lemah dan
- tampak sesak.
Data objektif:
- terdapat tarikan dinding
dada,
- saat auskultasi terdengar
bronkial dan ronkhi,
- TD 110/70 mmHg, P 30
x/i, T 37,80C, HR 87x/i.
3 Data subjektif: peningkatan laju Hipertermi
- ayah mengatakan anak metabolisme
demam dan
- badannya panas.
Data objektif:
- kulit pasien teraba panas,
- TD 110/70 mmHg, P 30
x/i,
- T 37,80C, HR 87x/i.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses
inflamasi di selaput otak
3. Intervesi Keperawatan
Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan perfusi
serebral
2. Monitor jumlah, nilai dan
karakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan output
4. Monitor suhu dan jumlah
leukosit
5. Periksa pasien terkait ada
tidaknya gejala
kaku kuduk
6. Berikan antibiotik
7. Letakkan kepala dan leher
pasien dalam posisi netral,
hindari fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala tempat
tidur untuk mengoptimalkan
perfusi serebral
9. Berikan agen farmakologis
untuk mempertahankan TIK
dalam jangkauan tertentu.
Monitor tanda-tanda vital
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu dan
status pernapasan dengan cepat
2. Monitor kualitas dari nadi
3. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
4. Monitor pola pernapasan
abnormal
(misalnya, cheyne-stokes,
kussmaul,biot,apneustic,ataksia
dan bernapas berlebihan)
5. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
6. Monitor adanya cushling
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
7. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2 Ketidakefektifan bersihan a. Status Kepatenan jalan nafas
jalan pernapasan: 1. Pastikan kebutuhan oral
Nafas berhubungan dengan kepatenan jalan nafas suctioning
Penumpukan sekret di jalan Kriteria hasil: 2. Auskultasi suara nafas
Nafas Batasan karakteristik 1) Frekuensi sebelum dan sesudah
a. Batuk yang tidak efektif pernapasan suctioning
b. Gelisah 2) Irama pernapasan 3. Informasikan pada klien dan
c. Dispnea 3) Kemampuan keluarga tentang suctioning
d. Mata terbuka lebar untuk 4. Monitor status oksigen
e. Perubahan pola nafas Mengeluarkan sekret pasien
f. Sianosis 4) Penggunaan otot 5. Berikan oksigen dengan
g. Sputum dalam jumlah bantu pernapasan menggunakan nasal untuk
yang berlebihan 5) Batuk. memfasilitasi suction
h. Suara nafas tambahan nasotrakeal
b. Status
pernapasan Manajemen jalan nafas
Kriteria hasil: 1. Buka jalan nafas.
1) Kedalaman 2. Posisikan pasien untuk
inspirasi memaksimalkan ventilasi.
2) Suara auskultasi 3. Lakukan fisioterapi dada
nafas bila perlu
3) Kepatenan jalan 4. Auskultasi suara nafas , catat
nafas adanya suara tambahan
4) Kapasitas vital 5. Monitor respirasi dan status
O2
Manajemen batuk
1. Bantu pasien untuk
mengatur posisi duduk.
2. Dorong pasien untuk
melakukan latihan
nafas dalam
3. Dorong pasien untuk tarik
nafas dalam selama dua detik
dan batukkan, lakukan dua
atau tiga kali berturut turut
3 . Implementasi Keperawatan
4. Evaluasi