Anda di halaman 1dari 24

A.

Definisi Meningitis

Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai

lapisan piamater dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk

cairan serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada meningens,

yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat

disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang

menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak

(Wordpress, 2009).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meningens, biasanya

ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme yaitu pneumococcus,

Meningococcus, Stafilococcus, Streptococcus, Haemophilus

influenzae dan bahan aseptis (virus) (Long Barbara C, 1996). Efek

peradangan dapat mengenai jaringan otak yang disebut dengan

meningoensefalitis (Wordpress, 2009).

B. Etiologi

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi

kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi

seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang

belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh

virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :

meningitis purulenta dan meningitis serosa.macam-macam penyebab

meningitis:

1
1) Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae

(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus

haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,

Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

2) lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

3) Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering

dibandingkan dengan wanita.

4) Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada

minggu terakhir kehamilan.

5) Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi

imunoglobulin.

6) Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang

berhubungan dengan sistem persarafan.

C. Patologi Meningitis

Leptomeningitis, atau meningitis,seperti yang lebih sering

disebut, mengacu pada peradangan leptomeningen dan ruang

subarachnoid. Sebagian besar kasus terjadi akibat infeksi, meskipun

zat kimia tertentu yang dimasukan kedalam ruang subarachnoid juga

dapat menyebabkan meningitis. Meningitis infeksius dapat dibagi

menjadi meningitis purulen akut, biasanya disebabkan oleh bakteri;

meningitis limfositik akut, biasanya oleh virus; dan meningitis kronis,

yang mungkin disebabkan oleh sejumlah agen infeksius yang berbeda-

beda.

2
Leptominingitis akut (purulen) merupakan penyebab penting

morbiditas dan mortalitas pada semua usia. Hampir semua kasus

disebabkan oleh bakteri, yang umumnya mencapai SSP melalui aliran

darah setelah mengoloni nasofaring. Meskipun identifikasi organisme

spesifik penyebab infeksi sangat penting dalam merencanakan terapi,

usia pasien dan gambaran klinis lain dapat memberikan petunjuk

penting untuk memberikan terapi empiris.

 Sebagian besar kasus meningitis pada periode neonates disebabkan

oleh flora dalam saluran genitalia ibu. Streptococcus grup B

berkapsul dan Escherichia coli, khususnya merupakan pathogen

yang sangat penting bagi kelompok usia ini.

 Pada anak berusia 6 bulan atau lebih, Haemophilus influenza

dahulu merupakan penyebab sebagian besar kasus meningitis akut;

frekuensinya telah jauh menurun selama tahun-tahun terakhir

berkat diperkenalkannya vaksin yang efektif. Streptococcus

pneumoneae saat ini merupakan penyebab tersering meningitis

akut pada anak berusia muda.

 Neisseria meningitides merupakan penyebab tersering epidemi

leptomeningitis akut dan meningitis akut pada anak yang lebih tua,

remaja, dan dewasa muda.

 Pada orang dewasa yang lebih tua, sebagian besarb kasus

meningitis akut disebabkan oleh espneumoneae dan berbagai basil

gram-negatif.

3
 Listeria monocytegenes merupakan penyebab penting

leptomeningitis akut pada usia lanjut, pasien dengan gangguan

kekebalan tertentu, dan neonates.

 Staphylococcus aureus dan batang gram-negatif merupakan

patogen yang sering ditemukan pada pasien yang menderita

meningitis setelah pemasangan pirau secara bedah untuk

mengalirkan CSS dari ventrikel cerebrum kedalam rongga

peritoneum pada pengobatan hydrosefalus

Meningitis limfositik (virus) akut sebagian besar

disebabkan oleh virus. Karena biakan rutin negative meningitis

virus juga disebut meningitis aseptic. Berbeda dengan meningitis

bakterialis, kebanyakan kasus meningitis virus bersifat swarsirna

dan pasien umumnya memiliki prognosis yang lebih baik.

Meningitis dapat terjadi dalam perjalanan setiap infeksi virus. Pada

beberapa kasus, meningitis virus berkaitan dengan infeksi pada

parenkim (ensefaliti), tetapi meningitis biasanya adalah manifestasi

satu-satunya infeksi SSP. Penyebab penting adalah echovirus,

coxsackievirus, virus gondongan dan virus imuno defisiensi

manusia (HIV).

Leptomeningitis kronis paling sering disebabkan oleh

bakteri dan jamur. Etiologi yang penting adalah mycobacterium

tuberculosis, sryptococcus neoformans, dan yang lebih jarang,

spesias brucella dan treponema palidiu. Meningitis criptococcus

4
merupakan penyebab penting leptomeningitis pada pasien dengan

sindrom imuno defisiensi didapat (AIDS).

D. Patofisiologi Meningitis

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit

diorgan atau jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri penyebar secara

hamatogen sampai keselaput otak, misalnya pada penyakit faringgitis,

tongsinlitis,peneumonia,bronchoveumonia dan endokarditis. Penyebaran

bakteri atau virus dapat pula secara perkonti nuitatum dari peradangan

organ atau jaringan yang ada didekat selaput otak, misalnya abses otak,

otitis media, mastoitditis,trombosis sinus karvernosus dan

sinusitis.penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan

fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam

ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid,

CSS( cairan serebrospinal) dan sistem ventrikulus.

E. Histopatology Meningitis

Otak rentan terhadap berbagai bentuk infeksi, yang dapat

bermanifestasi sebagai meningitis atau ensefalitis, atau lebih sering

sebagai bentuk campuran-meningoensefalitis. Meningitis dapat disebabkan

oleh virus atau bakteri dan jarang oleh patogen lain, misalnya riketsia,

parasit, dan jamur. Meningitis virus mencetuskan suatu reaksi limfositik,

sementara meningitis bakteri ditandai oleh eksudat leukosit

polimorfonuklear. Tuberkulosis meningen adalah suatu meningitis kronik

ditandai oleh pembentukan granuloma perkijuan di ruang subarachnoid.

5
Meningitis sifilis, yang khas untuk sifilis stadium 3, ditandai oleh sebuah

limfosit dan sel plasma. Sifilis menyebabkan fibrosis meningen,

menimbulkan penekanan terhadap akson saraf sensorik aferen tempat

saraf-saraf tersebut masuk kolumna spinalis posterior. Saraf-saraf tersebut

mengalami degenerasi Waleri, sehingga kolumna posterior korda spinalis

tampak mengalami demielinisasi dan tidak memiliki akson aferen traktus

spiniserebelaris. Pembuluh-pembuluh darah intraserebrum juga terkena

dan menimbulkan iskemia serebrum serta demensia khas untuk sifilis

tersier.

Komponen – komponen susunan saraf. Neuron memiliki sebuah

inti besar dengan nukleolus yang mencolok. Sitoplasma disekitar inti

(perikarion) mengandung retikulum endoplasma granular (substansi

Nissl), yang pada sediaan rutin yang diwarnai hematoksilin eosin tampak

basofilik. Dendrit dan akson yang keluar dari perikarion tidak terlihat pada

sediaan rutin tetapi dapat diperlihatkan dengan impregnasi perak. Astrosit

memiliki inti vesikular besar dan sitoplasma dengan jumlah sedang. Sel

oligodendroglia memiliki inti bulat dikelilingi oleh sitoplasma jernih

(gambaran seperti “telur ceplok”). Sel mikroglia memiliki inti kecil yang

memanjang dengan kromatin padat. Tonjolan sitoplasma sel-sel ini

membentuk neutrofil, tampak sebagai bahan eosinofilik. Tonjolan

sitoplasma sel glia dapat diperlihatkan dengan impregnasi perak. Sel

ependimal berbentuk kuboid dan membentuk suatu lapisan kontinyu.

6
F. Epidemiologi

Infeksi meningococcus dapat terjadi secara endemik maupun

epidemik. Secara klinis keduanya tidak dapat dibedakan, tetapi serogroup

dari strain yang terlibat berbeda. Kasus endemik pada negara-negara

berkembang disebabkan oleh strain serogroup B yang biasanya menyerang

usia dibawah 5 tahun, kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 6 bulan

dan 2 tahun. Kasus epidemik disebabkan oleh strain serogroup A dan C,

yang mempunyai kecendrungan untuk menyerang usia yang lebih tua.

Lebih dari setengah kasus meningococcus terjadi pada umur antara 1 dan

10 tahun. Penyakit ini relatif jarang didapatkan pada bayi usia ≤3 bulan.

Kurang dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari 45 tahun. Di AS dan

Finland, hamper 55% kasus pada usia dibawah 3 tahun selama keadaan

nonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada

pasien usia 5 sampai 9 tahun. Keadaan geografis dan populasi tertentu

merupakan predisposisi untuk terjadinya penyakit epidemik. Kelembaban

yang rendah dapat merubahbarier mukosa nasofaring, sehingga merupakan

predisposisi untuk terjadinya infeksi. Meningococcal epidemik di daerah

Sao Paulo dari 1971 sampai 1974 dimulai pada bulan Mei dan Juni, yang

merupakan peralihan dari musim hujan ke musim panas.

African outbreaks terjadi selama musim panas dari bulan

Desember hingga juni. Di daerah Sub-saharan Meningitis Belt (Upper

volta, Dahomey, Ghana dan Mali di barat, hingga Niger, Nigeria, Chad,

Sudan di timur) di mulai pada musism panas/winter dry season

(November-Desember),mencapai puncaknya pada akhir April-awal Mei,

7
saat angin gurun Harmattan berkepanjangan dan tingginya suhu udara

sepanjang hari; diakhiri secara mendadak dengan dimulainya musim

penghujan. Walaupun terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain

baru yang virulen mungkin merupakan penyebab epidemik, beberapa

faktor lain termasuk lingkungan yang padat penduduk, adanya kuman

saluran nafas pathogen lain, hygiene yang rendah dan lingkungan yang

buruk merupakan pencetus untuk terjadinya infeksi epidemik.

Infeksi N. meningitidis semata-mata hanya mengenai manusia.

Telah terbukti bahwa tidak didapatkan adanya host antara, reservoar atau

transmisi dari hewan ke manusia pada infeksi M. meningitidis.

Nasofarings merupakan reservoar alami bagi meningococcus, transmisi

dari kuman tersebut terjadi lewat saluran pernafasan (airbone droplets),

serta kontak seperti dalam keluarga atau situasi recruit training.

Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan

bahwa sebagian besar partikel dari droplet saluran nafas mengandung

meningococcus. Meningococcus bisa didapatkan pada kultur dari

nasofaring dari manusia sehat, keadaan ini disebut carrier. Hal tersebut

dapat meningeal tergantung kepada kemampuan dari kapsel polisakarida

untuk menghambat aktivitas sistim komplemen bakterisidal yang klasik

dan menginhibisi phagositosis neutrophil. Aktivasi dari sistim komplemen

merupakan hal yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan terhadap

infeksi N. meningitidis. Pasien dengan defisiensi dari komponen terminal

komponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9) merupakan resiko tinggi

untuk terinfeksi Neisseria (termasuk N. Meningitidis).

8
G. Faktor Resiko Meningitis

Faktor resiko orang-orang yang mudah terkena menengitis adalah :

 Faktor Usia

Kebanyakan meningitis disebabkan oleh virus dan bakteri

terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 thn namun, sejak pertengahan

tahun 1980-an, setelah adanya vaksin untuk anak, pasien miningitis

bergeser dari usia 15bln sampai 25thn.

 Faktor Tempat Tinggal

Orang yang berkumpul atau tinggal di perumahan pandat

penduduk Orang yang tinggal diperumahan yang padat penduduk,

siswa yang tinggal di asrama, personil di pangkalan militer atau

anak-anak Yang dititipkan di penitipan anak ( day care) akan

meningkatkan resiko meningitis. Hal ini dikarenakan penyebaran

penyakit menjadi lebih cepat bila sekelompok orang berkumpul.

 Ibu hamil

Pada wanita yang hamil, ada peningakatan kontraksi

listeriosis, yaitu infeksi yang di sebabkan oleh bakteri listeria, yang

juga dapat menyebabkan meningitis bila memiliki listeriosis bayi

yang belum melahirpun akan bereaiko terkena.

 Faktor Imunitas

1) Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah antara lain :

9
o Bayi yang lahir terang bulan ( prematur) dan berat kelahiran

rendah

o Bayi yang hanya di beri ASI sebentar atau sedikit

o Orang sering terpapang asap rokok

2) Orang yang sering mengalami infeksi virus di saluran pernapasan

o Pendrita penyakit kronis seperti kanker dan diabetes, penderita

HIV

o Pengguna obat immunosuppresan juga lebih rentan terhadap

meningitis

H. Manifestasi Klinis

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri dapat menjalar

ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku (kaku kuduk) yang

disebabkan oleh otot-ototekstensor tengkuk yang mengenjang. Bila hebat,

terjadi opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan

punggung dalam sikap hiperekstensi. Selain itu kesadaran dapat menurun.

Tanda kernig dan brudzinsky positif (Harsono, 2005).

Tanda dan gejala meningitis secara umum:

 Aktivitas/istirahat: malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan,

gerakan involunter, kelemahan dan hipotonia.

 Sirkulasi: riwayat endokarditis, abses otak, TD, nadi, tekanan nadi

berat, takikardi dan disritmia pada fase akut.

 Eliminasi : adanya inkontinensia atau retensi urin.

 Makanan/cairan: anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit

jelek, mukosa kering.

10
 Nyeri/kenyamanan : sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan

okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah,

mengaduh/mengeluh.

 Pernapasan : riwayat infeksi sinus atau paru, napas, letargi dan

gelisah.

 Keamanan : riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis,

abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial,

anemia sel sabit, imunisasi yangbaru berlangsung, campak, chiken

pox, herpes simpleks, demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan

sensasi.

I. Gejala Klinis Meningitis

Meningitis di tandai dengan adanya gejala seperti panas

mendadak,letargi,muntah dan kejang.diagnosis pasti di tegagakkan dengan

pemeriksaan cairan serebrospinal (CCS) melalui fungsi lumbal.

Meningitis karena virus di tandai dengan cairan serebrospinal yang

jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat.pada

umumnya ,meningitis yang di sebabkan oleh mumpsvirus di tandai dengan

gejala anoreksia dan malaise,kemudian di ikuti oleh pembesaran kelenjar

parotid sebelum invasi kuman kesusunan saraf pusat. Pada meningitis

yang disebabkan oleh echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,

muntah,sakit tenggorokan,nyeri otot,demam,dan di sertai dengan

timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di daerah

wajah,leher,dada,badan,dan ekstermitas. Gejala yang tampak pada

11
meningitis coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula

,tonsil,dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluha rasa sakit

kepala,muntah ,demam,kaku leher,dan nyeri leher.

Meningitis bakteri biasanya di dahului oleh gejala ganguan alat

pernafasan dan gastrointestinal.meningitis pada bakteri neonatus terjadi

secara akut dengan gejala panas tinggi ,mual,muntah,gangguan pernapasan

,kejang,nafsu makan berkurang ,dehidrasi dan konstipasi,biasanya selalu

di tandai dengan pontanella yang mencebung.kejang di alami lebih kurang

dari 44% anak dengan penyebab haemopehilus influenzae, 25% oelh

stretococcus pneumoniae, 21% oleh streptococcus, dan 10% oleh infeksi

miningococcus. Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan

gangguan sluran oernafasan bagian atas, penyakitjuga bersifat akut dengan

gejala panas tinggi, nyeri kepla hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri

punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.

Miningitis tuberkulosa terdiri dari tiga stadium , yaitu stadium 1 atau

stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak

seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak permulaan penyakit bersifat

subakut, serig tampak demam , muntah-muntah, nafsu makan berkurang ,

murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola

tidur terganggu, dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang

dewasa terdapat panas yang ilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang

nafsu makan,fotopobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisa.

Stadium II atau stadium transisi berlanggsung selama 1-3 minggu

dengan gejala penyakit yang lebih berat dimana pederita mengalami nyeri

12
kepala yang hebat dan kadang disertai kejag terutama pada bayi dan anak-

anak. Tanda tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat

menjadi kaku terdapat tanda tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun

menonjol dan muntah lebih hebat.

Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan

gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat

meninggal dunia dalam waktu 3minggu bila tidak mendapat pengobatan

sebagaimana mestinya.

J. Diagnosis Banding Meningitis

Beberapa penyakit yang memiliki gejala hamper mirip dengan meningitis

antara lain:

1) Abscess serebral

Merupakan radang suppurativa local pada jaringan otak dan penyebab

yang terbanyak dari abscess dilobus temporal. Mikroorganisma penyebab

bisa bakteri aerob dan anaerob. Streptococci, staphylococci, proteus,

E.coli, pseudomonas merupakan organism yang terbanyak. Abscess

serebral dapat terjadi oleh karena penyebaran bacterial piogenik secara

langsung akibat infeksi dari otitis media, mastoiditis ataupun sinus

paranasal. Gejala klinis dari abscess serebral : nyeri kepala yang

progressif, demam, muntah, papiledema, bradikardi, serta hemiparesis dan

homonymouse hemianopia.

Pada pemeriksaan laboraturium dan cairan serebrospinal biasanya tidak

memberikan hasil yang spesifik. Pada pemeriksaan CT scan tanpa contrast

(non contrast computerize tormograpy NCCT), stadium serebritis pada

13
permulaannya nampa sebagai suatu area hipodens diwhite matter dengan

batas yang tidak jelas dan efek masa regional ataupun yang menyebar luas

yang mengambarkan konggesti vaskuler dan edema pada pemberian

contrast ( contrast Enhancement computerized termograpy/CECT).

Enhancement bisa dijumpai atau hanya sedikit. Dan pada perkembangan

proses inflamasi selanjutnya terjadi perlunakan otak (softening) dan

petechial hemorrhage, yang menggambarkan kerusakan sawar darah otak

progresif. Pada stadium ini, CECT menunjukan area bercorak yang tidak

teratur yang enhance, terutama digraymatter.

Dalam mengevaluasi serebritis tahap ini, pemeriksaan MRI lebih akurat

dari pada head CT scan. Oleh karena sensitivitasnya terhadap perubahan

kandungan air, MRI dapat mendeteksi perubahan infeksi pada fase

permulaan dengan cepat. T1-W1 menunjukan hipointensitas yang ringan

dan efek masa. Sering terlihat sulkus yang hilang. Pada T2-W1 nampak

hiperintensitas dari area inflamasi sentral dan edama sekelilingnya.

2) Empiema subdural

Empiema subdural biasanya merupakan komplikasi dari sinusitis

paranasalis dan dapat sangat mirip dengan absess serebri. Gejala klinis

ditandai dengan peninggian tekanan intracranial seperti sakit kepala,

muntah proyektil dan kejang. Gambaran MRI dan CT scan akan

membedakan kedua kondisi ini.

3) Lateral sinus thrombosis

14
Merupakan suatu thrombophlebitis dari lateral sinus dan merupakan

komplikasi intracranial dari otitis media yang sangat berbahaya. Gejala

klinis : demam yang intermitten meningkat secara irregular, kedinginan,

nyeri kepala, anemia, serta adanya tanda greisingger’s (adanya edema pada

daerah post auricular yang melalui vena emissarymastoid ). Pada

funduscopy terlihat adanya papil edema.

K. Diagnosis Meningitis

Anamnesis diarahkan pada riwayat kontak dengan penderita

tuberkulosis, keadaan sosio-ekonomi, imunisasi. Sementara itu gejala-

gejala yang khas untuk meningitis tuberkulosis ditandai oleh tekanan

intrakranial yang meningkat ; muntah proyektil, nyeri kepala yang hebat

dan progresif, penurunan kesadaran, dan pada bayi tampak fontanel yang

menonjol (Harsono, 2005).

Pungsi lumbal memperlihatkan cairan serebrospinal yang

jernih,kadang-kadang sedikit keruh atau ground glass appearance. Bila

cairan serebrospinal didiamkan maka akan terjadi pengendapan fibrin yang

halus seperti sarang laba-laba.Jumlah sel antara 10 – 500 /ml dan

kebanyakan limfosit. Kadang-kadang oleh reaksi tuberkulin yag hebat

terdapat peningkatan jumlah sel, lebih dari 1000/ml. Kadar glukosa

rendah, antara 20- 40 mg%, kadar klorida di bawah 600 mg %. Cairan

serebrospinal dan endapan sarang laba-laba dapat diperiksa untuk

15
pembiakan atau kultur menurut pengecatan Ziehl- Nielsen atau Tan Thiam

Hok (Harsono, 2005).

Tes tuberkulin terutama dilakukan pada bayi dan anak kecil.

Hasilnya sering kali negatif karena anergi, terutama pada stadium terminal.

Pemeriksaan lainnya meliputi foto thoraks dan kolumna vertebralis,

rekaman EEG, dan CT scan. Semuanya disesuaikan dengan temuan klinik

yang ada, atau didasarkan atas tujuan tertentu yang jelas arahnya

(Harsono, 2005).

L. Tatalaksana Meningitis

a. Farmakologis

1) Obat anti inflamasi :

(1) Meningitis tuberkulosa :

 Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500

gr selama 1 ½ tahun.

 Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1

tahun.

 Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 –

2 kali sehari, selama 3 bulan.

(2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

 Sefalosporin generasi ke 3

 ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali

sehari.

 Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

16
(3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :

 Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

 Sefalosforin generasi ke 3.

2) Pengobatan simtomatis :

(1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 –

0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.

(2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

(3) Turunkan panas :

 Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

 Kompres air PAM atau es.

3) Pengobatan suportif :

(1) Cairan intravena.

(2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.

b. Perawatan

1) Pada waktu kejang

(1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

(2) Hisap lender

(3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

(4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

2) Bila penderita tidak sadar lama.

(1) Beri makanan melalui sonda.

(2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi

penderita sesering mungkin.

(3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb

17
antibiotika.

3) Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi. Pada inkontinensia alvi

lakukan lavement.

4) Pemantauan ketat.

(1) Tekanan darah

(2) Respirasi

(3) Nadi

(4) Produksi air kemih

(5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

c. Penanganan Penyakit Fisoterapi Dan Rehabilitasi

Tanda klinis meliputi :

1) Panas

2) Kejang

3) Tanda rangsang meningeal

4) Penurunan kesadaran

M. Prognosis

18
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme

spesifik yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput

otak, jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik.

Penderita usia neonatus, anak-anakdan dewasa tua mempunyai prognosis

yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.34

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas

meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan

mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta

mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan

gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami

kematian.

Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada

umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian

meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita

mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu.

Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis

yang lebih ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral

memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh

dalam 1 – 2 minggu dan dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total

bisa terjadi.

19
N. Pencegahan Meningitis

a. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor

resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko

dengan melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi

meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin

yang dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type

b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal

polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine

(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib Conjugate

vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat

digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio

dan MMR.20 Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan

terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib

yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak

3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis

dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu

dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah

2 bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi.

Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian

kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup

serumah dengan penderita.

20
Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C,

W135 dan Y.35meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan

sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan

pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat

kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang),

ventilasi 10 – 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi

kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di

lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda

dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan

personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan

dan setelah dari toilet.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit

sejak awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan

awal dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder

dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi

dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta

keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.

Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan

pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium

yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru .

21
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap

anggota keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat

lainnya untuk menemukan penderita secara dini.10 Penderita juga

diberikan pengobatan dengan memberikan antibiotik yang sesuai

dengan jenis penyebab meningitis yaitu : 

1) Meningitis Purulenta

(1) Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim,

seftriakson.

(2) Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin,

seftriakson.

(3)Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan

seftriakson.

2) Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)

Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus

yang berat dapat ditambahkan etambutol atau streptomisin.

Kortikosteroid berupa prednison digunakan sebagai anti inflamasi

yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema

otak.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah

kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit

berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan

22
kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita

untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi- kondisi yang tidak

diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak

neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk

belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah

dan mengurangi cacat.

23
Daftar Pustaka

Anonim.2007.Apa itu meningitis. URL : http :/ / www . bluefame . com /

lofiversion / index-php/t47283.html

The new england journal of medicine . 12 : 355 URL:http: / / content . nejm .

org /cgi/reprint/355/13/e12.pdf

Harsono. 2003. Meningitis. Kapita selekta neurologi.2 URL:http : // www . unm .

edu.my/medic/meningitis/htm

Japardi, iskandar.2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library

URL:http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai