Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah semangka (Citrullus Lanatus) termasuk dalam golongan labu-labuan

dan melon. Buah semangka merupakan buah yang banyak digemari oleh

masyarakat karena rasanya yang manis dan baik bagi kesehatan. Di Indonesia

buah semangka banyak dikonsumsi secara segar dan sering dijadikan sebagai jus,

karena buah semangka banyak mengandung air sehingga ketika dimakan secara

langsung maka akan terasa segar di mulut dan tenggorokan.

Buah semangka banyak terdapat kandungan zat-zat yang sangat berguna

bagi kesehatan tubuh manusia. Kandungan dari zat-zat tersebut dapat bermanfaat

untuk melindungi jantung, memperlancar pengeluaran urine, dan menjaga

kesehatan kulit. Fungsi buah semangka tidak hanya dapat menghilangkan dahaga

tetapi juga sebagai antioksidan yang baik. Buah semangka dapat diandalkan

sebagai penetral radikal bebas dan mengurangi kerusakan sel dalam tubuh karena

memiliki kadar antioksidan yang tinggi (Rochmatika, 2012).

Di kehidupan sehari-hari umumnya buah semangka hanya dikonsumsi

pada bagian daging yang berwarna mencolok saja, sedangkan kulit dan bagian

lapisan putih kurang diminati masyarakat untuk dikonsumsi dan hanya dibuang

menjadi limbah yang kurang dimanfaatkan. Padahal pada lapisan putih buah

semangka memiliki kandungan zat-zat yang penting bagi kesehatan dan

diperlukan oleh tubuh. Salah satu zat yang terkandung yaitu sitrulin. Sitrulin
2

merupakan salah satu zat antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan kulit

(Rochmatika, 2012).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi,

dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Antioksidan juga

mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah

terbentuknya radikal bebas (Winarsi, 2007). Radikal bebas yang merusak tubuh

dapat dinetralisir oleh senyawa antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa

yang dapat menghambat oksigen reaktif dan radikal bebas di dalam tubuh.

Senyawa antioksidan akan menyerahkan satu atau lebih elektron kepada senyawa

radikal bebas sehingga menjadi bentuk molekul yang normal kembali dan

menghentikan berbagai kerusakan yang akan ditimbulkan (Sasikumar, dkk., 2009)

Senyawa antioksidan alami akhir-akhir ini banyak dikaji oleh berbagai

peneliti sebagai komponen pangan fungsional dan suplemen makanan. Hal

tersebut disebabkan fungsi antioksidan dalam tubuh yang dapat mencegah

berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas seperti kanker dan

jantung koroner, sehingga membuat banyak peneliti yang ingin menguji beberapa

tumbuhan yang dapat dikonsumsi (Andayani, dkk., 2008).

Pengujian antioksidan biasanya menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-

1-pikrilhidrazil). Metode DPPH merupakan radikal yang stabil yang banyak

digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak tumbuhan. Digunakan

metode ini karena menurut Rosiyana (2012) metode DPPH penggunaanya

sederhana, akurat, cepat, dan murah untuk percobaan kemampuan komponen

dalam menangkap senyawa radikal bebas. Metode DPPH ini dapat digunakan
3

pada sampel padatan maupun dalam bentuk larutan dan tidak spesifik untuk

komponen antioksidan tertentu. Sunarni (2005) menyatakan nilai aktivitas

antioksidan dapat dinyatakan dengan IC50, dimana IC50 merupakan konsentrasi

antioksidan yang mamapu menghambat sebanyak 50% radikal.

1.2 Rumusan Masalah

Berapa nilai IC50 ekstrak kulit putih semangka merah, kulit putih semangka

kuning, daging semangka merah dan daging semangka kuning sebagai antioksidan

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai IC50 dari ekstrak buah kulit

putih semangka merah, kulit putih semangka kuning, daging semangka merah dan

daging semangka kuning sebagai antioksidan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengembangan tentang buah semangka yang

mengandung antioksidan

2. Bagi Masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat bahwa dalam buah semangka

memiliki antioksidan yang dapat menghambat terjadinya radikal bebas

sehingga baik untuk dikonsumsi.


4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian yang Relevan

Sinaga (2009) meneliti tentang buah terong belanda (Solanum betaceum

cav.) dengan menggunakan DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dan vitamin C

sebagai kontrol positifnya. Hasil penggujian ekstrak etanol buah terong belanda

dengan metode DPPH ini menghasilkan nilai IC50 yaitu 606.228 ppm pada menit

ke-18 dan 536.132 ppm pada menit ke-36. Sedangkan pada vitamin C yang

sebagai kontrol positifnya yaitu sebesar 28.489 ppm pada menit ke-18 dan 24.103

ppm pada menit ke-36. Maka hal ini menandakan kemampuan antioksidan terong

belanda dalam menangkap radikal bebas lemah.

Yenni (2013) melakukan penelitian tentang uji aktivitas antioksidan pada

buah cabai rawit hijau (Capsium frutescens L.) pada daerah Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).

Sehingga dari penelitian yang dilakukan oleh Yenni maka di peroleh nilai IC50

dari ekstrak etanol buah cabai hijau yaitu sebesar 115,2±5,8 μg/ml.

Ismayanti, dkk. (2013) melakukan penelitian tentang kadar fenolat total

dan aktivitas antioksidan jus kulit buah semangka bulat dan lonjong. Pada

pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, dan diperoleh nilai

IC50 pada aktivitas antioksidan buah semangka bulat sebesar 214,369 ppm dan

buah semangka lonjong sebesar 376,266 ppm. Berdasarkan nilai IC50 yang

diperoleh maka, buah semangka bulat dan lonjong memiliki aktivitas antioksidan

yang lemah.
5

Novriani (2014) melakukan penelitian tentang aktivitas antioksidan

ekstrak etanol dan jus daging buah salak dengan menggunakan metode DPPH dan

diukur panjang gelombang menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil

penelitian yang dilakukan diperoleh nilai IC50 untuk sampel ekstrak etanol daging

buah salak sebesar 371,61 ppm dan jus daging buah salak sebesar 198,04 ppm,

sedangkan untuk vitamin C yang bertindak sebagai kontrol positif memiliki nilai

IC50 sebesar 4,17 ppm, dari hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan jus

daging buah salak memiliki aktivitas antioksidan sangat lemah dibandingkan

dengan vitamin C.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Tanaman semangka

Semangka (Citrullus lanatus) merupakan tanaman buah berupa herba yang

tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari

daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke

berbagai negara seperti Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka

termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya

sangat disukai oleh manusia atau binatang yang ada di benua tersebut, karena

banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat (Prihatman,

2000).

Buah semangka memiliki daya tarik khusus. Buahnya tergolong

mengandung banyak air (sekitar 92 %). Dan mengandung likopen sebesar 48,8 %

(Tadmor, 2005). Nilai gizi buahnya termasuk rendah hanya mengandung 7 %

karbohidrat dalam bentuk gula. Kandungan vitamin dan mineralnya pun tergolong
6

rendah. Meskipun demikian, buah ini bayak penggemarnya. Batang semangka

berbentuk bulat dan lunak, berambut, dan sedikit berkayu. Batang ini merambat,

panjangnya sampai 3,5 - 5,6 meter. Cabang-cabang lateral mirip dengan cabang

utama. Daunnya berbentuk caping, bertangkai panjang, dan letaknya

bersebrangan. Bunga semangka berjenis kelamin satu, tunggal, berwarna kuning,

diameternya sekitar 2 cm. (Sober, 2010).

Gambar 2.1 Buah Semangka (Citrullus lanatus)

2.2.2 Taksonomi

Secara taksonomi tanaman semangka digolongkan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Violales

Suku : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus

Spesies : Citrullus lanatus

2.2.3 Penamaan
7

Semangka pada setiap daerah mempunyai bahasa yang berbeda, dalam

bahasa Inggris, semangka disebut watermelon. Prancis: pasteque. Indonesia:

semangka, cimangko (Minahasa). Malaysia: tembikai, medikai. Papua Nugini:

melon. Filipina: pakwan (Tagalog), sandiya (Bicol), dagita (Marinduque).

Kamboja: ‘oow llok. Laos: moo, teeng moo. Thailand: taengmo (central), tang-

chin (peninsular), matao (nothen). Vietnam: d[uw]a h[aa][us], d[uw]a d[or].

(Syukur, 2009).

2.2.4 Varietas Komersial

Ada dua jenis semangka yang dikenal di Indonesia. Jenis yang sudah lama

masuk dan beradaptasi disebut semangka lokal. Semangka hibrida yang baru

masuk sering disebut semangka introduksi. Berdasarkan kandungan bijinya,

dikenal dua jenis semangka yaitu semangka berbiji dan semangka non biji.

Adapun jenis-jenis semangka lokal yaitu semangka sengkaling dan semangka

bojonegoro. (Agromedia, 2007).

2.2.5 Ciri Morfologi

Semangka merupakan setahun, bersifat menjalar, batangnya kecil dan

panjangnya dapat mencapai 5 m. Batangnya ditumbuhi bulu-bulu halus yang

panjang tajam dan berwarna putih. Batangnya mempunyai sulur yang bercabang

2-3 buah, sehingga memanjat. Tanaman semangka mempunyai bunga jantan,

bunga betina dan hermaprodit yang letaknya terpisah, namun masih dalam satu

pohon. Jumlah bunga jantan biasanya lebih banyak daripada bunga lainnya.

Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur (oval). Kulit buahnya berwarna hijau
8

atau kuning, blurik putih atau hijau. Daging buahnya lunak, berair dan rasanya

manis. Warna daging buah merah atau kuning. (Syukur, 2009).

2.2.6 Vitamin C

Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting

untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan

nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C dikenal sebagai

antioksidan terlarut air paling dikenal, vitamin C juga secara efektif memungut

formasi ROS dan radikal bebas (Frei, 1994).

Sebagai zat penyapu radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi

dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida.

Sebagai reduktor asam askorbat akan mendonorkan satu elektron membentuk

semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi

disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil.

Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat.

Oleh karena kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka

peranannya sangat penting dalam menjaga integritas membran sel (Suhartono,

dkk., 2007).

Vitamin C memiliki struktur yang mirip glukosa, merupakan antioksidan

yang bekerja pada sitosol secara ekstrasel. Vitamin C terdapat dalam bentuk asam

askorbat maupun dehidroaskorbat. Asam askorbat dioksidasi in vivo menjadi

radikal bebas askorbil reversibel dan mampu menjadi asam askorbat kembali.

Secara in vitro, vitamin C berfungsi sebagai koantioksidan pada regenerasi bentuk

radikal vitamin E menjadi vitamin E tereduksi. Asam askorbat masuk sirkulasi


9

untuk didistribusikan ke sel-sel tubuh. Vitamin C adalah antioksidan kuat yang

berperan dibawah kondisi in vitro dan in vivo (Pavlovic, dkk., 2005).

2.2.7 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan atom, molekul atau senyawa-senyawa yang

mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan yang bersifat sangat

reaktif dan tidak stabil (Surai, 2003). Agar menjadi stabil, radikal bebas

memerlukan elektron yang berasal dari pasangan elektron di sekitarnya, sehingga

terjadi perpindahan elektron dari molekul donor ke molekul radikal untuk

menjadikan radikal tersebut stabil (Simanjuntak, 2004). Akibat reaksi tersebut,

molekul donor menjadi radikal baru yang tidak stabil dan selanjutnya

menimbulkan reaksi berantai (Simanjuntak, 2004). Oleh karena itu, radikal bebas

sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena apabila reaksi ini terjadi di dalam

tubuh, maka akan menimbulkan berbagai kerusakan yang menjadi penyebab

berbagai penyakit.

Menurut Madhavi (1996), radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan

protein pada lensa mata yang mengakibatkan terjadinya katarak. Madhavi (1996)

juga menyatakan bahwa radikal bebas dapat merusak membran sel terutama

komponen penyusun membran berupa asam lemak tidak jenuh ganda, merusak

bagian dalam pembuluh darah yang mempermudah pengendapan berbagai zat

termasuk kolesterol sehingga menyebabkan aterosklerosis. Sedangkan Wang

dalam Yulia (2007) menyatakan bahwa radikal bebas dapat menyebabkan oksidasi

DNA sehingga DNA termutasi dan menimbulkan kanker. Senyawa radikal juga
10

menyebabkan terjadinya proses penuaan akibat rusaknya sel-sel jaringan tubuh

serta dapat menimbulkan penyakit autoimun. (Muchtadi, 2000).

2.2.8 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di

dalam bahan. Penggunaan antioksidan meliputi bahan antara lain lemak hewani,

minyak nabati, produk pangan, dengan kadar lemak tinggi, produk pangan

berkadar lemak rendah, produk daging, produk ikan dan lain-lain. (Cahyadi,

2009).

Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal

bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk sebagai hasil dari

metabolisme oksidatif yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik

yang terjadi dalam tubuh. (Yulia, 2007).

Senyawa antioksidan dapat berfungsi sebagai penangkap radikal bebas,

pembentuk kompleks dengan logam-logam prooksidan dan berfungsi sebagai

senyawa pereduksi (Andlauer dalam Yulia, 2007). Menurut Miller, (2000)

antioksidan dapat menangkap radikal bebas sehingga menghambat mekanisme

oksidatif yang merupakan penyebab penyakit-penyakit degeneratif seperti

penyakit jantung, kanker, katarak, disfungsi otak dan artritis.

Fungsi utama antioksidan digunakan sebagai upaya memperkecil

terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil proses kerusakan

dalam makanan. Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang

belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi

alternatif yang sangat dibutuhkan. (Sartika, 2012).


11

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami.

a. Antioksidan sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil

sintesis reaksi kimia. Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan

penggunaannya untuk makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu

Butyl Hidroksi Anisol (BHA), Butyl Hidroksi Toluen ( BHT), Propil Gallat (PG),

Tert-butil Hidroksi Quinon (TBHQ), Dodesil Gallat (DG) dan Tokoferol.

OH OH
C(CH 3)3 (H 3C) 3C C(CH 3)3

OCH 3 CH3

Gambar 2.2 Struktur Butil Hidroksi Anisol (BHA) Gambar 2.3 Struktur Butil Hidroksi Toluen (BHT)

HO OH CH3
HO C CH3
CH3
O
HO CH3
O
OH
Gambar 2.4 Struktur Propil Galat (PG) Ga mba r 2.5 Struktur te rt-Butilhidrokuinon (TBHQ)

CH3
4
HO 6
5 3
H CH3 H CH3 CH3
7 2
8
H3C O CH3
1 CH3
CH3

Gambar 2.6 Struktur Tokoferol

b. Antioksidan alami

Antioksidan alami merupakan antioksidan hasil ekstraksi bahan alami

yang berasal dari tumbuhan. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber

antioksidan alami, misalnya rempah-rempah, the coklat, dedaunan, biji-bijian,


12

sayur-sayuran, enzim dan protein. Menurut Hendrich (1992), kebanyakan sumber

antioksidan alami adalah tumbuhan dan umumnya merupakan senyawa fenolik

yang tersebar diseluruh bagian tumbuhan, baik di kayu, biji, buah, daun, akar,

bunga maupun serbuk sari.

Berdasarkan fungsinya antioksidan dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

1. Antioksidan primer (Chainbreaking antioxidant)

Antioksidan primer dapat bereaksi dengan radikal lipid dan

mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil. Sebuah senyawa dapat

disebut sebagai antioksidan primer apabila senyawa tersebut dapat

mendonorkan atom hidrogennya dengan cepat ke radikal lipid dan radikal

antioksidan yang dihasilkan lebih stabil dari radikal lipid atau dapat diubah

menjadi produk lain yang lebih stabil (Gordon dalam Yulia, 2007)). Senyawa

yang termasuk dalam kelompok antioksidan primer (Chain-breaking

antioxidant) adalah vitamin E (tokoferol), vitamin C (asam askorbat), β-

karoten, glutation dan sistein (Taher, 2003).

2. Antioksidan sekunder (preventive antioksidant)

Antioksidan sekunder berfungsi sebagai antioksidan pencegah yaitu

menurunkan kecepatan inisiasi dengan berbagai mekanisme, seperti melalui

pengikatan ion-ion logam, penangkapan oksigen dan penguraian

hidroperoksida menjadi produk-produk nonradikal (Gordon dalam Yulia

2007). Pada dasarnya tujuan antioksidan sekunder (preventive antioksidant)

adalah mencegah terjadinya radikal yang paling berbahaya yaitu radikal


13

hidroksil (Taher, 2003). Proses pembentukan radikal hidroksil terjadi melalui

reaksi Fenton (Gambar 2.2) dan reaksi Haber-Weiss (Gambar 2.3).

Fe2+ (Cu+) + H2O2 Fe3+ (Cu2+)+ OH- + •OH

Gambar 2.7: Reaksi Fenton

Fe3+ (Cu2+) + O2•- Fe2+(Cu+) + O2 (tahap 1)

Fe2+ (Cu+) + H2O2 Fe3+ (Cu2+) + OH- + •OH (tahap 2)

Gambar 2.8: Reaksi Haber-Weiss

Contoh antioksidan sekunder antara lain turunan-turunan asam fosfat, asam

askorbat, senyawa karoten, sterol, fosfolipid dan produk-produk reaksi maillard

(Yulia, 2007).

2.2.9 Metode Pengujian Antioksidan

Beberapa metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan,

antara lain

2.2.9.1 Metode Peredaman Radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

Menurut Pokorni, 2001, radikal bebas yang biasa digunakan adalah

2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). DPPH merupakan senyawa radikal bebas

yang stabil sehingga apabila digunakan sebagai pereaksi dalam uji penangkapan

radikal bebas cukup dilarutkan dan bila disimpan dalam keadaan kering dengan

kondisi penyimpanan yang baik akan stabil selama bertahun-tahun. Mekanisme

penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan yaitu berupa donasi proton kepada

radikal. Donasi proton menyebabkan radikal DPPH berwarna ungu menjadi

senyawa non-radikal yang akan kehilangan warna ungunya yang mana pemudaran
14

warna ini dapat ditunjukkan dengan adanya penurunan serapan dari DPPH pada

panjang gelombang optimumnya yang diukur dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Pada metode ini, DPPH berperan sebagai radikal bebas

yang direndam oleh antioksidan dari bahan uji, dimana DPPH berperan sebagai

akan bereaksi dengan antioksidan tersebut membentuk 2,2-difenil-1-pikrilhidrazin

(Juniarti & Yuhernita, 2009). Parameter untuk menginterpretasikan hasil

pengujian dengan metode DPPH adalah IC50 (Inhibition concentration). IC50

merupakan konsentrasi larutan sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap

aktivitas DPPH sebesar 50% (Molyneux, 2004).

Berikut reaksi peredaman radikal bebas oleh senyawa antioksidan :

N N

N* + R*H* NH + R*
O2N NO2 O2N NO2

NO2 NO2
ungu kuning
diphenyl picrylhidrazile Antiox diphenyl picrylhidrazine Rad.Antiox

Gambar 2.9 Reaksi reduksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas
(antioksidan)

2.2.10 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Simplisia yang

diekstraksi mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa
15

aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain

(Indonesia, 2000).

Metode ekstraksi yang digunakan dalam bidang farmasi meliputi

pemisahan bagian aktif tanaman berkhasiat obat dari komponen yang tidak aktif

dengan menggunakan pelarut selektif. Selama ekstraksi pelarut berdifusi kedalam

bahan tanaman yang padat dan melarutkan senyawa yang terkandung didalamnya

berdasarkan kepolaran yang sama (Ncube, dkk., 2008).

Prosedur ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan

dan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan dari tanaman

menggunakan pelarut yang selektif. Ekstrak yang diperoleh setelah distandarisasi

dapat digunaka sebagai bahan obat-obatan seperti dalam bentuk tinktur atau

ekstrak cair dan dapat diproses lebih lanjut untuk dibuat dalam bentuk sediaan

seperti tablet dan kapsul. Tanaman yang diekstraksi mengandung campuran

kompleks dari metabolit seperti alakaloid, terpenoid, flavonoid dan lignin (Handa,

2008).

2.2.11 Metode Ekstraksi

a. Cara dingin

Maserasi adalah proses pengekstrak simplisia dengan beberapa kali

pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan. Secara teknologi

termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada

keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan yang kontinu.

Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Indonesia, 2000).


16

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umunya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahapan maserat antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang

jumlahnya 1-5 kali bahan (Indonesia, 2000).

b. Cara Panas

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan

adanya pendingin baik. umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna

(Indonesia, 2000).

Soxhlet adalah proses ekstraksi yang selalu baru umunya dilakukan

dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut

relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Indonesia, 2000).

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari

temperatur ruangan, yatru secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C

(Indonesia, 2000).

2.2.12 Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari

spectrum dengan panjang gelombang tertentu dengan fotometer adalah alat

pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi,

spektrofotometer digunakan untuk mrngukur energi secara relative jika energi


17

tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang

gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat

pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar

dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari

berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatka trayek panjang

gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang

gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang

gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang

yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya

seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko

dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko

ataupun pembanding (Khopkar, 2010)

Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,

sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm

(Dachriyanus, 2004). Prinsip kerja dari alat spektrofotometri UV-Visible adalah

adanya interaksi antara radiasi pada rentang panjang gelombang 200-800 nm yang

dilewatkan terhadap suatu senyawa. Elektron-elektron pada ikatan di dalam

molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih

tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan

tersebut. Semakin longgar elektron tersebut ditahan di dalam ikatan molekul,


18

maka semakin panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap

(Noor, 2010).
Sumber Monokromator Tempat Detektor
Radiasi Sampel

Recorder Amplifier

Gambar 2.10 : Rangkaian Spektrofotometer Sinar Tampak

Unsur-unsur terpenting dari spektrofotometer, yang ditunjukan secara

skematik pada gambar adalah sebagai berikut :

1. Sumber energi radiasi yang kontinu dan meliputi daerah spectrum. Untuk

daerah tampak digunakan lampu pijar dengan filament wolfarm, daerah

ultraviolet, sedangkan untuk daerah inframerah digunakan lampu dengan

pemijar Nernst.

2. Monokromator, merupakan suatu alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit

dari panjang gelombang. Panjang gelombang dari spectrum luas yag bersal

dari sumber sinar. Untuk daerah tampak menggunakan monokromator berupa

prisma dari bahan gelas, daerah ultraviolet menggunakan prisma dari bahan

kuarsa, sedangkan daerah inframerah menggunaka garam buatan sebagai

bahan monokromatornya.

3. Wadah untuk sampel pada daerah ultraviolet dan visible, sel sebagai tempat

sampel pada umumnya memiliki panjang lintasan sebesar 1 cm sedangkan

untuk daerah inframerah digunakan panjang lintasan yang pendek yaitu

sebesar 0,1 nm.


19

4. Detektor, merupakan suatu transducer yang berfungsi mengubah energi

radiasi menjadi sinyal-sinyal listrik. Untuk daerah ultraviolet dan visible

digunakan detektor fotoelektrik berupa tabung foto. Sedangkan daerah

inframerah digunakan detektor berupa termokopel.

5. Amplifier/penguat, merupakan alat untuk memperkuat sinyal listrik yag

dihasilakn detektor agar mudah untuk diamati.

6. Recorder/pembaca, merupakan alat untuk merekam besarnya sinyal listrik

yang dihasilkan (Day dan A.L., 2002).

2.3 Kerangka Pemikiran

Buah semangka banyak di konsumsi di kalangan masyarakat sebagai buah

yang segar, dan juga sering dijadikan sebagai jus. Buah semangka sangat segar

apabila dikonsumsi secara langsung. Daging buah semangka terdiri dari lapisan

daging buah berwarna putih sampai merah. Daging buah semangka yang

kebanyakan dikonsumsi masyarakat hanya pada bagian daging yang berwarna

mencolok (misalnya merah, merah muda dan kuning) sedangkan pada bagian

lapisan putih kurang diminati masyarakat untuk dikonsumsi dan hanya dibuang

menjadi limbah yang kurang dimanfaatkan. Padahal lapisan putih pada kulit buah

semangka ini sebenarnya banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi

kesehatan, salah satunya zat tersebut yaitu sitrulin. Sitrulin merupakan salah satu

zat antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan kulit (Ismayanti, dkk., 2013).

Melalui penelitian ini maka akan dilakukan pengujian antioksidan pada

buah semangka (Citrullus lanatus) dengan menggunakan buah semangka merah

dan kuning. Dan yang akan digunakan yaitu daging merah dan daging putih
20

(semangka merah), daging kuning dan daging putih (semangka kuning). Dimana

pada penelitian ini digunakan uji dengan menggunakan metode DPPH.

Manfaatnya yaitu agar masyarakat dapat mengetahui kandungan hebat yang

terdapat pada buah semangka, sehingga masyarakat tidak hanya mengetahui

bahwa buah semangka itu hanya dapat menyegarkan tenggorokan saat dimakan

tetapi, baik juga untuk kesehatan karena banyak menggandung antioksidan alami

yang menyehatkan tubuh.

Berdasarkan hasil uraian di atas maka, kerangka pemikiran dapat dilihat

dari alur bagan sebagai berikut

Buah semangka

Memiliki kandungan zat-zat yang


baik bagi kesehatan.

Sitrulin

Lapisan kulit putih Lapisan daging buah


buah semangka semangka

Uji Aktivitas
Antioksidan

Gambar 2.11 Skema kerangka Pemikiran


21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen laboratorium yang

dilakukan di laboratorium.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni-agustus 2016. Di

laboratorium Kimia Lanjut FKIP dan laboratorium Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Tadulako (UNTAD).

3.3 Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah buah semangka

(Citrullus lanatus), yang terdiri dari buah semangka merah dan kuning yang di

ambil dari pasar tradisional yang terdapat di Palu Sulawesi Tengah.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Pisau, oven, corong, neraca digital, blender, spektrofotometer UV-Vis

(T80+ PG Intruments ltd), gelas ukur, gelas kimia, batang pengaduk, ayakan 10

mesh, labu ukur, rotary evaporator (EYELA SB-1100), spatula, erlenmeyer, pipet

ukur, pipet tetes, kertas saring dan aluminium foil.

3.4.2 Bahan

Ekstrak daging merah, kulit putih dan daging kuning buah semangka,

etanol p.a, 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dan Vitamin C.


22

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Preparasi Sampel

Tahap preparasi sampel terdiri atas beberapa langkah-langkah yaitu :

1. Buah semangka merah di belah, lalu dipisahkan antara daging merah, daging

putih dan kulitnya.

2. Daging merah dan putih di iris kecil-kecil sedangkan kulitnya di buang. Lalu,

diperas daging buah semangka untuk menghilangkan sedikit kandungan

airnya.

3. Daging merah dan putih semangka dikeringkan dengan cara di oven selama

2x24 jam pada suhu 48oC, lalu dihancurkan dengan menggunakan blender.

4. Sampel yang telah halus siap untuk diekstraksi.

5. Melakukan perlakuan yang sama untuk sampel buah semangka kuning.

3.5.2 Ekstraksi Sampel

Sebanyak 10 gram daging merah buah semangka yang telah halus

dimaserasi dengan 100 mL etanol. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan

didiamkan selama 2x24 jam. Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas

saring untuk memisahkan residu dan filtratnya. Kemudian residunya dimaserasi

kembali dengan pelarut etanol, kemudian filtrate hasil maserasi pertama

ditambahkan dengan filtrat hasil maserasi kedua diuapkan pelarutnya

menggunakan rotary evaporator. sehingga di peroleh ekstrak pekat pada daging

merah buah semangka. Perlakuan yang sama dilakukan untuk daging putih dan

daging kuning buah semangka.


23

3.5.3 Uji Aktivitas Antioksidan

3.5.3.1 Pembuatan larutan DPPH

Sebanyak 1,25 mg DPPH dilarutkan dengan etanol absolute ke dalam labu

ukur 25 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan etanol absolute sampai

garis tanda batas.

3.5.3.2 Pembuatan larutan induk ekstrak buah semangka

Masing – masing sebanyak 2,5 mg ekstrak daging merah dan daging putih

(semangka merah), serta daging kuning dan daging putih (semangka kuning),

dilarutkan ke dalam labu ukur 25 ml kemudian dicukupkan dengan etanol sampai

tanda batas.

3.5.3.3 Pembuatan larutan induk vitamin C

Diambil sebanyak 2,5 mg vitamin C dimasukkan ke dalam labu ukur 25

mL ditambahkan aquades secukupnya dan dicukupkan dengan etanol sampai

tanda batas.

3.5.3.4 Pembuatan larutan uji dengan konsentrasi (5, 15,25 dan 35 ppm)

Sebanyak 1,25 mL, 3,75 mL, 6,25 mL dan 8,75 mL larutan induk

dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Larutan masing-masing ditambahkan 1

mL larutan DPPH, kemudian ditambahkan etanol sampai tanda batas, kemudian

masing-masing larutan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang 517 nm.

3.5.3.5 Larutan pembanding Vitamin C ( 5, 15, 25 dan 35) ppm

Sebanyak 1,25 mL, 3,75 mL, 6,25 mL dan 8,75 mL larutan pembanding

dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Larutan masing-masing ditambahkan 1


24

mL larutan DPPH Kemudian ditambahkan etanol sampai tanda batas, kemudian

larutan masing-masing diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang 517 nm.

3.5.3.6 Pengukuran serapan blanko

Larutan DPPH diambil sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan ke dalam

labu ukur 25 mL dan dicukupkan volumenya dengan etanol sampai tanda batas,

setelah itu larutan didiamkan selama 30 menit. Larutan diukur dengan

menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm.

3.5.4 Analisa Data

Besarnya Daya antioksidan dihitung dengan rumus:

(absorbansi blanko−absorbansi sampel )


Daya antioksidan = x 100%
absorbansi blanko

(Zuhra, 2008).
25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Ekstraksi Buah Semangka Menggunakan Pelarut Etanol


Data hasil ekstraksi buah semangka merah, semangka kuning dan kulit putih

semangka merah dan kuning yang diperoleh pada penelitian ini disajikan dalam

tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil ekstraksi buah semangka yang diperoleh pada penelitian

No Jenis Sampel Massa sampel Volume Massa


(g) Etanol (mL) Ekstrak (g)
1. Buah semangka merah 10 25 0,0025
2. Buah semangka kuning 10 25 0,0025
3. Kulit putih semangka merah 10 25 0,0025
4. Kulit putih semangka kuning 10 25 0,0025

4.1.2 Hasil Pengukuran Absorbansi


Data hasil pengukuran absorbansi ekstrak buah semangka dan pembanding

Vitamin C yang telah ditambahkan dengan larutan DPPH sesuai variasi

konsentrasi disajikan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Absorbansi Vitamin C dan Ekstrak Buah

Semangka merah, semangka kuning dan kulit putih semangka merah dan

semangka kuning.

No Konsentrasi Absorbansi (A)


Kulit Putih Kulit Daging Daging Vitamin
26

. (ppm) Semangka Putih Semangka Semangka C


Merah Semangka Merah Kuning
Kuning
1. 5 0,572 0,588 0,572 0,573 0,477
2. 15 0,591 0,612 0,571 0,571 0,234
3. 25 0,492 0,584 0,589 0,590 0,088
4. 35 0,354 0,583 0,591 0,584 0,087
Absor
bansi blanko = 1,410

4.1.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan


Data hasil uji aktivitas antioksidan dari ekstrak buah semangka merah,

semangka kuning, kulit putih semangka merah dan semangka kuning dan larutan

pembanding vitamin C terdapat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan


No Sampel IC50 (ppm) Daya Antioksidan
.
1. Vitamin C 9,526 Sangat Kuat
2. Kulit Putih Semangka Merah 14,733 Sangat Kuat
3. Kulit Putih Semangka Kuning 16,782 Sangat Kuat
4. Daging Semangka Merah 16,619 Sangat Kuat
5. Daging Semangka Kuning 16,575 Sangat Kuat

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Ekstraksi Buah Semangka Dengan Menggunakan Pelarut Etanol
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Simplisia yang

diekstraksi mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa

aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain

(Indonesia, 2000).

Perlakuan awal yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menyiapkan

sampel buah semangka (Semangka Merah dan Semangka Kuning) yang masih
27

segar. Kemudian memotong buah semangka dan memisahkan antara daging

semangka dan kulit putih semangka. Selanjutnya, memotong kecil-kecil lalu

sampel buah semangka (Daging semangka merah, daging semangka kuning, kulit

putih semangka merah dan kulit putih semangka kuning) lalu mengeringkannya

kedalam oven dengan suhu 48oC. Proses pengeringan dalam oven ini bertujuan

untuk menghilangkan kadar air pada sampel serta mencegah terjadinya proses

penjamuran, alasan digunakan temperatur pengeringan tersebut adalah untuk

mencegah kemungkinan rusaknya senyawa antioksidan, karena pada umumnya

senyawa antioksidan rusak pada temperatur 60o – 70o C (Indra, 2011). Selanjutnya

sampel buah semangka (Daging semangka merah, Daging semangka kuning, kulit

putih semangkamerah dan kulit putih semangka kuning) dihaluskan dengan

menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan.

Perlakuan selanjutnya yaitu serbuk buah semangka (daging semangka

merah, daging semangka kuning, kulit putih semangka merah dan kulit putih

semangka kuning) ditimbang sebanyak 10 gram dan diekstraksi dengan

menggunakan pelarut etanol sebanyak 100 mL. Penggunaan pelarut etanol yaitu

karena pelarut etanol sudah umum digunakan untuk melarutkan senyawa-senyawa

metabolit sekunder dalam bahan alam dan ditinjau dari sifat polarnya, pada

penelitian ini digunakannya pelarut etanol sebanyak 100 mL untuk 10 gram

sampel buah semangka, karena menurut Harbone (1987), ekstraksi efektif jaringan

tumbuhan yaitu menggunakan pelarut yang sesuai 10 kali volume atau bobot

sampel, sehingga digunakan perbandingan etanol dan sampel yaitu 1:10. Proses

ektraksi dilakukan dengan proses maserasi selama 2 x 24 jam. Dilakukan dengan


28

cara maserasi karena cara ini mudah digunakan dan tidak memerlukan alat yang

khusus. Selanjutnya dilakukan proses penyaringan menggunakan kertas saring

untuk memisahkan antara filtrat dan residu. Kemudian residu yang diperoleh

dimaserasi kembali dengan perlakuan yang sama, lalu filtrat yang diperoleh

dicampur dengan filtrat yang diperoleh pada maserasi pertama. Kemudian filtrat

yang diperoleh diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator pada suhu

45oC, sehingga pelarut (etanol) yang terkandung di dalam ekstrak dapat teruapkan,

sehingga diperoleh ekstrak pekat dari buah semangka (Daging semangka merah,

daging semangka kuning, kulit putih semangka merah dan kulit putih semangka

kuning) secara berturut-turut yaitu sebesar 5,17 gram, 3,99 gram, 7,48 gram dan

4,76 gram.

4.2.2 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Semangak (Kulit Putih

Semangka Merah, Kulit Putih Semangka Kuning, Daging Semangka Merah

dan Daging Semangka Kuning)

Pelaksanaan uji aktivitas antioksidan ekstrak buah semangka dilakukan

dengan menggunakan metode DPPH. Metode ini digunakan karena sangat

sederhana untuk mengukur kemampuan antioksidan dalam menangkap radikal

bebas serta ujinya sederhana dan cepat. Lalu hanya memerlukan sedikit bahan

yang digunakan (Hanani, dkk., 2005). Menurut Utomo (2008), metode pengujian

menggunakan DPPH merupakan metode yang konvensional dan telah lama

digunakan untuk penetapan aktivitas senyawa antioksidan.

Pengukuran aktivitas antioksidan pada sampel dilakukan pada panjang

gelombang 517 nm. Digunakan panjang gelombang ini karena merupakan panjang
29

gelombang maksimum DPPH. Menurut Ozcelik, dkk. (2003), senyawa DPPH

sensitif terhadap basa lewis dan jenis pelarut. Metode DPPH diperoleh dari nilai

absorbansi karena perubahan warna larutannya. Larutan yang awalnya berwarna

ungu akan berubah menjadi warna kuning. Perubahan ini terjadi saat radikal

DPPH ditangkap oleh antioksidan yang melepas atom hidrogen untuk menangkap

DPPH-H stabil. Reaksi peredaman radikal bebas oleh senyawa antioksidan dapat

dilihat pada Gambar 4.1

N N

N* + R*H* NH + R *

O2N NO2 O2N NO2

NO2 NO2
ungu kuning
diphenyl picrylhidrazile Antiox diphenyl picrylhidrazine Rad.Antiox

Gambar 4.1 Reaksi reduksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas
(antioksidan)
Hasil penelitian untuk nilai absorbansi ekstrak buah semangka (kulit putih

semangka merah, kulit putih semangka kuning, aging semangka merah dan daging

semangka kuning) setelah diukur serapan absorbansinya dapat dilihat pada

Gambar 4.2.
30

2.5
0.57 0.57 0.59 ekstrak daging
0.58 semangka kuning
2
0.57 0.57 ekstrak daging
0.59 semangka merah
1.5 0.59
0.61 ekstrak kulit
0.59 0.58 putih semangka
1 0.58 kuning
0.5 0.57 0.59 0.49 ekstrak kulit
0.35 putih semangka
merah
0
5 15 25 35

Gambar 4.2. Nilai Absorbansi DPPH

Berdasarkan Gambar 4.2, dapat dilihat bahwa perbedaan nilai absorbansi

yang diperoleh dari keempat sampel tidak terlalu memiliki perbedaan. Nilai

absorbansi ekstrak buah semangka (kulit putih semangka merah, kulit putih

semangka kuning, daging semangka merah dan daging semangka kuning) terlihat

tidak stabil seiring dengan meningkatnya konsentrasi. Hal ini tidak sesuai dengan

hukum Lambert-Beer, yang menyatakan bahwa konsentrasi suatu sampel

berbanding lurus dengan absorbansi, atau semakin tinggi konsentrasi maka

semakin tinggi pula nilai absorbansi suatu sampel, dimana untuk sampel ekstrak

kulit putih semangka merah dan ekstrak kulit putih semangka kuning pada

konsentrasi 5 mg/L ke konsentrasi 15 mg/L mengalami kenaikan nilai absorbansi,

sedangkan pada konsentrasi 15 sampai 35 mg/L nilai absorbansinya menurun. Hal

ini dapat dijelaskan bahwa adanya aktivitas antioksidan pada sampel di tandai

dengan perubahan warna DPPH dari ungu gelap menjadi ungu terang pada

konsentrasi 35 mg/L untuk sampel ekstrak kulit putih semangka merah dan
31

ekstrak kulit putih semangka kuning warna DPPH berkurang. Hal ini dikarenakan

semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit putih semangka merah dan ekstrak kulit

putih semangka kuning maka partikel-partikel senyawa antioksidan yang

terkandung akan semakin banyak sehingga semakin besar aktivitas antioksidannya

dan menyebabkan absorbansi pada kosentrasi 15 mg/L sampai 35 mg/L menurun.

Sedangkan untuk sampel ekstrak daging semangka merah pada konsentrasi 5

mg/L ke konsentrasi 15 mg/L mengalami penurunan nilai absorbansi. Hal ini

dikarenakan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daging semangka merah maka

partikel-partikel senyawa antioksidan yang terkandung akan semakin banyak

sehingga semakin besar pula aktivitas antioksidannya dan menyebabkan

absorbansinya semakin berkurang (Talapessy, dkk., 2013). Sedangkan pada

konsentrasi 15 sampai 35 mg/L mengalami kenaikan nilai absorbansi dengan

meningkatnya konsnetrasi. Hal ini dikarenakan pada konsnetrasi larutan sampel

tersebut kurang baik aktivitas antioksidannya sehingga absorbansinya meningkat

dan untuk ekstrak daging semangka kuning, pada konsentrasi 5 mg/L ke

konsentrasi 15 mg/L mengalami penurunan nilai absorbansi sedangkan pada

konsentrasi 15 ke 25 mg/L nilai absorbansinya meningkat dan mengalami

penurunan kembali pada konsentrasi 35 mg/L. Hal ini dapatdijelaskan bahwa

adanya aktivitas antioksidan pada sampel ditandai dengan perubahan warna DPPH

dari ungu gelap menjadi ungu terang. Pada konsentrasi 35 mg/L warna DPPH

berkurang. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daging

semangka kuning maka partikel-partikel senyawa antioksidan yang terkandung

akan semakin banyak sehingga semakin besar aktivitas antioksidannya dan


32

menyebabkan absorbansinya menurun. Dari nilai absorbansi sampel yang

diperoleh maka diperoleh pula persentase penghambat aktivitas antioksidan pada

Gambar 4.3.

300
ekstrak daging semangka
250 58.16 58.58 kuning
59.36 59.51
200 ekstrak daging semangka
58.23 58.09 merah
59.43 59.51
150 ekstrak kulit putih
58.58 58.65 semangka kuning
58.3 56.59
100
ekstrak kulit putih
65.11 74.89 semangka merah
50 59.43 58.09

0
5 15 25 35

Gambar 4.3. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Semangka (Kulit Putih


Semangka Merah, Kulit Putih Semangka Kuning, Daging Semangka
Merah, dan Daging Semangka Kuning).

Berdasarkan grafik 4.3 dapat diketahui bahwa konsentrasi DPPH juga

menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak buah semangka, semakin

besar pula persentasi penghambat radikal bebas DPPH. Pada sampel kulit putih

semangka merah konsentrasi tertinggi dari variasi konsentrasi yang diujikan yakni

35 mg/L memiliki persentase penghambatan radikal bebas sebesar 74,9%. Hasil

persentase penghambatan radikal bebas mendukung hasil pengamatan warna

larutan DPPH setelah di tambahkan ekstrak kulit putih semangka merah. Warna

DPPH yang berkurang lebih banyak memiliki persentase penangkapan radikal

bebas, yang berarti bahwa cahaya lebih banyak diteruskan dan cahaya yang
33

diserap lebih sedikit, untuk sampel ekstrak kulit putih semangka kuning

konsentrasi tertinggi dari variasi konsentrasi yang diujikan yakni 35 mg/L

memiliki persentase penghambatan radikal bebas sebesar 58,65% dan konsentrasi

15 mg/L memiliki persentase penghambatan radikal bebas sebesar 56,59%. Pada

ekstrak daging semangka merah, persentase penghambatan pada konsentrasi 5

mg/L ke 15 mg/L semakin besar sedangkan pada konsentrasi 15 mg/L sampai 35

mg/L persentase penghambatan semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada gambar

diatas. Konsentrasi tertinggi dari variasi konsentrasi yang diujikan yakni 15 mg/L

memiliki persentase penghambatan radikal bebas sebesar 59,51% dan konsentrasi

yang terkecil yaitu pada 35 mg/L memiliki persentase penghambatan radikal

bebas sebesar 58,09 %. Sedangkan untuk sampel ekstrak daging semangka kuning

persentase penghambatan pada konsentrasi 5 mg/L ke 15 mg/L mengalami

kenaikan sedangkan pada konsentrasi 15 ke 25 mg/L persentase penghambatan

mengalami penurunan, dan persentase penghambatan dari 25 ke 35 mg/L

mengalami penaikan kembali persentase penghambatan. Hal ini dapat dilihat dari

gambar diatas. Konsentrasi tertinggi dari variasi konsentrasi yang diujikan yakni

15 mg/L memiliki persentase penghambatan radikal bebas sebesar 59,51% dan

konsentrasi yang terkecil yaitu pada 25 mg/L memiliki persentase penghambatan

radikal bebas sebesar 58,15%. Hasil persentase penghambatan radikal bebas

mendukung hasil pengamatan warna larutan DPPH setelah ditambahkan ekstrak

buah semangka (kulit putih semangka merah, kulit putih semangka kuning, daging

semangka merah dan daging semangka kuning). Warna DPPH yang berkurang

lebih banyak memiliki persentase penangkapan radikal bebas, yang berarti bahwa
34

cahaya lebih banyak diteruskan dan cahaya yang diserap lebih sedikit. Pada

pengujian sampel ini tidak sesuai. Hal ini mungkin terjadi kesalahan saat

membuat larutan uji atau ada hal lain yang menyebabkan.

4.2.3 Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C

Pada perlakuan uji aktivitas antioksidan vitamin C digunakan variasi

konsentrasi yang sama dengan ekstrak buah semangka yaitu 5, 15, 25 dan 35.

Tujuan penggunaan konsentrasi yang sama dengan ekstrak buah semangka yaitu

agar peneliti bisa membandingkan aktivitas antioksidan antara ekstrak buah

semangka dengan vitamin C. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai

absorbansi DPPH dapat dilihat pada Gambar 4.4

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Gambar 4.4 Absorbansi DPPH

Pada Gambar 4.4 Diperoleh bahwa peningkatan konsentrasi vitamin C dari

5 mg/L sampai 35 mg/L mempengaruhi tingkat kemampuan vitamin C untuk

meredam radikal bebas DPPH sehingga nilai absorbansinya menurun. Sehingga


35

semakin tinggi konsentrasi vitamin C maka semakin kuat vitamin C dalam

menangkap radikal bebas DPPH.

Berdasarkan absorbansi yang diperoleh dari hasil penelitian maka

diperoleh juga hasil perentase penghambatan aktivitas antioksidan dari vitamin C

yang disajikan pada Gambar 4.5

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Gambar 4.5. Aktivitas Antioksidan Vitamin C

Pada Gambar 4.11 Menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi vitamin

C dari 5 mg/L sampai 35 mg/L mengalami peningkatan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi vitamin C maka semakin besar

pula persentase penghambatan radikal bebas DPPH yang terjadi. Hal ini

disebabkan karena semakin besar konsentrasi vitamin C, maka semakin banyak

partikel-partikel yang dapat mengoksidasi partikel-partikel dari radikal bebas

DPPH yang ada.


36

4.2.4 Perbandingan Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Ekstrak Buah

Semangka Dengan Kontrol Vitamin C

Hasil penelitian yang dilakukan ini membandingkan aktivitas antioksidan

ekstrak kulit putih semangka merah dengan vitamin C sebagai kontrol positifnya

memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh. Hal ini dapat ditinjau dari persentase

penangkapan radikal bebas dari sampel ekstrak semangka (kulit putih semangka

merah, kulit putih semangka kuning, daging semangka merah dan daging

semangka kuning) yang digunakan sebagai tinjauan utama dalam penelitian ini

tidak terlalu jauh dengan persentase penangkapan radikal bebas dari vitamin C

yang merupakan kontrol positif dari penelitian ini. Perbandingan persentase

penangkapan radikal bebas dari ekstrak semangka (kulit putih semangka merah,

kulit putih semangka kuning, daging semangka merah dan daging semangka

kuning) dan vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.6

100
90
80
70
60 Ekstrak Kulit Putih Semangka
Merah
50
Ekstrak Kulit Putih Semangka
40 Kuning
30 Ekstrak Daging Semangka
20 Merah
10 Ekstrak Daging Semangka
0 Kuning
5 15 25 35 Vitamin C

Gambar 4.6 Perbandingan Persentase Penghambatan Ekstrak Buah Semangka


(Kulit putih semangka merah, Kulit putih semangka kuning, daging
semangka merah dan daging semangka kuning) dan Vitamin C
37

Berdasarkan Gambar 4.6 Terlihat bahawa perbedaan persentase

penghambatan antara ekstrak buah semangka (kulit putih semangka merah, kulit

putih semangka kuning, daging semangka merah, dan daging semangka kuning)

dengan vitamin C tidak terlalu memiliki perbedaan. Hal ini membuktikan bahwa

ekstrak buah semangka memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang hampir

sama dengan vitamin C. Persentase penghambatan ekstrak buah semangka

dikatakan sangat baik walaupun konsentrasinya lebih kecil dibandingkan dengan

konsentrasi vitamin C sebagai kontrol positif. Oleh karena itu, ekstrak buah

semangka sangat baik dimanfaatkan sebagai bahan antioksidan alami.

4.2.5 Pengukuran IC50 Ekstrak Kulit Putih Semangka Merah

Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dengan metode

DPPH adalah IC50 (Inhibition concentration). IC50 merupakan konsentrasi larutan

sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50%

(Molyneux, P, 2004). Semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi nilai aktivitas

antioksidan.

Nilai IC50 diperoleh dari beberapa tahapan yaitu menghitung nilai log

konsentrasi dan nilai probit untuk masing-masing persentase aktivitas penghambat

radikal bebas DPPH. Selanjutnya menghubungkan kedua data dari perhitungan

yang diperoleh dalam 1 grafik utuh, dimana nilai log konsentrasi dijadikan

sebagai sumbu x dan nilai probit digunakan sebagai sumbu y. sehingga dapat

dilihat pada Gambar 4.7 dan 4.8 sampai 4.11.


38

7
f(x) = 4.11 x + 0.98
6 R² = 0.85
5
4
Probit

3
Probit
2 Linear (Probit)
1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

Log Konsentrasi (Vitamin C)

Gambar 4.7 Hubungan Log Konsentrasi dan Probit Vitamin C

6
f(x) = 3.41 x + 1.01
5 R² = 0.79

4
Probit

3
Probit
2
Linear (Probit)
1

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
Log Konsentrasi (Ekstrak Kulit Putih Semangka Merah)

Gambar 4.8 Hubungan Log konsentrasi dan Probit Ekstrak Kulit Putih Semangka
Merah
39

6
f(x) = 3.2 x + 1.08
R² = 0.74
5

4
Probit

3
Y-probit
2 Linear (Y-probit)

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

Log Konsentrasi (Ekstrak Kulit Putih Semangka Kuning)

Gambar 4.9 Hubungan Log konsentrasi dan Probit Ekstrak Kulit Putih Semangka
kuning

6
f(x) = 3.2 x + 1.1
R² = 0.73
5

4
Probit

3
probit2
2 Linear (probit2)

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

Log Konsentrasi (Ekstrak Daging Semangka Merah)

Gambar 4.10 Hubungan Log konsentrasi dan Probit Ekstrak Daging Semangka
Merah
40

6
f(x) = 3.2 x + 1.1
R² = 0.74
5

4
Probit

3
probit2
2 Linear (probit2)

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

Ekstrak Daging Semangka Kuning

Gambar 4.11 Hubungan Log konsentrasi dan Probit Ekstrak Daging Semangka
Kuning

Berdasarkan Gambar 4.7 Dan 4.8 samapi 4.11 Diperoleh nilai untuk

regresi linier y = 4,109x + 0,975 untuk vitamin C sebagai kontrol positif dan

untuk buah semangka (kulit putih semangka merah, kulit putih semangka kuning,

daging semangka merah dan daging kuning semangka kuning) sebagai sampel

diperoleh nilai untuk regresi linier secara berturut turut yaitu y = 3,4135x +

1,0122 untuk ekstrak kulit putih semangka merah, y = 3,1997x + 1,0808 untuk

kulit putih semangka kuning, y = 3,954x + 1,0998 untuk daging semangka merah

dan y = 3,2005x + 1,0972 untuk ekstrak daging semangka kuning sebagai sampel.

Pada Gambar 4.7 Dan 4.8 sampai 4.11 Diperoleh juga nilai r dari ekstrak buah

semangka (kulit putih semangka merah, kulit putih semangka kuning, daging

semangka merah dan daging semangka kuning) secara berturut-turut adalah

0,7861; 0,7412; 0,734; 0,7356 dan vitamin C sebagai kontrol positif adalah

0,8512. Dari data nilai r yang diperoleh maka data probit dari vitamin C lebih baik

dibandingkan dengan sampel ekstrak buah semangka (kulit putih semangka


41

merah, kulit putih semangka kuning, daging semangka merah dan daging

semangka kuning). Dilihat dari literatur jika grafik hasil perhitungan memiliki

nilai r mendekati 1 atau sama dengan 1, maka data hasil penelitian sangat baik.

Sehingga dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dikatakan nilai r untuk

vitamin C dan ekstrak kulit putih semangka merah yang diperoleh cukup baik. Hal

ini mungkin disebabkan karena 3 hal yaitu :

1. kurang baiknya pembuatan deret konsentrasi larutan yang digunakan

2. instrument (spectrophotometer Genesys) yang tidak dikalibrasi secara

benar, dan

3. pengotor dalam tabung reaksi yang digunakan sebagai tempat awal

larutan.

(Day, JR, 1999)


42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai

IC50 yang diperoleh dari sampel ekstrak buah semangka (kulit putih semangka

merah, kulit putih semangka kuning, daging semangka merah dan daging

semangka kuning) yang diperoleh dari grafik secara berturut-turut yaitu 14,729

mg/L, 16,782 mg/L, 16,619 mg/L dan 16,575 mg/L, dan keempat sampel ini

tergolong sebagai antioksidan alami yang sangat kuat.

5.2 Saran

Penulis memberikan saran agar penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas

antioksidan pada biji buah semangka dan analisis vitamin c pada kulit dan buah

semangka..
43

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. (2007). Budidaya Semangka. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Andayani, R, Maimunah & Lisawati.Y. (2008). “Penentuan Aktivitas


Antioksidan, Kadar Fenolat Total dan Likopen pada Buah Tomat (slanum
lycopersicum L)”. Jurnal sains dan teknologi farmasi. 13(1): 31-37

Cahyadi, (2009). Analisis dan Aspek Kesehatan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Dachriyanus, (2004). Analisis Struktur senyawa Organik Secara Spektroskopi,


cetakan I. Padang: Universitas Andalas Press.

Day, R.A. & A.L., Underwood. (2002). Analisa Kimia Kuantitatif Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.

Faizah, E.T.A. (2009). Analisis Pendapatan Usahatani Semangka (Citrullus


vulgaris) Di kabupaten Sragen. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta: Tidak diterbitkan.

Frei. (1994). Reactive Oxygen Species and Antioxidant Vitamins: Mechanisms of


Action (American Jurnal Medicine). Excerpta Medica Inc.

Gordon. (1990). “ The Mechanism of Antioxidant Action in Vitro”. Di Dalam


Food Antioxidant. Hudson, B. J. F (eds). London: Elsiever Applied
Science. pp 270-291.

Hanani, E., Mun’im, A., & Sekarini R. (2005). Identifikasi Senyawa Antioksidan
Dalam Spons Callyspongia Sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian. 2, (3), 127-133.
Ismayanti, Bahri. S, & Nurhaeni. (2013). “Kajian Fenolat dan Aktivitas
Antioksidan Jus Kulit Buah Semangka (Citrullus lanatus)”. Jurnal of
natural science. 2(2) : 36-45.

Juniarti, O. D. & Yuhernita. (2009). Kandungan senyawa kimia, uji toksitas


(BSLT) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazyl) dari ekstrak daun
saga. Makara Sains, 13(1), 50-54.

Khopkar, S.M. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: niversitas


Indonesia.
44

Madhavi, D. L, S. S. Deshpande and D. K. Salunkhe. (1996). Food


Antioxidants; Technological, Toxicological, and Health Persectives. New
York: Marcel Dekker, Inc.

Miller, H. E., F, dkk. (2000). “Antioxidant Content of Whole Grain Breakfast


Cereals, Fruits and Vegetables”. Journal of The American College of
Nutrition.19,(3). 312-319.

Molyneux, P. (2004) “ The Use Of The Stable Free Radical


Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity”.
J.Sci. Technol.26(2),211-219.

Muchtadi, D. (2000). Sayur-sayuran Sumber Serat dan Antioksidan: Mencegah


Penyakit Degenerati. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ncube, N.S, Afolayan, A.J, & Okoh, A.I. (2008). “Assesment Techniques of
Antimicrobial properties of Natural Compounds of Plant Origin: Current
methods and Future Trends. African Journal of Biotechnology. 7(2), 1797-
1806.

Novriani, E. (2014). Karakterisasi dan skrining fitokimia serta uji aktivitas


antioksidan ekstrak etanol dan jus buah salak (salacca sumatrana becc)
dengan metode DPPH. Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Noor, I. (2010). Isolasi dan Karakterisasi β-Glukan Dari Tubuh Buah Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Dengan Metode Spektroskopi Uv-
Visibel dan Ftir. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Ozcelik, B., J.H. Lee dan D.B. Min. 2003. Effect of Light, Oxygent, and pH on
the Absorbance of 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl. J. Food Sci. 68, 487-490
Pavlovic V, Cekic S, Rankovic G & Stoiljkovic N. (2005). “Antioxidant and Pro
oxidant Effect of Ascocbic Acid”. Acta Medica Medianae. 44 (1): 65-69.

Prihatman, K. (2000). Semangka (Citrullus vulgaris). Jakarta: BAPPENAS.


Rochmatika, L. D., Kusumastuti, H., Setyaningrum, G. D. & Muslihah, N. I.
(2012). Analisis kadar antioksidan pada masker wajah berbahan dasar
lapisan putih kulit semangka (citrullus vulgaris schrad). Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.

Rosyana, A. (2012). Aktivitas Antioksidan dan Penghambat α-Glikosidase


Ekstrak dan Nanopartikel Ekstrak Kulit Kayu mahoni (Swietenia
macrophylla King). Skripsi IPB. Bogor: Tidak diterbitkan.
45

Sartika, (2012). Kajian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Ari Biji
Kakao.(Theobroma Cacao, L). Skripsi Universitas Tadulako. Palu: Tidak
diterbitkan.

Sasikumar, J.M, dkk. (2009). “In Vitro Antioxidant Activity og Methanolic


Extracts of Berbens Tinctoria Lesch Root and Root Bark”. Journal of
Herbal Medicine and Toxycologi. 3(2), 53-58.

Simajuntak, P., Parwati, T., L. E Lenny, Tamat, S. R. & Murwani, R. (2004).


Isolasi dan identifikasi antioksidan dari ekstrak benalu teh
(scurrulaoortiana (korth) danser). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
5(1), 19-24.

Sinaga, I.L.H. (2009). Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan dari
Ekstrak Etanol Buah Terong Belanda (Solanumbetaceum Cav.). Skripsi
Universitas Sumatera Utara Medan. Medan: Tidak diterbitkan.

Sober., F. (2010). Budidaya Semangka. Bogor: Penebar Swadaya.


Suhartono E, Fachir H & Setiawan B. (2007). Kapita Sketsa Biokimia Stres
Oksidatif Dasar dan Penyakit. Banjarmasin: Universitas Lambung
Mangkurat.

Sunarni, T. (2005). Aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas beberapa


kecambah dari biji tanaman familia papilioneaceae. Jurnal Farmasi
Indonesia, 2(2), 53-61.

Surai, P. F. (2003). Natural Antioxidant in Avian Nutrition and Reproduction.


England: Bookcraft, Bath, England.

Tadmor, Y., King, S., Levi, A., Davis, A. & Hirschberg, J. (2005). Comparative
fruit colouration in watermelon and tomato. Food Research International,
38, 837-841.

Taher, A. (2003). Peran Fitoestrogen Kedelai Sebagai Antioksidan dalam


Penanggulangan Aterosklerosis. Tesis Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Talapessy, S., Suryanto, E. & Yudistira, A. (2013). Uji aktivitas antioksidan dari
ampas hasil pengolahan sagu (metroxylon sagu rottb). Jurnal Ilmiah
Farmasi – UNSRAT, 2(3), 40-44.

Winarsi H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.


46

Yenny. (2013). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Cabai Rawit Hijau
(Capsium frutescens L.) dengan Metode DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil) dan Penetapan Kadar Kapsain Secara Kromatografi Lapis
Tipis (KLT)-Densitometri. Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Yulia, O. (2007). Pengujian Kapasitas Antioksidan Ekstrak, Polar, Non polar,


Fraksi Protein dan Nonprotein Kacang Komak (Lablab Purpureus (L)
Sweet). Skripsi Institut Pertanian. Bogor: Tidak diterbitkan.

Zuhra, C. F., Taringan, J. B., dan Sihotang, H. (2008). “Aktivitas Anttioksidan


Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.)”.
Jurnal Biologi Sumatera 3,(1), 7-10.
47

Lampiran I

Skema Kerja

A. Preparasi Sampel

Buah semangka
merah dan kuning
- dicuci besih
-Dipisahkan

Daging Daging Daging Daging


putih merah kuning putih

- Diiris
- Dioven pada
suhu 48oC
- diblender
Serbuk
halus

B. Ekstraksi Sampel

Masing-masing 10 gram daging merah,


daging putih, dan daging kuning.

- di maserasi dengan etanol 100 mL


- di diamkan selama 2x24 jam
- di saring

Residu Filtrat

- Dimaserasi kembali
- Di evaporasi
48

Filtrat

Ekstrak pekat
C. Uji Aktivitas Antioksidan
1. Pembuatan larutan DPPH

1,25 mg DPPH
- Dimasukkan dalam labu ukur 25 mL.
- diencerkan dengan etanol sampai tanda
batas

Larutan DPPH 50 ppm

2. Pembuatan larutan induk

2,5 mg ekstrak daging merah, daging kuning, dan kulit


putih buah semangka

- Dimasukkan dalam labu ukur 25 mL.


- diencerkan dengan etanol sampai tanda
batas

Larutan induk

3. Pembuatan larutan induk vitamin C

2,5 mg vitamin C

- Dimasukkan dalam labu ukur 25 mL


- dicukupkan volumenya dengan etanol
sampai tanda batas

Larutan induk vitamin C


49

4. Pembuatan larutan uji dengan konsentrasi (5, 15, 25 dan 35 ppm)

Larutan induk

- Diambil sebanyak 1,25; 3,75; 6,25


dan 8,75 mL
- Dimasukkan kedalam labu ukur 25
mL .

Larutan Larutan Larutan Larutan


induk 1,25 induk 3,75 induk 6,25 induk 8,75
mL mL mL mL + 1 mL DPPH
+ 1 mL + 1 mL DPPH + 1 mL DPPH
DPPH + etanol sampai + etanol sampai
+ etanol sampai
+ etanol tanda batas tanda batas
tanda batas
sampa
Larutan uji 5 i tandaLarutan uji Larutan uji Larutan uji
ppm batas 15 ppm 25 ppm 35 ppm

5. Pembuatan larutan pembanding vitamin C dengan konsentrasi (5, 15, 25


dan 35 ppm)

Larutan induk

- Diambil sebanyak 1,25; 3,75; 6,25


dan 8,75 mL
- Dimasukkan kedalam labu ukur 25
mL .

Larutan Larutan Larutan Larutan


induk 1,25 induk 3,75 induk 6,25 induk 8,75
mL mL mL mL + 1 mL DPPH
+ 1 mL + 1 mL DPPH + 1 mL DPPH
DPPH + etanol sampai + etanol sampai
+ etanol sampai
+ etanol tanda batas tanda batas
tanda batas
sampa
Larutan uji 5 i tandaLarutan uji Larutan uji Larutan uji
ppm batas 15 ppm 25 ppm 35 ppm
50

6. Pengukuran serapan blanko

1 mL larutan- DPPH
- Dimasukkan dalam labu ukur 25 mL
sampai tanda batas
- Didiamkan selama 30 menit
- diukur pada λ 517 nm.
Data absorbansi
51

Lampiran 2
Analisis Data
1. Perhitungan Konsentrasi Larutan Pembanding (Vitamin C) dan

Ekstrak buah semangka.

Rumus : V1 x M1 = V2 x M2

1) 5 ppm

V1 x 100 ppm = 5 ppm x 25 mL

125
V1 =
100

= 1,25 mL

2) 15 ppm

V1 x 100 ppm = 15 ppm x 25 mL

375
V1 =
100

= 3,75 mL

3) 25 ppm

V1 x 100 ppm = 25 ppm x 25 mL

625
V1 =
100

= 6,25 mL

4) 35 ppm

V1 x 100 ppm = 35 ppm x 25 mL

875
V1 =
100

= 8,75 mL
52

2. Perhitungan Aktivitas Penghambat Radikal Bebas

Rumus : % Penghambat Radikal Bebas = 100 x ( 1 -

ASampel
)
ABlanko

2.1 Larutan Pembanding (Vitamin C)


1) 5 ppm
0,477
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,6617
= 66,17%
2) 15 ppm
0,234
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,8341
= 83,41%
3) 25 ppm
0,088
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,9376
= 93,76%
4) 35 ppm
0,087
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,9383
= 93,83%
53

2.2 Ekstrak kulit putih semangka merah


1) 5 ppm
0,572
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5943
= 59,43%
2) 15 ppm
0,591
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5809
= 58,09%
3) 25 ppm
0,492
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,6511
= 65,11%
4) 35 ppm
0,354
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,7489
= 74,89%

2.3 Ekstrak kulit putih semangka kuning


1) 5 ppm
0,588
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,583
= 58,3%
2) 15 ppm
54

0,612
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5659
= 56,59%
3) 25 ppm
0,584
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5858
= 58,58%
4) 35 ppm
0,583
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5865
= 58,65%

2.4 Ekstrak semangka merah


1) 5 ppm
0,572
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5943
= 59,43%
2) 15 ppm
0,571
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5951
= 59,51%
1) 25 ppm
0,589
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410
55

= 100 x 0,5823
= 58,23%
1) 35 ppm
0,591
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5809
= 58,09%

2.5 Ekstrak semangka kuning


1) 5 ppm
0,573
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
0,410

= 100 x 0,5936
= 59,36%
2) 15 ppm
0,571
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5951
= 59,51%
3) 25 ppm
0,590
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5816
= 58,16%
4) 35 ppm
0,584
%penghambat radikal bebas = 100 x ( 1 – )
1,410

= 100 x 0,5858
56

= 58,58%

3. Perhitungan Log Konsentrasi


1) Log 5 = 0,699
2) Log 15 = 1,176
3) Log 25 = 1,397
4) Log 35 = 1,544

4. Perhitungan probit
Rumus = (Harga probit tertinggi- Harga probit terendah) (Daya
Antioksidan (%) – probit terendah) + Harga Probit terendah
4.1 larutan pembanding (Vitamin C)
1) 5 ppm = 66,17%
Harga probit terendah (66%) = 5,41
Harga probit tertinggi (67%) = 5,44
Probit = (5,44-5,41) (66,17-66) + 5,41
= 0,03 x 0,17 + 5,41
= 5,5864
2) 15 ppm = 83,41%
Harga probit terendah (83%) = 5,99
Harga probit tertinggi (84%) = 5,99
Probit = (5,99-5,99) (83,41-83) + 5,99
= 0 x 0,41 + 5,99
= 5,99
3) 15 ppm 93,76%
Harga probit terendah (93%) = 6,55
Harga probit tertinggi (94%) = 6,55
Probit = (6,55-6,55) (93,77-93) + 6,55
= 0 x 0,76 + 6,55
= 6,55
4) 15 ppm = 93,83%
57

Harga probit terendah (93%) = 6,55


Harga probit tertinggi (94%) = 6,55
Probit = (6,55-6,55) (93,83-93) + 6,55
= 0 x 0,83 + 6,55
= 6,55

4.2 Ekstrak kulit putih semangka merah


1) 5 ppm = 59,43%
Harga probit terendah (59%) = 5,23
Harga probit tertinggi (60%) = 5,25
Probit = (5,25-5,23) (59,43-59) + 5,23
= 0,02 x 0,43 + 5,23
= 5,2386
2) 15 ppm = 58,09%
Harga probit terendah (58%) = 5,20
Harga probit tertinggi (59%) = 5,23
Probit = (5,23-5,20) (58,09-58) + 5,20
= 0,03 x 0,09 + 5,20
= 5,2027
3) 25 ppm = 65,11%
Harga probit terendah (65%) = 5,39
Harga probit tertinggi (66%) = 5,41
Probit = (5,41-5,39) (65,11-65) + 5,39
= 0,02 x 0,11 + 5,39
= 5,3922
4) 35 ppm = 74,9%
Harga probit terendah (74%) = 5,64
Harga probit tertinggi (75%) = 5,67
Probit = (5,67-5,64) (74,9-74) + 5,64
= 0,03 x 0,9 + 5,64
= 5,667
58

4.3 Ekstrak kulit putih semangka kuning


1) 5 ppm = 58,3%
Harga probit terendah (58%) = 5,20
Harga probit tertinggi (69%) = 5,23
Probit = (5,23-5,20) (58,3-58) + 5,20
= 0,03 x 0,3 + 5,20
= 5,209
2) 15 ppm = 56,6%
Harga probit terendah (56%) = 5,15
Harga probit tertinggi (57%) = 5,18
Probit = (5,18-5,15) (56,6-56) + 5,15
= 0,03 x 0,6 + 5,15
= 5,168
3) 25 ppm = 58,58%
Harga probit terendah (58%) = 5,20
Harga probit tertinggi (59%) = 5,23
Probit = (5,23-5,20) (58,58-58) + 5,20
= 0,03 x 0,58 + 5,20
= 5,2174
4) 35 ppm = 58,65%
Harga probit terendah (58%) = 5,20
Harga probit tertinggi (59%) = 5,23
Probit = (5,23-5,20) (58,65-58) + 5,20
= 0,03 x 0,58 + 5,20
= 5,2195

4.4 Ekstrak semangka merah


1) 5 ppm = 59,43%
Harga probit terendah (59%) = 5,23
Harga probit tertinggi (60%) = 5,25
Probit = (5,25-5,23) (59,43-59) + 5,23
59

= 0,02 x 0,43 + 5,23


= 5,2386
2) 15 ppm = 59,51%
Harga probit terendah (59%) = 5,23
Harga probit tertinggi (60%) = 5,25
Probit = (5,25-5,23) (59,51-59) + 5,23
= 0,02 x 0,51 + 5,23
= 5,2402
3) 25 ppm = 58,23%
Harga probit terendah (58%) = 5,20
Harga probit tertinggi (59%) = 5,23
Probit = (5,23-5,20) (58,23-58) + 5,20
= 0,03 x 0,23 + 5,20
= 5,2069
4) 35 ppm = 58,09%
Harga probit terendah (58%) = 5,20
Harga probit tertinggi (59%) = 5,23
Probit = (5,23-5,20) (58,09-58) + 5,20
= 0,03 x 0,09 + 5,20
= 5,2027
4.5 Ekstrak semangka kuning
1) 5 ppm = 59,36%
Harga probit terendah (59%) = 5,23
Harga probit tertinggi (60%) = 5,25
Probit = (5,25-5,23) (59,36-59) + 5,23
= 0,02 x 0,36 + 5,23
= 5,2372
2) 15 ppm = 59,51%
Harga probit terendah (59%) = 5,23
Harga probit tertinggi (60%) = 5,25
Probit = (5,25-5,23) (59,51-59) + 5,23
60

= 0,02 x 0,51 + 5,23


= 5,2402
3) 25 ppm = 58,16%
Harga probit terendah (58%) = 5,20
Harga probit tertinggi (59%) = 5,23
Probit = (5,23-5,20) (58,16-58) + 5,20
= 0,03 x 0,16 + 5,20
= 5,2048
4) 35 ppm = 58,58%
Harga probit terendah (58%) = 5,20
Harga probit tertinggi (59%) = 5,23
Probit = (5,23-5,20) (58,58-58) + 5,20
= 0,03 x 0,58 + 5,20
= 5,2174

5. Perhitungan IC50

1) Larutan pembanding (Vitamin C)

Y = 4,109x + 0,9775 IC5o = Alog x

4,109x = y – 0,9775 = Alog 0,9789

4,109x = 5 - 0,9775 = 9,5268 mg/L

4,0225
x =
4,109

x = 0,9789

2) Ekstrak kulit putih semangka merah

Y = 3,4135x + 1,0122 IC5o = Alog x

3,4135x = y – 1,0122 = Alog 1,1682

3,4135x = 5 – 1,0122 = 14,729 mg/L


61

3,9878
x =
3,4135

x = 1,1682

3) Ekstrak kulit putih semangka kuning

Y = 3,1997x + 1,0808 IC5o = Alog x

3,1997x = y – 1,0808 = Alog 1,2248

3,1997x = 5 – 1,0808 = 16,7825 mg/L

3,9192
x =
3,1997

x = 1,2248

4) Ekstrak semangka merah

Y = 3,1954x + 1,0998 IC5o = Alog x

3,1954x = y – 1,0998 = Alog 1,2206

3,1954x = 5 – 1,0998 = 16,619 mg/L

3,9002
x =
3,1954

x = 1,2206

5) Ekstrak semangka kuning

Y = 3,2005x + 1,0972 IC5o = Alog x

3,2005x = y – 1,0972 = Alog 1,2194

3,2005x = 5 – 1,0972 = 16,575 mg/L


62

3,9028
x =
3,2004 x

x = 1,2194

LAMPIRAN 3

Dokumentasi Penelitian

1. Tahap Preparasi Sampel

Gambar 1. Buah Semangka Utuh Gambar 2. Buah semangka


seteleh dipisahkan
63

2. Ekstraksi Sampel

Gambar 1. Proses maserasi Gambar 2. Proses Evaporasi

3. Uji Aktivitas Antioksidan


64

Gambar 3. Pengukuran absorbansi


Gambar 3. Larutan uji siap diukur
dengan spektrofotometri UV-Vis

Anda mungkin juga menyukai