TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Kulit
2.1.1 Definisi kulit
6
7
Menurut Wardah et al., (2019) terdapat beberapa tipe kulit wajah yang dimiliki
manusia pada umumnya yaitu,
1. Kulit Normal, Kulit normal ini adalah kulit yang tidak mudah sensitif, kandungan
minyak pada kulit normal lebih sedikit, sehingga kulut normal biasanya lebih elastis
dan kenyal, sehingga biasanya pada kulit normal lebih jarang terkena masalah kulit
wajah.
2. Kulit Kering, Kulit kering adalah kulit yang tidak berminyak, hal ini
menyebabkan biasanya kulit wajah terasa kering, kaku, bersisik dan biasanya warna
kulit wajah lebih pucat, kulit keringjuga dapat menyebabkan penuaan dini.
3. Kulit berminyak, Kulit bermanyak adalah kulit yang mudah sensitiv, kulit dengan
tipe berminyak biasanya banyak pada area hidung, dahi, dan pipi wajah, kulit tipe
seperti ini lebih mudah berjerawat, biasanya teksturnya lebih tebal, mengkilap, dan
kurang nyaman.
4. Kulit kombinasi, kulit ini adalah perpaduan dari kulit kering dan berminyak,
biasanya ditandai dengan area yang sering berminyak pada hidung dan dahi tapi
tidak pada are pipi
5. Kulit sensitif, Kulit sensitif adalah jenis kulit yang cenderung kering dan sering
meradang yang disebabkan karena iritasi, kulit dengan jenis sensitif ini lebih mudah
menjadi wajah kemerahan dan juga bersisik, selain itu orang yang memiliki jenis
kulit sensitif ini sering merasa tidak nyaman terhadap suatu produk yang digunakan,
seperti gatal, perih, dan lebih mudah terjadi nya break out pada wajah.
8
4. Saponin
Saponin adalah senyawa yang diklasifikasikan sebagai steroid, saponin
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu saponin titerpenoid dan saponin steroid. Saponin
steroid tersusun dengan inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat, saponin
steroid dihidrolisi dan menghasilkan suatu aglikon yang dikenal dengan sebagai
saraponin. Saponin adalah senyawa yang memiliki banyak manfaat karena
termasuk dalam senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa yang terdiri dari hasil
kondensasi suatu gula (glikon) dan juga non gula (aglikon) (Bintoro et al., 2017)
2.3.2 Khasiat dan kegunaan biji buah alpukat (Persea americana Mill)
Biji buah alpukat (Persea americana Mill ) yang memiliki nutrisi baik dan
kandungan senyawa antioksidan yang dapat membantu merawat kulit jika dengan
penggunaan yang benar. Kandungan yang memiliki senyawa seperti flavanoid dan
tannin yang terdapat pada biji buah alpukat memiliki potensi sebagai antioksidan
(Kopon et al., 2020). Sebagai antioksidan dapat memberikan manfaat salah satunya
untuk kulit berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang terjadi akibat polusi dan
lainya, sehingga dapat membantu memperlambat proses kerusakan, penuaan dan
dapat membantu merawat kulit wajah (Wahyusi et al., 2016.) dan juga antioksidan
ini bagi kesehatan kulit wajah juga dapat memberikan perlindungan dari ROS yang
disebabkan karena strees oksidatif dan juga perlindungan dari sinar UV (Haerani
et al., 2018).
2.3.3 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang memilki manfaat baik, senyawa
antioksidan dapat membantu menghambat proses oksidasi dari molekul lain. Tubuh
manusia jika tidak memiliki sistem pertahan antioksidatif yang cukup sehingga
mudah menyebabkan terjadi nya paparan radikal bebas ( Anggorowati & Priandini,
2016) termasuk pada kulit wajah.
Antioksidan secara normal dimiliki oleh tubuh dan bisa melawan radikal
bebas, tetapi jika radikal yang ada pada kulit maka sulit untuk melawan radikal
bebas ini (Solanum & Nsp, 2015). Cara kerja antioksidan untuk dapat membantu
melindungi kulit wajah manusia dari kerusakan yang disebabkan karena paparan
radikal bebas dengan cara mendonorkan satu elektron bebas ke radikal tersebut dan
juga bisa menerima satu elektron yang tidak stabil sehingga antioksidan ini dapat
11
menstabilkan atau menghentikan reaksi dari rantai pada kerusakan lipid ini
(Andarina & Djauhari, 2017)
Terdapat dua kategori untuk dasar antioksidan yaitu sintesis dan alami
(Haerani et al., 2018). Untuk antioksidan secara alami biasanya didapatkan melalui
sayur, buah buahan seperti buah alpukat (Persea americana Mill) (Solanum & Nsp,
2015). Khasiat pada biji buah alpukat (Persea americana Mill ) yang cukup
terkenal sebagai antioksidan karena memiliki kandungan flavanoid, dimana hal ini
dapat membantu mengurangi kerusakan pada wajah yang disebabkan karena
paparan dari radikal bebas. Antioksidan merupakan inhibitor pada proses oksidasi,
bahkan bisa juga dalam konsentrasi yang relatif kecil (Andarina & Djauhari, 2017)
Dari tanaman yang memiliki kandungan baik sehingga memberikan
manfaat antioksidan untuk kulit tubuh, dimana kandungan flavanoid pada tanaman
ini dimanfaatkan sebagai bahan alami yang dapat diformulasikan sebagai sediaan
topikal yang bisa memberikan perawatan pada kulit wajah (Haerani et al., 2018) .
Hal ini memberikan pembaruan minat dalam memanfaatkan bahan alami dalam
bidang kosmetik dan perawatan kulit wajah.
Untuk mengetahui adanya kandungan senyawa antioksidan pada biji buah
alpukat (Persea americana Mill ) dapat menggunakan beberapa metode salah satu
nya menggunakan metode DPPH, Uji DPPH dapat mengetahui reaktivitas golongan
senyawa seperti flavanoid yang diuji dengan pembanding Vit C, sehingga
didapatkan hasil nilai IC50 (Kimia & Tanjungpura, 2014).
2.4 Ekstrak
2.4.1 Definisi Ekstrak
Ekstrak merupakan hasil dari proses ekstrasi senyawa aktif yang dilakukan
dengan mengesktrak zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut tersebut diuapkan atau
masa/serbuk yang tersisa, kemudian diperlakukan hingga menjadi baku yang
ditetapkan. Kebanyakan ekstrak dibuat dengan mengestraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan menggunakan pengurangan tekanan agar bahan sedikit mungkin karena
panas (Depkes RI, 2000).
12
banyak jenis dan tipe-tipe masker dan harga nya yang murah termasuk masker jenis
sheet mask.
2.5.1 Sheet Mask
yang lebih efisien dan higenis serta tidak perlu dilakukan pembilasan setelah
penggunaan. pada umumnya masker lembaran seperti ini dirancang bukan untuk
kulit yang berminyak atau yang rentang berjerawat (Ali et al., 2018).
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive
Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga
membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu
penyerapan obat (Lu, 2010; Lee, 2013). Masker yang diaplikasikan pada wajah
akan menyebabkan suhu kulit meningkat (±1ºC) sehingga peredaran darah kulit
meningkat, mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar
oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu
penetrasi zat aktif ke dalam kulit 5 hingga 50 kali dibanding sediaan lain (Lu, 2010:
Lee, 2013).
2.5.2 Sediaan Sheet Mask serum
Salah satu melakukan pencegahan perawatan kulit wajah dari dampak
negatif penggunaan bahan aktif kimia dengan cara menggunakan bahan alami atau
bahan herbal, Sheet mask dikenal sebagai produk kosmetik yang tidak menyulitkan
pengguna nya. Masker berbentuk Sheet mask dengan tipe serum ini adalah sediaan
kosmetik yang penggunaannya secara topikal di wajah (Zulkarnain et al., 2018).
Serum sendiri adalah sediaan yang memiliki konsentrasi tinggi dan
viskositas yang rendah, serum bisa menggunakan basis air maupun basis minyak.
Serum memiliki kelebihan seperti nyaman, mudah menyebar pada permukaan kulit.
Maka dari sediaan kosmetika perawatan kulit seperti Sheet mask serum adalah
sediaan baru yang memiliki potensi untuk diminati (Harjanti & Nilawati, 2020)
2.6 Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan karena pada beberapa sediaan banyak yang
menggunakan bahan-bahan campuran seperti ekstrak tumbuhan, pengawet dan
lainya. Meskipun bahan sudah teruji keamanan nya tetapi tidak sedikit konsumen
yang sering mengalami iritasi setelah penggunaan sediaan. Maka dari hal ini uji
iritasi dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana efek iritasi pada kulit dari
sediaan Sheet mask serum sehingga tidak menyebabkan kerugian bagi konsumen,
dan pengujian ini dapat membantu untuk mengurangi resiko timbulnya efek
samping pada wajah (Ermawati et al., 2018).
15
2.7.2 Gliserin
Gliserin memiliki sinonim yaitu glycerol; glycerolum; pricerine; speziol G;
dan trihydroxypropane glycerol, dengan rumus kimia C3H8O3 dan berat molekul
92,09. Pemerian gliserin adalah cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, kental,
higroskopis, memiliki rasa yang manis, kurang lebih 0,6 kali lebih manis dari
sukrosa. Kelarutan dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap. Gliserin
digunakan secara luas dengan berbagai fungsi diantaranya ialah sebagai humektan,
plasticizer, emollient, lubricant, sweetening agent, dan tonicity agent. Gliserin
bersifat higroskopis, dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah. Dalam
formulasi farmasi dan kosmetik topikal, gliserin biasanya digunakan terutama
untuk sifat humektan dan emoliennya. Gliserin digunakan sebagai pelarut atau
cosolvent dalam krim dan emulsi (Rowe et al., 2009).
17
2.7.4 Nipagin
Nipagin atau yang biasanya disebut Methylparaben, Methyl
Hydroxybenzoate adalah bahan yang digunakan sebagai pelindung dari antimikroba
pada sediaan atau juga pengawet. Methylparaben memiliki bentuk kristal yang
tidak berwarna atau kristal putih bubuk. Ini tidak berbau atau hampir tidak berbau
dan memiliki sedikit rasa terbakar. Nipagin ini memiliki nama lain seperti
Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; metagin;
Methyl Chemosept; methylis parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate;
Methyl Parasept; Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M. Methylparaben ini efektif
pada rentang pH yang luas dan memiliki aspektrum luas aktivitas antimikroba,
meskipun mereka paling efektif terhadap ragi dan jamur. Aktivitas antimikroba
meningkat dengan meningkatnya panjang rantai bagian alkil, tetapi kelarutan dalam
air menurun; oleh karena itu campuran paraben sering digunakan untuk
memberikan pengawetan yang efektif. Kemanjuran pengawet juga ditingkatkan
dengan penambahan propilen glikol (2–5%), atau dengan menggunakan paraben
dalam kombinasi dengan agen antimikroba lain seperti imidurea. (Rowe et al,.2009)
edathamil disodium; edetate disodium; edetic acid, disodium salt (Rowe et al.,
2009)
Disodium edetate memiliki bentuk kristal putih, bubuk tidak berbau dengan
rasa yang sedikit asam, Disodium edetate bersifat sebagai asam lemah,
menggantikan karbon dioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam untuk
membentuk hidrogen. Ini tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat, basa kuat, ion
logam, dan paduan logam (Rowe et al., 2009).
Disodium edetate digunakan secara luas pada berbagai sediaan, seperti pada
sediaan topikal, oral, dan parenteral dan juga banyak digunakan secara luas dalam
kosmetik dan produk makanan. Disodium edetate dan kalsium edetate disodium
digunakan dalam jumlah dan variasi formula farmasi yang lebih banyak dari pada
asam edetik. Baik kalsium edetat dan kalsium edetat disodium kurang diserap dari
saluran pencernaan dan dikaitkan dengan sedikit efek samping bila digunakan
sebagai eksipien di formulasi farmasi (Rowe et al., 2009).
sekitar 550 ppm itu memberikan rasa yang nyata untuk persiapan. Natrium
metabisulfit biasanya mengandung sejumlah kecil natrium sulfit dan natrium sulfat.
Natrium metabisulfit atau Sodium metabisulfite digunakan sebagai antioksidan
pada pH rendah, sodiumbisulfit pada pH menengah, dan natrium sulfit pada nilai
pH yang lebih tinggi. (Rowe, et al 2009).
2.7.7 Aquadest
Air merupakan kebutuhan sehari hari yang penting bagi manusia, air banyak
digunakan sebagai kebutuhan seperti mandi, rumah tangga, dan juga minum. Dalam
dunia industri termasuk farmasi air juga dibutuhkan, air pada industri farmasi dapat
diklasifikasikan beberapa macam seperti air minum biasa (air yg dapat diminum)
air murni, air murni steril, air murni injeksi (WFI), air steril untuk injeksi, air
bakteriostatik untuk injeksi, air steril untuk irigasi atau juga air steril untuk terhirup.
Peraturan air minum utama nasional salah satunya dengan memurnikan air dengan
proses destilasi, pertukaran ion, atau proses lain. Spesifikasi air yang digunakan
adalah cairan yang bening, tidak bewarna, tidak berbau, dan tidak berasa (Rowe et
al., 2009).
2.7.8 Dimetikon
Dimetikon atau Polydimethylsiloxane, juga dikenal sebagai
dimethylpolysiloxane atau dimethicone, termasuk dalam kelompok senyawa
organosilicon polimer yang biasa disebut sebagai silikon . Dimetikon atau dengan
nama lain dimethylpolysiloxane; dimethylsilicone fluid; dimethylsiloxane;
dimeticonum; methyl poly siloxane; poly(dimethylsiloxane). Dimetikon ini
memiliki fungsi sebagai Antifoaming agen,; emollient, and water-repelling agent.
(Rowe et al., 2009)
Dimetikon dengan berbagai viskositas banyak digunakan dalam kosmetik
dan formulasi farmasi. Dalam emulsi minyak-dalam-air topikal dimethicone
ditambahkan ke fase minyak sebagai agen antifoaming. Dimethicone bersifat
hidrofobik dan juga banyak digunakan dalam topikal persiapan. Secara terapeutik,
dimethicone dapat digunakan dengan simetikon dalam formulasi farmasi oral yang
digunakan dalam pengobatan perut kembung. Kelarutan bahan ini dapat bercampur
dengan etil asetat, metil etil keton, minyak mineral, eter, kloroform, dan toluena;
21
larut dalam isopropil miristat, sangat sedikit larut dalam etanol (95%), praktis tidak
larut dalam gliserin, propilen glikol, dan air. (Rowe t al., 2009)
2.7.9 Tween 80
Tween 80 atau yang memiliki nama lain polysorbates, Polyoxyethylene
Sorbitan Fatty Acid Esters, Atlas E, Armotan PMO 20, Capmul POE-O;
Cremophor PS 80, Crillet 4, Crillet 50, Drewmulse POE-SMO, Drewpone 80K,
Durfax 80, Tween 80. Fungsi dari bahan ini adalah sebagai Dispersing agent;
emulsifying agent; nonionic surfactant; solubilizing agent; suspending agent;
wetting agent. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan Polisorbat stabil terhadap
elektrolit serta asam dan basa lemah; saponifikasi bertahap terjadi dengan asam dan
basa kuat. (Rowe, et al 2009).
pelarut timbal balik untuk polar dan senyawa nonpolar yang dapat membentuk air
dalam minyak atau minyak dalam air emulsi. Sifat-sifat ini juga membuatnya
berguna sebagai pendispersi agen untuk pigmen dalam minyak atau padatan dalam
lemak, atau sebagai pelarut untuk fosfolipid, seperti lesitin. (Rowe et al.,2009).