Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL TERHADAP EKSTRAK BAYAM


MERAH (Alternanthera amoena Voss) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

NAMA KELOMPOK :
AMILIA PRIMAWANTY KARIM (916312906201. 005)
FITRIANINGSIH (916321906201.007)
CICI ANGGRAINI (918311906201010)
SYAMSUDIN HARSIS (918312906201012)

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia, dan mempunyai
daya protektif terhadap pengaruh luar. kulit sangat mendukung penampilan
seseorang sehingga perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga kesehatannya. dengan
perawatan dan pemeliharaan, maka penampilan kulit akan terlihat sehat, terawat,
serta senantiasa memancarkan kesegaran.Proses perusakan kulit yang ditandai oleh
munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah lebih banyak disebabkan oleh
radikal bebas. selain tampak kusam dan bekerut, kulit menjadi tampak lebih cepat tua
dan muncul flek-flek hitam.
Salah satu penangkap efek buruk dari radikal bebas adalah senyawa antioksidan.
Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan elektron yang tidak lengkap
atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan kecendrungan kuat untuk
berpasangan. Secara normal radikal bebas dalam sistem biologi penting untuk
mempertahankan karena pengaruh atmosfer yang berisi oksigen sehingga
terbentuk radikal bebas molekul oksigen dan molekul aktif. Antioksidan adalah zat
yang dapat menetralisirkan radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak
berpasangan mendapatkan pasangan elektron sehingga tidak liar lagi.
Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) mengandung vitamin, protein,
karbohidrat, lemak, mineral, zat besi, magnesium, mangan, kalium, dan kalsium.
Vitamin yang terkandung dalam bayam merah adalah vitamin A, vitamin C, dan
vitamin E. kandungan vitamin C dan senyawa flavonoid pada bayam merah lebih
tinggi dibandingkan dengan bayam hijau. Adanya kandungan senyawa metabolit
sekunder pada bayam merah dapat dijadikan sebagaib sumber antioksidan yang dapat
menghambat radikal bebas.
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian
luar) atau gigi, dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. kosmetika wajah
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker.
bentuk sediaan masker yang banyak di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk,
sedangkan sediaan masker bentuk gel masih jarang dijumpai, padahal masker gel
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaannya yang mudah, serta
mudah dibilas dan dibersihkan.
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang terbuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Farisya Nurhaini (2014)
menyatakan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bayam hijau
menunjukkan nilai IC50 sebesar 174,68 µg/ml. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol
daun bayam merah segar dan rebus lebih kuat dibandingkan ekstrak etanol daun
bayam hijau. Hal ini dikarenakan kandungan vitamin C dan senyawa flavonoid pada
bayam merah lebih tinggi dibandingkan dengan bayam hijau. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi suatu tanaman dari bentuk morfologi dan fisiologi. Hal ini
mengakibatkan kandungan senyawa metabolit sekunder daun bayam merah yang
ditanam di wilayah yang berbeda dapat memiliki kandungan senyawa metabolit
sekunder yang berbeda.
Hasil uji ANAVA pada sampel segar daun bayam merah dan vitamin C produk
komersial menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan. Sehingga daun bayam
merah potensial sebagai sumber antiooksidan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa bayam merah mengandng
antioksidan. Maka peneliti ingin memformulasikan bayam merah dalam bentuk
sediaan Gel dan melakukan beberapa uji parameter yaitu uji homogenitas, uji pH, uji
daya sebar, uji organoleptis,uji waktu sediaan mengering dan uji iritasi dengan
konsentrasi blanko %, 1%, 3%, 5% dan kontrol positif (masker gel aloevera sebagai
pembanding).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu

Apakah Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) dapat diformulasikan dalam

bentuk masker gel.


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah ekstrak etanol Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) dapat

diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel ?

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi apakah Bayam merah (Alternanthera amoena Voss)

dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel.

1.5 Hipotesa

Formulasi sediaan masker gel dari Bayam merah (Alternanthera amoena Voss)

dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel.

1.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter


Ekstrak etanol Bayam Formulasi Sediaan Uji Homogenitas
merah (Alternanthera Masker Gel Ektrak (Ada tidaknya
amoena Voss) dengan Etanol Bayam merah partikel kasar)
konsentrasi - Uji pH (Keasaman
(Alternanthera amoena
0%,1%,3%,5% dan dan kebasaan)
kontrol positif (masker gel Voss) - Uji Daya sebar
aloevera) - Uji Organoleptis
(Warna, bau, tekstur)
- Uji daya kering
- Uji Iritasi (Iritasi
pada kulit, gatal dan
perkasaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)

Bayam merupakan tanaman annual (semusim) yang berasal dari Amerika


Tropis. Dalam perkembangannya di Amerika Latin, bayam dipromosikan
sebagai tanaman pangan sumber protein, terutama bagi negara-negara
berkembang. Sedangkan bayam sebagai sayuran hanya umum dikenal di Asia
Timur dan Asia Tenggara, sehingga disebut dalam bahasa Inggris sebagai
Chinese Amaranth. (Supriati Yati & Ersi Herliana. 2014)
Bayam adalah salah satu sayuran hijau yang paling bergizi. Bayam
bermanfaat mencegah berbagai penyakit karena melindungi dan memperkuat
tubuh melalui berbagai cara. (Anne Selby, 2005)
Bayam merupakan jenis sayuran yang sangat mudah tumbuh sehingga
siapapun dapat menanamnya. Bayam dapat tumbuh, baik didataran rendah
maupun didataran tinggi. Bayam merupakan tanaman perdu yang sangat
digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak, lunak, dan manfaatnya
yang banyak.` (Pracaya, 2016)
2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistematika) tumbuhan,

tanaman bayam merah termasuk ke dalam :

 Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

 Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

 Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

 Divisi : Magnoliophyta

 Kelas : Magnoliopsida

 Sub Kelas : Hamamelidae

 Ordo : Caryphyllales

 Famili : Amaranthaceae

 Genus : Amaranthus

 Spesies : Amaranthus tricolor L. (Saparinto, 2013).

2.1.2. Morfologi tumbuhan

sangat dibutuhkan bagi anak kecil, ataupun balita. Cara


menghidangkannya pun beraneka ragam, seperti disayur ataupun untuk
campuran bubur. Zat besi yang terkandung dalam bayam sangat dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh balita. Bayam digemari masyarakat
Indonesia karena enak, lunak, dan dapt memperlancar pencernaan. Total luas
panen bayam di Indonesia pada tahun 1994 mencapai 34.600 hektar atau
menempati urutan ke-11 dari 18 sayuran komersial yang dibudidayakan dan
dihasilkan di Indonesia. (Hadisoeganda, 1996). Produksi bayam semakin
meningkat dari tahun ke tahun karena kesadaran mayarakat akan pentingnya
mengkonsumsi sayuran semakin meningkat.
Bayam dapat menjadi sumber protein yang murah dan baik bagi
para penduduk di daerah tropis, sub tropis, dan iklim sedang.
Di Asia Timur dan Asia Tenggara, bayam sayur biasa disebut
Chinese amaranth. Ditingkat konsumen, dikenal dua macam bayam sayur,
yaitu bayam petik dan bayam cabut. Bayam petik berdaun lebar dan tumbuh
tegak dengan batang yang besar (hingga dua meter). Daun mudanya dimakan
untuk dilalap atau digoreng dengan dibaluri tepung. Daun bayam cabut
berukuran lebih kecil dan untuk waktu singkat (paling lama 25 hari), lebih
cocok untuk dibuat sup encer seperti sayur bayam dan sayur bobor
(Saparinto,2013).
Tanaman bayam merah memiliki ciri berdaun tunggal, ujungnya
meruncing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna putih kemerah-
merahan. Bunga bayam merah ukurannya kecil muncil dari ketiak daun dan
ujung batang pada rangkaian tandan. Buahnya tidak berdaging, tetapi bijinya
banyak, sangat kecil, bulat, dan mudah pecah. Tanaman ini memilki akar
tunggang dan berakar samping. Akar sampingnya kuat dan agak dalam.
Tanaman ini berbentuk perdu atau semak. Bayam merah memiliki banyak
manfaat karena mengandung vitam vitamin A dan C, sedikit vitamin B,
kalsium, fospor, dan besi (Sunarjono)
2.1.3. KandunganKimia

Menurut Dalimartha (2013) bayam memiliki kandungan protein,


vitamin A, vitamin E, vitamin C, dan garam-garam mineral yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh dan mengandung antosianin yang berguna dalam
menyembuhkan penyakit anemia. Antosianin adalah senyawa fenolik yang
masuk kelompok flavonoid dan berfungsi sebagai antioksidan. Bayam juga
terkenal dengan kandungan karotenoid yang merupakan zat aktif dan sayuran
sumber zat besi.
Menurut Damayanti (2013) Bayam merupakan sayuran dengan
kandungan nutrisi yang banyak didalamnya untuk perawatan kulit terutama
kandungan vitamin E dan flavonoid yang ada pada bayam, sehingga bayam
efektif berfungsi sebagai antioksidan yang melawan penuaan
2.2. Kulit

2.2.1. Pengertian Kulit

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia

yang terletak paling luar dan mempunyai permukaan yang paling luas.

Karena bagi an yang paling luar, kulit selalu dipandang yang pertama kali,

oleh karena itu kulit perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga (10).Warna

kulit bermacam-macam, misalnya warna terang (fairskin), pirang, kuning,

sawo matang dan hitam, merah muda, pada telapak kaki dan tangan, serta

kecokelatan pada genitalia eksterna organ dewasa. Demikian pula dalam

kelembutannya kulit bervariasi, tebal, tipis, dan elastisnya. Kulityang

elastik dan longgar terdapat pada kelopak mata, bibir, dan prepusium.

Kulit yang tebal terdapat pada telapak kaki. Kulit yang kasar terdapat pada

skrotum (kantong buah zakar) dan labia mayor (bibir kemaluan besar),

sedangkan kulit yang halus terdapat disekitar mata dan leher.

2.2.2. Anatomi Kulit

Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-

beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan

lapisan hypoderm is (subkutan).

1. Epidermis (kulit ari)

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan

memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 m untuk kulit tebal (kulit

pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 m untuk kulit tipis (kulit

selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).


Epidermis yang paling tipis yaitu dikelopak mata dan yang paling tebal

adalah pada bagian yang paling banyak digunakan (telapak kaki dan

tangan).

2. Dermis (kulit jangat)

Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang

bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm

di daerah punggung. Lapisan ini menjadi ujung saraf perasa.

Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat memungkinkan

membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf

perasa memiliki fungsi tertentu seperti saraf mendeteksi rasa sakit,

sentuhan, tekanan, panas dan dingin

3. Hipodermis

Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang

disebut jaringan hipodermis atau subkutan yang mengandung sel lemak

yang bervariasi. Lapisan subkutan adalah lapisan paling bawah pada

struktur kulit. Fungsi lapisan ini adalah membantu melindungi tubuh

dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Di lapisan ini

juga terdapat banyak sel liposit yang memproduksi jaringan lemak.

Lemak yang terdapat pada lapisan ini berfungsi sebagai stok energi

tubuh yang siap dibakar pada saat diperlukan. Lapisan lemak ini juga

membentuk postur tubuh dan memberikan kehangatan pada tubuh


Gambar 2.2 Struktur kulit

2.2.3. Fungsi kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan

dengan lingkungan. Adapun fungsi utama kulit adalah :

1. Sebagai Pelindung (proteksi)

Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-

jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari gangguan

pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari

kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit

tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil,

mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau

rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.

2. Sebagai Perabu atau Alat Komunikasi

Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsangan sensorik yang

berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan

getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf

sensasi.

Kulit merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu, dan tekanan

kulit dari jaringan subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf sensoris


ke medula spinalis dan Otak, juga rasa sentuhan yang disebabkan oleh

rangsangan pada ujung saraf didalam kulit berbeda-beda menurut

ujungsarafyangdirangsang.

3. Sebagai Alat Pengatur Panas (termoregulasi)

Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu

lingkungan. Suhu normal (sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera dan

otak ialah 36°C, suhu kulit sedikit lebih rendah. Ketika terjadi perubahan

pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian

seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah

satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan

hilang dengan penguapan keringat.

4. Sebagai Tempat Penyimpanan

Kulit bereaksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat

melepaskannya bilamana diperlukan. Kulit dan jaringan dibawahnya

bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa dibawah kulit

merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.

5. Sebagai Alat Absorbsi

Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam

lemak dapat diserap ke dalam kulit. Penyerapan terjadi melalui muara

kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit

(sebecea), merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran

darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.


Kulit juga dapat mengabsorbsi sinar Ultraviolet yang bereaksi atas

prekusor vitamin D yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

tulang.

6. Sebagai Ekskresi

Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar

keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa

garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air juga dikeluarkan melalui kulit

tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air

transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari. Zat

berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+, diekskresi melalui kulit. Produksi

kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH

5-6,5.

7. Penunjang Penampilan

Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak

halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi lain dari

kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit

memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.

2.3. Kosmetik

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,rambut,kuku,bibir,dan oran genital

bagian luar), atau gigi, dan membran mukosa mulut, terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan,dan/atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.


2.4. Masker gel

Masker merupakan sediaan topikal yang digunakan pada wajah untuk

mendapatkan efek mengencangkan dan membersihkan dari kotoran yang

menempel. Biasanya masker gel digunakan pada wajah dan leher dengan cara

mengoleskan dengan kuas, dibiarkan sampai mengering sehingga masker

mengeras dan terasa ketat dikulit. Setelah dibiarkan masker diangkat atau dilepas

(peel-off) (12).Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang terbuat

dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi

oleh suatu cairan (4).

2.5. Radikal Bebas dan Antioksidan

2.5.1. Radikal bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan elektron yang tidak

lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan kecendrungan

kuat untuk berpasangan. Radikal bebas memperoleh elektron dari atom lain.

Secara normal radikal bebas dalam sistem biologi penting untuk mempertahankan

karena pengaruh atmosfer yang berisi oksigen sehingga terbentuk radikal bebas

molekul oksigen dan molekul aktif.

2.5.2. Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisirkan radikal bebas sehingga

atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron

sehingga tidak liar lagi. Diketahui bahwa masuknya antioksidan berasal dari

makanan, seperti sayur mayur antara lain bayam,brokoli dan wortel dan

berbagai buah buahan antara lain, apel, pisang, jambu. selain itu rempah-rempah

antara lain adalah bawang.


Membantu mempetahankan keutuhan tubuh dari gangguan kesehatan,

baik yang berasal dari dalam maupun luar tubuh serta dapat menanggulangi

berbagai

2.4. Masker gel

Masker merupakan sediaan topikal yang digunakan pada wajah untuk

mendapatkan efek mengencangkan dan membersihkan dari kotoran yang

menempel. Biasanya masker gel digunakan pada wajah dan leher dengan cara

mengoleskan dengan kuas, dibiarkan sampai mengering sehingga masker

mengeras dan terasa ketat dikulit. Setelah dibiarkan masker diangkat atau dilepas

(peel-off).Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang terbuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh

suatu cairan. Penyakit termasuk kanker, disamping membantu kebugaran badan

dan membuat awet serta menghambat proses penuaan.

2.6. Ekstraksi

2.6.1. Pengertian Ekstraksi

Ektraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang mengandung

senyawa aktif dari suatu bahan alam menggunakan pelarut yang sesuai.

Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari

campurannya atau simplisia.

Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering yang merupakan hasil

proses ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara yang

sesuai. Ekstrak cair diperoleh dari ekstrak yang masih mengandung sebagian

besar cairan penyari. Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar cairan

penyari sudah diuapkan, sedangkan ekstrak kering akan diperoleh jika sudah tidak

mengandung cairan penyari.


2.6.2. Metode-metode
Ekstraksi

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi

2 cara, yaiu cara panas dan dingin :

1. Ekstraksi Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi

dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-

menerus).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive ekstraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh

ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Ekstraksi Cara Panas


a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya selama waktu tertentu dan jumlahnya pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat

termasuk proses ekstraksi sempurna.


b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu

o
secara umum dilakukan pada temperatur 40 – 50 C.

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

o
terukur 96– 98 C) selama waktu tertent (15-2 menit).

e. Dekok
o
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 C) dan

temperatur sampai titik didih air.(14).

2.7. Komponen Basis Masker Gel

1. Polivinilalkohol (PVA)

Pemerian : Serbuk, putih.

Kelarutan : Larut dalam air, tidak untuk dalam pelarut organik.

Fungsi : Gelling agent dan filming agen


2. Hidroxyl Propyl Methyl Cellulose (HPMC)

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan,

berbau khas dan rasa seperti gandapura.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzen, mudah larut

dalam etanol dan eter, larut dalam air mendidih, agak

sukar larut dalam kloroform.

Fungsi : Sebagai gelling agen

3. Gliserin

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,

hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak)

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut

dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan

dalam minyak menguap.

Fungsi : Humektan.

4. Trietanolamina (TEA)

Pemerian : Cairan agak higroskopik kental, tidak berwarna sampai

kuning muda, bau amoniak.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, larut

dalam kloroform.

Fungsi : Sebagai penstabil pH


Metil paraben

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,putih,

tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit

rasa terbakar.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon

tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

Fungsi : Agen anti mikroba dalam pembuatan gel

Propilparaben

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dan dalam eter,sukar larut dalam air mendidih

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih.

Fungsi : sebagai pengawet.


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. eksperimental
adalah penelitian uji coba yang memanipulasi atau melakukan intervensi
terhadap salah satu variabel penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Institut Teknologi
dan Kesehatan Avicenna kendari.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan oktober 2019.

3.3 Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah dari bayam merah (Alternanthera
Amoena Voss)

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat-alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cawan porselin,
erlenmeyer, gelas ukur 25 dan 50 ml (pyrex), pipet tetes, spatula,
beakerglass 100ml (pyrex), pH meter, alu dan lumpang, blender
(miyako), objek glass, vacuum rotary evaporator, kain flanel, dan
wadah.
3.4.2 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ekstrak
bayam merah, aquadest, etanol 96 %, polivinil alkohol, HPMC,
gliserin, TEA, metil paraben, propil paraben
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Pengambilan Bahan Tanaman
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah bayam merah
(Alternanthera amoena Voss)
3.5.2 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain,

bagian tumbuhan yang digunakan adalah herba bayam merah

(Alternanthera amoena Voss)

3.5.3 Pengelolaan Sampel

Sebanyak 5 kg bayam merah (Alternanthera amoena Voss)

segar yang akan diteliti ditimbang dan dicuci bersih dengan air,

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan (tanpa terkena sinar

matahari langsung). bayam merah telah kering kemudian dihaluskan

menggunkan blender hingga menjadi serbuk, ditimbang kemudian

diayak dengan menggunakan mesh 30 hingga diperoleh serbuk halus

sebanyak 200 g.

3.5.4 Pembuatan Ekstrak

Pada penelituan ini simplisia bayam merah di ektraksi dngan

menggunakan pelarut etanol 96%. Pembuatan ektrak dilakukan

dengan metode maserasi yaitu sebanyak 600 gram serbuk simplisia

dimasukkan kedalam sebuah bejana, tuangi 1500 ml etanol 96%,

ditutup dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil

sering diaduk lalu diperas. Setelah 5 hari ampas dicuci dengan 96%
bagian etanol. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat

sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian disaring

filtratnya dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga

diperoleh ektrak kental.

3.6 Formulasi sediaan masker gel

Sediaan masker gel akan dibuat sebanyak 50 g. Dengan menggunakan

formula standart sebagai berikut:

Bahan Konsentrasi Fungsi

Bayam merah 0.5 gr, 1.5 gr, 2.5gr Zat aktif

R/ PVA 5 gr Gelling agent dan filming agen

HPMC 0,5 gr Sebagai gelling agen

Gliserin 6 gr Humektan.

TEA 1 gr Sebagai penstabil pH

Metil paraben 0,1 gr Sebagai pengawet

Propilparaben 0,25 gr Sebagai pengawet

Mentol 2 tts Menyegarkan kulit

Aquadest Ad 50 ml Pelarut

Masker dibuat dalam 4 formula yang dibedakan oleh konsentrasi

ekstrak bayam merah. Masing-masing masker gel mengandung ekstrak

bayam merah dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu 0%, 1%, 3%,5%

masing-masing sebanyak 50 g dalam komposisi basis yang sama.


Tabel 3.1. Formulasi Sediaan Masker Gel Ekstrak
Bayam merah

Konsentrasi
Komposisi F0 FI F2 F3
(0%) (1%) (3%) (5%)
ekstrak ekstrak bayam 0g 0.5g 1.5g 2.5g
merah Ad 50 Ad 50 Ad 50 Ad 50
basis masker gel
Cara pembuatan :
1. Dalam cawan masukkan Polivinil Alkohol, lalu tambahkan Aquadest
secukupnya, kemudian dipanaskan diatas penangas air pada suhu 80°C
hingga mengembang sempurna, kemudian diaduk (massa 1).
2. Di cawan lainnya dikembangkan pula HPMC dalam Aquadest
dingin hingga mengembang sempurna.
3. Di cawan lainnya gliserin, Metil paraben dan Propilparaben
dilarutkan dalam Alkohol (massa 2).
4. Di dalam lumpang yang bersih masukkan massa 1 dan massa 2,
HPMC, serta TEA secara berturut-turut dan diaduk hingga homogeny
5. Setelah itu ditambahkan ekstrak yang telah ditimbang lalu diaduk
hingga homogen lalu di ad kan dengan aquadest 50 ml.

Tabel 3.2. Formulasi Sediaan Masker Gel Ekstrak bayam merah

Konsentrasi
Komposisi F0 FI F2 F3
(0%) (1%) (3%) (5%)
ekstrak bayam merah 0g 0.5g 1.5g 2.5g
basis masker Gel Ad 50 Ad 50 Ad 50 Ad 50

3.6.1. Evaluasi Sediaan Masker Gel


1. Pengujian Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan kaca

objek. Pengujian ini dilakukan dengan cara menggunakan 2 kaca

objek. Sediaan diperiksa homogenitasnya dengan cara dioleskan pada

kaca objek dan kemudian diratakan dengan kaca objek lainnya lalu

diamati. Pengamatan dilakukan dengan melihat ada tidaknya partikel

yang belum tercampur secara homogen.

2. Pengujian pH

Pengujian pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter

kedalam sediaan masker gel ekstrak etanol daun katuk, sebanyak 1 gram

sediaan dilarutkan dalam air dengan volume 10 ml, kemudian diukur

pH menggunakan pH meter.

3. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara gel ditimbang

sebanyak 0,5 gram diletakkan ditengah kaca dan ditimpa dengan pemberat

transparan lain (digunakan cawan petri) kemudian didiamkan selama 1

menit dan diukur diameternya.

4. Pengujian Organoleptis

Dilakukan dengan mengamati perubahan perubahan bentuk,

warna, dan bau dari sediaan masker gel.

5. Pengujian waktu sediaan mengering

Sebanyak 1 gr gel masker dioleskan pada kulit lengan dengan

panjang 7cm dan lebar 7 cm. Kemudian dihitung kecepatan mengering gel
hingga membentuk lapisan film dari masker gel dengan menggunakan stop

watch.

6. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan pengujian dengan uji tempel

tertutup pada kulit manusia. Sediaan masker gel diambil 1 gram, kemudian

dioleskan pada lengan atas bagian dalam dengan diameter 2 cm,

ditutup dengan perban dan diplester dibiarkan selama 24 jam, diamati

gejala yang timbul seperti kemerahan dan gatal-gatal dan kasar pada kulit.

Uji iritasi ini dilakukan terhadap 12 penelis.

7. Uji Sineresis

Sineresis yang terjadi selama penyimpanan diamati dengan

menyimpan gel pada suhu ±10 °C selama 24, 48 dan 72 jam. Masing

masing gel ditempatkan pada cawan untuk menampung air yang dibebaskan

dari dalam gel selama penyimpanan. Sineresis dihitung dengan mengukur

kehilangan berat selama penyimpanan lalu dibandingkan dengan berat awal

gel.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai