Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT MENINGITIS PADA ANAK

OLEH :

Mawati manalu
032019077

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN


T.A 2021/2022
Defenisi Meningitis
Meningitis adalah suatu inflamasi pada membran araknoid, piamater, dan cairan
serebrospinal. Proses inflamasi terjadi dan menyebar melalui ruangan subaraknoid di sekeliling
otak dan medula spinalis serta ventrikel.
Meningitis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi karena adanya virus,
bakteri, kuman, dan jamur yang meradang di dalam selaput otakotak dan jaringan saraf dalam
tulang punggung.n. (Eka, 2017)
Infeksi yang terjadi menyebabkan selaput ini meradang dan membengkak, dan proses
inflamasi yang ada merangsang reseptorreseptor nyeri pada selaput itu sehingga menimbulkan
gejala nyeri dan kaku. Bakteri dapat mencapai struktur intrakranial melalui beberapa cara. Secara
alami bisa disebabkan penyebaran hematogen dari infeksi di nasofaring atau perluasan infeksi
dari struktus intrakranial misalnya sinusitis atau infeksi telinga tengahIstilah meningitis yang
secara lengkap merupakan istilah bagi meninges mengikokus adalah infeki pada selaput yang
menyelimuti otak dan sumsum tulang belakang .Radang lapisan otak dan urat saraf pusat
belakang (spinal card) dengan melibatkan sistem motoric dan juga mental.Bisa disebablan oleh
sebagian bakteri, virus, atau mikoorganisme lainnya. Bentuk yang amat serius disebabkan oleh
organisme yang disebut menigococcus.(Eka, 2017)

EtiologiMeningitis
Mycobacterium Tuberculosis termasuk golongan ordo Actinomycetales, familia
Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium. Kuman Mycobacterium Tuberculosis berbentuk
batang, ramping, tidak bergerak, berukuran panjang 1-4 mikrometer dan lebar 0,3-0,6
mikrometer. Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus
pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus
aureus. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon
peradangan.Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai
respon peradangan.Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di
ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan
cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak
dan medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid
dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang
subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan
intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-
sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur
aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini terjadi
sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps,
herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas
korteks serebral, substansi putih dan meningens.

Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang
dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat
menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari
sel dan kemungkinan kelainan neurologi.
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan
Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis
dan diplococcus pneumonia.

PatofisiologiMeningitis
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari tonsil, bronkus, saluran cerna.
Diotak mikoorganisme berkembang biak membentuk koloni. Toksik yang dihasilan oleh
mikoorganisme melalui hematogen sampai ke hipotalamus.

Manifestasi KlinisMeningitis
1). ARAKHNOIDITIS PROLIFERASI (Proliferative arachnoiditis)
Terutama ditemukan pada bagian basis otak, berupa eksudat meningen yang tebal,
lengket dan menyerupai massa, meluas dari pons sampai nervi optikus, terutama
didaerah khiasma optikus. Arakhnoiditis optokismatik pada keadaan kronis akan
mengganggu fungsi nervi optikus.
2). VASKULITIS
Menyebabkan trombosis dan infarak berdarah yang mengenai pembuluh darah
didaerah basis atau yang melalui eksudat spinalis atau didalam parenkim otak.
Mikrobakterium juga dapat langsung menginvasi tunika adventisia dan mengawali
proses vaskulitis. Rekasi neutrofil awal yang diikuti oleh infiltrasi limfosit, sel plasma
dan makrofag akan menimbulkan terjadinya kerusakan tunika adventisia yang luas dan
memutuskan serabut elastin dan akhirnya akan merusak tunika intima. Kadang- kadang
degenerasi fibrinoid dalam arteri kecil dan vena dapat menyebakan aneurisma, trombus multipel
atau perdarahan fokal masing-masing atau bersama- sama.
3). HIDROSEFALUS
Pada meningitis tuberkulosis eksudat basal terutama terdapat di daerah fosa
interpedunkuler dan sisterna basal lain termasuk sisterna ambiens dan pontis.Hal ini
mengakibatkan tersumbatnya aliran liquor di daerah sekitar batang otak bagian atas
sehingga membentuk hidrosefalus internal. Berat dan cepatnya dilatasi ventrikel
lateral dapat disebabkan oleh tersumbatnya akuaduktus oleh eksudat sekitarnya atau
tuberkulosa kecil di daerah akuaduktus.

Tanda dan Gejala Meningitis


Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita serta virus dan bakteri
penyebab. Gejala yang paling umum ialah demam tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, dan
kejang.Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan
kesadaran, penglihatan menjadi kurang jelas, dan kesadaran menurun.(Eka, 2017)
Tanda dan gejala meningitis pad orang dewasa : panas, nyeri kepala, letargi, mual/muntah,
fotofobia, gejal pernapasan, kaku kuduk, kesadaran, def.Neurologisfokal, kejang.
1. Kaku kuduk dengan cara :
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
a. Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring Kemudian
kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.
b. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.
c. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada.
d. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat, kepala tidak
dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke belakang.
e. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami waktu
menekukkan kepala.
2. Tanda Kerniq
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
a. Pasien berbaring lurus di tempat tidur
b. Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut 90o,
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
d. Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135 o, antara tungkai bawah dan tungkai
atas.
e. Tanda kerniq (+) = Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut 135̊
3. Tanda Brudzinsky I
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita
tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah
diangkatnya badan.
d. Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai
Tanda Brudzinsky II
Pemeriksaan dilakukan seagai berikut :
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai yang satu lagi berada dalam
keadaan lurus.
c. Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi perhatikan apakah ada
kelumpuhan pada tungkai.
2.6 Pemeriksaan Penunjang Meningitis
1. Analisa cairan serebrospinal
■ warna : jernih atau opalescent
■ tekanan : tekanan CSS akan meningkat secara bermakna berkisar antara
40-75% pada anak-anak dan 50% pada dewasa.
■ glukosa : penurunan kadar glukosa dan peningkatan kadar protein.
Dikatakan kadar glukosa 30-45 mg/dl atau kurang dari 50% kadar glukosa darah, dapat
pula lebih rendah sampai kurang dari 10 mg/dl.
■ protein : akan meningkat mencapai 150-200mg%.
■ sel : pleositosis yang moderat karakteristik pada meningitis TB, pada
90-100% kasus terdapat lebih dari 5 sel darah putih per mm3 cairan serebrospinalis,
umumnya mencapai 300/mm3.
■ mikroorganisme : 10-25% yang dapat menunjukkan preparat apus yang positif
Nama Pemeriksaan untuk Mengetahui Cairan Meningitis Yaitu :
1. Pemeriksaan fisik untuk tanda dan gejala meningitis (Pemeriksaan fisik meningitis fokus
dilakukan di bagian telinga, leher, kepala, hingga tulang belakang.)
2. Tes Darah (Apabila peradangan di selaput otak diikuti dengan infeksi di pembuluh darah
(sepsis), sampel darah yang diambil bisa menunjukkan jenis bakteri yang menjadi
penyebab meningitis.)
3. Spinal tap (lumbal pungsi) (Prosedur tes ini dilakukan dengan mengambil sampel
serebrospinal, yaitu cairan yang terdapat dalam membran yang melindungi otak dan saraf
tulang belakang. Cairan akan diambil melalui jarum suntik. Analisis akan dilakukan dari
komponen dalam cairan serebrospinal seperti sel darah putih, protein berikut dengan
mikroorganisme yang menginfeksi. Hasil analisis cairan serebrospinal lantas menentukan
apakah benar terdapat peradangan di selaput otak dan saraf tulang belakang dan
mikroorganisme penyebab infeksinya. Penderita meningitis umumnya memiliki
kandungan gula yang rendah serta terjadi peningkatan pada jumlah sel darah putih dan
protein dalam cairan serebrospinalnya
4. Polymerase Chain Reaction (PCR)
5. PCR atau tes molekular bisa dilakukan untuk menentukan jenis virus yang menyebabkan
radang selaput otak. Pada tes ini, dokter akan mengambil sampel cairan tubuh, misalnya
dari serebrospinal untuk kemudian diperiksa dalam laboratorium.
6. Tes Penindaian (Tes pemindaian atau pencitraan untuk melihat kondisi bagian dalam
tubuh yang terinfeksi sebenarnya lebih diperlukan untuk evaluasi perkembangan penyakit.
Namun, pemeriksaan ini dapat membantu dokter membedakan meningitis dengan
penyakit lain yang juga menyebabkan gangguan pada saraf.Terdapat beberapa tes
pemindaian yang dilakukan dalam proses diagnosis meningitis, yaitu:
a. CT atau MRI pada otak: pemeriksaan ini bisa menentukan lokasi inflamasi dari
meningitis di otak. Dari tes ini mungkin juga ditemukan berbagai gangguan saraf atau
kerusakan fungsi otak lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pengobatan
yang tepat.
b. MRI tulang belakang: tes dapat menunjukkan lokasi inflamasi dari meningitis di
selaput saraf tulang belakang. Gangguan lain, seperti tumor, perdarahan, dan abses
(kantung bernanah) juga dapat dideteksi.
c. Rontgen dada (X-ray): infeksi bakteri atau virus tertentu yang menyerang paru-
paru dapat berkaitan dengan radang di selaput otak. Salah satu contohnya adalah
meningitis tuberkulosis. Kondisi tersebut dapat dikonfirmasi dari tes pemindaian ini.
2. Laju Endap darah (LED)
hanya menunjukkan sedikit peningkatan yakni 18-90 mm/jam, rata-rata 57 mm/jam.7-12
3. Pemeriksaan Radiologik
 Head CT scan: dapat menunjukkan gambaran ‘isoatenuasi’ atau ‘hiperatenuasi’pada
sisterna basalis pada pemeriksaan tanpa zat kontras dan memberikan penyengatan
yang homogen setelah pemberian zat kontras.

Head CT scan serial berguna untuk identifikasi komplikasi yang baru terjadi seperti
hidrosefalus, area kalsifikasi, ensefalomalasia, osteitis tuberkulosa dari kranium, dan
osteomastoiditis tb.
 MRI lebih sensitif daripada Head CT untuk mendeteksi adanya meningitis basal,
infark serebri, hidrosefalus dan tuberkuloma pada parenkim.
4. Arteriografi
dapat menunjukkan adanya arteritis pada sirkulus Willisi atau cabang- cabangnya yang
terlibat dalam proses meningitis basal. Pembuluh darah yang terkena ditemukan adanya
penyempitan dan oklusi yang ditandai dengan area yang irregular.
5. Reaksi imunologis
terhadap tuberculosis diperlihatkan oleh test kulit tuberculin ( Test
Mantoux).Tuberkulin sendiri adalah material protein yang dibentuk oleh mikobakterium
tuberkulosa. Campuran protein ini dikenal sebagai PPD (Purified Protein Derivate). Test
Mantoux umumnya positif, tetapi pada 25% kasus dapat memberikan reaksi negatif, terutama
pada kasus lanjut, pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau pada keadaan umum
yang buruk, keadaan malnutrisi, kelemahan umum dan imunosupresi oleh penyakit sistemik
yang berat.

2.7 KomplikasiMeningitis
a. Hiddrosefalus obstruktif
b. Meningococcal friderichsen (mengingocemia)
c. Sindrom Water friderichsen (septik syok,DIC,perdarahan adrenal)
d. SIADH (Syndrome Inappropriate AntidiureticHormone)
e.Efusi subdural
f. Kejang
g. Edema dan herniasi serebral
h. Cerebral palsy
i. Gangguan mental
j. Gangguan belajar
k. Attention deficit disorder

2.8 Terapi DietMeningitis


Menurut American Thoracic Society, harus segera diterapi dengan sekurangkurangnya 3
obat anti tuberkulosa untuk 2 bulan pertama yakni rifampicin 450-600 mg/hari, isoniazide 300-
400 mg/hari, pyrazinamide 1000-1500 mg/hari atau ditambahkan streptomycin 15-40 mg/kg/day,
kemudian 10 bulan berikutnya menggunakan INH dengan rifampicin.
Bila didapat ensefalopati ( kesadaran menurun, tanda babinski bilateral positif),
kortikosteroid dapat diberikan (deksamethason/ prednison). Kortikosteroid digunakan untuk
mengurangi edema serebri, pembentukan jaringan fibrosa dengan harapan akan mencegah
sekuele neurologis seperti parese saraf kranialis, hidrosefalus dan blok spinal. Dosis yang
digunakan dexamethasone (dewasa 12-16 mg/kg/hari; anak-anak 8 mg/kg/hari) dan prednisone
anak-anak 4 mg/kg/hari untuk 1-2 bulan pertama.

Terapi yang diberikan pada penyakit meningitis tuberkulosa ada dua yaitu
 Pemberian terapi farmakologis meliputi cairan intravena Ringer Laktat,
kortikosteroid deksametason intravena 5mg / 8 jam, obat anti tuberkulosis (OAT)
berupa rifampisin 450 mg, isoniazid 200 mg, pirazinamid 1000 mg, etambutol
750 mg, streptomisin injeksi 750 mg, dan parasetamol 3x500 mg per Naso Gastric
Tube (NGT).
 Terapi non farmakologis meliputi observasi tandatanda vital dan tirah baring serta
diet cair per NGT.

Phaytway Meningitis
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2010.Buku Keperawatan Medikal Medah Edisi 12. EGC: Jakarta
Eka, A. 2017.Jurnal Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Tentang
Penyakit Meningitis di Kelurahan Soataloara II Kecamatan Tahuna Kabupaten
Kepulauan Sangihe.Volume 5
Karema, Winifred.(2017). Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Tentang
Penyakit Meningitis di Kelurahan Soataloara II Kecamatan Tahuna Kabupaten
Kepulauan Sangihe.Volume 5, Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai