Oleh :
Kelompok I
Transfer 2014
Nama :
Sitti Farah Diba Hamid
Sri Reski Ananda
Riza Rosita
Tutut Purnama Sari
Marjulyati
Zainal Abidin
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan kekayaan alam yang memiliki berbagai jenis
tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Obat tradisional Indonesia telah dikenal
dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam menjaga kesehataan dan mengobati
penyakit yang diderita. Nenek moyang bangsa Indonesia telah mewariskan
banyak obat- obatan yang telah teruji khasiatnya dan tetap lestari hingga saat ini
dengan didukung oleh pembuktian ilmiah melalui uji praklinik dan uji klinik.
Penggunaan obat tradisional dimasyrakat memiliki kecenderungan untuk kembali
ke alam dengan memanfaatkan berbagai tanaman obat (Hendri Wasito, 2011)
Sebagai mahasiswa farmasi yang menekuni obat-obatan maka mengenal
asal, habitat, spesies dan sifat spesifikasinya hal yang penting. Pengetahuan yang
cukup mengenai berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat, baik bentuk
simplisia, morfologi secara umum, kegunaan, cara ekstraksi, dan identifikasi
komponen kimia yang terdapat dalam suatu simplisia merupakan hal yang harus
diketahui oleh seorang mahasiswa farmasi. Pengetahuan ini dapat digunakan
sebagai salah satu jalan untuk memberikan penjelasan masyarakat sebagai
informasi obat bahan alam.
Salah satu simplisia nabati yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji
labu kuning (Cucurbita moschata Durch) . Biji labu kuning ini memiliki khasiat
sebagai obat cacing, antikanker, antihipertensi, antidiabetes. Biji labu kuning
(Cucurbita moschata Durch) mengandung senyawa kimia steroid, mineral, asam
amino. Pada praktikum ini dilakukan identifikasi komponen kimia pada biji labu
kuning secara kualitatif.
1.2
1.2.1
Maksud Percobaan
Mengidentifikasi komponen senyawa kimia yang terdapat pada biji labu
Tujuan Praktikum
I.3
Prinsip Percobaan
Simplisia biji labu kuning diektraksi dengan metode refluks. Selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Morfologi Tanaman
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Familia
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucurbita
Spesies
karoten antara lain berguna bagai kesehatan mata dan kulit, kekebalan tubuh
serta reproduksi. Selain itu, zat gizi ini mempunyai manfaat sebagai
antioksidan sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kanker dan penyakit
jantung.
b
Vitamin C
Salah satu jenis vitamin yang larut dalam air ini, sangat diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Vitamin C juga berperan pada fungsi kekebalan tubuh
dan sebagai antioksidan.
Zat besi
Zat gizi ini terutam diperlukan dalam pembentukan darah, khususnya
hemoglobin (Hb). Makanan yang mengandung zat besi perlu, karena belak
zat besi dari ibu saat bayi dilahirkan akan berangsur-angsur habis.
Kalium
Fungsi utama kalium adalah menunjang kelancaran metabolisme tubuh. Hal
ini penting dalam menjaga keseimbangan air dfan elektrolit (asam-basa) di
dalam sel tubuh.
II.2
Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000). Pemabagian metode ekstraksi menurut
Ditjen POM (2000) yaitu :
A. Cara dingin
1. Maserasi
B. Cara Panas
1. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50 0C.
3. Infundasi
berisikan air dingin, hal ini menyebabkan penurunan suhu dan perubahan fase
dari steam tersebut untuk menjadi liquid kembali (Sediaan galenik, 1986).
Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu ecampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu
ekstrak meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke
dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini bahan
ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit).
Agar terjadi perpindahan massa yang baik berarti performasi ekstraksi yang besar
haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin diantara
kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan didistribusikan menjadi tetestetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan
menyebabkan terbentuknya emulsi
atau sukar
sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang
penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap
ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera
disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah
terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa
II.4
Skrining Fitokimia
II.5
Fase diam tersebut dapat berupa lapisan tipis alumina, silika gel atau
bahan serbuk lainnya. Campuran yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan
berupa bercak atau pita. Setelah pelat ditempatkan dalam larutan pengembang
yang cocok (fase gerak), pemisahan yang terjadi adalah adsorbsi. Kekuatan
adsorbsi tergantung pada kuat lemahnya interaksi antara senyawa, pelarut, dan
adsorben (Padmawinata, 1991).
Fase gerak untuk KLT terdiri dari campuran dua atau tiga sistem pelarut
yang berbeda kepolarannya. Sistem fase gerak yang biasa digunakan antara lain,
n-heksana/etil
asetat,
eter/n-heksana,
diklorometan/n-heksana,
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1
Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah Tinggi
III.2
timbangan analitik, tabung reaksi dan rak tabung, batang pengaduk, bunsen, plat
tetes, pipet tetes, corong pisah, lampu UV 254 nm dan 366 nm, dan seperangkat
alat kromatografi lapis tipis (KLT).
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah: Sampel biji Labu
Kuning (Cucurbita moschata Durch), n-Heksan, etil asetat, butanol, metanol,
etanol, eter, FeCl3, Serbuk Mg, kloroform, aquadest, pereaksi Mayer, pereaksi
Dragendorf, pereaksi Wagner, pereaksi H2SO4, dan lempeng KLT.
III.3
Metode Kerja
Uji Saponim
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan alkohol
Uji Flavonoid
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%,
HCl pekat 3 tetes. Endapan merah menunjukan senyawa flavon, endapan merah
tua menunjukan senyawa flavonol/flavonon dan endapan hijau menunjukan
senyawa glikosida/aglikon.
3.
Uji Alkaloid
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%,
Uji Terpenoid/Steroid
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%,
Uji Tanin
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%,
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol Biji Labu Kuning mengandung steroid, alkaloid, flavonoid, dan
tanin.
V.2
Saran
Sebaiknya dilakukan orientasi pemilihan eluan secara gradien hingga
diperoleh komposisi yang baik, yang dapat menarik senyawa aktif pada lempeng
silika gel. Jika noda yang terbetuk berekor
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Gambar Buah dan Biji Labu Kuning
Lampiran 2
Gambar Hasil Kromatografi Pada Panjang Gelombang UV 366 nm
Kloroform : Metanol
Kloroform : Metanol
Kloroform : Metanol
(0,5 : 9,5)
(9,5 : 0,5)
( 9 : 1)
LAMPIRAN 3
Gambar Hasil Kromatografi Pada Panjang Gelombang UV 254 nm
Kloroform :
Metanol
Kloroform : Metanol
(0,5 : 9,5)
Kloroform : Metanol
(9,5 : 0,5)
( 9 : 1)
LAMPIRAN 4
Gambar Lempeng yang telah di semprot dengan H2SO4
Kloroform : Metanol
Kloroform : Metanol
(9,5 : 0,5)
( 9 : 1)
Uji Alkaloid
Pereaksi Mayer
Pereaksi Dragendorf
Pereaksi Wagner
(+) Endapan Putih
Tanin
3.
Uji Saponin
(-) Saponin