Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Kulit
2.1.1 Definisi kulit

Gambar 2. 1Struktur Kulit (Kalangi, 2014)


Kulit adalah salah satu organ yang memiliki struktur sangat kompleks
sehingga dapat menutupi seluruh permukaan dalam tubuh, lapisan yang dimiliki
yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Kulit adalah organ yang besar bagi tubuh,
sekitar 15% jika dalam ukuran dewasa, karena hal ini kulit merupakan pelindung
penting untuk tubuh manusia (Kanitakis, 2019). Pada struktur kulit, epidermis disini
merupakan jaringan epitel yang asal nya dari ektoderm, sedangkan dermis
merupakan jaringan ikat yang cukup padat yang asal nya dari mesoderm, kemudian
dibawah dermis inilah terdapat selapis jaringan ikat yang longgar dinamakan
dengan hipodermis, yang ada pada beberapa tempat terutama jaringan lemak
(Kalangi, 2014). Pada kulit wajah, area ini adalah kulit yang sangat sensitif
dibandingan dengan kulit yang lain. Kulit wajah sangat mudah mengalami
perubahan buruk sehingga timbulnya radikal bebas yang disebabkan oleh faktor
luar seperti paparan sinar matahari, lingkungan, polusi udara, debu, penggunaan ac
yang berlebih, dan juga karena penggunaan kesalahan skincare dan kosmetik
(Wardah et al., 2019).

6
7

Menurut Wardah et al., (2019) terdapat beberapa tipe kulit wajah yang dimiliki
manusia pada umumnya yaitu,
1. Kulit Normal, Kulit normal ini adalah kulit yang tidak mudah sensitif, kandungan
minyak pada kulit normal lebih sedikit, sehingga kulut normal biasanya lebih elastis
dan kenyal, sehingga biasanya pada kulit normal lebih jarang terkena masalah kulit
wajah.
2. Kulit Kering, Kulit kering adalah kulit yang tidak berminyak, hal ini
menyebabkan biasanya kulit wajah terasa kering, kaku, bersisik dan biasanya warna
kulit wajah lebih pucat, kulit keringjuga dapat menyebabkan penuaan dini.
3. Kulit berminyak, Kulit bermanyak adalah kulit yang mudah sensitiv, kulit dengan
tipe berminyak biasanya banyak pada area hidung, dahi, dan pipi wajah, kulit tipe
seperti ini lebih mudah berjerawat, biasanya teksturnya lebih tebal, mengkilap, dan
kurang nyaman.
4. Kulit kombinasi, kulit ini adalah perpaduan dari kulit kering dan berminyak,
biasanya ditandai dengan area yang sering berminyak pada hidung dan dahi tapi
tidak pada are pipi
5. Kulit sensitif, Kulit sensitif adalah jenis kulit yang cenderung kering dan sering
meradang yang disebabkan karena iritasi, kulit dengan jenis sensitif ini lebih mudah
menjadi wajah kemerahan dan juga bersisik, selain itu orang yang memiliki jenis
kulit sensitif ini sering merasa tidak nyaman terhadap suatu produk yang digunakan,
seperti gatal, perih, dan lebih mudah terjadi nya break out pada wajah.
8

2.2 Tanaman alpukat (Persea americana Mill)


Klasifikasi tanaman alpukat menurut Noorul et al (2016) :
Kingdom : Plants
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Persea Mill
Species : Persea americana Mill. – alpukat

Gambar 2. 2 Buah Alpukat (Persea americana Mill) (Noorul et al., 2016)


Tanaman alpukat berupa tanaman dengan pohon yang tinggi, berukuran
lebih kurang 10 meter, batang yang berkayu, daun tunggal, memiliki tangkai ,buah
nya yang seperti bulat telur, berbintik-bintik, kulit buah yang hijau dengan daging
buah tebal, daging lunak jika sudah matang dan berubah warna dari hijau menjadi
kuning keunguan, memiliki biji yang bulat dengan keping biji yang sedikit putih
kemerahan (Marlinda et al., 2012)
Pada umumnya tanaman satu ini hanya dikenal karena daging buah nya
yang nikmat untuk dikonsumsi, padahal banyak penelitian yang sudah melakukan
penelitian bahwa kulit dan biji alpukat juga kaya akan manfaatnya, biji alpukat bisa
diolah sebagai biskuit, snack, bahkan untuk kosmetik perawatan wajah (Chandra et
al., 2013)
9

2.3 Tinjauan Biji alpukat (Persea americana Mill)


2.3.1 Kandungan kimia Biji alpukat (Persea americana Mill)
Biji buah alpukat banyak dianggap hanya sebagai limbah yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan, padahal biji alpukat memiliki manfaat
karena memiliki zat pati yang tinggi yakni sekitar 25% (Khair, 2013), protein yang
tinggi sehingga terdapat minyak yang bisa digunakan sebagai minyak nabati (Wati
et al., 2010). Menurut beberapa penelitian, kandungan yang dimiliki biji buah
alpukat (Persea americana Mill ) seperti alkaloid, tannin, triterpenoid, flavanoid
dan saponin yang dapat berguna sebagai antioksidan (Khair, 2013).
1. Flavanoid
Flavanoid adalah kandungan yang banyak terdapat pada tanaman hijau,
termasuk pada biji buah alpukat (Persea americana Mill) senyawa flavanoid adalah
senyawa metabolit sekunder, pada tubuh manusia senyawa flavanoid ini memiliki
banyak manfaat seperti pengobatan atau juga untuk perawatan tubuh (Melayanti &
Dwiyanti, 2017), Karena banyak tanaman yang memiliki manfaat sebagai
antioksidan seperti tanaman yang mengandung flavanoid sehingga banyak
diformulasikan untuk antioksidan alami yang dapat di buat dengan sediaan yang
berbeda-beda seperti sediaan oral sebagai vitamin dan sediaan topikal yang
biasanya produk untuk perawatan kulit tubuh (Haerani et al., 2018).
2. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan dalam senyawa organik yang banyak ditemukan
pada jenis jenis tumbuhan, Senyawa alkaloid mengandung atom nitrogen yang sifat
nya basa (Tengo et al., 2013). Alkaloid atau senyawa metabolit sekunder yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, yang umumnya tidak berwarna.
senyawa ini yang terdapat pada biji buah alpukat (Persea americana Mill).
3. Tanin
Tanin adalah senyawa yang bersifat antiseptik, tanin biasanya berfungsi sebagai
antioksidan secara biologis, Tanin memiliki efek sebagai antioksidan yang dapat
menangkal radikal bebas pada kulit. Tanin merupakan golongan senyawa polifenol
yang sifatnya polar, dapat larut dalam gliserol, alkohol dan hidroalkoholik, air dan
aston (Sibuea, 2015). Tanin ini tidak larut dalam kloroform, petroleum eter dan
benzene.
10

4. Saponin
Saponin adalah senyawa yang diklasifikasikan sebagai steroid, saponin
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu saponin titerpenoid dan saponin steroid. Saponin
steroid tersusun dengan inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat, saponin
steroid dihidrolisi dan menghasilkan suatu aglikon yang dikenal dengan sebagai
saraponin. Saponin adalah senyawa yang memiliki banyak manfaat karena
termasuk dalam senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa yang terdiri dari hasil
kondensasi suatu gula (glikon) dan juga non gula (aglikon) (Bintoro et al., 2017)
2.3.2 Khasiat dan kegunaan biji buah alpukat (Persea americana Mill)
Biji buah alpukat (Persea americana Mill ) yang memiliki nutrisi baik dan
kandungan senyawa antioksidan yang dapat membantu merawat kulit jika dengan
penggunaan yang benar. Kandungan yang memiliki senyawa seperti flavanoid dan
tannin yang terdapat pada biji buah alpukat memiliki potensi sebagai antioksidan
(Kopon et al., 2020). Sebagai antioksidan dapat memberikan manfaat salah satunya
untuk kulit berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang terjadi akibat polusi dan
lainya, sehingga dapat membantu memperlambat proses kerusakan, penuaan dan
dapat membantu merawat kulit wajah (Wahyusi et al., 2016.) dan juga antioksidan
ini bagi kesehatan kulit wajah juga dapat memberikan perlindungan dari ROS yang
disebabkan karena strees oksidatif dan juga perlindungan dari sinar UV (Haerani
et al., 2018).
2.3.3 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang memilki manfaat baik, senyawa
antioksidan dapat membantu menghambat proses oksidasi dari molekul lain. Tubuh
manusia jika tidak memiliki sistem pertahan antioksidatif yang cukup sehingga
mudah menyebabkan terjadi nya paparan radikal bebas ( Anggorowati & Priandini,
2016) termasuk pada kulit wajah.
Antioksidan secara normal dimiliki oleh tubuh dan bisa melawan radikal
bebas, tetapi jika radikal yang ada pada kulit maka sulit untuk melawan radikal
bebas ini (Solanum & Nsp, 2015). Cara kerja antioksidan untuk dapat membantu
melindungi kulit wajah manusia dari kerusakan yang disebabkan karena paparan
radikal bebas dengan cara mendonorkan satu elektron bebas ke radikal tersebut dan
juga bisa menerima satu elektron yang tidak stabil sehingga antioksidan ini dapat
11

menstabilkan atau menghentikan reaksi dari rantai pada kerusakan lipid ini
(Andarina & Djauhari, 2017)
Terdapat dua kategori untuk dasar antioksidan yaitu sintesis dan alami
(Haerani et al., 2018). Untuk antioksidan secara alami biasanya didapatkan melalui
sayur, buah buahan seperti buah alpukat (Persea americana Mill) (Solanum & Nsp,
2015). Khasiat pada biji buah alpukat (Persea americana Mill ) yang cukup
terkenal sebagai antioksidan karena memiliki kandungan flavanoid, dimana hal ini
dapat membantu mengurangi kerusakan pada wajah yang disebabkan karena
paparan dari radikal bebas. Antioksidan merupakan inhibitor pada proses oksidasi,
bahkan bisa juga dalam konsentrasi yang relatif kecil (Andarina & Djauhari, 2017)
Dari tanaman yang memiliki kandungan baik sehingga memberikan
manfaat antioksidan untuk kulit tubuh, dimana kandungan flavanoid pada tanaman
ini dimanfaatkan sebagai bahan alami yang dapat diformulasikan sebagai sediaan
topikal yang bisa memberikan perawatan pada kulit wajah (Haerani et al., 2018) .
Hal ini memberikan pembaruan minat dalam memanfaatkan bahan alami dalam
bidang kosmetik dan perawatan kulit wajah.
Untuk mengetahui adanya kandungan senyawa antioksidan pada biji buah
alpukat (Persea americana Mill ) dapat menggunakan beberapa metode salah satu
nya menggunakan metode DPPH, Uji DPPH dapat mengetahui reaktivitas golongan
senyawa seperti flavanoid yang diuji dengan pembanding Vit C, sehingga
didapatkan hasil nilai IC50 (Kimia & Tanjungpura, 2014).
2.4 Ekstrak
2.4.1 Definisi Ekstrak
Ekstrak merupakan hasil dari proses ekstrasi senyawa aktif yang dilakukan
dengan mengesktrak zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut tersebut diuapkan atau
masa/serbuk yang tersisa, kemudian diperlakukan hingga menjadi baku yang
ditetapkan. Kebanyakan ekstrak dibuat dengan mengestraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan menggunakan pengurangan tekanan agar bahan sedikit mungkin karena
panas (Depkes RI, 2000).
12

2.4.2 Metode Ekstraksi


Ekstraksi merupakan salah satu teknik isolasi untuk senyawa dari bahan
alam yang diambil dari nabati atau hewani untuk diambil zat aktif nya yang terdapat
pada bahan yang diekstrak dan di uji dengan beberapa pengujian. Ekstraksi adalah
proses pemisahan-pemisahan komponen dalam larutan berdasarkan dengan
perbedaan kelarutanya (solubilitas). Proses esktraksi ini adalah metode yang
digunakan untuk memperoleh hasil ekstrak tanaman, metode ekstrak yang
digunakan ini dengan memanfaatkan perbedaan kelarutanya antara biji dengan
bahan lainya seperti pelarut. Sifat seletivitas yang dimiliki pelarut digunakan untuk
menentukan tingkat kemurnian dari esktrak biji alpukat yang diperoleh, oleh hal ini
pemilihan jenis pelarut sangat penting dalam proses esktraksi (Wati et al., 2010).
Ekstraksi dengan cara dingin biasanya lebih sering digunakan untuk proses
pendapatan zat aktif yang menggunakan pelarut yang cocok biasanya ini disebut
dengan ekstraksi padat cair yaitu salah satunya adalah maserasi. Proses ini
menggunakan metode yang sangat sederhana dan bisa digunakan dengan skala
besar maupun dengan skala kecil, dan zat pelarut yang digunakan biasanya adalah
etanol, alkohol dan aquadest. Metode maserasi ini memiliki beberapa jenis, yaitu
metode maserasi pengadukan continue, maserasi digesti, maserasi melingkar, dan
maserasi melingkar bertingkat (Mukhtarini, 2014).
2.4.3 Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill )
Senyawa aktif yang ada pada biji buah alpukat (Persea americana Mill)
dapat dimanfaatkan salah satunya dengan cara mengekstrak biji nya, Kandungan
senyawa yang dimiliki biji buah alpukat (Persea americana Mill) yang memiliki
senyawa antioksidan yang menyebabkan sebagai alasan bahwa bahan ini bisa
digunakan sebagai bahan dasar suatu produk sediaan topikal, maka pembuatan
sediaan melalui beberapa proses yang diawali dengan proses ekstraksi yang
menghasilkan esktrak biji bauh alpukat (Persea americana Mill).

2.5 Tinjauan Masker


Dalam perawatan wajah, banyak orang yang merawat diri dengan beberapa
cara salah satunya dengan penggunaan masker, masker dinyatakan dapat
memberikan perawatan optimal pada kulit wajah, sehingga dalam dunia kosmetik,
sediaan masker sangat banyak digemari oleh masyarakat terutama wanita karena
13

banyak jenis dan tipe-tipe masker dan harga nya yang murah termasuk masker jenis
sheet mask.
2.5.1 Sheet Mask

Gambar 2. 3 Sheet Mask


Masker banyak diformulasikan dengan bermacam macam sediaan seperti
sediaan krim, salep, lotion, essence dan serum. Salah satu produk perawatan wajah
favorit adalah Sheet mask. Sheet mask adalah masker yang berbentuk lembaran
yang biasanya terbuat dari serat alami, seperti kertas, katun, selulosa ataupun pulp
kelapa, dengan target utama masker kertas yang seperti topeng, Sheet mask atau
yang disebut juga sediaan masker kertas merupakan masker yang menggunakan
kertas sebagai pihak kedua untuk memberikan manfaat dan dapat meningkatkan
penampilan kualitas dengan cepat pada kulit wajah tanpa mengurangi manfaat dari
bahan aktif yang terdapat pada sediaan Sheet mask (Gianluca et al., 2019).
Sheet mask termasuk dalam kosmetik perawatan kulit wajah atau juga
disebut sebagai skincare, sediaan ini dikemas cukup berbeda dari sediaan lainya,
penggunaan masker dapat dipilih dengan menyesuaikan jenis kulit yang diperlukan
(Gianluca et al., 2019). Sheet mask dalam pasaran bukan hal yang jarang dijumpai,
sebagai kategori masker yang membentuk topeng wajah dengan berbahan kertas,
memberikan kesan tersendiri untuk sediaan ini, Sheet mask mewakili produk
kosmetik yang cukup menantang dipasaran terbuka, maka diperlukan
pengembangan inovatif seperti kemasan , bahan bahan, manfaat dan lainya untuk
dapat menarik minat konsumen (Gianluca et al., 2019). Selain jenis sediaan seperti
sheet mask banyak tipe-tipe masker wajah dalam berbagai bentuk seperti peel-off,
masker hidro gel, masker bilas dan lainya. Sheet mask serum adalah masker dengan
trend terbaru dan populer, Sheet mask memiliki Occlusive Dressing treatment
(ODT) yang mempunyai profil untuk penyerapan dan penetrasi yang baik, kemasan
14

yang lebih efisien dan higenis serta tidak perlu dilakukan pembilasan setelah
penggunaan. pada umumnya masker lembaran seperti ini dirancang bukan untuk
kulit yang berminyak atau yang rentang berjerawat (Ali et al., 2018).
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive
Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga
membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu
penyerapan obat (Lu, 2010; Lee, 2013). Masker yang diaplikasikan pada wajah
akan menyebabkan suhu kulit meningkat (±1ºC) sehingga peredaran darah kulit
meningkat, mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar
oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu
penetrasi zat aktif ke dalam kulit 5 hingga 50 kali dibanding sediaan lain (Lu, 2010:
Lee, 2013).
2.5.2 Sediaan Sheet Mask serum
Salah satu melakukan pencegahan perawatan kulit wajah dari dampak
negatif penggunaan bahan aktif kimia dengan cara menggunakan bahan alami atau
bahan herbal, Sheet mask dikenal sebagai produk kosmetik yang tidak menyulitkan
pengguna nya. Masker berbentuk Sheet mask dengan tipe serum ini adalah sediaan
kosmetik yang penggunaannya secara topikal di wajah (Zulkarnain et al., 2018).
Serum sendiri adalah sediaan yang memiliki konsentrasi tinggi dan
viskositas yang rendah, serum bisa menggunakan basis air maupun basis minyak.
Serum memiliki kelebihan seperti nyaman, mudah menyebar pada permukaan kulit.
Maka dari sediaan kosmetika perawatan kulit seperti Sheet mask serum adalah
sediaan baru yang memiliki potensi untuk diminati (Harjanti & Nilawati, 2020)
2.6 Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan karena pada beberapa sediaan banyak yang
menggunakan bahan-bahan campuran seperti ekstrak tumbuhan, pengawet dan
lainya. Meskipun bahan sudah teruji keamanan nya tetapi tidak sedikit konsumen
yang sering mengalami iritasi setelah penggunaan sediaan. Maka dari hal ini uji
iritasi dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana efek iritasi pada kulit dari
sediaan Sheet mask serum sehingga tidak menyebabkan kerugian bagi konsumen,
dan pengujian ini dapat membantu untuk mengurangi resiko timbulnya efek
samping pada wajah (Ermawati et al., 2018).
15

2.6.1 Metode Hen’s Egg Test Chorioallantoic Membran


Metode uji iritasi dilakukan salah satunya menggunakan metode Hen’s Egg
Test Chorioallantoic Membran, yaitu menggunakan telur ayam petelur yang telah
dibuahi dan dimasukkan ke inkubator dengan suhu 37°C dan pastikan rongga udara
pada telur di sebelah atas. Kemudian telur dirotasi selama 10 hari. Dan pada hari ke
10 telur dilihat, dimana telur yang tidak dibuahi atau yang tidak mengandung
embrio hidup maka dibuang dan rongga udara telur ditandai, sehingga rongga telur
yang sudah ditandai digunting pada cangkang nya dan dilunakkan menggunakan
larutan Nacl 0,9% steril, Setelah itu cangkang dibuang dan membran terluar telur
dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% hangat dan dimasukkan kembali kedalam
inkubator selama 5-20 menit sehingga membran terluar dapat diambil dengan
mudah. Kemudian setelah membran telur ini diambil, pilihlah telur yang tidak
mengalami kerusakan CAM akibat proses tersebut. Cara melakukan nya dengan
menimbang sebanyak 300 mg sampel dan diletakkan pada CAM dan didiamkan
selama 20 detik selanjutnya dibersihkan dengan meggunakan NaCl 0,9% steril,
waktu pengamatan dilakukan selama 300 detik dimulai hitung segera setelah CAM
bersih dari sampel. Untuk kontrol uji iritan menggunakan sodium lauril sulfat dan
kontrol negatif adalah air (Yuliani et al., 2016) . Terdapat data skor iritasi HET-
CAM dapat dilihat pada gambar dibawah

Tabel II. 1 Kriteria Iritasi HET-CAM

No Skor iritasi HET-CAM Kategori iritasi


1 ≤ 0,9 Tidak mengiritasi
2 1,0-4,9 Iritasi lemah
3 5,0-8,9 Iritasi moderat
4 9,0-21 Iritasi kuat

2.7 Tinjauan Bahan Tambahan


2.7.1 Propilengikol
Propilenglikol memiliki sinonim yaitu, 2-hydroxy propanol; methyl
ethylene glycol; methyl glycol; dan propylenglycolum, dengan rumus kimia
C3H8O2 dan berat molekul 76,09. Pemerian propilonglikol berupa cairan yang
bening, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau cair, dengan rasa manis, agak
16

tajam yang menyerupai gliserin. Kelarutannya larut dengan aseton, kloroform,


etanol (95%), gliserin dan air, larut dalam 6 bagian eter, tidak larut dalam minyak
mineral tetapi larut dalam minyak essensial. Propilenglikol telah digunakan secara
luas dengan berbagai fungsi diantaranya ialah sebagai desinfektan, humektan,
plasticizer, pelarut, zat penstabil, kosolven yang larut dalam air, dan sebagai
pengawet antimikroba dalam berbagai formulasi parenteral dan non parenteral
farmasi (Rowe et al., 2009).

Gambar 2. 4 Struktur Molekul Propolengikol (Rowe et al., 2009)

2.7.2 Gliserin
Gliserin memiliki sinonim yaitu glycerol; glycerolum; pricerine; speziol G;
dan trihydroxypropane glycerol, dengan rumus kimia C3H8O3 dan berat molekul
92,09. Pemerian gliserin adalah cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, kental,
higroskopis, memiliki rasa yang manis, kurang lebih 0,6 kali lebih manis dari
sukrosa. Kelarutan dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap. Gliserin
digunakan secara luas dengan berbagai fungsi diantaranya ialah sebagai humektan,
plasticizer, emollient, lubricant, sweetening agent, dan tonicity agent. Gliserin
bersifat higroskopis, dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah. Dalam
formulasi farmasi dan kosmetik topikal, gliserin biasanya digunakan terutama
untuk sifat humektan dan emoliennya. Gliserin digunakan sebagai pelarut atau
cosolvent dalam krim dan emulsi (Rowe et al., 2009).
17

Gambar 2. 5 Struktur Molekul Gliserin (Rowe et al., 2009)

2.7.3 PEG 400


Polyethylene glycols atau yang dikenal dengan PEG 400 adalah salah satu
polimer dari Polietilenglikol yang jika didalam suhu ruang berwujud cair, PEG 400
memiliki struktur HO–(O–CH2–CH2)n–OH dengan n berkisar antara 8 atau 9.
Perlu diketahui bahwa PEG terbagi menurut dengan berat molekulnya, yaitu 400,
1500, 4000, 6000, dan 20000. Dengan struktur khas yang dimiliki oleh PEG 400 ini
membuat nya misible dengan air melalui ikatan hidrogen. PEG 400 atau
polietilenglikol ini bersifat stabil secara kimia sehingga polietilenglikol
toksisitasnya dikatakan relatif rendah (Natrium et al., 2010)
PEG atau Polyethylene glycols banyak digunakan dalam berbagai jenis
formulasi pada perusahaan farmasi, seperti sediaan parenteral, topikal, sediaan
oftalmik, oral, dan rektal. Polietilenglikol atau PEG 400 adalah zat hidrofilik yang
stabil pada dasarnya tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Larutan polietilen glikol
encer dapat digunakan sebagai agen suspensi atau untuk mengatur viskositas dan
konsistensi. Saat digunakan bersama dengan lainnya pengemulsi, polietilen glikol
dapat bertindak sebagai penstabil pada sediaan emulsi (Rowe et al., 2009).
Polietilen glikol banyak digunakan dalam berbagai farmasi formulasi.
Umumnya, Polietilen glikol dianggap tidak beracun dan bahan nonirritant. Reaksi
yang merugikan terhadap polietilen glikol telah dilaporkan, toksisitas terbesar ada
pada glikol dengan berat molekul rendah. Namun toksisitas glikol relatif rendah,
Tetapi tetap saja pada sediaan topikal yang mengandung polietilen glikol harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gagal ginjal, luka bakar, atau luka
terbuka (Rowe et al., 2009)
18

Gambar 2. 6 Struktur Molekul PEG 400 (Rowe et al., 2009)

2.7.4 Nipagin
Nipagin atau yang biasanya disebut Methylparaben, Methyl
Hydroxybenzoate adalah bahan yang digunakan sebagai pelindung dari antimikroba
pada sediaan atau juga pengawet. Methylparaben memiliki bentuk kristal yang
tidak berwarna atau kristal putih bubuk. Ini tidak berbau atau hampir tidak berbau
dan memiliki sedikit rasa terbakar. Nipagin ini memiliki nama lain seperti
Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; metagin;
Methyl Chemosept; methylis parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate;
Methyl Parasept; Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M. Methylparaben ini efektif
pada rentang pH yang luas dan memiliki aspektrum luas aktivitas antimikroba,
meskipun mereka paling efektif terhadap ragi dan jamur. Aktivitas antimikroba
meningkat dengan meningkatnya panjang rantai bagian alkil, tetapi kelarutan dalam
air menurun; oleh karena itu campuran paraben sering digunakan untuk
memberikan pengawetan yang efektif. Kemanjuran pengawet juga ditingkatkan
dengan penambahan propilen glikol (2–5%), atau dengan menggunakan paraben
dalam kombinasi dengan agen antimikroba lain seperti imidurea. (Rowe et al,.2009)

Gambar 2. 7 Struktur Molekul Methyl Hydroxybenzoate (Rowe et al., 2009)

2.7.5 Na. EDTA


Disodium edetate digunakan sebagai agen pengkelat dalam berbagai macam
sediaan farmasi atau juga dikenal dengan Na.EDTA, Disodium edetate memiliki
sinonim dinatrii edetas; disodium EDTA; disodium ethylenediaminetetraacetate;
19

edathamil disodium; edetate disodium; edetic acid, disodium salt (Rowe et al.,
2009)
Disodium edetate memiliki bentuk kristal putih, bubuk tidak berbau dengan
rasa yang sedikit asam, Disodium edetate bersifat sebagai asam lemah,
menggantikan karbon dioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam untuk
membentuk hidrogen. Ini tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat, basa kuat, ion
logam, dan paduan logam (Rowe et al., 2009).
Disodium edetate digunakan secara luas pada berbagai sediaan, seperti pada
sediaan topikal, oral, dan parenteral dan juga banyak digunakan secara luas dalam
kosmetik dan produk makanan. Disodium edetate dan kalsium edetate disodium
digunakan dalam jumlah dan variasi formula farmasi yang lebih banyak dari pada
asam edetik. Baik kalsium edetat dan kalsium edetat disodium kurang diserap dari
saluran pencernaan dan dikaitkan dengan sedikit efek samping bila digunakan
sebagai eksipien di formulasi farmasi (Rowe et al., 2009).

Gambar 2. 8 Struktur Na.EDTA (Rowe et al., 2009)

2.7.6 Natrium metabisulfit


Natrium metabisulfit atau yang memiliki nama lain Disodium disulfite,
disodium pyrosulfite, disulfurous acid, disodium salt, natrii disulfis, natrii
metabisulfis; sodium acid sulfite yang larut dalam air atau gliseril. Sodium
metabisulfite digunakan sebagai antioksidan dalam oral, parenteral, dan formulasi
farmasi topikal, pada konsentrasi 0,01–1,0% b/v, dan pada konsentrasi sekitar 27%
b/v dalam sediaan injeksi intramuskular. Natrium metabisulfit juga memiliki
beberapa aktivitas antimikroba, yang terbesar pada pH asam, dan dapat digunakan
sebagai pengawet dalam sediaan oral seperti sirup. Dalam industri makanan dan
produksi anggur, natrium metabi sulfit juga digunakan sebagai antioksidan,
pengawet antimikroba, dan agen antibrowning. Namun, pada konsentrasi di atas
20

sekitar 550 ppm itu memberikan rasa yang nyata untuk persiapan. Natrium
metabisulfit biasanya mengandung sejumlah kecil natrium sulfit dan natrium sulfat.
Natrium metabisulfit atau Sodium metabisulfite digunakan sebagai antioksidan
pada pH rendah, sodiumbisulfit pada pH menengah, dan natrium sulfit pada nilai
pH yang lebih tinggi. (Rowe, et al 2009).

2.7.7 Aquadest
Air merupakan kebutuhan sehari hari yang penting bagi manusia, air banyak
digunakan sebagai kebutuhan seperti mandi, rumah tangga, dan juga minum. Dalam
dunia industri termasuk farmasi air juga dibutuhkan, air pada industri farmasi dapat
diklasifikasikan beberapa macam seperti air minum biasa (air yg dapat diminum)
air murni, air murni steril, air murni injeksi (WFI), air steril untuk injeksi, air
bakteriostatik untuk injeksi, air steril untuk irigasi atau juga air steril untuk terhirup.
Peraturan air minum utama nasional salah satunya dengan memurnikan air dengan
proses destilasi, pertukaran ion, atau proses lain. Spesifikasi air yang digunakan
adalah cairan yang bening, tidak bewarna, tidak berbau, dan tidak berasa (Rowe et
al., 2009).
2.7.8 Dimetikon
Dimetikon atau Polydimethylsiloxane, juga dikenal sebagai
dimethylpolysiloxane atau dimethicone, termasuk dalam kelompok senyawa
organosilicon polimer yang biasa disebut sebagai silikon . Dimetikon atau dengan
nama lain dimethylpolysiloxane; dimethylsilicone fluid; dimethylsiloxane;
dimeticonum; methyl poly siloxane; poly(dimethylsiloxane). Dimetikon ini
memiliki fungsi sebagai Antifoaming agen,; emollient, and water-repelling agent.
(Rowe et al., 2009)
Dimetikon dengan berbagai viskositas banyak digunakan dalam kosmetik
dan formulasi farmasi. Dalam emulsi minyak-dalam-air topikal dimethicone
ditambahkan ke fase minyak sebagai agen antifoaming. Dimethicone bersifat
hidrofobik dan juga banyak digunakan dalam topikal persiapan. Secara terapeutik,
dimethicone dapat digunakan dengan simetikon dalam formulasi farmasi oral yang
digunakan dalam pengobatan perut kembung. Kelarutan bahan ini dapat bercampur
dengan etil asetat, metil etil keton, minyak mineral, eter, kloroform, dan toluena;
21

larut dalam isopropil miristat, sangat sedikit larut dalam etanol (95%), praktis tidak
larut dalam gliserin, propilen glikol, dan air. (Rowe t al., 2009)

Gambar 2. 9 Struktur Na.EDTA (Rowe et al., 2009)

2.7.9 Tween 80
Tween 80 atau yang memiliki nama lain polysorbates, Polyoxyethylene
Sorbitan Fatty Acid Esters, Atlas E, Armotan PMO 20, Capmul POE-O;
Cremophor PS 80, Crillet 4, Crillet 50, Drewmulse POE-SMO, Drewpone 80K,
Durfax 80, Tween 80. Fungsi dari bahan ini adalah sebagai Dispersing agent;
emulsifying agent; nonionic surfactant; solubilizing agent; suspending agent;
wetting agent. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan Polisorbat stabil terhadap
elektrolit serta asam dan basa lemah; saponifikasi bertahap terjadi dengan asam dan
basa kuat. (Rowe, et al 2009).

Gambar 2. 10 Struktur Polyoxyethylene Sorbitan Fatty Acid Esters (Rowe et al.,


2009)

2.7.10 Glyceril stearat


Glyceril stearat atau yang memiliki nama lain 2,3-dihydroxypropyl
octadecanoate; Geleol; glycerine monostearate; glycerin monostearate; glycerol
monostearate; glyceroli monostearas; glycerol stearate; glyceryl stearate yang
memiliki fungsi sebagai Emollient; emulsifying agent; solubilizing agent;
stabilizing agent; sustained-release agent; tablet and capsule lubricant.

Glyceril stearat atau gliseril monostearat digunakan sebagai nonionik


pengemulsi, penstabil, emolien, dan pemlastis dalam berbagai makanan, farmasi,
dan aplikasi kosmetik. Ini bertindak sebagai stabilizer yang efektif, yaitu, sebagai
22

pelarut timbal balik untuk polar dan senyawa nonpolar yang dapat membentuk air
dalam minyak atau minyak dalam air emulsi. Sifat-sifat ini juga membuatnya
berguna sebagai pendispersi agen untuk pigmen dalam minyak atau padatan dalam
lemak, atau sebagai pelarut untuk fosfolipid, seperti lesitin. (Rowe et al.,2009).

Gambar 2. 11 Glyceril stearat

Anda mungkin juga menyukai