Anda di halaman 1dari 7

VOL 8 NO.

2 DESEMBER 2019 ISSN: 2320 - 3635

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) DAN DAUN KELOR
(Moringa oleifera Lamk) SEGAR DAN DENGAN PENGOLAHAN

Dayinta Fitri Ayu Luditasari1, Ayu Puspitasari2, Indah Lestari2


Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surabaya
Email : dayintafitri@gmail.com

ABSTRAK
Daun bayam merah dan daun kelor termasuk jenis sayuran yang berpotensi sebagai sumber antioksidan
alami. Masyarakat biasanya mengkonsumsi daun bayam merah dan daun kelor dengan cara direbus maupun dikukus.
Namun, proses pemanasan dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan suatu bahan, dimana dari kedua jenis sayuran
tersebut diduga terdapat senyawa antioksidan yang memiliki sifat lebih tahan terhadap panas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui adanya antioksidan yang tahan panas dalam daun bayam merah (Amaranthus tricolor L) dan daun
kelor (Moringa Oleifera L).
Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan penelitian posttest only control group design.
Sampel penelitian yang digunakan yaitu daun bayam merah dan daun kelor yang diambil secara purposive sampling.
Penelitian dilakukan di laboratorium Amami Analis Kesehatan Surabaya dan Lembaga Penyakit Tropis Kampus C
UNAIR Surabaya pada bulan Desember 2018 – Juni 2019. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode DPPH
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Pembacaan aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang maksimum 516 nm.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai IC50 daun bayam merah segar 751,69 ppm , daun bayam
merah rebus 2962,49 ppm , daun bayam merah kukus 2158,66 ppm , daun kelor segar 628,66 ppm , daun kelor rebus
1606,28 ppm , daun kelor kukus 1314,14 ppm. Semakin kecil nilai IC50 , maka aktivitas antioksidan semakin besar.
Aktivitas antioksidan paling besar terdapat pada daun kelor segar dan kedua jenis sayuran tersebut tidak memiliki
antioksidan yang tahan terhadap panas.

Kata Kunci : Nilai IC50, DPPH, Aktivitas Antioksidan, Daun Kelor, Daun Bayam Merah, Variasi Pengolahan

PENDAHULUAN mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang


Penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan senyawa oksigen reaktif, mampu
menyebabkan kerusakan terhadap jaringan dan organ menghambat terjadinya penyakit degeneratif seperti
tubuh. Oksidasi yang berlebihan terhadap asam diabetes, kanker, inflamasi jaringan, kelainan
nukleat, protein, lemak dan DNA sel dapat imunitas, infark jantung dan penuaan dini (Auliyanti,
menimbulkan terjadinya penyakit degeneratif. 2016). Salah satu cara untuk mengatasi dan
Penyakit-penyakit degeneratif disebabkan karena mengurangi penyakit akibat radikal bebas adalah
radikal bebas (Syaifuddin, 2015). Radikal bebas dengan mengkonsumsi makanan kaya antioksidan
diartikan sebagai molekul yang mempunyai satu atau seperti buah dan sayuran (Khasanah, 2016).
lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya Tumbuhan bayam merah (Amaranthus
sehingga relatif tidak stabil. Agar mendapatkan tricolor L) dikenal sebagai salah satu sayuran bergizi
kestabilannya, molekul mencari pasangan tinggi karena banyak mengandung protein, vitamin A,
elektronnya, sehingga disebut juga sebagai Reactive vitamin C dan garam-garam mineral yang sangat
Oxygen Species (ROS) (Ardhie, 2011). Reactive dibutuhkan oleh tubuh serta mengandung antosianin
Oxygen Species (ROS) atau radikal bebas dapat yang berguna dalam menyembuhkan penyakit anemia
menimbulkan kerusakan pada tubuh manusia. (Pebrianti dkk, 2015). Selain bayam merah, terdapat
Namun, kerusakan akibat radikal bebas dapat tumbuhan lain yang diduga mengandung antioksidan
diminimalkan dengan beberapa cara. yaitu kelor (Moringa oleifera Lamk). Secara
Kerusakan akibat paparan radikal bebas tradisional, umumnya masyarakat menggunakan daun
dapat diminimalkan dengan antioksidan (Dharma, kelor dalam bentuk rebusan untuk mengobati
2012). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat berbagai macam penyakit ( Yuliani dan Desmira 2015
menghambat spesies oksigen reaktif, spesies nitrogen ; Kurniasih 2013). Winarno (2018), dalam
reaktif dan radikal bebas lainnya, sehingga mampu penelitiannya daun kelor telah dilaporkan oleh banyak
mencegah kerusakan pada sel normal, protein dan pakar peneliti dunia, memiliki aktivitas antioksidan
lemak yang akhirnya mencegah penyakit-penyakit karena kandungan polifenolnya yang tinggi. Ekstrak
degeneratif (Pebrianti dkk, 2015). Antioksidan daun kelor, baik daun tua maupun daun muda,

ANALIS KESEHATAN SAINS 710


VOL 8 NO.2 DESEMBER 2019 ISSN: 2320 - 3635

menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal penelitian tentang perbedaan aktivitas antioksidan
bebas. berdasarkan sifat antioksidan dan proses pengolahan
Kedua bahan tersebut memiliki antioksidan pada daun bayam merah (Amaranthus tricolor L) dan
yang berbeda. Kandungan dalam daun bayam merah daun kelor (Moringa oleifera Lamk).
yang berfungsi sebagai antioksidan yaitu Vitamin A,
Vitamin C, flavanoid, beta karoten dan antosianin. BAHAN DAN METODE
Sedangkan di dalam daun kelor mengandung
antioksidan berupa Vitamin (A, E, K, B1, B2, B3, Metode Penelitian
B6), beta karoten dan Vitamin C atau asam askorbat Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan
yang lebih tinggi daripada daun bayam merah. Dalam rancangan posttest only control group design.
masing-masing kandungan kedua bahan tersebut,
Bahan
terdapat antioksidan yang lebih tahan panas daripada
Populasi penelitian ini adalah daun bayam
antioksidan yang lain, yaitu Vitamin A, Vitamin E
merah yang diperoleh dari supermarket daerah
atau α-tokoferol dan Vitamin K karena memiliki sifat
Surabaya , Jawa Timur dan daun kelor yang tumbuh
yang larut dalam lemak dan stabilitas yang cukup
di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo,
tinggi terhadap panas, tetapi tidak stabil terhadap
Kabupaten Sidoarjo, Reagen yang digunkan adalah
cahaya matahari.
ethanol, methanol, vitamin C dan DPPH.
Senyawa baik yang terdapat pada sayuran
tersebut tentunya akan memberikan manfaat bagi Alat
kelangsungan kesehatan kita apabila diolah dan Gelas arloji, labu ukur, timbangan analitik, pipet
dimasak dengan tiga cara yang baik dan benar. volume, mikropipet, aluminium foil, bulb, kuvet,
Sebagian besar, sebelum dikonsumsi, sayuran gelas ukur, batang pengaduk, rotary evaporator, hot
dimasak terlebih dahulu baik dengan direbus, ditumis plate, spektrofotometer UV-Vis.
maupun dikukus, sehingga proses pemanasan tersebut
dapat memberikan perubahan dalam komposisi kimia Prosedur Penelitian
sayuran dan mempengaruhi senyawa bioaktif lainnya Prosedur penelitian meliputi : persiapan sampel,
baik itu mempertahankan kandungan atau justru pengolahan sampel, ekstraksi, uji skrinning fitokimia,
menurunkan kandungannya (Khasanah, 2016). Proses penentuan panjang gelombang maksimum, uji
pengolahan yang dilakukan pada penelitian ini aktivitas antioksidan (metode DPPH).
menggunakan waktu yang secara umum digunakan
pada masyarakat. Proses perebusan dilakukan selama PELAKSANAAN PENELITIAN
5 menit dan proses pengukusan selama 15 menit. Hal Persiapan Sampel
ini berdasarkan uji pendahuluan oleh peneliti pada Memisahkan daun bayam merah dan daun kelor
bulan Februari tahun 2019, bahwa proses perebusan dari batangnya, kemudian mencucinya dengan air
selama 5 menit dan pengukusan selama 15 menit, mengalir. Tiriskan lalu dikeringanginkan selama 5
didapatkan hasil yang layak dikonsumsi. Tekstur dari hari tanpa terkena sinar matahari. Kemudian
sayuran yang diolah terlihat lebih lunak dan mudah dihaluskan dengan blender.
untuk dikonsumsi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Perebusan
Meigaria dkk (2016) berdasarkan perhitungan nilai Daun bayam merah dan daun kelor yang sudah
IC50 diperoleh hasil bahwa nilai IC50 dari ekstrak dipisahkan dari batangnya dan dicuci bersih dengan
aseton daun kelor sebesar 427,49 µg/mL sedangkan air mengalir, lalu dimasukkan kedalam air mendidih.
nilai IC50 dari vitamin C adalah 35,52 µg/mL. Hal ini Dilakukan proses perebusan selama 5 menit,
menunjukkan bahwa ekstrak aseton daun kelor kemudian tiriskan. Sampel dikeringanginkan, lalu
memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dibanding dihaluskan dan ditimbang sebanyak 50 gram
vitamin C. Penelitian yang dilakukan Widiawati kemudian dilakukan sesuai prosedur uji.
(2015) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan
ekstrak metanol daun bayam merah (Amaranthus Pengukusan
tricolor L) dengan pereaksi DPPH yaitu sebesar Daun bayam merah dan daun kelor yang sudah
332,06 ppm dipisahkan dari batangnya dan dicuci bersih dengan
air mengalir, lalu dimasukkan kedalam dandang,
Berdasarkan sifat antioksidan yang berbeda dilakukan proses pengukusan selama 15 menit.
terhadap panas dan cara pengolahan pada daun bayam Sampel dikeringanginkan lalu dihaluskan dan
merah dan daun kelor, masyarakat diharapkan ditimbang sebanyak 50 gram. Kemudian dilakukan
mengetahui cara pengolahan daun bayam merah dan sesuai prosedur uji
daun kelor dengan benar. Sehingga, dilakukan

ANALIS KESEHATAN SAINS 711


VOL 8 NO.2 DESEMBER 2019 ISSN: 2320 - 3635

Prosedur Ekstraksi Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Menimbang sampel sebanyak 50 gram. Kemudian Membuat larutan DPPH 40 ppm dengan pelarut
ditambahkan 200 mL pelarut etanol 96% hingga metanol. Kemudian memipet dalam kuvet
sampel terendam pelarut. dilakukan pengadukan spektrofotometer UV-Vis dan memeriksa absorbansi
secara berulang dan disimpan dalam ruangan Larutan DPPH pada panjang gelombang 500 – 520
gelap/kedap sinar matahari langsung agar tidak terjadi nm. Panjang gelombang maksimum ditentukan
proses oksidasi. Maserasi dilakukan 3 x 24 jam, dengan melihat pada panjang gelombang berapa
dengan menampung filtrat 24 jam pertama, lalu terjadi absorbansi tertinggi larutan DPPH.
menambahkan 150 mL pelarut etanol 96% pada
residu yang tersisa pada 24 jam kedua dan ketiga. Penentuan Aktivitas Antioksidan Dengan Metode
Hasil maserasi berupa filtrat dipisahkan dari residu DPPH
dan dikumpulkan. Filtrat yang diperoleh dari proses Pengujian aktivitas antioksidan ini dibuat larutan
maserasi diuapkan dengan rotary evaporator hingga vitamin C dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 ppm.
diperoleh ekstrak. Larutan sampel uji 50, 100, 200, 300, 400 ppm..
Larutan DPPH dipipet sebanyak 4500µl kemudian
Uji Fitokimia ditambahkan 500µl masing-masing konsentrasi
larutan uji. Setelah itu diinkubasi30 menit kemudian
a. Uji Tanin absorbansinya diukur dengan spektrofotometer UV-
Masing-masing ekstrak daun bayam merah dan Vis pada panjang gelombang maksimum DPPH 516
ekstrak daun kelor di ambil 1 mg, tambahkan 3 tetes nm.Aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus :
pereaksi FeCl3 1%. Adanya tannin pada sampel % 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖
ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 − 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
menjadi hijau atau biru kehitaman (Fauziah dkk., = 𝑋 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
2016). Nilai IC50 ditentukan dengan persamaan y= ax +
b melalui perhitungan secara regresi linier dimana x
b. Uji Fenolik adalah konsentrasi kontrol daun bayam merah dan
FeCl3 1% ditambahkan dengan masing-masing daun kelor (ppm), rebus dan kukus daun bayam
ekstrak daun bayam merah dan ekstrak daun kelor merah dan daun kelor (ppm), vitamin C, dan y adalah
hingga terjadi perubahan warna, lalu warnanya persentase peredaman DPPH (%) (Asmarani dkk,
dibandingkan dengan ekstrak murni, maka akan 2018 ; Barki dkk, 2017).
tampak warna lebih hitam jika positif. Derajat
disesuaikan dengan perubahan warna yang terjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
(Prasetyaningtyas, 2017).
1. Ekstraksi
c. Uji Flavanoid Zat antioksidan pada daun bayam merah dan daun
Masing-masing ekstrak daun bayam merah dan kelor diekstraksi secara maserasi. Metode ini
ekstrak daun kelor sebanyak 1 mL ditambahkan digunakan karena dapat menarik senyawa lebih
dengan 5 mL methanol 30%, kemudian dipanaskan banyak dengan cara dingin yaitu dilakukan tanpa
pada suhu 50ºC selama 5 menit . kemudian larutan proses pemanasan, sehingga tidak merusak zat aktif
tersebut dihomogenkan dan ditetsi 5 tetes H2SO4. pada daun bayam merah dan daun kelor. Pelarut
Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya etanol 96% digunakan karena memiliki kepolaran
warna merah (Siregar, 2012). yang baik untuk mengekstrak berbagai komponen
yang bersifat polar seperti xantorhizol, flavonoid,
d. Uji Alkaloid xanton, glikosida dan tannin (Syaifuddin, 2015).
Masing-masing ekstrak daun bayam merah dan Hasil ekstraksi pada masing-masing sampel dapat
ekstrak daun kelor sebanyak 2 mL ditambahkan 0,5-1 dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
mL asam sulfat 2N. Kemudian dikocok sampai
terbentuk dua lapisan. Lapisan asam (atas) di pipet Tabel 1 Volume ekstrak etanol 96% daun bayam
dan dimasukkan ke dalam tabung lain. Filtrat merah dan daun kelor
ditambahkan beberapa tetes reagen Mayer. Sampel Volume (mL)
kemudian diamati, adanya alkaloid ditandai dengan Sampel
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
terbentuknya endapan putih (Tim Penyusun dkk., Bayam 30 mL 28 mL 25 mL
2008). segar
Bayam 28 mL 30 mL 32 mL
rebus
Bayam 35 mL 30 mL 25 mL
kukus

ANALIS KESEHATAN SAINS 712


VOL 8 NO.2 DESEMBER 2019 ISSN: 2320 - 3635

Kelor segar 25 mL 28 mL 30 mL Hasil uji fitokimia pada tabel 3 menunjukkan bahwa,


Kelor rebus 30 mL 31 mL 33 mL masing-masing daun kelor dan daun bayam merah
Kelor 30 mL 28 mL 30 mL segar maupun dengan pengolahan perebusan dan
kukus pengukusan mengandung golongan senyawa tannin,
fenolik, flavonoid dan alkaloid. Namun pada
Tabel 2 Massa ekstrak etanol 96% daun bayam pemeriksaan uji alkaloid, sampel daun kelor dan daun
merah dan daun kelor bayam merah dengan proses pengolahan
Volume (mL) menghasilkan hasil negatif. Hal ini sesuai dengan
Sampel Replikasi Replikasi Replikasi penelitian yang dilakukan oleh Meigaria (2016),
1 2 3 kandungan alkaloid yang terkandung dalam daun
Bayam 27,9368 25,2120 23,4331 kelor merupakan alkaloid dalam bentuk basa
segar
bebasnya, bukan garamnya sehingga pada saat
Bayam 26,2085 28,3762 30,3368 penarikan zat aktif dengan cara infusa menggunakan
rebus
pelarut air, alkaloid tersebut tidak ikut tersari
Bayam 32,471 28,3712 23,9431
kukus kedalamnya, sebab alkaloid dalam bentuk bebas tidak
Kelor 23,0921 26,370 28,9551 larut dalam air, namun larut dalam pelarut-pelarut
segar organik. Sehingga infusa daun kelor tidak
Kelor 28,033 29,1091 31,231 mengandung alkaloid pada uji skrining fitokimia
rebus .
Kelor 28,1752 26,8732 28,605 3. Panjang Gelombang Maksimum
kukus Panjang gelombang maksimum ditetapkan pada
516 nm dengan absorbansi DPPH sebesar 0,796.
Hasil ekstrak pada penelitian ini tidak Panjang gelombang maksimum DPPH adalah 516 nm
mendapatkan ekstrak kental, dikarenakan pada sesuai dengan penelitian Syandita (2018) yang
sampel masih terdapat kandungan air pada proses menyatakan panjang gelombang yang mengasilkan
perebusan dan pengukusan sehingga pada saat proses serapan maksimum pada senyawa DPPH yaitu
penguapan dengan rotary evaporator, air susah untuk panjang gelombang 516 nm.
diuapkan. Hal ini dibuktikan pada penelitian
penelitian Asmarani (2018) menyatakan bahwa hasil 4. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
ekstraksi tidak didapatkan ekstrak kental pada sampel Setelah dilakukan penelitian aktivitas antioksidan
seduhan. Hal ini dikarenakan pada sampel seduhan pada daun bayam merah dan daun kelor dengan
terdapat aquades yang digunakan untuk menyeduh variasi pengolahan, didapakan hasil yang ditunjukkan
sampel kayu secang. Etanol 96% memiliki titik didih pada tabel 4.
78,37 ℃ dan Aquades memiliki titik didih 100 ℃.
Titik didih aquades yang lebih tinggi dari titik didih Tabel 4 Hasil uji aktivitas antioksidan pada vitamin
etanol 96% menyebabkan pada proses penguapan C, daun bayam merah
dengan rotary evaporator, aquades sulit diuapkan.

2. Uji Fitokimia

Tabel 3 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol

Volume (mL)
Sampel
Tanin Fenolik Flavanoid Alkaloid
Bayam + + + +
segar
Bayam + + + -
rebus
Bayam + + + -
kukus
Kelor + + + +
segar
Kelor + + + -
rebus
Kelor + + + -
kukus

ANALIS KESEHATAN SAINS 713


VOL 8 NO.2 DESEMBER 2019 ISSN: 2320 - 3635

Tabel 5 Hasil uji aktivitas antioksidan pada vitamin Perbedaan nilai IC50 daun bayam merah dan
C, daun kelor daun kelor tersebut dapat dikarenakan karena banyak
faktor yaitu hasil ekstrak pada penelitian ini tidak
mendapatkan ekstrak kental, dikarenakan pada
sampel masih terdapat kandungan air pada proses
perebusan dan pengukusan sehingga pada saat proses
penguapan dengan rotary evaporator, air susah untuk
diuapkan. Hal ini dibuktikan pada penelitian
penelitian Asmarani (2018) menyatakan bahwa hasil
ekstraksi tidak didapatkan ekstrak kental pada sampel
seduhan. Hal ini dikarenakan pada sampel seduhan
terdapat aquades yang digunakan untuk menyeduh
sampel kayu secang. Etanol 96% memiliki titik didih
78,37 ℃ dan Aquades memiliki titik didih 100 ℃.
Titik didih aquades yang lebih tinggi dari titik didih
Pada penelitian ini menggunakan vitamin C etanol 96% menyebabkan pada proses penguapan
sebagai standar anktioksidan karena vitamin C dengan rotary evaporator, aquades sulit diuapkan.
merupakan suatu antioksidan yang larut dalam air dan Dan sesuai dengan penelitian Prasetyaningtyas (2017)
memiliki aktivitas antioksidan yang besar karena menunjukkan bahwa Hasil ekstrak yang tidak murni
bersifat sebagai reduktor. Sifat reduktor tersebut dan masih tercampur dengan air yang terkandung
disebabkan karena vitamin C memiliki gugus hidroksi dalam tumbuhan akan mempengaruhi tingkat
bebas yang bertindak sebagai penangkap radikal kesalahan penimbangan ekstrak dalam pembuatan
bebas dan jika mempunya gugus polihidroksi akan deret konsentrasi sampel sehingga dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan menyebabkan tingginya nilai IC50..
(Prasetyaningtyas, 2017). Perbandingan larutan Faktor lain adalah suhu dan waktu pemanasan
DPPH dan sampel yang dipakai sesuai dengan pada sampel uji. Waktu perebusan yang digunakan
penelitian Prasetyaningtyas (2017) tentang aktivitas adalah 5 menit dan pengukusan selama 15 menit.
antioksidan total pada tumbuhan alur (Suaeda Lamanya proses pemanasan dapat memberikan
maritima (L.) Dumort) segar dan dengan pengolahan pengaruh terhadap aktivitas antioksidan tergantung
yaitu DPPH : sampel = 9:1. Nilai IC50 vitamin C pada sifat senyawa antioksidan. Hal ini sesuai dengan
adalah 15,11 ppm. Nilai IC50 < 50ppm menunjukkan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2016) yang
kekuatan antioksidan sangat kuat (Asmarani, 2018). menunjukkan bahwa Kembang kol yang diberi
Sehingga vitamin C termasuk antioksidan sangat perlakuan perebusan terjadi penurunan aktivitas
aktif. antioksidan disebabkan karena kembang kol sendiri
Hasil pemeriksaan pada sampel daun bayam memiliki kandungan senyawa antioksidan yang
merah segar didapatkan IC50 sebesar 751,69 ppm, mudah larut pada air dan tidak tahan panas seperti
kemudian mengalami kenaikan nilai IC50 setelah vitamin C. Senyawa antioksidan pada kembang kol
dilakukan proses pengukusan selama 15 menit seperti vitamin C yang mudah larut oleh air apabila
sebesar 2158,66 ppm, kemudian pada proses semakin lama kontak dengan air dan juga dengan
perebusan selama 5 menit mengalami kenaikan lamanya waktu pemanasan tentunya akan
menjadi 2962,49 ppm. sedangkan hasil pemeriksaan memberikan nilai aktivitas antioksidan yang semakin
aktivitas antioksidan pada sampel daun kelor segar kecil..
didapatkan IC50 sebesar 628,66 ppm, kemudian Daun kelor dan daun bayam merah biasa
mengalami kenaikan nilai IC50 setelah dilakukan dikonsumsi oleh masyarakat dengan cara direbus atau
proses pengukusan selama 15 menit sebesar 1314,14 dikukus. Proses perebusan dapat menurunkan nilai
ppm, kemudian pada proses perebusan selama 5 gizi dan menyebabkan kandungan vitamin dan
menit mengalami kenaikan menjadi 1606,28 ppm. mineral yang larut dalam air akan keluar
Hasil Penelitian ini berbeda dengan Hasanah dkk (Prasetyaningtyas, 2017). Vitamin C memiliki sifat
(2016), yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun mudah larut dalam air akan terlarut karena adanya
kelor (Moringa Oleifera Lamk) memiliki kemampuan kontak langsung dengan air pada suhu yang tinggi,
sangat lemah untuk menangkap radikal bebas serta antosianin yang bersifat tidak tahan terhadap
ditunjukkan dengan nilai IC50 363,75 ppm. Dan panas dan mudah larut air akan terlepas karena proses
penelitian yang dilakukan Widiawati (2015) perebusan dan pengukusan dalam suhu yang tinggi
menyatakan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak (Khasanah, 2016). Menurut Prasetyaningtyas (2017),
metanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L) menyatakan bahwa pada proses perebusan terjadi
dengan pereaksi DPPH yaitu sebesar 332,06 ppm. pelunakan jaringan tanaman sehingga menyebabkan

ANALIS KESEHATAN SAINS 714


VOL 8 NO.2 DESEMBER 2019 ISSN: 2320 - 3635

komponen senyawa pada tumbuhan alur akan mudah KESIMPULAN DAN SARAN
larut dengan air. Hal ini sesuai dengan penelitian
Syaifuddin (2015) yang menunjukkan bahwa nilai Kesimpulan
aktivitas pada sampel daun bayam merah segar lebih Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan
tinggi dibanding sampel daun bayam merah rebus bahwa :
karena kandungan pada daun bayam merah akan Rata- rata IC50 daun bayam merah segar adalah
mengalami penguraian kimia dan fisik ketika 751,69 ppm, daun bayam merah rebus 2962,49 ppm,
dilakukan proses perebusan. Proses perebusan daun bayam merah kukus 2158,66 ppm, daun kelor
mengakibatkan dinding sel dan membran plasma segar 628,66 ppm, daun kelor rebus 606,28 ppm,
cepat mengalami kerusakan. Air masuk ke dalam daun kelor kukus 1314,14 ppm. Adanya perbedaan
dinding sel dan vakuola kemudian melarutkan rata-rata IC50 antara daun kelor dan daun bayam
senyawa metabolit sekunder ke dalam cairan segar, baik yang direbus maupun dikukus. Serta
pengolahan. Selain itu, waktu perebusan harus kedua jenis sayuran tersebut tidak memiliki senyawa
diperhatikan. Menurut Fauziah (2016), menyatakan antioksidan tahan panas, karena terjadi penurunan
bahwa waktu pemasakan juga harus diperhatikan nilai IC50 pada proses pengolahan yaitu direbus dan
karena perebusan yang terlalu lama akan dikukus
menyebabkan banyaknya zat gizi hilang yaitu
vitamin, mineral, protein serta aroma dari bahan
makanan. Semakin lama bahan makanan itu dimasak, Saran
akan semakin banyak zat-zat gizi yang hilang. Jika 1. Disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat
sayuran mulai dimasak dalam air dingin, akan lebih melakukan pemeriksaan aktivitas antioksidan
banyak kehilangan zat gizi larut air yang terjadi pada sampel yang sama dengan waktu dan
sebelum air itu mendidih, sehingga air harus didihkan konsentrasi yang paling efektif.
terlebih dahulu kemudian baru memasukkan 2. Disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat
sayurannya. Sebaiknya sayuran direbus dengan melakukan pengukuran kandungan zat besi pada
perbandingan air : sayuran adalah 3:1 untuk sampel bayam dengan variasi pengolahan.
meminimalkan kehilangan zat gizinya. 3. Disarankan bagi masyarakat untuk memanfaatkan
Proses pengukusan adalah memasak bahan senyawa antioksidan pada daun kelor dan daun
makanan dengan uap yang dihasilkan dari air yang bayam merah secara maksimal dan tidak merebus
mendidih (Fauziah, 2016). Dengan cara ini bahan dan mengukus daun kelor dan daun bayam merah
makanan tidak berhubungan atau kontak langsung terlalu lama
dengan air mendidih. Pengaruh dari mengukus
hampir sama dengan merebus yaitu menjadikan bahan DAFTAR PUSTAKA
makanan lebih lunak. Namun kelebihan mengukus
daripada merebus adalah dapat mempertahankan Ardhie, Ari Muhandari. 2011. Medicinus Scientific
bentuk asli bahan makanan sehingga tetap menarik Journal Of Pharmaceutical Development And
untuk disajikan. Selain itu kehilangan nilai gizi bahan Medical Application. Tangerang
makanan yang dikukus lebih sedikit. Hasil terbaik Asmarani, Rosa Karunia Putri Dkk. 2018. Analisis
diperoleh bila tempat mengukus tertutup rapat Suhu Seduhan Optimal Pada Aktivitas Kayu
sehingga uap dapat memasak secara efektif. Umbi Secang (Caesalpinia Sappan L.). Surabaya :
umbian, biji-bijian dan padi-padian sebaiknya Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
dikukus menggunakan nampan berlubang sehingga Surabaya
uap dapat masuk dari semua sudut (Fauziah, 2016 ; Auliyanti, Zulmearisa. 2016. Uji Aktivitas
Amaliah & Murdiati, 2013). Pada penelitian Sipayung Antioksidan Total Pada Air Rendaman Buah
dkk (2008) menyatakan bahwa pemasakan dengan Lemon, Kiwi Dan Apel. Surabaya: Politeknik
metode ini dapat mempertahankan cita rasa alami dari Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
bahan makanan dengan terjadinya perpindahan panas Dharma, Harvian Satya. 2012. Peranan Antioksidan
secara konveksi dari uap panas ke bahan makanan Endogen Dan Eksogen Terhadap Kesehatan.
yang sedang dikukus. Sehingga dapat disimpulkan Medical Department : 1
pada penelitian ini adalah kedua bahan ini tidak Fauziah, Anisah Risma. 2016. “Perebusan Dan
memiliki antioksidan yang tahan panas dan memiliki Pengukusan Pada Bit Merah (Beta Vulgaris L.)
aktivitas antioksidan yang lemah. Proses pengolahan Terhadap Kadar Natrium Dan Kalium”. Surabaya
memberikan pengaruh negatif terhadap sampel daun : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
kelor dan daun bayam merah , yang dapat Surabaya.
ditunjukkan dengan nilai IC50 yang meningkat setelah Hasanah, Nur, dkk. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan
dilakukan proses pengolahan. Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera

ANALIS KESEHATAN SAINS 715


VOL 8 NO.2 DESEMBER 2019 ISSN: 2320 - 3635

Lamk ) Dengan Metode Dpph. Program Studi Syaifuddin. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Bayam
Farmasi. Semarang : STIKes Ngudi Waluyo. Merah (Althernanthera Amoena Voss) Segar Dan
JGK-vol.8, no.17 Januari 2016. Rebus Dengan Metode Dpph (1,1 –Diphenyl-2-
Khasanah, Atiqotul. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan 2picylhydrazyl). Surakarta : Universitas Islam
Pada Kembang Kol (Brassica Oleracea Negeri Walisongo.
Var.Botrytis) Dengan Perbedaan Lama Syandita, Azura. 2018. Kandungan Senyawa
Perebusan. Surabaya : Politeknik Kesehatan Flavonoid Dan Aktivitas Antioksidan Pada Apel
Kementerian Kesehatan Surabaya. Manalagi (Malus Sylvestris Mill). Surabaya :
Meigaria, Komang Mirah dkk., 2016. Skrining Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Tim Penyusun dkk. 2008. Buku Ajar Fitokimia (Vol.
Aseton Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk). I). Surabaya: Airlangga University Press.
Jurusan Analis Kimia Universitas Pendidikan Widiawati, Susi. 2015. Aktivitas Antioksidan Dan
Ganesha. Jurnal Wahana Matematika dan Sains, Total Fenol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum),
Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016 Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa), Dan Daun
Pebrianti, Charolin Dkk. 2015. Uji Kadar Antosianin Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L). Jurusan
Dan Hasil Enam Varietas Tanaman Bayam Farmasi. Bandung : Kementerian Kesehatan Ri
Merah (Althernanthera Amoena Voss) Pada Politeknik Kesehatan Bandung.
Musim Hujan. Malang : Universitas Brawijaya Winarno, F.G. 2018. Tanaman Kelor (Moringa
Prasetyaningtyas, Ayu. 2017. “Aktivitas Antioksidan Oleifera L) : Nilai Gizi, Manfaat, Dan Potensi
Total Pada Tumbuhan Alur (Suaeda Maritima (L.) Usaha. 4-5
Dumort) Segar Dan Dengan Pengolahan”. Yuliani, Ni Nyoman Dan Desmira Primanty Dienina.
Surabaya : Politeknik Kesehatan Kementerian 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Infusa Daun Kelor
Kesehatan Surabaya. (Moringa Oleifera Lamk) Dengan Metode 1,1 –
Siregar, R. 2012. Aktivitas Antiobakteri Ekstrak Daun Diphenyl-2-2picylhydrazyl (Dpph). Kupang :
Bunga Kitolod (Laurentia longiflora (L). Peterm) Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Kupang.
Konjungtivitis. Skripsi. Sekolah Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor : Bogor

ANALIS KESEHATAN SAINS 716

Anda mungkin juga menyukai