Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II

PERCOBAAN III

IODO- DAN IODIMETRI

OLEH:

NAMA : IDAWATI

NIM : 917312906201.003

ANGKATAN : 2017

KELOMPOK : 2 (DUA)

LABORATORIUM TERPADU

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

KENDARI

2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi iodometri dan iodimetri merupakan salah satu metode titrasi


yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak
digunakan dalam anilasa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan
dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana
pelaksanaanya praktis dan tidak banyak masalah dan mudah. Iodimetri
merupakan titrasi lansung dengan larutan baku iodium terhadap senyawa
dengan potensial reduksi lebih rendah, sedangkan iodometri merupakan
titrasi tidak langsung yang diterapkan terhadap senyawa yang mempunyai
potensial reduksi lebih tinggi.

Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat


oksidator berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat
oksidator ini direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam jumlah yang
setara dan ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku.
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-
zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu ( II) dan
sebagainya,sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengatahui mutu
dan kualitasnya.

Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada


reaksi redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis titrasi dengan
suatu indikator yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung
sifat analit sampel dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis.
Titik ekiuvalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari
oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Titrasi
iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu
oksidator sebagai larutan standar, larutan iodium dengan
jumlahkonsentrasi tertentu dan jumlah berlebih ditambhakan ke dalam
sampel, sehingga terjadi reaksi antara sampel dengan iodium.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum iodo dan iodmetri adalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana mengetahui kadar Cu dalam CuSo4 secara Iodimetri


2. Bagaimana mengetahui kadar vitamin C secara Iodometri

C. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktiukm iodometri dan iodimetri adalah sebagai


berikut :

1. Untuk mengetahui kadar Cu dalam CuSo4 secara Iodimetri


2. untuk mengetahui kadar vitamin C secara Iodometri

D. Manfaat Praktium

Manfaat dari praktiukm iodometri dan iodimetri adalah sebagai


berikut :

1. mahasiswa dapat menentukan kadar suatu senyawa dengan metode


titrasi iodometri dan iodimetri.
2. mahasiswa dapat menetapkan kadar tembaga dengan menggunakan
metode iodometri.
II. TINJAUN PUSTAKA

Iodimetri merupakan titrasi lansung dengan larutan baku iodium


terhadap senyawa dengan potensial reduksi lebih rendah, sedangkan
iodometri merupakan titrasi tidak langsung yang diterapkan terhadap
senyawa yang mempunyai potensial reduksi lebih tinggi. Iodium yag
dibebaskan dititrasi dengan larutan baku nutrium tiosulfat.

Dalam hal ini iodimetri dan iodometri dapat dilihat berdasarkan


perbedaanya, dimana iodometri merupakan suatu proses analistis yang
menjadi produksi titrasi langsung dengan iodine ( I3-). Dan iodine
bertindak sebagai agen pengoksidasi. Sedangakan iodometri adalah suatu
proses tak langsung dan melibatakan iod. Iod iodin berlebih ditambahkan
pada suatu agen pengoksidasi, membebaskan iodine, yang kemudian
dititrasi dengan natrium tiosulfat. Karena itu iodin adalah sebuah agen
pengoksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium pemanganat, senyawa
serium (IV), kalium kalium dikromat. Dipihak lain ion iodide adalah agen
peruduksi yang termasuk kuat , lebih kuat, sebagai contoh, dari pada ion
Fe (II), dalam proses-proses analitis, iodin dipergunakan sebagai sebuah
agen pengoksidasi (iodimetri), dan ion iodida dipergunakan sebagai
sebuah agen peruduksi (iodometri).

Istilaah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana


terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk
setiap penurunan bilagan oksidasi. Bererti proses oksidasi disertai
hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh electron. Oksidator
adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurun
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung
mengalami kenaikan bilangan oksidasi (Khopkar,2003).

Proses –proses iodimetri langsung, dimana subtansi-subtansi yang


cukup kuat sebagai unsusr-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan
iodin adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah ( II)
dan ferosianida. Kekuatan reduksi yang dimiliki oleh beberapa dari
subtansi ini tergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan
iondin baru dapat dianalisis secra kuantitatif hanya bila kita melakukan
penyusaian pH. Larutan iodin hanya laut sedikit dalam air (0,00134
mol/liter pada 25o) namun cukup banyak larut dalam larutan-larutan yang
mengandung iodida. Iodin membentuk kompleks tiiodida dengan iodida

I2(aq) + I– I3–

Dengan konstanta keseimbangan sekitar 710 pada 25oC. Suatu


kelebihan kalium iodida ditambahkan untuk emeningkatkan kelarutan dan
untuk menuurunkan keatsiran iodin. Biasanya sekitar 3 sampai 4% berat
KI ditambahkan kedalam larutan 0,1 N dan botol yang mengandung
larutan ini disumbat dengan baik. Larutan-larutan iodin standar dapat
dbuat melalui penimbangan langsung iodin murni dan engenceran dalam
sebuah labu volumetrik. Odin akan dimurnikan oleh sublimasi dan
ditambahakan kedalam sebuah larutan KI yang konsentrasi, yang
ditimbang secara akurat sebelum dan sesudah penimbangan iodin.

Iodimetri adalah adalah metode titrasi atau volumetri yang pada


penentuannya berdasarkan pada jumlah iodium (I2) yang bereaksi dengan
sampel (asam askorbat) atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel
dengan ion iodide. Titrasi Iodimetri merupakan contoh analisis volumetri,
yaitu, suatu cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut
titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Larutan
titran menggunakan Iodin (I2) sehingga reaksi kimia pada proses titrasi
iodimetry adalah sebagai berikut

Vitamin merupakan suatu molekul or- ganik yang sangat


diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang
normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam
jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan
yang dikonsumsi (Winarno, 2004). Vitamin C adalah vitamin yang paling
tidak stabil dari semua vitamin dan mudah ru- sak selama pemrosesan dan
penyimpanan. Laju perusakan meningkat karena kerja logam, terutama
tembaga dan besi, dan juga oleh kerja enzim. Pemanasan yang terlalu lama
dengan adanya oksigen dan paparan cahaya juga dapat merusak vitamin C
(deMan, 1997).

Vitamin C sangat penting bagi tubuh karena mempunyai banyak


manfaat yang ba- gus untuk kesehatan, yaitu untuk mencegah kanker,
membantu penyerapan zat besi, mem- pertajam kesadaran, mencegah flu,
mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan luka, anti- oksidan, agen
pencegah sariawan, dan lain- lain (Rini, 2010).

Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar vitamin C pada


suatu bahan pangan. Diantaranya adalah metode titrasi, metode
spektrofotometri, metode titrasi iodium dan metode DPPH. Dari uraian-
uraian di atas, maka ulasan artikel dilakukan untuk membahas metode –
metode yang yang digunakan untuk menganalisis kadar vitamin C dalam
suatu sampel. Analisis kualitatif Analisis kualitatif dari vitamin C dapat
dilakukan dengan menggunakan pereaksi benedict. Cara kerja dari metode
ini yaitu: Ekstrak buah dan filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi
menggunakan pipet sebanyak 5 tetes. Kemudian ditambah 15 tetes
pereaksi benedict dan dipanaskan di atas api kecil sampai mendidih selama
2 menit. Adanya perubahan warna hijau kekuningan menandakan adanya
vitamin C pada sampel (Fadriyanti,2015).

Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif dari vitamin C dapat


dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya:

Titrasi Asam-Basa Titrasi Asam Basa merupakan contoh analisis


volumetri, yaitu, suatu cara atau metode , yang menggunakan larutan yang
disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Bila
larutan yang diuji bersifat basa maka titran harus bersifat asam dan
sebaliknya. Untuk menghitungnya kadar vitamin C dari metode ini adalah
dengan mol NaOH = mol asam Askorbat (Sastrohamidjojo, 2005).

Metode Spektrofotometri Berbagai macam analisis dilakukan


untuk mengetahui kadar vitamin C. Penelitian dengan menggunakan
metode spektrofotometri dilakukan pada tahun 1966 sampai dengan tahun
1967 (Helrich, 1990). Spektrofotometri ultra violet adalah bagian dari
teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi
elektromagnetik) ultraviolet dekat (190- 380 nm) dan sinar tampak (380-
780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometer
UV adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi
dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer terdiri dari alat spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu manakala fotometer pula adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan. Spektrofotometer
pula digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, diemisikan atau direfleksikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang (Skoog, 1996).
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar
tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk
mengukur perbedaan absorbsi diantara blanko dengan cuplikan ataupun
pembanding. Penggunaan spektrofotometri UV melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
penggunaan spektrofotometri UV lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. (Dachriyanus, 2004).

Cara menentukan kadar vitamin C adalah dengan menimbang 2 g


sampel vitamin C yang telah dihaluskan. Larutkan sampel tersebut dalam
50 mL aquadest kemudian menanda batas larutan dalam labu takar 250mL.
Setelah itu larutan diencerkan hingga 200 kali, kemudian absorbansi
diukur pada panjang gelombang maksimum (David, 2015).

Metode DPPH Metode DPPH merupakan metode in vitro yang


memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal
stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517nm
dengan warna violet gelap. Penangkap radikal bebas menyebabkan
elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan
warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil (Sunarni,
dkk.,2007).

Metode ini sering dipilih sebagai metode pengujian aktivitas


antioksidan karena sederhana, mudah, cepat, peka dan memerlukan sedikit
sampel. Metode ini hanya membutuhkan senyawa DPPH yang bersifat
stabil dan senyawa pembandingan seperti vitamin A, vitamin C dan
vitamin E. Selain itu, metode ini tidak memerlukan substrat karena radikal
bebas sudah tersedia secara langsung untuk menggati substrat (Packer,
2002).

Hasil dapat diamati dengan perubahan larutan dari ungu menjadi


kuning. Perubahan warna menunjukkan bahwa DPPH telah tereduksi oleh
proses donasi hydrogen atau electron dari senyawa antioksidan sehingga
warnanya berubah dari violet ke kuning dan DPPH tidak memberikan
serapan pada panjang gelombang 517 nm ( Yamaguchi, 1998).

Metode Titrasi Iodium Titrasi lain yang dapat dilakukan adalah


titrasi Iodium. Metode ini juga paling banyak digunakan, karena murah,
sederhana, dan tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih.
Titrasi ini memakai Iodium sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin
C dan memakai amilum sebagai indikatornya. (Wijanarko, 2002).

Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada


titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak
langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994).

Prosedur penetapan kadar vitamin C secara iodimetri: Sekitar


400mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran
yang terdiri atas 100mL air bebas oksigen dan 25mL asam sulfat encer.
Larutan dititrasi dengan iodium 0.1N menggunakan indikator kanji sampai
terbentuk warna biru. Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan
proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk
sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan
standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang
lama (Day & Underwood, 1981) Tembaga murni dapat digunakan sebagai
standar primer untuk natrium thiosulfat dan dianjurkan apabila thiosulfat
harus digunakan untuk penentuan tembaga. (Day & Underwood, 1981).

Metode iodometrik menggunakan dua jenis indikator, yaitu kanji


dan Iodin yang dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri.
Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intensitas untuk zat-
zat pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan
larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari
kompleks iodin–kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk
iodine. Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksida yang
kuat dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan
mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksida yang
membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat
biasanya digunakan sebagai titrannya. Titrasi Iodium juga adalah salah
satu metode analisis yang dapat digunakan dalam menghitung kadar
Vitamin C. Dimana, suatu larutan vitamin C (asam askorbat) sebagai
reduktor dioksidasi oleh Iodium, sesudah vitamin C dalam sampel habis
teroksidasi, kelebihan Iodium akan segera terdeteksi oleh kelebihan
amilum yang dalam suasana basa berwarna biru muda. Kadar vitamin C
dapat diketahui dengan perhitungan 1ml 0,01 N larutan Iodium = 0,88 mg
asam askorbat. Kekurangan dari metode ini yaitu ketidak akuratan nilai
yang diperoleh karena vitamin C dapat dipengaruhi oleh zat lain
(Wijanarko, 2002).

Fungsi penambahan padatan kalium iodida ini untuk memperbesar


kelarutan iodium yang sukar larut dalam air dan kalium iodida ini untuk
mereduksi analit sehingga bisa dijadikan standarisasi. Kemudian
ditambahkan larutan asam klorida pekat karena titrasi ini dilakukan
disuasana asam (pH < 8,0) disebabkan karena larutan yang terdiri dari
kalium dikromat dan kalium iodida berada dalam kondisi netral atau
memiliki keasaman rendah, pada reaksi redoks anatara kalium dikromat
dan kalium iodida dibutuhkan 14H+, dengan reaksi.

KI berlebih juga ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dan


mengurangi penguapan iodium. Hal ini dikarenakan titik penguapan I2
lebih kecil dibandingkan dengan KI maupun senyawa kompleks lain iodin.
Analisis kuantitatif dengan metode titrasi iodometri klorin akan
mengoksidasi iodide untuk menghasilkan iodium.
Cl2 + 2I- 2Cl- + I2

Kemudian iodium yang dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan


larutan baku natrium tiosulfat menurut reaksi :

2S2O32- + I2 S2O62- + 2I
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum penetapan kadar Iodo-Iodimetri dilaksanakan pada hari


minggu 1 september2019, Pukul 8:00- Selesai WITA, bertempat di
Laboratorium Terpadu Fakultas Sains dan Teknologi dan Kesehatan
avicenna.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar Iodo-


Iodimetri dapat dilihat pada table 1.

No. Nama alat Kegunaan


1. Labu takar 100 ml Digunakan untuk menyiapkan volume
larutan yang akurat
2. Erlenmeyer Untuk menampung larutan kimia
3. Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan
4. Buret
5. Pipet volum Untuk mengukur volume larutan
6. Filler
8. Gelas kimia Untuk menampung bahan atau larutan
kimia
9. Timbanagan Untuk menimbang zat-zat kimia, biasanya
analitik padatan atu serbuk
10. Batang pengaduk
11. Spatula Untuk mengaduk larutan kimia didlam
gelas dan untuk mengambil sampel atau
bahan kimia
11. Kertas label Untuk menandai sampel atau larutan
12. Kertas perkamen Untuk meletakan bahan berupa serbuk atu
padatan untuk ditimbang
13. Alumunium foil Untuk menutu larutan darikontaminasi zat
lain
14. Tisu Untuk membersihkan alat dari kontaminasi
zat lain

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Iodo-iodimetri dapat


dilihat pada Tabal 2.

No. Nama bahan Kegunaan


1. Kalium iodida Sebagai pereaksi
2. Iodium Sebagai pereaksi
3. Aquadest Sebagai pelarut

4. No2So4. 10 H2o Sebagai pereaksi


5. Tembaga sukfat Sebagai sampel
6. Vitamin C Antiskorbut
7. H2SO4 Sebagai pereaksi

3. Uraian Bahan
a. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Kelarutan : Larut dalam etanol gliser

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

b. Iodium ( Farmakope Indonesia edisi III, hal : 684


Nama Resmi : IODIUM
Nama Lain : Iodium
RM / BM : I / 126,91
Pemerian : Keping atau butir, mengilat seperti logam
hitam kelabu, bau khas
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 3500 bagian air
dalam 13 bagian etanol (95%), dalam
kurang lebih 80 bagian gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
c. Asam Sulfat ( Farmakope Indonesia Edisi III, hal 58)
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam sulfat
RM /BM : H2SO4 / 98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna, jika ditambahka dalam air
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : sebagai pereaksi.
d. Kalium Iodida ( Farmakope edisi 1V hal,: 478)
Nama Resmi : KALII IODIDUM
Nama Lain : Kalium Iodida
RM/ BM : KI / 166,00
Pemerian : Habalur heksahedral, transparan atau tidak
berwarna, atau agak buram dan putih, atau
serbuk granul putih.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih
dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

e. Tembaga Sulfat ( Farmakope Indonesia Edisi III, hal : 412)


Nama Resmi : TEMBAGA (II) SULFAT
Nama Lain : Tembaga sulfat
RM / BM : CuSO4 / 159,60
Pemerian : Serbuk putih atau keabuan, bebas dari
Sedikit warna biru.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel.
f. Asam Askorbat ( Farmakope Indonesia Edisi III )
Nama Resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Nama lain : Vitamin C
RM / BM : C6H8O6/ 176,13
Pemerian : Serbuk atau hablur atau agak kekuningan
tidak berbau, rasa garam
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol (95)%, praktis dalam eter p
dan dalam benzen P.
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik,
terlindung dari cahaya
Kegunaan : Antiskorbut
C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Iodo-Iodimetri


yaitu :

a. Pembuatan larutan baku Iodium

1,8 gram KI

- ditimbang 1,280 ml iodium


- dimasukan dalam labu takar 100 ml
- ditambahkan H2O (aquadest) sedikit demi
sedikit
- dikocok
- didiamkan
- dihomogenkan

Larutan baku iodium 0,1 N

b. Larutan baku Nutrium Tiosulfat 0,1 N


Na2S2O3. SH2O

- dilarutkan menggunakan H2O ( aquadest)


- dimasukan kedalam labu takar 100 ml
- dihomogenkan

Larutan baku Nutrium Tiosulfat 0,1 N

c. penetapan kadar CuSO4 ( Iodometri )


2 gram CuSO4. SH2O

- dilarutkan menggunkan H2O ( aquadest )


- Dimasukan kedalam labu takar
- dihomogenkan

Larutan CuSO4. SH2O

- dipipet 25 ml
- ditambahkan 0,2 ml Asam Asetat/ 1,5 ml KI =
10,5 ml
- dimasukan kedalam Erlenmeyer
- dititrasi menggunkan larutan baku Natrium 0,1

Hasil pengamatan

d. Penetepan kadar vitamin C


2 gram vitamin C

- dimasukan kedalam erlenmeyer


- ditambahkan 100 ml aquadest
- ditambahkan 25 ml H2SO4

Larutan Vitamin C

- dititrasi menggunakan larutan iodium 0,1 N

Hasil pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1. Data Pengamatan

Data pengamatan pada praktikum Iodo-iodimetri dapat dilihat pada


Tabel 3.

a. Penetapan larutan baku

No. Perlakuan Gambar Hasil pengamatan


1 Penetapan larutan baku Berubah menjadi
warna merah pekat
iodium 0,1 N
1,8 Kl + 1,280 ml
iodium + 100 ml
aquadet

2. Penetapan larutan baku Menghasilkan warna


bening
Natrium tio sulfat 0,1 N
+ 100 ml aquadest
b. Penetapan kadar CuSO4

No Perlakuan Gambar Hasil pengamatan


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
perlakuan perlakuan
1. 2,5 m CuSO4 Coklat Kuning pucat
+ 0,2 ml asam kekuningan Vakhir = 34 ml
asetat + Vawal titran
larutan baku =50 ml
Natrium 0,1 N
(titrasi)

c. Penetuan kadar vitamin C

No Perlakuan Gambar Hasil pengamatan


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
perlakuan perlakuan
1. 125 ml Putih Putih
vitamin C bening keruh dan
+ larutan Vawal titran tidak
baku =50 ml terjadi
iodium perubahan
(titran ) warna
B. Pembahasan

Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara


yaitu titrasi langsung iodimetri dan tidak langsung iodometri. Dimana
iodium merupakan oksidator yang relative kuat dengan nilai potensial
oksidasi sebesar +0,535 V.

Iodimetri merupakan titrasi lansung dengan larutan baku iodium


terhadap senyawa dengan potensial reduksi lebih rendah, sedangkan
iodometri merupakan titrasi tidak langsung yang diterapkan terhadap
senyawa yang mempunyai potensial reduksi lebih tinggi. Iodium yag
dibebaskan dititrasi dengan larutan baku nutrium tiosulfat.

Dalam hal ini iodimetri dan iodometri dapat dilihat berdasarkan


perbedaanya, dimana iodometri merupakan suatu proses analistis yang
menjadi produksi titrasi langsung dengan iodine ( I3-). Dan iodine
bertindak sebagai agen pengoksidasi. Sedangakan iodometri adalah suatu
proses tak langsung dan melibatakan iod. Iod iodin berlebih ditambahkan
pada suatu agen pengoksidasi, membebaskan iodine, yang kemudian
dititrasi dengan natrium tiosulfat. Karena itu iodin adalah sebuah agen
pengoksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium pemanganat, senyawa
serium (IV), kalium kalium dikromat. Dipihak lain ion iodide adalah agen
peruduksi yang termasuk kuat , lebih kuat, sebagai contoh, dari pada ion
Fe (II), dalam proses-proses analitis, iodine dipergunakan sebagai sebuah
agen pengoksidasi (iodimetri), dan ion iodida dipergunakan sebagai
sebuah agen peruduksi (iodometri).

Dalam percobaan ini dilakukan identifikasi penetapan kadar larutan


baku, penetapan kadar CuSO4, serta penetapan kadar Vitamin C. dimana
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest, natrium
tiosulfat, KI, asam asetat, dan larutan baku nutrium 0,1 N.
Dalam percobaan titrasi kali ini, digunakan titrasi tidak langsung
dan langsung, dimana penambahan indicator pada akhir titrasi. Pada
penetapan larutan baku iodium 0,1 N yang ditambahkan 1,8 KI
ditambahkan iodium sebanyak 1,280 ml kemudian ditambahkan 100 ml
aquadest didapatkan hasil perubahan warna menjadi warna merah pekat,
sedangkan pada natrium tio sulfat 0,1 N ditambahkan 100 ml aquadest
tidak menghasilkan perubahan warna ( Bening). Pada pentapan kadar
CuSO4 dilakukan perlakuan CuSO4 sebanyak 2,5 ml ditambahkan 0,2 ml
asam asetat dan kemudian ditambahkan larutan baku natrium 0,1 N terjadi
perubahan warna setelah di titrasi dengan volume akhir 34 ml yaitu warna
kuning pucat, dimana volume awal pada saat titrasi adalah 50 ml yang
mengahasilkan warna coklat kekuningan sebelum perlakuan. Kemudia
penetapan kadar vitamin C dengan perlakuan 125 ml vitamin C yang
ditambahakan dengan larutan baku iodium didapatkan warna hasil titran
dengan volume awal 50 ml adalah putih bening, sedangkan pada saat
sesudah dititrasi tidak terjadi perubahan warna ( putih bening) pada
perlakuan tersebut. Dari percobaan yang telah dilakukan, perbandingan
antrara CuSO4 dengan vitamin C jauh berbeda dengan hasil yang
didapatkan dimana Vitamin C tidak sesuai literatur dengan kadar kurang
dari 99%.
V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan diatas dapat


disimpulkan bahwa:

1. Kadar iodium + KI 1,8 ml dan penambahan aquadest 100 ml terjdi


perubahan warna merah pekat, sedangkan untuk natrirum tio sulfat 0,1
N dengan penambahan 100 ml aquadest menghasilkan warna bening
2. Kadar CuSO4 + 0,2 ml asam asetat dan penambahan larutan baku
menghasilkan warna kuning pucat setelah dititrasi
3. Kdar vitamin C dengan penambahan larutan baku iodium tidak terjadi
perubahan warna sedikit pun.

B. Saran

Saran dari percobaan kali ini agar semua alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikim untuk dilengkapi sehingga praktikum dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi Azan., dkk..2019. Buku Penuntun Praktikum Kimia Analisis II. Institut
Teknologi dan Kesehatan Avicenna. Kendari

R. A. Day, A L Underwood.2002. Buku Analisis Kimia Kuantitatif/edisi keenam.:


Penerbit Erlangga; Jakarta 296: 297

Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R. 2007. Flavonoid Antioksidan Penangkap


Radikal dari Daun Kepel ( Stelechocarpus burahol (BI.) Hook f. & Th.),
M.F.I., 18 (3) : 111 - 116

Yamaguchi, T., Takamura, H., Matoba, T., Terao, J., 1998. HPLC Method for
Evaluation of the Free Radical- scavenging Activity of Food by Using 1,1
Diphenyl-2- picrylhydrazyl. Biosci. Biotechnol. Biochem., 62 (6), 1201-
1204.

Thuraida A, Haitami, Dairobi Akhmad,.2015. Pengaruh kalium Klorida (CaCl2)


dan Lama penyimpanan Terhadap Vitamin C Anggur (Vitisvinifera) ; 1
:61-71

Samsuar, Febri Mariana, Merida setyowati.2017. Analisis Kadar Klorin (Cl2)


Sebagai Pemutih Rumpu Laut (Euheuma Cottoni) yang Beredar
dilampung; Lampung 6:7

Ayssa Nurmastika, Danang Erwanto, Aulia D.R, Farrady A.F.2018. Rancangan


Bangun Alat Pengukur Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan Metode
Titrasi Iodimetri; Kediri: 7:147-157

Novalisha Techinamuti, Rimadani Pratiwi. Review: Metode Analisis Kadar


Vitamin C; Bandung 16 ;2 - 310-314

Anda mungkin juga menyukai