Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DIRUANG PICU RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALYA DENGAN


MENINGITIS

Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Gawat Darurat


Dosen : Hj. Ns. Yuyun Rahayu, S.Kep., M.Kep

Oleh:
RESTI ARISTA
2106277059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
MENINGITIS PADA ANAK

1. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan


serebrospinal dan spiral column yang menyebabkan proses infeksi
pada system saraf pusat. (Suriadi, 2006).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau
organ-organ jamur. (NANDA, 2012).

Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis


itu sendiri terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh
bakteri dan meningitis virus atau disebut nonpurulen meningitis
atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang

disebabkan oleh virus. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006).


Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan
sumsum tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, atau jamur), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi
kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan kondisi lainnya. (WHO,
2014).
B. Etiologi
1.Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis. Adapun beberapa
bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis
adalah:

Haemophillus influenza

Nesseria meningitides (meningococcal) Diplococcus pneumoniae


(pneumococca)
Streptococcus, grup A Staphylococcus aureus Escherichia coli

Klebsiella

Proteus

Pseudomonas irus

Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan


bisa sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat
terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna)
dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem
vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.

Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak,
mumps, herpes simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek
mengganggu metabolisme sel sehingga sel mengalami nekrosis.Jenis
lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang
dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.

2. Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
3. Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
4. Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang
mendapat obat imunosupresi.

5. Faktor resiko terjadinya meningitis :


a. Infeksi sistemik

Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar


secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media
kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
b. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis
cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar
melalui othorrhea dan rhinorrhea

c. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran

telinga tengah, operasi cranium.

C. Manifestasi Klinis
1.Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah
atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.

2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang


diikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak,
stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda kernig dan brudzinski
positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau

pruritus (menunjukkan adanya infeksi meningococcal).


3. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih,
ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky
positif.

D. Pathway
E. Patofisiologi

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan


piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel
bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler
dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui
villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat
menyebabkan meningitis,

memasuki cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah


otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang
disebabkan oleh fraktur tulang
tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung
antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme
yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan
ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial
maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran
neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan
sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan

hydrocephalus.

Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau


jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya penyakit Faringitis,
Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya organisme
melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran
organisme bisa terjadi akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses
serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea
akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat menimbulkan meningitis,
dimana terjadinya hubungan antara CSF (Cerebro-spinal

Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan
mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis.
Mikroorganisme masuk ke susunan saraf
pusat melalui ruang pada subarachnoid sehingga menimbulkan respon
peradangan seperti pada via, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek
peradangan yang di sebabkan oleh mikroorganisme meningitis yang
mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga terjadi
peningkatan suhu oleh hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh
meningkat atau terjadinya hipertermi (Suriadi & Rita Yuliani 2001).
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari tonsil, bronkus, saluran
cerna. Diotak mikoorganisme berkembang biak membentuk koloni.
Toksik yang dihasilan oleh
mikoorganisme melalui hematogen sampai ke hipotalamus.Volume
pustula yang semakin meningkat dapat mengakibatkan peningkatan
intracranial.Desakan tersebut dapat meningkatkan rangsangan di
korteks serebri yang terdapat pusat pengaturan sistem gastrointestinal
sehingga merangsang munculna muntah dengan dengan cepat, juga
dapat terjadi gangguan pusat persnafasan.Peningkatan Intrakanial
juga dapat

berdampak pada munculnya fase eksitasi yang terlalu cepat pada


neuron sehingga mwmunclkan kejang.Respon saraf juga tidak bisa
berlangsung secara kondusif, ini
yang secara klinis dapat memunculkan respon patologis pada jaringan
tersebut seeperti munculnya tanda Kernig dan Brudinsky.

F. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini

muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat

sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah

subdural.

2. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada


meningen
dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.

3. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan


produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis
lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada
saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya
banyak tertahan di intrakranial.

4. Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke

otak karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan

penatalaksanaan yang tepat.

5. Epilepsi
6. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena
meningitis yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu
gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori.

7. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan


yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap
antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.
G. Pemeriksaan Penunjang
1.Lumbal Pungsi: Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa
hitung jenis sel dan protein, cairan serebrospinal, dengan syarat tidak
ditemukan adanya peningkatan TIK.

2. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,


leukosit dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif
terhadap beberapa jenis

bakteri.
3. Glukosa & dan LDH : meningkat.
4. LED/ESRD: meningkat.
5. CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom,
hemoragik.
6. Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
7.Kultur Darah
8. Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan
A. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak, yaitu :

1. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari
tempat lain yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah
meningokok (Neisseria meningitidisis), pneumokok (Diplococcus
pneumoniae), haemophilus influenzae.Ada pula yang timbul karena
perjalanan radang langsung dari radang tulang tengkorak, mastoiditis
misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus
kepala.Penyebabnya ialah streptokok, stafilokok, kadang-kadang
pneumokok.Likuor serebrospinal keruh kekuning-kuningan karena
mengandung pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit hidup dan
yang mati, jaringan yang mati

dan bakteri.
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas,
menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah,
hilangnya nafsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada
punggung dan sendi, setelah 12-24 jam tibul gambaran klinis
meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan brudzinski.
Bila terjadi koma yang dalam, tanda-tanda selaput otak akan
menghilang, penderita

takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita


sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukkan perubahan mental
seperti bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi herniasi
otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.

9. Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia. Likuor
serebrospinal jernih meskipun mengandung jumlah sel dan protein
yang meninggi. Meningitis tuberculosis terjadi

akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru-


paru. Meningitis bukan terjadi karena terinfeksi selaput otak
langsung penyebaran
hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel
pada permukaan otak, sumsum tuang belakang atau vertebra yang
kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.

Tuberculosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium


tuberculosa.Pada meningitis tuberculosa dapat terjadi pengobatan
yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat.Dapat terjadi
cacat neurologis berupa parase, paralysis

sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan, reabsorpsi


berkuran atau produksi berlebihan dari likuor serebrospinal.Anak juga
bisa menjadi tuli atau buta
dan kadang-kadang menderita retardasi mental. Gambaran klinik pada
penyakit ini mulanya pelan.Terdapat panas yang tidak terlalu tinggi,
nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang
menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi.
Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda rangsangan selaput otak
seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi hemiparases dan
kerusakan syaraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII, N VIII sampai
akhirnya kesadaran menurun.
Sedangkan berdasarkan etologinya meningitis terbagi atas:
a. Meningitis Bakterial

Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh


meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan
subarahnoid.
Meningitis bacterial adalah suatu peradangan pada selaput otak,
ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam
cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi
dalam cairan serebrospinal. Meningitis bakterial sering disebut juga
sebagai meningitis purulen atau meningitis septik.

Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri ini penyebab


tersering
meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi
ataupun anak-anak. Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada
saluran nafas bagian
atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
b. Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi
akibat lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi;
measles, mumps, herpes simplek, dan herpes zoster.

Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf


pusat yang

akut dengan gejalah rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor


serebrospinalis dengan deferensiasi terutama limfosit,perjalanan
penyakit tidak
lama dan selflimited tanpa komplikasi. Virus penyebab meningitis
dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA (ribonuclear acid)
dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus RNA adalah
enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus
(influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antaa lain
virus herpes, dan retrovirus (AIDS).

c. Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan
penyakit oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa
sehingga penanganannya juga sulit.

Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat
berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau
kista).

Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur,


disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering
terjadi pada pasien
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

2. Penatalaksanaan

10. Penatalaksanaan Terapeutik


• Isolasi
• Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil

kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.

• Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan


cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat
menyebabkan edema.

• Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada

bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,

• Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi


• Mempertahankan ventilasi
• Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
• Penatalaksanaan syok bacterial
• Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
• Memperbaiki anemia

11. Penatalaksanaan Medis


O Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
O Steroid untuk mengatasi inflamasi
O Antipiretik untuk mengatasi demam
O Antikonvulsant untuk mencegah kejang
O Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang

masih bisa dipertahankan

O Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).


O Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik
seperti asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan
melalui penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini
diberikan karena anak yang menderita meningitis sering datang
dengan penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat
muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat
hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang
menurun.

O Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal


diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena.
Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis
awal pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan
yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-
10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari.
Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis diturunkan
menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian
diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat
menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan
suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.

O Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti


rangsangan suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang
berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak karena
peningkatan rangsangan depolarisasi neuron yang dapat berlangsung
cepat.

O Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melalui section dan


memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu
mungkin juga terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan
tekanan intrakranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan
lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke
saluran pernafasan. Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis
dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui masker oksigen.

O Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.


Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-
400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara
intrevena

dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4


dosis pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional
melalui kultur dari
pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.

3. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Diagnose keperawatan berdasarkan SDKI:

12. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)


13. Risiko cedera (D.0136)
14. Nyeri Akut (D.0077)
15. Risiko Infeksi (D.0142)

Intervensi keperawatan berdasarkan SIKI:


No Diagnosis Intervensi

1. Risiko Intervensi Utama


Perfusi
Serebral 1. Manajemen peningkatan
Tidak tekanan intrakranial
Efektif Observasi
- Identifikasi penyebab
peningkatan TIK (mis.lesi,
gangguan metabolisme,edema
serebral)
- Monitor tanda/gejala
peningkatan TIK (mis.
Tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar,

bradikardia, pola nadas


ireguler, kesadaran menurun)
- Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
- Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
- Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure), jika tersedia
- Monitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor cairan serebro-
spinalis (mis. Warna,
konsistensi)

Terapeutik

- Minimalkan stimulus dengan


menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler

- HCHCeingdaahrti emrjanduinvyear kvea jlasanvga


- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu


- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

Risiko Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539) Tindakan

Observasi :
- Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sitemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikn perawatan kulit pada area edema

- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien lingkungan


pasien

- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

- Ajarkan etika batuk


- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

- Anjurkan meningkatkan asupan


nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborsi
- Kolaborsi pemberian imunisasi,

jika perlu
-

3. Nyeri Akut - Bersikap protektif (mis.


(D.0077) Waspada posisi
- mGelnisgahindari nyeri)
Definisi:
- Frekuensi nadi meningkat
Pengalaman
sensorik atau - Sulit tidur
emosional
yang
berkaitan Gejaladantanda minor
dengan
Subjektif: -
kerusakan
jaringan Objektif:
aktual atau
fungsional - Tekanan darah meningkt
dengan onset
mendadak
atau lambat
dan
berintensitas
ringan hingga
berat yang
berlangsung
kurang
dari 3.
Gejaladanta

nda mayor

Subjektif:

- Mengeluh
nyeri

Objektif:

- Tampak
meringis
Manajemen tidur
Nyeri
(I.08238) :
Edukasi

- Ajarkan teknik
Observasi nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

- Identifikasi Kolaborasi
skala nyeri

Terapeutik - Kolaborasi pemberian


- Fasilitasi analgetik,
istirahat dan jika perlu

- PNoalfasunampaks abnerbuebrauhbah
- Proses berfikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
Diaforesis
-

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Depkes RI Pusat

Pendidikan Tenaga Kesehatan


Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.

Jakarta: Salemba Medika Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit.

Jakarta: EGC

Riyadi,Sujono.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak

Sakit.Yogyakarta: Gosyen Publising Smeltzer, Suzanne C &


Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8.

Jakarta: EGC dalam http://askep-

asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep- meningitis.html

diakses pada 1 Mei 2014


Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta:

PT. Penerbitan Penebar Swadaya

Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care Standards : Nursing

Process, diagnosis, And Outcome.Ed. 5. Jakarta:

EGC dalam http://askep-

asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-meningitis.html

diakses pada 1 Mei 2014

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik.


Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan


indonesia: Definisi dan indikator diagnortik. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan


indonesia: Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai