Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN PROMOSI KESEHATAN MININGITIS

LaporanAsuhanKeperawatanIniSebagai Salah

SatuSyaratKelulusan Mata KuliahKeperawatan anak

DISUSUN

OLEH:

WINDA SAFWIKA

19175087

KEPANITRAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR

2020

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN POLI ANAK DARING PROGRAM PROFESI NERS –
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA TAHUN 2020

PEMBIMBING KLINIK (CI)


PEMBIMBING AKADEMIK

Ns. Nurul azmi , S.Kep


Ns. Yadi putra, M.kep

KOORDINATOR STASE

Ns. Muhammad iqbal S,M.kep

DATA PRIBADI MAHASISWA PROFESI NERS

1. DATA MAHASISWA
Nama : winda safwika

Nim Profesi : 19175087

Jenis Kelamin : perempuan

Tempat/ Tgl Lahir :tangan tangan cut 31-05-1997

Agama : islam

Alamat : desa cinta makmur

Kec :suak setia

Kab :aceh barat daya

Contact Person : 085212574841

Alamat Email : WINDASAFWIKA31@GMAIL.COM

2. DATA ORANGTUA

Nama Ayah : aswir M.N

Nama Ibu : safrina

Alamat : desa cinta makmur

Kec. Kab. No. Telp/ HP : 085359437599

3. DATA KOAS

Tahun Masuk : 2020

Tanggal Mulai KKS :

Tanggal Selesai KKS :

Nama Preseptor :

Nama Pembimbing Klinik :


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS


MENINGITIS

A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula
spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder)
seperti Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis.
Meningitis bakterial adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS,
Meningeotis juga bisa disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan
CSS di dala ruangan subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)

Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan


piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan
serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebkan berbagai organisme
seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak (Wordpress. 2009)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran
atau selaput yang melpaisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan oleh berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah
dan berpindah kedalam cairan otak (Black & Hawk.2005).

B. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan

C. Tanda dan gejala

Menurut Wong, dkk (2010), manifestasi klinis meningitis antara lain:

a. Meningitis bakteri

1) Neonatus: tanda-tanda Spesifik

a) Sangat sulit menegakkan diagnosis

b) Manifestasi penyakit samar dan tidak spesifik

c) Pada saat lahir terlihat sehat tetapi dalam beberapa hari mulai

terlihat dan menunjukkan perilaku yang buruk

d) Menolak pemberian susu/makan

e) Kemampuan menghisap buruk

f) Diare

g) Tonus otot buruk

h) Penurunan gerakan

i) Fontanela yang penuh, tegang dan menonjol dapat terlihat

pada akhir perjalanan penyakit

j) Leher biasanya lemas (supel)

2) Neonatus: tanda-tanda non spesifik

a) Hipotermia atau demam (tergantung maturitas bayi)

b) Ikterus

c) Iritabilitas

d) Mengantuk
e) Kejang

f) Pernapasan ireguler atau apnea

g) Sianosis

h) Penurunan berat badan

3) Bayi dan anak yang masih kecil

a) Demam

b) Pemberian makan buruk

c) Vomitus

d) Iritabilitas yang nyata

e) Serangan kejang ( sering di sertai dengan tangisan bernada

tinggi)

f) Fontanela menonjol

g) Kaku kuduk dapat terjadi atau tidak terjadi

h) Tanda brudzinski dan kernig tidak membantu dalam

penegakan diagnosis

4) Anak-anak dan remaja

a) Demam

b) Menggigil

c) Sakit kepala

d) Vomitus

e) Perubahan sensorik

f) Kejang

g) Iritabilitas
h) Agitasi

i) Dapat terjadi fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif,

mengantuk, stupor, koma dan kaku kuduk

j) Dapat berlanjut menjadi opistotonus

k) Tanda kernig dan brudzinski positif

l) Ruam ptikie atau purpurik (infeksi meningokokus), khusus nya

jika disertai dengan keadaan mirip syok

m) Telinga mengeluarkan sekret yang kronis (meningitis

pneumokokus).

D. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ
atau jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai
ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis, pneuminoa,
bronchopneumonia dan endokarditis. Penyebaran bakteri atau virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada didekat selaput otak,
misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan
sinusitis. Penyebaran bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka
atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman kedalam ruang subaraknoid
menyebabkan reaksi radang pada pia dan arkhnoid, CSS (cairan serebrospinal) dan
sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-
sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan. Bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan dilapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-
neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrono-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan
serebrospinal tampak jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

E. Pathway
F. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
1. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena
adanya infeksi karena kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena
adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan
otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi mental
yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu.
(Harsono. 2007)

G. Manifestasi Klinis

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot – otot
ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda kernig dan
brudzinsky positif . Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK

1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan
dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi
dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit individu terhadap
proses fisiologik. Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargik, tidak response, dan koma.
3. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan
menyebabkan nyeri berat.
5. Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kea rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.
6. Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul;
bila di lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka
gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
7. Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami
fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi
terjadi sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK
sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan
karakteristik tanda tanda vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan
tidak teratur, sakit kepal muntah, dan penrunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis
meningokokal (Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien dengan tipe
meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi
purpura asmpai ekimosis pada daerah yang luas.
10. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus,
dengan tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba tiba muncul, lesi purpura
ynag menyebar(sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati
intravaskuler diseminata (KID).kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam
setelah serangan infeksi.
11. Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada
cairan serebrosinal dan darah.counter immuno electrooesis (CIE) digunakan secara
luas untuk mendeteksi antigen bakteri ada cairan tubuh, umumnya cairan serebrosnal
dan urine.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

a) Pemeriksaan kaku kuduk


Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi
kepala. Tanda kaku kuduk positif atau negatif bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada
pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan
kedada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala. (Harsono. 2007).

b) Pemeriksaan Tanda Kernig

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada panggul
kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda
kernig positif atau negatif bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 ( kaki tidak
dapat diekstensi sempurna) disertai spasme otot pada biasanya diikuti rasa nyeri. (Harsono.
2007).

c) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksaan meleteakkan tangan kirinya dibawah


kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepada dengan cepat
kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif atau negatif bila pada pemeriksaan
terjadi fleksi involunter pada leher. (Harsono. 2007).

d) Pemeriksaan tanda Brudzinski II (Brudzinski kontra lateral tungkai)

Pasien terbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan kernig). Tanda brudzinski II positif atau negatif bila pada
pemeriksaa terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral. (Harsono.
2007)

2. Pemeriksaan Penunjang Meningitis

a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
mengitis, dibagi menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.

 Pada meningitis purulenta, diagnosa diperkuat dengan hasil positif pemeriksaan


sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil biakan. Pada pemeriksaan diperoleh
hasil cairan serebrospinal yang keruh karena mengandung pus (nanah) yang
merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati, serta jaringan yang mati dan
bakteri.
 Pada meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih
meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi.

H. Penatalaksanaan Medis

Terapi Konservatif/Medikal

1. Terapi Antibiotik Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus terlebih dahulu dilakukan


kultur darah dan lumbal punksi guna pemberian antibiotika disesuaikan dengan
kuman penyebab. Berikut ini pilihan antibiotika atas dasar umur:
Pemilihan antimikrobial pada meningitis otogenik tergantung pada pemilihan
antibiotika yang dapat menembus sawar darah otak, bakteri penyebab serta perubahan
dari sumber dasar infeksi. Bakteriologikal dan respon gejala klinis kemungkinan akan
menjadi lambat, dan pengobatan akan dilanjutkan paling sedikit 14 hari setelah hasil
kultur CSF akan menjadi negatif.
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi: Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier
darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat
atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih
efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama
1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):


1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB,
atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3
x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan
volume cairan intravena

2. Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri,
mengurangi tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat menurunkan
penetrasi antibiotika kedalam abses dan dapat memperlambat pengkapsulan abses,
oleh karena itu penggunaan secara rutin tidak dianjurkan. Oleh karena itu
kortikosteroid sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan mengurangi efek masa atau
edema pada herniasi yang mengancam dan menimbukan defisit neurologik fokal.

3. Terapi Operatif
Penanganan vokal infeksi dengan tindakan operatif mastoidektomi.
Pendekatan mastoidektomi harus dapat menjamin eradekasi seluruh jaringan
patologik dimastoid. Maka sering diperlukan mastoidektomi radikal.
Tujuan operasi ini adalah untuk memaparkan dan mengeksplorasi seluruh
jalan yang mungkin digunakan oleh invasi bakteti. Selain itu juga dapat dilakukan
tindakan trombektomi, jugular vein ligation,perisinual dan cerebellar abcess drainage
yang diikuti antibiotika broad spectrum dan obat-obatan yang mengurangi edema otak
yang tentunya akan memeberikan outcome yang baik pada penderita komplikasi
intrakranial dari otitis media. (Majalah Kedokteran Nusantara Vol.3.2006)

I. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis adalah
gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman serta
kurangnya pengetahuan orang tua mengenaipenyakit.

1) Gangguan kesadaran

Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan pengawasan

tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering cheyne-Stokes sehingg terdapat
gangguan O2. Untuk membantu pemasukan O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit.
Selain itu pasien koma juga mengalami inkontinensia urine maka perlu di pasang penampung
urine. Kebersihan kulit perlu di perhatiakn terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang
tertekan. Oleh karena itu jika akan memasang kateter urine harus konsultasi dahulu dengan
dokter. Buat catatan khusus jika belum ada catatan perawatan untuk mencatat hasil observasi
pasien.

2) Resiko terjadi komplikasi

Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk memenuhi
kebutuhan pasien perlu dilakukan pemasangan sonde tetapi untuk kebutuhan elektroloit tidak
akan cukup. Bila terjadi dehidrasi cairan yang di berikan biasanya glukosa 10 % dan NACl
0,9% dalam perbandingan 3:1. Pengawasan tetesan perlu dilakukan secara cermat dan setiap
mengganti cairan harus dicatat pada pukul berapa agar mudah diketahui untuk
memperhitungkan kecukupan

cairan atau tidak.

3) Gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan aman dan nyaman perlu diperhatikan dengan selalu bersikap lembut
(jangan berpikir bahwa pasien koma tidak akan tahu). Salah satu kesalahan yang sering
terjadi ialah membaringkan pasien tersebut menghadap cahaya matahari, sedangkan pasien
koma matanya selalu terbuka. Untuk menghindarkan silau yang terus menerus jangan
baringkan pasien kearah jendela. Untuk pasien yang akan melakukan tindakan, ajak lah
pasien berbicara sewaktu melakukan tindakan tersebut walaupun pasien tidak sadar
(Ngastiyah, 2012).

4) Penatalaksanaan kejang
a) Airway

(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan
sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.

(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang
mengganggu pernapasan

(3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.

b) Breathing

(1) Isap lendir sampai bersih

c) Circulation

(1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara

intensif.
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum
hangat ( berbeda dengan pasien tetanus yang jika
kejang tetap sadar).

BAB II
A. Konsep asuhan keperawatan pada pasien meningitis
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus meningitis meliputi :
a. Identitas Pasien
Identitas pasien yang perlu dikaji meliputi; nama, tempat
tanggal lahir/umur,jenis kelamin, beratbadan lahir, serta apakah
bayi lahir cukup bulan atau tidak, anak ke, jumlah saudara dan
identitas orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan anak di bawa ke rumah sakit karena mengalami
demam tinggi, sakit kepala berat, kejang dan penurunan
kesadaran.

2) Riwayat penyakit saat ini


Biasanya pasien meningitis keluhan gejala awal berupa
sakit kepala dan demam.Keluhan kejang perlu mendapa
perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang
sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah
diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang
tersebut. Terkadang pada sebagian anak mengalami
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran,
Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi, sesuai
dengan perkembangan penyakit dapat terjadi letargi, tidak
responsif dan koma.

3) Riwayat penyakit dahulu


Pasien meningitis biasanya pernah memiliki riwayat
penyakit yang meliputi; infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat
trauma kepala dan adanya pengaruh imunologis pada masa
sebelumya. Meningitis tuberkulosis perlu dikaji tentang
riwayat sakit TB. Riwayat imunisasi juga perlu di ketahui
seperti pemberian imunisasi BCG dan DPT Hib pada anak.
Selain itu pengkajian tentang riwayat kehamilan pada ibu
diperlukan untuk melihat apakah ibu pernah mengalami
penyaki infeksi pada saat hamil (Muttaqin, 2008).

4) Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak


Pada pasien dengan meningitis organ yang
mengalami gangguan adalah organ yang berdekatan
dengan fungsi memori, fungsi pengaturan motorik dan
sensorik, maka kemungkinan besar anak mengalami
masalah ancaman pertumbuhan dan perkembangan seperti
retardasi mental, gangguan kelemahan atau
ketidakmampuan menggerakkan tangan maupun kaki
(paralisis). Akibat gangguan tersebut anak dapat
mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan
sesuai dengan tahapan usia.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat Keadaran
kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai GCS
yang berkisar antara 3 sampai dengan 9 (GCS normal 15)
(Riyadi & Sukarmin, 2009).
2) Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan meningitis biasanya di dapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari normal. penurunan denyut
nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK,
pernapasan meningkat > 30 x/menit dan tekanan darah biasanya
normal atau meningkat karena tanda-tanda peningktan TIK.
(suhu normal 36,5-37,40 C, pernapasan normal : untuk anak 2
bulan -< 12 bulan < 50 x/menit, 12 bulan-<5 tahun < 40x/menit)
(Muttaqin, 2008).
3) Kepala
Pada neonatus di temukan ubun-ubun menonjol, sedangkan pada
anak yang lebih besar jarang di temukan kelainan. Pada
pemeriksaan meningeal pada anak dengan meningitis akan
ditemukan kuduk kaku. Terkadang perlu dilakukan pemeriksaan
lingkar kepala untuk mengetahui apakah ada pembesaran kepala
pada anak (Wong, dkk, 2009).
4) Mata
Pada pasien dengan kesadaran yang masih baik fungsi dan
reaksi pupil biasanya tidak ada kelainan, sedangkan pada pasien
dengan penurunan kesadaran tanda-tanda perubahan dari fungsi
dan reaksi pupil mungkin akan di temukan,dengan alasan yang
tidak di ketahui pasien meningitis mengeluh mengalami
fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
5) Hidung Biasanya tidak ditemukan kelainan.
6) Mulut Mukosa bibir kering akibat kehilangan cairan melalui
proses evaporasi.
7) Telinga Terkadang di temukan keluarnya cairan dari telinga
pada anak dengan meningitis pneumokokus dan sinus dermal
kongenital terutama di sebabkan oleh infeksi E.colli.
8) Dada
a) Thoraks
1. Inspeksi, akan nampak penggunaan otot bantu penapasan.
2. Palpasi, pada pasien dengan meningitis jarang dilakukan dan
biasanya tidak ditemukan kelainan.
3. Auskultasi, ditemukannya bunyi nafas tambahan seperti
ronkhi pada pasien dengan meningitis tuberkulosa dengan
penyebaran primer dari paru.
b) Jantung
penurunan kesadaran pada anak akan di ikuti dengan denyut
jantung yang terkesan lemah < 100x/menit. (normal 100-
140x/i).
9) Kulit
Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia
dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah luas. Selain
itu turgor kulit mengalami penurunan akibat peningkatan
kehilangan cairan.
10) Ekstremitas
Kekuatan otot menurun dan mengalami opistotonus. Pada tahap
lanjut anak mengalami gangguan koordinasi dan keseimbangan
pada alat gerak.
11) Genitalia, jarang di temukan kelainan.
12) Pemeriksaan saraf kranial
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
a) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari
100/mm3(normal : < 6/µL).
b) Pewarnaan gram CSS
c) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial
dan pada meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa
biasanya normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari
nilai serum glukosa).
d) Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan
pada meningtis virus protein sedikit meningkat.

2) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit
dan trombosit, protombin dan tromboplastin parsial.
Pemeriksaan leukosit diperlukan untuk menentukan
kemungkinan adanya infeksi bakteri berat dan leukopenia
mungkin merupakan tanda prognosis yang buruk terutama pada
penyakit akibat meningokokus dan pneumokokus. Sama halnya
dengan memanjangnya waktu protombin dan tromboplastin
parsial yang di sertai trombositopenia menunjukkan koagulasi
intravaskuler deseminata. (leukosit normal : 5000-10000/mm3,
trombosit normal : 150.000-400.000/mm3, Hb normal pada
perempuan: 12-14gr/dl, pada laki-laki : 14-18gr/dl).

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Berdasarkan Diagnosis Keperawatan Nanda 2015-
2017,diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain:
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d proses
inflamasi, edema pada otak.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi sekret, penurunan kesadaran.
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi
pusat pernapasan di otak, perubahan tingkat kesadaran.
e. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan
otak.
f. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, proses inflamasi.
g. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran
h. Resiko cedera berhubungan dengan kejang berulang, fiksasi
kurang optimal.

3. Intervensi Keperawatan
Bulechek (2009) dan Moorhead (2009), menjelaskan teori
rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk diagnosa
keperawatan diatas adalah :
No Diagnosa Nic Noc
Resiko a. Status Terapi oksigen
ketidakefektifan sirkulasi 1. Periksa
perfusi jaringan 1) Tekanan mulut, hidung,
serebral darah dan sekret
Faktor resiko sistol trakea
a. Gangguan 2) Tekanan 2. Pertahankan
serebrovaskuler darah jalan
b. penyakit diastol napas yang
neurologis. 3) Tekanan paten
nadi 3. Atur
4) PaO2 peralatan
(tekanan oksigenasi
parsial 4. Monitor
oksigen aliran oksigen
dalam darah 5. Pertahankan
arteri) posisi pasien
5) PaCO2 6. Observasi
(tekanan tanda-tanda
parial
DAFTAR PUTAKA
Andareto, Obi. 2015. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kesehatan
Obi Andareto Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta:
Pustaka Ilmu Semesta
Arydina, dkk. 2014. Bacterial Meningeal Score (BMS) Sebagai
Indikator Diagnosis Meningitis Bakterialis di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Sari Pediatri, vol 5.
http://id.portalgaruda.org/?
Ref=browse&mod=viewarticle&article=473972 Diakses pada
tanggal 7 januari 2017 pukul 14.46
Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2008. Riskesdas
2007.http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional
%20Riskesdas %202007.pdf. Diakses pada tanggal 19 desember
2016, Pukul 11.05
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama / Panggilan : An.Z
Tanggal lahir / Umur : 7 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 1 november 2020 pukul 24.56 WIB
Tanggal pengkajian : 09 november 2020 14.30 WIB
Pendidikan :SD
Anak ke / jumlah saudara : I/4 saudara
No medrek : 976979
Diagnosa Medis : Meningitis TB
Alamat : blangpidie

B. IDENTITAS ORANGTUA
a. Nama ayah : Tn.f

Umur : 43 tahun

Agama : islam

Agama : islam

Suku bangsa : aceh

Pendidikan : SMA

Perkerjaan : wiraswasta

Alamat : blangpidie

b. Nama ibu :Ny.Y

Umur :36 tahun

Agama : islam
Suku bangsa : aceh

Pendidikan : MTS

Perkerjaan : IRT

Alamat : blangpidie

C. Identitas saudara kandung

No Nama Usia Jenis Hubunga Pendidikan Status Ket


inisial kelamin n dengan kesehatan
kk
1 An. N 5 thn Pr Ank - - -
2 An. F 2,5 thn Lk Ank - - -
3 By. A 7 bln Pr Ank - - -
D. Genogram Keluarga
Ayah Ibu

Pr Pr Lk Pr

E. Riwayat kesehatan
a) KELUHAN UTAMA : Ayah pasien mengatakan anaknya kejang seluruh
tubuh dan anak mengalami penurunan kesadaran setelah kejang selama 6 jam sebelum
masuk RS. Kejang berhenti setelah di berikan diazepam secara injeksi. An.Z di rawat
di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis Meningitis Tb.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang : Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 24 Mei
2020 pukul 14.30 WIB pada An.Z dengan hari rawatan ke-28, Ayah pasien
mengatakan anaknya masih mengalami penurunan kesadaran, demam, kejang (-),
anak batuk berdahak, refleks batuk lemah, tampak sesak, tidak bisa bicara dan hanya
mengerang
c) Riwayat kesehatan dahulu : Ayah pasien mengatakan anaknya sering mengeluh
sakit kepala yang hilang timbul, kemudian di belikan obat di warung namun sakit
kepala tidak hilang. pasien juga mengalami demam selama 2 minggu. Badan sudah
tampak kurus 3 bulan sebelum masuk RS dan tidak ditimbang. Anak memiliki riwayat
kontak dengan penderita Tb (saudara laki-laki ayah), menderita Tb selama 2,5 tahun
dan sudah mendapat obat OAT. Riwayat trauma kepala pada anak (-), riwayat keluar
cairan dari telinga (-) dan anak tidak megalami batuk pilek. Anak tidak memiliki
riwayat kejang dengan atau tanpa demam.
F. Riwayat pribadi
a) Prenatal
Riwayat gestasi : G4P4A0 H4
HPHT : -
Pemeriksaan kehamilan : Bidan
Frekuensi : teratur
Masalah waktu kehamilan : tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan : positif
Emosi ibu pada saat kehamilan : labil
Obat obat yang digunakan :-
Perokok :-
Alkohol :-
b) Intranatal
Tanggal persalinan : 07 mai 2020
BBL / PBL : 2300 gr / 40 cm
Usia gestasi saat lahir : 36 mg
Tempat persalinan : klinik
Tempat persalinan : bidan
Jenis persalinan : spontan
Penyulit persalinan : tidak ada
c) Post natal
APGAR : skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10
Pemberian Vit K : Ada
Koord. reflek hisap dan reflek menelan :Baik
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) : ada
Kelainan congenital : tidak ada

G. Riwayat vaksinasi

BCG -

DPT 1 2 3
Polio 1 2 3
4
Hepatitis B 0 1 2
3
Campak -
KESIMPULAN : lengkap sesuai usia
H. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran : somnolen

b. Tanda Vital Suhu : 37,8 oC RR : 30 x/m HR : 87 x/m TD : 110/70 mmHg

c. Posture BB : 14,5 kg PB/TB : 05 cm

d. Kepala Bentuk : Normal

Kebersihan : Bersih

e. Mata : Simetris

Sklera : tidak

Konjungtiva : tidak

Reflek cahaya : positif

Palbebra : tidak
Pupil : isokor

f. Hidung :

Letak : Simetri

Pernapasan cuping hidung : Tidak

Kebersihan : Bersih

Data lain : terpasang NGT serta O2 binasal kanul kosentrasi 2L/i

g. Mulut : Warna bibir merah muda, mukosa bibir kering dan pecah-pecah.

Kebersihan rongga mulut : tidak

h. Telinga :

Bentuk : Simetris

Kebersihan : Bersih

Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata

Pemeriksaan pendengaran : baik

Data lain : Telinga tampak bersih, tidak ada sekret keluar cairan.

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada

j. Dada :

 Toraks Inspeksi : simetris kiri dan kanan dan terdapat tarikan dinding dada
Auskultasi : bronkial dan ronkhi
Palpasi : premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
 Jantung Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Auskultasi : pekak
Palpasi : ictus cordis teraba di RIC 5

k. Abdomen Inspeksi : tidak ada asites

Auskultasi : bising usus (+) dan normal


Palpasi : tidak ada nyeri tekan, hepar dan limfa tidak teraba

Perkusi : timpani

l. Kulit : Turgor : Kembali cepat

Kelembaban: Lembab

Warna: Pucat

Data lain : terdapat ruam kemerahan di seluruh tubuh

m. Ekstremitas Atas

Lingkar lengan atas : cm

Capillary refill : < 3 dtk

Data lain yang ditemukan : terpasang infus pada ekstremitas kanan, otot kaku

n. Ekstremitas Bawah : Ekstensi abnormal, otot kaku dan spastik.

o. Genitalia dan anus

Perempuan

Labia minora&mayora : Normal

Kebersihan : bersih

I. Pengakajian pola kesehatan saat ini


1. Aktivitas dan istirahat :
 Siang

Pola tidur : teratur

Jumlah jam tidur : 2 jam/hari

Masalah : tidak ada masalah

 Malam

Pola tidur : tidak teratur


Jumlah jam tidur : 7 jam/hari

Masalah : anak sering terbangun tanpa tahu apa penyebabnya.

2. Eliminasi BAK : Frek 3-4x /hari Jumlah 1000 Warna jernih

Masalah : tidak ada masalah

BAB : Frek 1-2x /hari Jumlah 800 Warna kuning Konsistensi lunak

Masalah : tidak ada masalah

J. DATA PENUNJANG

Laboratorium Tanggal 09 november 2020 : Hb 10,7 gr/dl (Normal 12-16), leukosit


8.620/mm3 (Normal 6000-18.000), trombosit 229.000/mm3 (Normal 150.000-
400.000), dan hematokrit 30 % (Normal 37-43%). Tanggal 18 Mei 2017 : kalsium 8
mg/dl (Normal 8,1-10,4), natrium 132 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,1 mmol/L
(Normal 3,5-5,1) dan korida serum 107 mmol/L (Normal 97-111). Lumbal Pungsi
pada tanggal 4 Mei 2017 di dapatkan hasil volume ± 2 CC, kekeruhan (-), warna
bening, jumlah sel 8/mm3 dan glukosa 44 mg/dl.

A. ANALISA DATA

NO DATA ETEOLOGI MASALAH


1 Data subjektif: proses inflamasi di Resiko
- ayah mengatakan anak selaput otak ketidakfektifan
demam, perfusi jaringan

- batuk berdahak, serebral

- refleks batuk lemah,


- tidak mampu bicara dan
- hanya mengerang.

Data objektif:
- GCS 9 (E4V2M3),
- badan teraba panas
- T 37,8oC, TD 110/70
mmHg, HR 87x/i, P 30x/i,
- Hb 10,7 gr/dl, dan
- hasil pemeriksaan LP
volume ± 2 CC,kekeruhan
negatif, warna bening,
jumlah sel 8/mm3 dan
glukosa 44 mg/dl.
2 . Data subjektif: penumpukan sekret Ketidakefektifan
- ayah mengatakan anak di jalan nafas bersihan jalan nafas
batuk berdahak,
- refleks batuk lemah dan
- tampak sesak.

Data objektif:
- terdapat tarikan dinding
dada,
- saat auskultasi terdengar
bronkial dan ronkhi,
- TD 110/70 mmHg, P 30
x/i, T 37,80C, HR 87x/i.
3 Data subjektif: peningkatan laju Hipertermi
- ayah mengatakan anak metabolisme
demam dan
- badannya panas.

Data objektif:
- kulit pasien teraba panas,
- TD 110/70 mmHg, P 30
x/i,
- T 37,80C, HR 87x/i.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses
inflamasi di selaput otak

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di


jalan nafas

c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

3. Intervesi Keperawatan

NO DIAGNOSA NIC NOC


1 Resiko ketidakefektifan perfusi a. Status sirkulasi Terapi oksigen
jaringan serebral berhubungan 1) Tekanan darah 1. Periksa mulut, hidung, dan
dengan proses inflamasi di sistol sekret trakea
selaput otak 2) Tekanan darah 2. Pertahankan jalan napas
diastol yang paten
3) Tekanan nadi 3. Atur peralatan oksigenasi
4) PaO2 (tekanan 4. Monitor aliran oksigen
parsial oksigen 5. Pertahankan posisi pasien
dalam darah arteri) 6. Observasi tanda-tanda
5) PaCO2 (tekanan hipoventilasi
Parial 7. Monitor adanya kecemasan
karbondioksida pasien terhadap oksigenasi.
dalam darah arteri
6) Saturasi oksigen Manajemen edema serebral
7) Urine output 1. Monitor adanya
8) Capillary refill. kebingungan, perubahan
pikiran, keluhan pusing,
b. Status neurologi pingsan
1) Kesadaran 2. Monitor tanda-tanda vital
2) Fungsi sensorik 3. Monitor karakteristik cairan
dan motorik kranial serebrospinal : warna,
3) Tekanan kejernihan,konsistensi
intrakranial 4. Monitor status pernapasan:
4) Ukuran pupil frekuensi,
5) Pola istirahattidur irama, kedalaman pernapasan,
6) Orientasi kognitif PaO2,PaCO2, pH, Bicarbonat
7) Aktivitas kejang 5. Catat perubahan pasien
8) Sakit kepala. dalam berespon
terhadap stimulus
6. Berikan anti kejang sesuai
kebutuhan
7. Batasi cairan
8. Dorong keluarga/orang yang
penting
untuk bicara pada pasien
9. Posisikan tinggi kepala 30o
atau lebih.

Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan perfusi
serebral
2. Monitor jumlah, nilai dan
karakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan output
4. Monitor suhu dan jumlah
leukosit
5. Periksa pasien terkait ada
tidaknya gejala
kaku kuduk
6. Berikan antibiotik
7. Letakkan kepala dan leher
pasien dalam posisi netral,
hindari fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala tempat
tidur untuk mengoptimalkan
perfusi serebral
9. Berikan agen farmakologis
untuk mempertahankan TIK
dalam jangkauan tertentu.
Monitor tanda-tanda vital
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu dan
status pernapasan dengan cepat
2. Monitor kualitas dari nadi
3. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
4. Monitor pola pernapasan
abnormal
(misalnya, cheyne-stokes,
kussmaul,biot,apneustic,ataksia
dan bernapas berlebihan)
5. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
6. Monitor adanya cushling
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
7. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2 Ketidakefektifan bersihan a. Status Kepatenan jalan nafas
jalan pernapasan: 1. Pastikan kebutuhan oral
Nafas berhubungan dengan kepatenan jalan nafas suctioning
Penumpukan sekret di jalan Kriteria hasil: 2. Auskultasi suara nafas
Nafas Batasan karakteristik 1) Frekuensi sebelum dan sesudah
a. Batuk yang tidak efektif pernapasan suctioning
b. Gelisah 2) Irama pernapasan 3. Informasikan pada klien dan
c. Dispnea 3) Kemampuan keluarga tentang suctioning
d. Mata terbuka lebar untuk 4. Monitor status oksigen
e. Perubahan pola nafas Mengeluarkan sekret pasien
f. Sianosis 4) Penggunaan otot 5. Berikan oksigen dengan
g. Sputum dalam jumlah bantu pernapasan menggunakan nasal untuk
yang berlebihan 5) Batuk. memfasilitasi suction
h. Suara nafas tambahan nasotrakeal
b. Status
pernapasan Manajemen jalan nafas
Kriteria hasil: 1. Buka jalan nafas.
1) Kedalaman 2. Posisikan pasien untuk
inspirasi memaksimalkan ventilasi.
2) Suara auskultasi 3. Lakukan fisioterapi dada
nafas bila perlu
3) Kepatenan jalan 4. Auskultasi suara nafas , catat
nafas adanya suara tambahan
4) Kapasitas vital 5. Monitor respirasi dan status
O2

Manajemen batuk
1. Bantu pasien untuk
mengatur posisi duduk.
2. Dorong pasien untuk
melakukan latihan
nafas dalam
3. Dorong pasien untuk tarik
nafas dalam selama dua detik
dan batukkan, lakukan dua
atau tiga kali berturut turut

Monitor tanda-tanda vital


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas nadi
4. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola pernapasan
abnormal
7. Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit.
8. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
3 Hipertermia berhubungan a. Termoregulasi Perawatan demam
Dengan peningkatan laju Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
metabolisme 1) Merasa merinding vital lainya
Batasan karakteristik saat dingin 2. Monitor warna kulit dan
a. Apnea 2) Berkeringat saat suhu
b. Bayi tidak dapat panas 3. Monitor asupan dan
mempertahan kan menyusu 3) Tingkat keluaran, sadari
c. Gelisah pernapasan perubahan kehilangan cairan
d. Hipotensi 4) Melaporkan yang tak di rasakan
e. Kulit kemerahan kenyamanan suhu 4. Beri obat atau cairan IV
f. Kulit terasa 5) Perubahan warna 5. Tutup pasien dengan selimut
hangat kulit atau pakaian ringan
g. Latergi 6) Sakit kepala 6. Dorong konsumsi cairan
h. Kejang 7. Fasilitasi istirahat, terapkan
i. Koma pembatasan
j. Stupor aktivitas jika di perlukan
k. Takikardia 8. Berikan oksigen yang sesuai
l. Takipnea 9. Tingkatkan sirkulasi udara
m. Vasodilatasi 10. Mandikan pasien dengan
spon hangat dengan hati-hati.
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling tidak
setiap 2 jam
sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan
adanya tanda gejala hipotermia
dan hipertermia
3. tingkatka intake cairan dan
nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan
antipiretik sesuai kebutuhan.
Manajemen pengobatan
3. Tentukan obat apa yang di
perlukan, dan kelola menurut
resep dan/atau protokol
4. Monitor efektivitas cara
pemberian obat yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke
satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama
kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-obatan
anti epilepsi dengan benar.

3 . Implementasi Keperawatan

Hari dan Diagnosa Implementasi


tangal
Senin 9 Resiko 1. mengatur posisi kepala hiperkestensi 30
november ketidakfektifan 2. memberikan O2 binasal kanul 2 liter/i,
2020 perfusi jaringan memonitor alirannya
serebral 3. mengukur dan memonitor tanda-tanda
berhubungan vital
dengan proses 4. menganjurkan keluarga untuk bicara pada
inflamasi di pasien
selaput otak 5. menghitung dan mencatat jumlah
masukan dan pengeluaran (NGT, cairan
infus, BAB dan BAK) dan
6. memberikan terapi obat diazepam 3x1 mg,
Prednison 3x10 mg, luminal 2x30gr dan
diamox 3x150 gr.

Selasa 10 Resiko ketidakfektifan 1. memberikan O2 binasal kanul 2 liter/i,


november perfusi jaringan memonitor alirannya
2020 serebral berhubungan 2. mengukur dan memonitor tanda-tanda vital
dengan proses 3. menganjurkan keluarga untuk bicara pada
inflamasi di selaput pasien
otak 4. menghitung dan mencatat jumlah
masukan dan pengeluaran (NGT, cairan
infus, BAB dan BAK) dan
5. memberikan terapi obat diazepam 3x1 mg,
Prednison 3x10 mg, luminal 2x30gr dan
diamox 3x150 gr.

Rabu 11 Resiko ketidakfektifan 1. mengatur posisi kepala 30o arah


november perfusi jaringan kebelakang
2020 serebral berhubungan 2. memberikan O2 binasal kanul 2 liter/i,
dengan proses memonitor alirannya
inflamasi di selaput 3. mengukur dan memonitor tanda-tanda
otak vital
4. menganjurkan keluarga untuk bicara pada
pasien
5. menghitung dan mencatat jumlah
masukan dan pengeluaran (NGT, cairan
infus, BAB dan BAK) dan
6. memberikan terapi obat diazepam 3x1 mg,
Prednison 3x10 mg, luminal 2x30gr dan
diamox 3x150 gr.
Kamis 12 Resiko ketidakfektifan 1. mengatur posisi kepala 30o arah kebelakang
november perfusi jaringan serebral 2. memberikan O2 binasal kanul 2 liter/i,
2020 berhubungan dengan memonitor alirannya
proses inflamasi di 3. mengukur dan memonitor tanda-tanda vital
selaput otak 4. menganjurkan keluarga untuk bicara pada
pasien
5. menghitung dan mencatat jumlah
masukan dan pengeluaran (NGT, cairan
infus, BAB dan BAK) dan
6. memberikan terapi obat diazepam 3x1 mg,
Prednison 3x10 mg, luminal 2x30gr dan
diamox 3x150 gr.
Jum’at 13 Resiko ketidakfektifan 1. mengatur posisi kepala 30o arah kebelakang
november perfusi jaringan serebral 2. memberikan O2 binasal kanul 2 liter/i,
2020 berhubungan dengan memonitor alirannya
proses inflamasi di 3. mengukur dan memonitor tanda-tanda
selaput otak vital
4. menganjurkan keluarga untuk bicara pada
pasien
5. menghitung dan mencatat jumlah
masukan dan pengeluaran (NGT, cairan
infus, BAB dan BAK) dan
6. memberikan terapi obat diazepam 3x1 mg
Sabtu 14 Resiko ketidakfektifan 1. mengatur posisi kepala 30o arah
november perfusi jaringan serebral kebelakang
2020 berhubungan dengan 2. memberikan O2 binasal kanul 2 liter/i,
proses inflamasi di memonitor alirannya
selaput otak 3. mengukur dan memonitor tanda-tanda
vital
4. menganjurkan keluarga untuk bicara pada
pasien
5. menghitung dan mencatat jumlah
masukan dan pengeluaran (NGT, cairan
infus, BAB dan BAK) dan
6. memberikan terapi obat diazepam 3x1 mg,
Prednison 3x10 mg, luminal 2x30gr dan
diamox 3x150 gr.

4. Evaluasi

Hari dan Diagnosa Evaluasi


tangal
Senin Resiko ketidakfektifan perfusi S: Ayah mengatakan anak
9/11/2020 jaringan serebral berhubungan tampak sesak dan
dengan proses inflamasi di selaput demam
otak O: - GCS 9 (E4V2M3)
- terdapat sekret di jalan nafas,
dan
- pasien masih demam.
- Pasien terpasang O2 binasal 2
liter/i,
- aliran oksigen lancar,
- T 38,4o C, HR 93 x/i, P 30 x/i,
- leukosit 8.620/mm3 (Normal
6000- 18.000)
- terapi pengobatan diberikan
dengan tepat waktu dan sesuai
order.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Selasa Resiko ketidakfektifan perfusi S: Ayah mengatakan anak
10/11/ jaringan serebral berhubungan tampak sesak dan
2020 dengan proses inflamasi di selaput demam
otak O: - GCS 9 (E4V2M3)
- terdapat sekret di jalan nafas, dan
- pasien masih demam.
- aliran oksigen lancar,
- T 37,8o C, HR 96 x/i, P 24 x/i,
- terapi pengobatan diberikan
dengan tepat
waktu dan sesuai order.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Rabu Resiko ketidakfektifan perfusi S: Ayah mengatakan anak
11/11/2020 jaringan serebral berhubungan tampak sesak dan demam, kejang
dengan proses inflamasi di selaput (-)
otak O: - GCS 9 Pasien terpasang O2
binasal 2 liter/i,
aliran oksigen lancar,
- T 37,8o C, HR 96 x/i, P 24 x/i,
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Kamis Resiko ketidakfektifan perfusi S: Ayah mengatakan anak masih
12/11/2020 jaringan serebral berhubungan demam, kejang
dengan proses inflamasi di selaput (-)
otak O: - GCS 9 Pasien terpasang O2
binasal 2 liter/i,
aliran oksigen lancar,
- T 37,8o C, HR 96 x/i, P 24 x/i,
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Jum’at Resiko ketidakfektifan perfusi S: ayah mengatakan An.Z sudah
13/11/2020 jaringan serebral berhubungan mampu
dengan proses inflamasi di selaput menggerakkan ekstremitas nya,
otak melihat ketika
dipanggil, anak masih demam,
O: GCS 11 (E4V2M5), kulit
teraba panas,
terpasang O2 binasal 2 liter/i dan
lancar,
intake 1500 cc, output ± 1300 cc,
posisi
kepala ditinggikan 300.
A: Masalah tidak terjadi
P: intervensi masih dilanjutkan.

Sabtu Resiko ketidakfektifan perfusi S: ayah mengatakan An.Z sudah


14/11/2020 jaringan serebral berhubungan mampu
dengan proses inflamasi di selaput menggerakkan ekstremitas nya,
otak melihat ketika
dipanggil, anak masih demam,
O: GCS 11 (E4V2M5), kulit
teraba panas,
terpasang O2 binasal 2 liter/i
dan lancar,
intake 1200 cc, output ± 1300
cc, posisi kepala ditinggikan
300.
A: Masalah tidak terjadi
P: intervensi masih dilanjutkan.
Minggu Resiko ketidakfektifan perfusi S: ayah mengatakan An.Z sudah
15/11/2020 jaringan serebral berhubungan mampu
dengan proses inflamasi di selaput menggerakkan ekstremitas nya,
otak melihat ketika
dipanggil, anak masih demam,
O: GCS 11 (E4V2M5), kulit
teraba panas,
terpasang O2 binasal 2 liter/i
dan lancar,
intake 1500 cc, output ± 1300
cc, posisi
kepala ditinggikan 300.
Hasil pemeriksaan elektrolit
serum kalium
2,2 Mmol/L (3,5-5,1), natrium
125 Mmol/L
(136-145), klorida serum 92
Mmol/L (97-
111). Anak dilakukan koreksi
KCl untuk
meningkatkan kadar kalium
dalam darah.
A: Masalah tidak terjadi
P: intervensi masih dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai