Anda di halaman 1dari 23

Meningitis

A. Definisi
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan
termasuk cairan serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan medula
spinalis, dapat disebkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah
kedalam cairan otak (Wordpress. 2009)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput yang melpaisi otak dan medula spinalis, dapat
disebabkan oleh berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam
cairan otak (Black & Hawk.2005)
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri
(infeksi sekunder) seperti Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis. Meningitis bakterial adalah inflamasi
arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS, Meningeotis juga bisa disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan CSS di
dala ruangan subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)

B. Anatomi Fisiologi Organ Terkait


Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi
cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis yaitu:
1. Lapisan Luar (Durameter)
Merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.
Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam
(meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
2. Lapisan tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon
berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang
berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem
otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
3. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak.
Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut sub
arakhnoid. Pada reaksi radang, ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
(Universitas Sumatera Utara)

C. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Sementara meningitis bakteri lebih berbahaya..
1. Meningitis Bakteri
Saat ini ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkan meningitis. Beberapa di antaranya:
a) Bakteri Meningokokus atau Meningococcal bakteri. Ada beberapa jenis bakteri meningococcal disebut grup A, B, C, W135, Y dan Z.
Saat ini sudah ada vaksin yang tersedia untuk perlindungan terhadap grup C meningococcal bakteri..
b) Streptococcus pneumoniae bakteri atau pneumokokus bakteri ini cenderung mempengaruhi bayi dan anak-anak dan orang tua karena
sistem kekebalan tubuh mereka lebih lemah dari kelompok usia lainnya.
c) Mereka yang memiliki CSF shunt atau memiliki cacat dural mungkin bisa terkena meningitis yang disebabkan oleh Staphylococcus
d) Pasien yang memiliki tulang belakang prosedur (misalnya tulang belakang anaesthetia) beresiko meningitis yang disebabkan oleh
Pseudomonas spp.
e) Sifilis dan tuberkulosis menuju meningitis serta jamur meningitis langka penyebab tetapi terlihat dalam individu positif HIV dan
orang-orang dengan kekebalan yang ditekan.

Menurut kelompok usia, beberapa bakteri kemungkinan penyebab meningitis meliputi:

a) Dalam baru-borns - pneumokokus bakteri atau group B streptokokus, Listeria monocytogenes, Escherichia coli
b) Bayi dan anak-anak - H. influenzae tipe b, pada anak-anak kurang dari 4 tahun dan menjadi unvaccinated menimbulkan risiko meningitis
karena Meningokokus, Streptococcus radang paru-paru
c) Anak-anak dan orang dewasa : S. pneumoniae, H. influenzae tipe b, N. meningitidis, gram negatif Basil, staphylococci, streptokokus dan
L. monocytogenes.
d) Orang tua dan orang-orang dengan kekebalan ditekan : S. pneumoniae, L. monocytogenes, tuberculosis (TB), organisme gram-negatif
e) Setelah cedera kepala atau infeksi yang diperoleh setelah tinggal di rumah sakit atau prosedur. Termasuk infeksi dengan Kleibsiella
pneumoniae, E.coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus

2. Transmisi infeksi
Meningococcal bakteri yang menyebabkan meningitis tersebar yang biasanya melalui kontak dekat yang berkepanjangan. Penyebaran
dimungkinkan karena pasien berada dekat dari orang yang terinfeksi melalui bersin, batuk, berbagi barang-barang pribadi seperti, sikat gigi,
sendok garpu, peralatan dll. Bakteri pneumokokus juga tersebar oleh kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, batuk, bersin dll. Namun,
dalam kebanyakan kasus hal ini hanya menyebabkan infeksi ringan, seperti infeksi telinga tengah (otitis media). Orang-orang dengan sistem
kekebalan rendah yang dapat mengembangkan infeksi lebih parah seperti meningitis.

3. Meningitis virus penyebab


Ada beberapa virus yang dapat menyebabkan meningitis. Vaksinasi terhadap banyak virus ini telah menyebabkan penurunan kejadian
beberapa kasus meningitis. Contoh campak, gondok dan Rubela (MMR) . Vaksinisasi tersedia bagi anak dengan kekebalan rendah terhadap
gondok, yang dulunya merupakan penyebab utama dari virus meningitis pada anak-anak.
Virus yang dapat menyebabkan meningitis meliputi:
1) virus herpes simpleks-ini dapat menyebabkan genital herpes
2) enteroviruses-virus flu perut - ini telah menyebabkan polio di masa lalu juga bertanggung jawab atas
3) Gondok
4) Echovirus
5) Coxsackie
6) Virus herpes zoster
7) Campak
8) Arbovirus
9) Influenza
10) HIV
11) Virus West Nile

4. Transmisi HIV
Infeksi virus meningitis dapat menyebar oleh kontak dekat dengan orang terinfeksi dan yang terkena ketika orang bersin dan batuk.
Mencuci tangan setelah terkontaminasi dengan virus-misalnya, setelah menyentuh permukaan atau objek yang memiliki virus di atasnya
dapat mencegah penyebaran.

5. Penyebab lain dari meningitis


Penyebab lain dari meningitis meliputi:
a) Meningitis jamur-disebabkan oleh Cryptococcus, Histoplasma dan Coccidioides spesies dan melihat pada pasien AIDS
b) Parasit yang menyebabkan meningitis-termasuk contoh meningitis eosinophilic yang disebabkan oleh angiostrongyliasis
c) Organisme lainnya seperti tuberkulosis atipikal, sifilis, penyakit Lyme, leptospirosis, listeriosis dan brucellosis, penyakit Kawasaki dan
Mollaret's meningitis
d) Mungkin ada tidak ada infeksi dan peradangan hanya meninges menuju bebas-infektif meningitis. Hal ini disebabkan oleh tumor,
leukemia, limfoma, obat dan bahan kimia yang diberikan spinally atau epidurally selama anestesi atau prosedur, penyakit seperti
Sarkoidosis, sistemik lupus eritematosus dan penyakit dll.
(News Medical Life Sciences & Medicine)

D. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri
menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis, pneuminoa, bronchopneumonia dan
endokarditis. Penyebaran bakteri atau virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada didekat selaput
otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan sinusitis. Penyebaran bisa juga terjadi akibat trauma
kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman kedalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang
pada pia dan arkhnoid, CSS (cairan serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi
penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan. Bagian luar
mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan dilapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan
degenerasi neuron-neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrono-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada
meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
(Universitas Sumatra Utara)

E. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
1. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena adanya infeksi karena kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
kematian pada jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan
kecerdasan anak terganggu. (Harsono. 2007)
F. Pathway

G. Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri
kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku
kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot – otot
ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda kernig dan brudzinsky positif . Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai
akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal
adanya penyakit individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi
letargik, tidak response, dan koma.
3. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot
leher .fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
5. Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn
sempurna.
6. Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila di lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
7. Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi terjadi sekunder akibat area vocal kortikal yang peka.
Tanda tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda tanda
vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan tidak teratur, sakit kepal muntah, dan penrunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal (Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien
dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi purpura asmpai ekimosis pada daerah
yang luas.
10. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus, dengan tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba
tiba muncul, lesi purpura ynag menyebar(sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati intravaskuler diseminata
(KID).kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
11. Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada cairan serebrosinal dan darah.counter immuno
electrooesis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri ada cairan tubuh, umumnya cairan serebrosnal dan urine.

H. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a) Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif atau negatif bila
didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan
kedada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala. (Harsono. 2007).
b) Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh
mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda kernig positif atau negatif bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 ( kaki tidak dapat
diekstensi sempurna) disertai spasme otot pada biasanya diikuti rasa nyeri. (Harsono. 2007).
c) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksaan meleteakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksi kepada dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif atau negatif bila pada pemeriksaan terjadi
fleksi involunter pada leher. (Harsono. 2007).
d) Pemeriksaan tanda Brudzinski II (Brudzinski kontra lateral tungkai)
Pasien terbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (seperti pada pemeriksaan kernig). Tanda brudzinski II
positif atau negatif bila pada pemeriksaa terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral. (Harsono. 2007)

2) Pemeriksaan Penunjang Meningitis


a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, mengitis, dibagi menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis
purulenta.
1. Pada meningitis purulenta, diagnosa diperkuat dengan hasil positif pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil
biakan. Pada pemeriksaan diperoleh hasil cairan serebrospinal yang keruh karena mengandung pus (nanah) yang merupakan
campuran leukosit yang hidup dan mati, serta jaringan yang mati dan bakteri.
2. Pada meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein
yang meninggi.

3) Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, laju endap darah (LED), kadar glukosa ,kadar ureum,elektrolit, dan
kultur.
a) Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b) Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada meningitis tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.

4) Pemeriksaan radiologi
a) Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (pemeriksaan mastoid,sinus paranasal) dan foto dada.
b) Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila mungki dilakukan CT Scan.
(Harsono. 2007)

I. Penatalaksanaan Medis
Terapi Konservatif/Medikal
1) Terapi Antibiotik
Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan lumbal punksi guna pemberian antibiotika
disesuaikan dengan kuman penyebab. Berikut ini pilihan antibiotika atas dasar umur
Pemilihan antimikrobial pada meningitis otogenik tergantung pada pemilihan antibiotika yang dapat menembus sawar darah otak,
bakteri penyebab serta perubahan dari sumber dasar infeksi. Bakteriologikal dan respon gejala klinis kemungkinan akan menjadi lambat,
dan pengobatan akan dilanjutkan paling sedikit 14 hari setelah hasil kultur CSF akan menjadi negatif.
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat
bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi:
Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar
pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume cairan intravena
2) Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri, mengurangi tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian
steroid dapat menurunkan penetrasi antibiotika kedalam abses dan dapat memperlambat pengkapsulan abses, oleh karena itu penggunaan
secara rutin tidak dianjurkan. Oleh karena itu kortikosteroid sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan mengurangi efek masa atau edema
pada herniasi yang mengancam dan menimbukan defisit neurologik fokal. Label et al (1988) melakukan penelitian pada 200 bayi dan anak
yang menderita meningitis bakterial karena H.Influenzae dan mendapat terapi deksamehtason 0,15 Mg/kgBB/x tiap enam jam selama 4hari,
20 menit sebelum pemberian antibiotika. Ternyata pada pemeriksaan 24jam kemudian didapatkan penurunan tekanan CSF, peningkatan
kadar glukosa CSF dan penurunan kadar protein CSF. Yang mengesankan dari penelitian ini bahwa gejala sisa berupa gangguan
pendengaran pada kelompok yang mendapatkan deksamethason adalah lebih rendah dibandingkan kontrol. Tunkel dan Scheld (1995),
menganjurkan pemberian deksamethason hanya pda penderita dengan resiko tinggi, atau pada penderita dengan status mental sangat
terganggu, edema otak atau tekanan intrakranial tinggi. Hal ini mengingat efek samping penggunaan deksamethason yang cukup banyak
seperti perdarahan traktus gastrointestinal, penurunan fungsi imun selular sehingga menjadi peka terhadap patogen lain dan mengurangi
penetrasi antibiotika kedalam CSF.

3) Terapi Operatif
Penanganan vokal infeksi dengan tindakan operatif mastoidektomi. Pendekatan mastoidektomi harus dapat menjamin eradekasi seluruh
jaringan patologik dimastoid. Maka sering diperlukan mastoidektomi radikal. Tujuan operasi ini adalah untuk memaparkan dan
mengeksplorasi seluruh jalan yang mungkin digunakan oleh invasi bakteti.
Selain itu juga dapat dilakukan tindakan trombektomi, jugular vein ligation,perisinual dan cerebellar abcess drainage yang diikuti
antibiotika broad spectrum dan obat-obatan yang mengurangi edema otak yang tentunya akan memeberikan outcome yang baik pada
penderita komplikasi intrakranial dari otitis media. (Majalah Kedokteran Nusantara Vol.3.2006)

J. Asuhan Keperawatan (Teoritis) Pengkajian-Evaluasi


A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala
2. Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang
gerak dan menagis lemah
3. Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah
terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus,
tanda kernig dan Brudzinsky positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
4. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis
dangan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Lumbal Pungsi:
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein, cairan serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan
adanya peningkatan TIK.
2. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif
terhadap beberapa jenis bakteri.
3. Glukosa & dan LDH : meningkat.
4. LED/ESRD: meningkat.
5. CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.
6. Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
7. Kultur Darah dan Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan

C. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan :
- Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil

- Tanda-tanda vital dalam batas normal


- Rasa sakit kepala berkurang
- Kesadaran meningkat
- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.

INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan Perubahan pada tekanan intakranial akan
posisi tidur terlentang tanpa dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya
bantal herniasi otak
Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
neurologis dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital Pada keadaan normal autoregulasi
seperti TD, Nadi, Suhu, mempertahankan keadaan tekanan darah
Resoirasi dan hati-hati pada sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan
hipertensi sistolik autoreguler akan menyebabkan kerusakan
vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik
dan diiukuti oleh penurunan tekanan
diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan
IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak sadar,
nausea yang menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
muntah, batuk. Anjurkan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan
pasien untuk mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi
napas apabila bergerak atau dapat melindungi diri dari efek valsava
berbalik di tempat tidur.
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler
dengan perhatian ketat. dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan
cairan dapat menurunkan edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai
pemberian oksigen dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
dapat menyebabkan terjadinya iskhemik
serebral
Berikan terapi sesuai advis
dokter seperti: Steroid, Terapi yang diberikan dapat menurunkan
Aminofel, Antibiotika. permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan
kejang.
2. Nyeri sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
Tujuan:
- Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria hasil:
- Pasien dapat tidur dengan tenang
- Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri
Pantau berat ringan nyeri yang Mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan dengan menggunakan dirasakansehingga memudahkan
skala nyeri pemberian intervensi
Pantau saat muncul awitan nyeri Menghindari pencetus nyeri merupakan
salah satu metode distraksi yang efektif

Usahakan membuat lingkungan Menurukan reaksi terhadap rangsangan


yang aman dan tenang ekternal atau kesensitifan terhadap
cahaya dan menganjurkan pasien untuk
beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi
dan kain dingin pada mata pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
pasif sesuai kondisi dengan tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /
lembut dan hati-hati disconfort
Kolaborasi
Berikan obat analgesic Mungkin diperlukan untuk menurunkan
rasa sakit. Catatan: Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada
status neurologis sehingga sukar untuk
dikaji.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan:
- Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal.
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C

INTERVENSI RASIONALISASI
Ukur suhu badan anak setiap 4 jam suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses
penyakit infeksius
Pantau suhu lingkungan Untuk mempertahankan suhu badan
mendekati normal
Berikan kompres hangat Untuk mengurangi demam dengan
proses konduksi
Berikan selimut pendingin Untuk mengurangi demam lebih dari
39,5 0C
Kolaborasi dengan tim medis : Untuk mengurangi demam dengan
pemberian antipiretik aksi sentralnya di hipotalamus

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan literature).

E. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan
dengan pedoman pembuatan SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.
Daftar Pustaka

Dochterman,Joanne McCloskey.,dkk.2004.Nursing Interventions Classification


(NIC).United States of America:Mosby

Harsono.(2007).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.


Herdman,T.Teather.2012.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC

Lippincott Williams & Wilkins.2012. Pediatric Infection Disease Journal.USA


Moorhead,Sue.dkk.2004.Nurshing Outcomes Classificatioon (NOC).United States of
America:Mosby

Majalah Kedokteran Nusantara vol.3.2006.Diagnosis dan penatalaksanaan Meningitis


Otogenik.

News Medical Life Sciences & Medicine.diakses dari


:http://www.news-medical.net/health/Meningitis-Causes-%28Indonesian%29.aspx.
tanggal 25 November 2015

Anda mungkin juga menyukai