Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM 2
FOLIUM

Disusun Oleh:
Davina Rustyasari (10060319122)
Dhiyaa Ramadina I.P.Dj (10060319123)
Luzhny Azzahra (10060319124)
Nurul Azizah R (10060319125)

Shift/Kelompok : C/8
Tanggal Praktikum : Rabu, 2 Desember 2020
Tanggal Laporan : Rabu, 9 Desember 2020
Asisten Penanggung Jawab : Fathan Said, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

1442 H / 2020 M
I. Tujuan pengamatan
Praktikum identifikasi 1 ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengenal dan membedakan (mengidentifikasi) simplisia folium yang
diberikan secara makroskopik maupun mikroskopik.
II. Teori dasar
1. Morfologi dan anatomi daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh
dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi
sebagai penangkap energy dari cahaya matahari melalui fotosintesis.
Daun merupakan oran terpenting dalam melangsungkan hidupnya
karena tumbuhan adalah organisme autotroph obligat, ia harus
memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energy
cahaya menjadi energy kimia (Sutarmi, 1983).
Daun merupakan organ vegetative tumbuhan yang berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Dalam proses
fotosintesis, air dan karbondioksida diubah menjadi glukosa dan
oksigen. Proses fotosintetis terjadi pada sel-sel yang berklorofil.
Adanya klorofil dalam sel-sel mesofil menyebabkan daun pada
umumnya berwarna hijau. Daun umumnya berbentuk pipih dan
lebar. Bentuk daun yang demikian lebih efisien dalam menangkap
cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis (Tjitrosoepomo, 2003).
Berikut adalah bagian-bagian dari daun :
1. Pelepah Daun
Pelepah daun adalah bagian pangkal daun yang melebar.
Pelepah disebut juga upih daun, dan biasanya membungkus
bagian batang. Pelepah daun umumnya dijumpai pada
tumbuhan monokotil, misalnya pada anggota dari family
Musaceace, Graminae, Cyperaceae, dan lain-lain.
2. Tangkai Daun
Daun manga, daun melinjo (Gnetum gnemon), singkong
(Manihot utilisima Pohl), dan lain-lain tidak dijumpai pelepah
daun. Bagian pangkal daun pada tumbuhan tersebut tidak
melebar, melainkan membengkak membentuk persendian.
Daun-daun yang tidak mempunyai pelepah daun dan hanya
mempunyai tangkai daun dan helai daun disebut daun
bertangkai.
3. Helai Daun
Helai daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
fotosintesis. Pada paku-pakuan helai daun dapat berfungsi
sebagai pembawa spora. Daun pembawa spora disebut sporofil
(sporophyll) (Tjitrosoepomo, 2003).
Jaringan pada daun dapat dibedakan ke dalam jaringan
epidermis, mesofil, dan tulang daun.
1. Epidermis
Jaringan epidermis daun terdapat pada lapisan terluar dari
daun, terdiri dari lapisan sel yang tersusun rapat. Jaringan
epidermis daun dapat terdiri dari satu lapis sel (uniseriat) atau
beberapa lapis sel (multiserat). Epidermis daun berhubungan
langsung dengan udara sehingga untuk mengurangi proses
penguapan air (transpirasi) maka pada lapisan epidermis
terdapat lapisan kutikula. Pada beberapa tumbuhan, epidermis
ini dapat ditutupi oleh lapisan lilin. 2.
2. Mesofil
Merupakan jaringan pada daun selain epidermis dan
tulang daun. Dinamakan mesofil karena terlentak dibagian
tengah, antara epidermis atas dan epidermis bawah. Pada
tumbuhan tertentu, misalnya pada daun jagung, mesofil terdiri
dari jaringan perenkima berklorofil yang sama bentuknya. 3.
3. Tulang Daun
Tulang daun terdiri dari jaringan xylem dan floem. Xylem
terletak dibagian atas, sedangkan floem terletak dibagian
bawah. Xylem mengangkut garam terlarut, dan air yang akan
digunakan untuk fotosintesis, sedangkan floem berfungsi
mengangkut hasil proses fotosintesis (Tjitrosoepomo, 2003).

2. Sumber simplisia yang digunakan


a. Orthosiphon stamineus (Daun Kumis Kucing)
Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia
antara lain minyak atsiri 0,02-0,06%, terdiri dari 60 macam
seskuiterpen dan senyawa fenolik (Sudarsono dkk., 2002).
Tanaman ini juga mengandung Benzokhromon,
Orthokhromen A, methyl riparikhromen A dan
asetovanillochromen. Diterpen, isopimaran–type diterpen
(orthosiphones dan orthosiphol), primaran–type diterpen
(neoorthosiphol dan staminol A). Flavonoid, sinensetin,
tetrametil sculaterin dan tetramethoksiflavon, eupatorin,
salvigenin, circimaritrin, piloin, rhamnazin, trimethilapigenin,
dan tetrametilluteonin, kadar flavonoid lipofilik pada daun
kumis kucing ini antara 0,2-0,3%, kadar flavonoid glikosida juga
sekitar itu. Kandungan lain pada tanaman ini antara lain asam
kafeat dan turunannya (contoh asam rosmarat) inositol, fitosterol
(contoh β-sitosterol) dan garam kalium (Barnes et al., 1996).
b. Abrus precatorius (Daun Saga)
Daun maupun akar mengandung protein, Vitamin A, B1,
B6, C, Kalsium oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic
acid dan pentosan. Pada daunnya mengandung
saponin dan flavonoid, pada batangnya mengandung polifenol,
dan pada bijinya mengandung tannin, sedangkan pada akarnya
mengandung alkaloid, saponin dan polifenol. Kandungan kimia
adalah luteolin, Isoorientin, L-Abrine, Precatorin I, II, III,
Abruquinone D, E, F, Abrussaponin I, II. (Hutapea, 1994).
c. Psidium guajava (Daun Jambu Biji)
Psidium guajava L. diketahui mengandung beberapa
bahan aktif antara lain tanin, flavonoid, guayaverin,
leukosianidin, minyak atsiri, asam malat, damar, dan asam
oksalat, tetapi hanya komponen khusus seperti flavonoid, tanin,
minyak atsiri, dan alkaloid. (Ajizah, 2004).
d. Sericocalyx crispus (Daun Kejibeling)
Kandungan senyawa yang terkandung dalam simplisia ini
adalah kalium berkadar tinggi, asam silikat, natrium kalsium,
senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, sterol, kelompok terpen,
polifenol dan lemak (Hutapea, 2000).
e. Sonchus arvensis (Daun Tempuyung)
Berdasarkan penelitian, kandungan kimia dari tanaman
tempuyung, menunjukkan adanya komponen glikosida, dan
steroida/triterpenoida. Senyawa dalam tempuyung (Sonchus
arvensis L.) antara lain luteolin 7-O-glukosida, Apigenin-7-
glukosida, luteolin-7-glukoronida (Sudarsono dkk, 2002), juga
polifenol dan minyak atsiri. Kandungan kimia yang
terdapatdalamdauntempuyungadalahsenyawa-senyawa yang
larutdalam air, seperti kelompok mineral, karbohidrat dan
glikosida (luteolin-7-O-glukosida dan apigenin -7-O-glukosida)
(Chairul, 2003).
f. Piper betle (Daun Sirih)
Kandungan yang terkandung adalah minyak atsiri berupa
seskuiterpen, eugenol, karvakol, chavikol, estragol, metileter,
kadinen, kavikikol (Gembong, 2006).
g. Guazuma ulmifolia (Daun Jati Belanda)
Kandungan kimia daun dan kulit batang jati belanda
adalah alkaloid dan flavonoid, dengan kandungan utama pada
daunnya adalah tannin (Agung dkk, 2014).
h. Blumea balsamifera (Daun Sembung)
Dalam simplisia ini mengandung borneol, sineol, di-
methyl-ether phloroaceto-phenone, zat bergetah (untuk kapur
barus), asam palmitin, myristin, alcohol sesquiterpen, tannin,
pirokatechin, glikosida, limonene dan minyak atsiri. Daun
segarnya mengandung borneol. Anggota famili Asteraceae itu
bersifat rasa asam, sedikit pahit, agak hangat, dan harum.
Tanaman ini berkhasiat sebagai antirematik, melancarkan
sirkulasi darah dan menghilangkan bekuan darah serta
menghilangkan bengkak (Arief, 2009).

3. Cara pembuatan simplisia


Pembuatan simplisia ada beberapa cara, diantaranya :
• Simplisia yang dibuat dengan cara pengeringan Pembuatan
simplisia dengan cara pengeringan dilakukan dengan cepat,
tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan
dilakukan dengan waktu yang lama akan mengakibatkan
simplisia yang diperoleh kurang baik mutunya. Disamping itu
pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan
perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya.
• Simplisia yang dibuat dengan proses fermentasi Proses
fermentasi deilakukan dengan seksama agar proses tersebut
tidak berkelanjutan ke arah yang tidak diinginkan.
• Simplisia yang dibuat dengan proses khusus Pembuatan
simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati,
pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan
dengan berpegang teguh pada prinsip bahwa simplisia yang
dihasilkan dengan memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
• Simplisia yang pembuatannya memerlukan air Pati, talk dan
sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air
yang digunakan harus bebas dari pencemaran serangga
(peptisida), kuman pathogen, logam berat, dll (Denkes, 1985).
4. Khasiat & kegunaan dalam bidang farmasi
Daun memiliki banyak kandungan kimia seperti tannin,
minyak atsiri, damar, zat glisirizin saponin, glikosida sehingga
banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat seperti pada Psidii folium
yang dimanfaatkan sebagai obat anti diare, pada Orthosiphonis
folium yang dimanfaatkan sebagai obat diuretik, pada Abri folium
dimanfaatkan sebagai obat sariawan, pada Sericocalysis folium
dimanfaatkan sebagai obat batu ginjal, pada Sonchi folium
dimanfaatkan sebagai obat batu empedu, pada Piperis belte folium
dimanfaatkan sebagai obat sariawan, pada Blumae folium
dimanfaatkan sebagai obat antilmintik dan pada Guazumae folium
dimanfaatkan sebagai obat pelangsing (Yani, 2015).

a. Orthosiphon stamineus (Daun Kumis Kucing)


Kegunaan di bidang farmasi adalah pengobatan berbagai
macam penyakit yaitu untuk pengobatan infeksi saluran
kencing, mengobati kencing yang tersendat yang disertai rasa
sakit, sebagai obat darah tinggi, demam, dan dapat pula
digunakan untuk menyembuhkan infeksi ginjal, kencing batu,
menambah nafsu makan, menghilangkan panas, dan mengobati
encok (Hidayat, 2015).
b. Abrus precatorius (Daun Saga)
Kegunaan di bidang farmasi adalah sebagai obat sariawan,
obat batuk, dan obat radang tenggorokan (Amir, 2012).
c. Psidium guajava (Daun Jambu Biji)
Manfaat daun jambu biji (Psidium Guajava L.) dibuktikan
dapat mempercepat penyembuhan infeksi pada kulit yang
biasanya di sebabkan oleh bakteri Staphylococcus Aureus,
Streptococcus spp, Escherichia Coli, Salmonella Typhi, Proteus
Mirabilis, dan Shigella Dysenteria (Hariana, 2007).
d. Sericocalyx crispus (Daun Kejibeling)
Kegunaan daun kejibeling diantaranya melancarkan air
seni serta menghancurkan batu dalam empedu, ginjal dan
kandung kemih, meningkatkan cairan ekstraseluler yang
menyebabkan peningkatan volume darah, membantu proses
pembekuan darah, juga sebagai katalisator berbagai proses
biologi dalam tubuh dan mempertahankan fungsi membran sel,
mengikat air, minyak, dan senyawa-senyawa non-polar lainnya
(Soewito,1989).
Dalam bentuk ramuan daun dimanfaatkan untuk
memperlancar kencing (diuretik) dan memperlancar buang air
besar (pencahar). Strobilanthus crispus juga digunakan untuk
menghancurkan kandungan batu pada empedu, ginjal, dan
kandung kemih. Selain itu, sering digunakan dalam ramuan
untuk pengobatan disentri dan wasir (Hutapea, 2000).
e. Sonchus arvensis (Daun Tempuyung)
Kegunaannya sebagai obat batu empedu, tekanan darah
tinggi (Depkes RI, 2008).
f. Piper betle (Daun Sirih)
Kegunaan di bidang farmasi adalah sebagai antiseptik,
menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit dan
gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat
mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah,
hemostatik dan menghentikan perdarahan. Kandungan bahan
aktif fenol dan kavikol daun sirih dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap
(Damayanti, 2003).
g. Guazuma ulmifolia (Daun Jati Belanda)
Daum jati belanda berfungsi untuk menurunkan berat
badan (Depkes RI, 1979).
h. Blumea balsamifera (Daun Sembung)
Kegunaan di bidang farmasi adalah sebagai obat untuk
mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit
tertentu. Salah satu tumbuhan dan bahan alam lain yang
memiliki khasiat sebagai obat khususnya anti bakteri adalah
tanaman sembung (Blumea balsamifera L). Masyarakat di
Dusun Nuak sering menggunakan tanaman sembung sebagai
obat tradisional dan bagian yang digunakan sebagai obat adalah
bagian daun yang belum terlalu tua. Sembung dikenal memiliki
banyak kegunaan terutama sebagai tanaman obat tradisional.
Bagian tubuh yang digunakan adalah bagian daun. Daun
sembung (Blumea balsamifera L) memiliki khasiat sebagai anti
radang, memperlancar peredaran darah, dan mematikan
pertumbuhan bakteri patogen (bakterisida), rematik sendi,
kembung, diare, influenza, meredakan nyeri haid, demam,
asma, dan diabetes (Arief, 2009).

III. Alat dan bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya mikroskop,
kaca objek, penutup kaca objek (cover), pipet tetes, dan jarum.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya serbuk
Orthosiphonis Stamei Folium, serbuk Arbi Folium, serbuk Psidii
Guajavae Folium, serbuk Sericocalycis Crispi Folium, serbuk Sonchi
Arvensidis Folium, serbuk Piperis Betle Folium, serbuk Blumeae
Balsamiferae Folium, serbuk Guazumae Ulmifoliae Folium, dan reagen
kloral hidrat.

IV. Prosedur
Kaca objek dan kaca penutup disediakan yang bersih dan bebas
minyak. Kemudian, reagen ditetesi 2-3 tetes reagen pada kaca objek dan
ditambahkan objek yang akan diamati. Lalu ditutup sediaan dengan kaca
penutup, kemudian dipanaskan kaca objek di atas api kecil sampai tidak
ada lagi gelembung yang terjebak di dalam sediaan. Jika terdapat butir
pati dan atau musilago, maka ditanambakan reagen dan pemanasan kaca
objek diulang. Setelah semua tahap selesai, objek dapat langsung
diamati di bawah mikroskop. Reagen dapat kembali ditambahkan untuk
mencegah mengkristalnya Kloral Hidrat pada saat pengamatan.
V. Hasil dan pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati secara
makroskopik, dan mikroskopik dengan simplisia bagian daun, yaitu
Orthosiphonis Staminei Folium, Abri Folium, Psidii Guajavae Folium,
Sericocalycis Crispi Folium, Sonchi Arvensidis Folium, Piperis Betle
Folium, Blumeae Balsamiferae Folium, dan Guazumae Ulmifoliae
Folium.
Pemeriksaan secara makroskopik dilakukan dengan
menggunakan indera penglihatan secara langsung. Sedangkan
pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan menggunakan alat
mikroskop dan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawam, 2004).
Pada percobaan kali ini mengamati bagian tumbuhan berupa
daun/folium. Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak
kalah sama pentingnya dengan akar, setiap tumbuhan pada umumnya
memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara umum
daun, memiliki struktur berupa helaian, berbentuk bulat bulat atau
lonjong berwarna hijau (Rosanti, 2013).
Reagen yang digunakan pada percobaan ini ada 2 yaitu
Florogulusin dan Kloral Hidrat. Reagen Floroglusin dapat digunakan
untuk mendeteksi lignin jika ditambah HCl pekat dengan volume,
sedangkan Kloral Hidrat berfungsi untuk menghilangkan kandungan
butir-butir amilum dan kandungan protein, sehingga dapat terlihat jelas
jaringan yang ingin diamati di bawah mikroskop (HAM, 2009).
1. Orthosiphonis Staminei Folium

Epidermis atas

Rambut penutup

Pembuluh kayu

a. Klasifikasi berdasarkan Materia Medika Indonesia adalah :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Orthospihon
Spesies : Orthosiphon stamineus (Backer & Bakhuizen,
1965).
b. Organoleptik : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, asn dan
kelat, warn hijau kecoklatan.
c. Makroskopik : Serbuk berwarna hijau kecoklatan.
d. Mikroskopik : Epidermis atas, rambut penutup, pembuluh
kayu.
e. Perbesaran : 400X
f. Reagen : Floroglusinol
g. Deskripsi : Tanaman kumis kucing memiliki daun
tunggal, berbentuk bundar telur lonjong, lanset atau belah
ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua
permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri
(Hidayat, 2015). Sumber simplisia adalah daun dari tumbuhan
kumis kucing. Kandungan yang terdapat di dalamnya yaitu
senyawa polifenol, flavonoid, silika, kalium, siponol A-E,
ortosipol H, K, M, N, staminol A-B, norstaminol, vomifoliol,
aurantiamida asetat, asam romarinat, asam kafeat, asam
oleanolat, asam ursolat, asam betulinat dan β-sitosterol
(Kusumaningrum, 2005).
h. Kegunaan : Sebagai pengobatan infeksi saluran kencing,
mengobati kencing yang tersendat yang disertai rasa sakit,
sebagai obat darah tinggi, demam, dan dapat pula digunakan
untuk menyembuhkan infeksi ginjal kencing batu, menambah
nafsu makan, menghilangkan panas, dan mengobati encok
(Hidayat, 2015).
2. Abri Folium

Hablur kalsium oksalat


pada tulang daun

Tulang daun

Mesofil

Tulang daun

Pembuluh kayu

a. Klasifikasi berdasarkan Materia Medika Indonesia adalah :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Abrus
Species : Abrus precatorius (Backer & Bakhuizen, 1965).
b. Organoleptik : Bau lemah, rasa agak manis, warna hijau.
c. Makroskopik : Serbuk halus warna hijau.
d. Mikroskopik : Hablur kalium oksalat, tulang daun, mesofil,
pembuluh kayu.
e. Perbesaran : 400X
f. Reagen : Klorat Hidrat.
g. Deskripsi : Daun tanaman saga termasuk ke dalam jenis
daun majemuk, berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil.
Daun Saga bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis. Saga
mempunyai buah polong berisi biji-biji yang berwarna merah
dengan titik hitam mengkilat dan licin. Bunganya berwarna ungu
muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam tandan
bunga (Gembong, 2006). Sumber simplisia adalah anak daun
dari tumbuhan saga. Kandungan yang terdapat di dalamnya yaitu
Luteolin, Isoorientin, L-Abrine, Precatorin I, II, III,
Abruquinone D, E, F, Abrussaponin I, II (Amir, 2012).
h. Kegunaan : Sebagai obat sariawan, obat batuk, dan obat
radang tenggorokan (Amir, 2012).
3. Psidii Guajavae Folium

a. Klasifikasi berdasarkan Materia Medika Indonesia adalah :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava (Backer & Bakhuizen, 1965).
b. Organoleptik : Bau lemah, agak sepat dan agak pahit, warna
hijau kelabu
c. Makroskopik : Serbuk halus berwarna hijau kecoklatan.
d. Mikroskopik : Epidermis atas, epidermis bawah, epidermis
dengan mesofil bagian atas, stomata, rambut penutup
e. Perbesaran : 400X
f. Reagen : Kloral Hidrat
g. Dekskripsi : Daun jambu biji tergolong daun tidak
lengkap karena hanya terdiri dari tangkai (pteiola) dan helaian
(lamina) saja, disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian
terlebarnya jambu biji, bagian terlebar daunnya berada ditengah-
tengah dan memiliki bangun jorong. Daun jambu biji memiliki
tulang daun yang menyirip yang mana daun ini memiliki satu ibu
tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan
terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-
tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada
susunan sirip-sirip pada ikan. Jambu biji memiliki ujung daun
yang tumpul. Jambu biji memiliki tipe daun yang rata, daging
daung seperti perkamen. Pada umumnya warna daun pada sisi
atas tampak lebih hijau licin jika dibandingkan dengan sisi
bawah karena lapisan atas lebih hijau, jambu biji memiliki
permukaan daun yang berkerut. Tangkai daun berbentuk
silindris dan tidak menebal pada bagian pangkalnya (Depkes,
1997).
h. Kegunaan : Diabetes melitus, maag, diare (sakit perut),
masuk angin, beser; prolapsisani, sariawan, sakit kulit, luka
baru.
4. Sericocalycis Crispi Folium

a. Klasifikasi berdasarkan Materia Medika Indonesia adalah :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthus crispus (Backer & Bakhuizen, 1965).
b. Organoleptik : Bau lemah, rasa agak sepat dan agak pahit,
serbuk berwarna hijau sampai hijau kelabu.
c. Makroskopik : Serbuk halus berwarna hijau kelabu.
d. Mikroskopik : Epidermis bawah, parenkim, dan berkas
pembuluh.
e. Perbesaran : 400X
f. Reagen : Kloral Hidrat
g. Dekskripsi : Daun keji beling tergolong jenis daun
tunggal, berhadapan, bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong,
permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi daunnya
beringgit, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, panjang
helaian daun berkisar ± 5 - 8 cm, lebar ± 2 - 5 cm, bertangkai
pendek, tulang daun menyirip, dan warna permukaan daun
bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah hijau muda
(Rosanti, 2011).
h. Kegunaan : Batu ginjal, kencing manis, disuria, diare,
penurun kolesterol.
5. Sonchi Arvensidis Folium

a. Klasifikasi berdasarkan Materia Medika Indonesia adalah :


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Sonchus
Spesies : S. Arvensis
b. Organoleptik : Bau lemah, rasa agak kelat, serbuk berwarna
hijau sampai hijau kelabu.
c. Makroskopik : Helai daun sudah tidak utuh namun masih
menempel pada tangkainya. Warna daun hijau tua, kering dan
mengkerut tidak lagi sesuai dengan literatur morfologi daun
segar.
d. Mikroskopik : Terdapat (a) rambut kelenjar, (b) epidermis
atas dengan stomata, (c) berkas pembuluh, (d) epidermis bawah
dengan stomata, (e) epidermis atas dengan stomata, (f) dan
epidermis bawah.
e. Perbesaran : 100X (a & b), 400X (c,d, & e)
f. Reagen : Kloral Hidrat
g. Deskripsi : Tempuyung merupakan tanaman semak
yang tumbuh secara pesat pada daerah berketinggian 50 - 1650
m di atas permukaan laut, tingginya sekitar 2 m. Akarnya besar
dan lurus, tangkainya berbentuk silinder dan mengeluarkan
getah, Daunnya berbentuk tombak dan rasanya pahit, biasanya
daun mudanya di makan sebagai sayuran (lalab/celur).
berbentuk bongkol berwarna putih kekuningan dan mudah
diterbangkan angin, dan buahnya berwarna merah tua
mengandung getah putih, dengan akar tunggang yang kuat.
Batang berongga dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah
tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk roset akar. Helai
daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal
bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6-
48 cm, lebar 3-12 cm, warnanya hijau muda. Daun yang keluar
dari tangkai bunga bentuknya lebih kecil dengan pangkal
memeluk batang, letak berjauhan, berseling. Perbungaan
berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai,
mahkota bentuk jarum, warnanya kuning cerah, lama kelamaan
menjadi merah kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima,
bentuknya memanjang sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat
kekuningan (Depkes, RI 2008).
h. Kegunaan : Batu empedu, batu kandung kencing,
tekanan darah tinggi, dan peluruh batu ginjal (Hidayat 1995).
6. Piperis Betle Folium

a. Klasifikasi berdasarkan Materia Medika Indonesia adalah :


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
b. Organoleptik :
c. Makroskopik : Helai daun sudah tidak utuh. Warna
permukaan daun atas dan bawah tidak sama. Permukaan atas
berwarna hijau tua dengan tulang daun tidak terlihat jelas.
Sedangkan permukaan bawah berwarna hijau muda dengan
tulang daun terlihat jelas. Daun tidak segar atau agak
mengering tidak lagi sesuai dengan literatur morfologi daun
segar.
d. Mikroskopik : Terdapat (a) mesofil, (b) pembuluh kayu,
(c) permukaan daun bagian bawah, (d) epidermis bawah, dan
(e) sel minyak.
e. Perbesaran : 100X (a, b, c, & e), 400X (e)
f. Reagen : Floroglusinol - HCl
g. Deskripsi : Tanaman sirih merupakan tanaman yang
tumbuh memanjat, tinggi 5 cm-15 cm. Helaian daun berbentuk
bundar telur atau bundar telur lonjong. Pada bagian pangkal
berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah
gundul atau berbulu sangat pendek, tebal berwarna putih,
panjang 5-18 cm, lebar 2,5-10,5 cm. Daun pelindung berbentuk
lingkaran, bundar telur sungsang atau lonjong panjang kira-kira
1 mm. Perbungaan berupa bulir, sendiri-sendiri di ujung cabang
dan berhadapan dengan daun. Bulir bunga jantan, panjang
gaggang 1,5-3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir bunga
betina, panjang gagang 2,5–6 cm, kepala putik 3–5. Buah Buni,
bulat dengan ujung gundul. Bulir masak berbulu kelabu, rapat,
tebal 1–1,5 cm Biji berbentuk bulat.
h. Kegunaan : Sebagai antiseptik, menahan perdarahan,
menyembuhkan luka pada kulit dan gangguan saluran
pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan
dahak, meluruhkan ludah, hemostatik dan menghentikan
perdarahan. Kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih
dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk
mengendalikan hama penghisap (Damayanti, 2003).
7. Guazumae Ulmifoliae Folium

a. Klasifikasi berdasarkan Materia Medika Indonesia adalah :


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaccae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk
b. Organoleptik : Bau khas aromatik, rasa agak kelat, warna
hijau kecoklatan.
c. Makroskopik : Tanaman jati belanda berupa pohon dan
merupakan tanaman dikotil yang bercabang ramping. Tanaman
ini dapat tumbuh tinggi mencapai 20m. akar jati Belanda
termasuk jenis akar tunggang berwarna putih kecoklatan. Batang
tanaman ini keras, bulat, memiliki permukaan kasar, banyak
alur, berkayu bercabang dan berwarna hijau keputihan.
d. Mikroskopik : Fragmen yang ditemukan yaitu rambut
penutup berbentuk bintang, pembuluh kayu, dan epidermis atas.
e. Perbesaran : 400X
f. Reagen : Kloral Hidrat
g. Dekskripsi : Daun jati belanda merupakan daun tunggal
yang berbentuk bulat lanset, panjang helai daun 4 sampai 22,5
cm dan lebar 2 sampai 19 cm, pangkal daun menyerong
berbentuk jantung sedangkan pada bagian ujung daun
meruncing tajam dan mempunyai permukaan daun bagian atas
berambut. Daun jati belanda mempunyai stipula namun biasanya
gugur diawal (Gembong, 2006).
h. Kegunaan : Adstringensi dan obat pelangsing.
8. Blumeae Balsamiferae Folium

a. Klasifikasi berdasarkan Materia Medika Indonesia adalah :


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas : Asteridae
Famili : Asteraceae
Genus : Nicotiana
b. Organoleptik : Rasanya asam, sedikit pahit, agak hangat,
dan harum
c. Makroskopik : Serbuk halus berwarna hijau keabu – abuan.
d. Mikroskopik : Fragmen yang ditemukan yaitu rambut
penutup, serabut skelenkim, berkas pembuluh dan sel minyak,
dan serabut skelerenkim.
e. Perbesaran : 100X, 400X
f. Reagen : Floroglusinol - HCl
g. Deskripsi : Merupakan tanaman tembakau berupa
semak, tegak, sedikit bercabang dan mempunyai tinggi 0,5 – 2,5
meter. Daun tunggal, bertangkai pendek, memanjang, atau
berbentuk lanset, dengan pangkal yang menyempit, sebagian
memeluk batang dan ujung runcing. Kelopak bunga berbentuk
tabung yang memanjang tidak sama. Tabung bunga jantan 4 cm
panjangnya dan berbentuk bintang. Benang sari bebas, yang satu
lebih pendek dari yang lainya. Dimahkotai oleh pangkal tangkal
putih yang pendek, beruang-ruang, biji kecil. (Tjitrosoepomo,
2000).
h. Kegunaan : Karminativa, sudorifika, antitussive,
adstringensia.

VI. Kesimpulan
1. Orthosiphon stamineus
Secara makroskopik terdapat helai daun tidak utuh namun masih
menempel pada tangkainya. Warna daun hijau tua, bentuknya kering
keriput tidak lagi sesuai dengan literatur morfologi daun segar, dan
secara mikroskopik fragmen pengenalnya yang dapat diamati yaitu
epidermis atas, rambut penutup dan pembuluh kayu.
2. Abrus precatorius
Secara makroskopik terdapat helai daun masih utuh, warna daun
kuning kehijauan agak sedikit tua, bentuknya masih seperti daun
segar, dan secara mikroskopik fragmen pengenalnya yang dapat
diamati yaitu hablur kalium oksalat, tulang daun, mesofil, pembuluh
kayu.
3. Psidium guajava
Secara makroskopik terdapat helai daun yang sudah kering tetapi
masih ada tangkai daun, warna daun hijau muda kelabu dan dan
sudah tidak lagi berbentuk silindris, melainkan sudah menguncup.
Sedangkan secara mikroskopik terdapat Rambut penutup, epidermis
atas, epidermis bawah dan stomata, dan juga mesofil
4. Sericocalyx crispus
Secara makroskopik berupa daun kering yang sudah tidak
berbentuk, warna hijau tua, dan beberapanya masih terdapat tangkai
daunnya. Sedangkan secara mikroskopik terdapat parenkim, berkas
pembuluh, dan epidermis bawah.
5. Sonchus arvensis
Secara makroskopik terdapat helai daun tidak utuh namun masih
menempel pada tangkainya. Warna daun hijau tua, kering dan
mengkerut tidak lagi sesuai dengan literatur morfologi daun segar,
dan secara mikroskopik terdapat rambut kelenjar, epidermis atas
dengan stomata, berkas pembuluh, epidermis bawah dengan
stomata, epidermis atas dengan stomata, dan epidermis bawah.
6. Piper betle
Secara makroskopik terdapat helai daun sudah tidak utuh. Warna
permukaan daun atas dan bawah tidak sama. Permukaan atas
berwarna hijau tua dengan tulang daun tidak terlihat jelas.
Sedangkan permukaan bawah berwarna hijau muda dengan tulang
daun terlihat jelas. Daun tidak segar atau agak mengering tidak lagi
sesuai dengan literatur morfologi daun segi, dan secara mikroskopik
terdapat mesofil, pembuluh kayu, permukaan daun bagian bawah,
epidermis bawah, dan sel minyak.
7. Guazuma ulmifolia
Secara makroskopik terlihat bahwa pada daun masih terdapat
pembuluh kayu. Secara mikroskopik terlihat fragmen seperti rambut
penutup yg berbentuk bintang, pembuluh kayu, dan epidermis atas.
8. Blumea balsamifera
Secara makroskopik daun terlihat seperi herba karena
tangkai/batang daun dapat saja terbawa saat pengeringan. Secara
mikroskopik terlihat fragmen rambut penutup dan serabut
sklerenkim
DAFTAR PUSTAKA

A, A. (2004). Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap ekstrak


daun Psidium guajava L.

Agung J, J. D. (2014). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda


(Guazuma Ulmifolia Lamk.) Terhadap Penurunan Berat Badan
pada Penderita Obesitas. Universitas Kristen Maranatha.

Amir. (2012). Analisis Tanaman. Yogyakarta: UGM.

Arief, H. (2005). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Backer, A. a. (1965). Flora of Java (Spermatophytes. The Nederlands:


Noordhoff-Groningen.

Barnes, J. A. (1996). Herbal Medicine, Pharmacetical. London: Press


London.

Chairul, S. M. (2003). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Daun


Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Secara In-vitro. Majalah
Farmasi Indonesia.

Damayanti. (2013). Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab


Dari Masa ke Masa. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Gembong. (2006). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Gunawan. (2004). Ilmu Obat Alam Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.

HAM, D. M. (2009). Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi s.

Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Hariana, A. (2009). Tanaman Obat dan Khasiatnya seri 3 Edisi 1.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Hidayat, E. B. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.


Hutapea, J. R. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi I.

Indonesia, D. K. (1979). Farmakope Herbal Edisi I. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Indonesia, D. K. (2008). Farmakope Herbal Edisi I. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kesehatan, D. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Ditjen POM


Depkes.

Kusumaningrum, I. (2005). Mempelajari Toksisitas Minuman Seduhan


Bubuk Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus Benth.)
Terhadap Tikus Percobaan Secara In Vivo. Bogor: IPB Press.

Napitupulu, H. d. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo.

R., H. J. (1994). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III). Departemen


Kesehatan RI, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

Rosanti. (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Soewito, D. (1989). Manfaat dan Khasiat Flora. Jakarta: Stella Maris.

Sudarsono, d. (2002). Dalam Tumbuhan obat II. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada Sekip Utara.

Syamsuhidayat, S. d. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi


Kedua. Jakarta: Depkes RI.

Tjitrosoepomo, G. (2003). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.

Tjitrosomo, S. S. (1983). Botani Umum I. Bandung: Angkasa.

Yani. (2015). Farmakognosi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai