Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN II
FOLIUM

Disusun Oleh:
1. Mahda Nur Nahjatun (10060318016)
2. Adinda Dewani (10060318018)
3. Salsabila Soedradjat (10060318020)
4. Salma Azizah (10060318023)

Shift / Kelompok :D/4


Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 4 Desember 2019
Asisten : Jeihan Aliyya, S. Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019 M / 1441 H
PERCOBAAN II

FOLIUM

I. Tujuan Percobaan
Dapat mengetahui cara mengidetifikasi folium dan membedakan macam-
macam folium yang umum digunakan dalam sediaan farmasi secara
mikroskopik.

II. Teori Dasar


2.1 Morfologi

Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada


umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun hanya
terdapat pada batang saja dan tubuh tumbuhan. Daun mengandung sejumlah
besar klorofil, pigmen berwarna hijau yang menyebabkan daun dapat
mengabsorbsi energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan gula
melalui fotosintesis (Cailliau, 2006)

Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan,


meskipun batang yang bewarna hijau juga melakukan fotosintesis
(Mitchell,2003). Daun adalah bagian dari tanaman atau pohon yang menempel
pada batang atau cabang (Ratnasari,2008).

2.2 Anatomi

Daun dibentuk oleh meristem. Daun tersusun dari tiga jaringan yaitu
epidermis(dermal), jaingan dasar (ground) dan jaringan pemuluh (vascular)

1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar daun. Jaringan epidermis daun
terdapat dipermukaan atas dan bawah daun yang umumnya terdiri dari selapis
sel. Permukaan atas daun disebut permukaan adaksial dan permukaan bawah
daun disebut permukaan abaksial. Sel epidermis berdinding tebal, tersusun
rapat seperti potongan puzzle. Pada epidermis terdapat kutikula yang
merupakan lapisan lilin berfungsi sebagai penutup atas permukaan daun
sekaligus melindungi daun dari kehilangan air (Agustina, 2008). Selain
kutikula, pada epidermis daun terdapat juga stomata. Stomata berasal dari
bahasa yunani: stoma (jamak: stomata) yang merupakan celah dalam epidermis
yang dibatasi oleh dua sel epidermis yang khusus, yaitu sel penutup. Stomata
umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa spesies
tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun. Stomata
terdiri dari sel penutup/penjaga, sel tetangga dan ruang udara dalam. (Rahayu,
2015)

2. Jaringan Dasar

Jaringan dasar berupa mesofil. Mesofil terdiri atas jaringan parenkim


yang terdapat disebelah dalam epidermis. Mesofil mengalami diferensiasi
membentuk jaringan fotosintetik yang berisi kloroplas. Mesofil terdiri dari
parenkim palisade dan parenkim spons.

a. Parenkim Palisade

Sel parenkim palisade memanjang dan pada penampang melintangnya


tampak berbentuk batang yang tersusun dalam deretan. Selnya terdiri dari satu
atau beberapa lapis sel yang mengandung kloroplas. Apabila tersusun lebih
dari satu lapisan, panjang sel pada tiap lapisan sama atau semakin ke tangah
semakin pendek (Mulyani, 2006).

b. Parenkim Spons
Kekhususan parenkim spons adalah adanya lobus (rongga) yang
terdapat anatara sel satu dan lainnya.Parenkim spons berbentuk
isodiametris/mmemanjang sejajar permukaan daun. Fungsinya untuk
menyimpan gula dan asam amino yang disintesis di lapisan palisade, membantu
proses pertukaran gas. Pada siang hari terdapat sel-sel spons yang
mengeluarkan O2 dan uap air ke lingkungan dan mengambil CO2

dari lingkungan (Agustina: 140).

3. Jaringan Pembuluh

Jaringan pembuluh suatu daun sambung menyambung dengan xilem dan


floem batang. Jejak daun yang bercabang dari berkas melalui tangkai daun ke
daun. Di dalam daun, tulang daun akan membagi diri secara berulang-ulang dan
bercabang di seluruh mesofil. Ini menyebbakan xilem dan floem berhubungan
sangat dekat dengan jaringan fotosintetik, yang mendapatkan air dan mineral
dar xilem dan mengisi gula serta prosuk organik lainnya dalam floem untuk
dikirim ke bagian lain tumbuhan (Campbell, 2003)

Pada epidermis terdapat celah berwarna hijau yang disebut stomata,


terutama terdapat pada helaian daun permukaan bawah. Pada tumbuhan air,
misalnya. Nymphaea, stomata hanya dijumpai pada permukaan adaksial.
Stomata dibatasi oleh dua sel penutup yg bentuknya berlainan dg sel epidermis
sekitar, yakni bentuk ginjal dan bentuk halter. Bentuk ginjal terdapat pada
dicotyledoneae, sedang bentuk halter terdapat pada familia Poaceae. Bagian-
bagian dari stomata adalah sebagai berikut (Falin A, 1995) :

 Stoma atau apertura (celah)


 Sel penutup yang terdiri atas 2 sel (sepasang) yang mengandung kloroplas
 Sel tetangga yang jumlahnya 2 atau lebih
Tipe stomata ditentukan berdasarkan struktur , jumlah dan letak sel-sel
tetangga, yaitu (Tjitrosoepomo, G., 1987) :

a. Tipe anomositik (Ranunculaceae)

Jumlah sel tetangga 3 atau lebih, satu sama lain sukar dibedakan. Bentuk
sel tetangga sama dengan sel epidermis sekitar, sehingga ada yang mengatakan
tidak punya sel tetangga

b. Tipe anisositik (Solanaceae)

Jumlah sel tetangga 3 atau lebih, satu sel jelas lebih kecil dari sel lain

c. Tipe diasitik (Caryophyllaceae)

Jumlah sel tetangga 2, bidang persekutuannya menyilang celah stomata

d. Tipe parasitik (Rubiaceae)

Jumlah sel tetangga 2, bidang persekutuannya segaris celah stomata

c. Fungsi Daun
Daun berfungsi untuk menangkap cahaya waktu fotosintesis, pertukaran
gas, respirasi, tranpirasi, fotosintesis. Di beberapa tumbuhan, daun dapat
beradaptasi untuk fungsi khusus, misalnya pada pohon cemara mempunyai
bentuk daun yang runcing. Daunnya yang runcing berguna untuk mengurangi
penguapan. Bentuk daun tersebut merupakan adaptasi pohon cemara terhadap
lingkungan yang panas. Istilah bagi seluruh daun pada tanaman adalah phyllom.
Namun, dikenal juga istilah daun hijau, katafil, hipsofil, kotiledon (keping biji),
profil dan lain-lain (Kimball,1994).
Daun hijau berfungsi khusus untuk fotosintesis dan biasanya berbentuk
pipih mendatar sehingga mudah memperoleh sinar matahari dan gas CO2.
Katafil adalah sisik pada tunas atau pada batang dibawah tanah dan berfungsi
sebagai pelindung atau tempat penyimpan cadangan makanan.
Daun pertama pada cabang lateral disebut prophyll, pada monokotil
hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada dua helai. Hipsofil berupa
berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan berfungsi sebagai pelindung.
Kadang-kadang hipsofil berwarna cerah dan berfungsi serupa dengan mahkota
bunga. Kotiledon merupakan daun pertama pada tumbuhan (Kimball,1994).
Daun merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan, sebab
disitu terjadi proses fotosintesis yang akan menghasilkan makanan bagi
tumbuhan. Hasil fotosintesis akan didistribusikan ke seluruh organ untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Daun tidak seperti organ lain dari tumbuhan
karena umumnya bersifat sementara. Untuk fotosintesis diperlukan sinar dan
klorofil serta CO2 dan H2O sebagai bahan baku, dengan demikian posisi daun
mempengaruhi strukturnya. Selain itu pengaruh lingkungan yang lain seperti
ketersediaan air, adanya kadar garam yang tinggi dalam air disekitar tumbuhan
juga berpengaruh terhadap struktur luar dan dalam dari daun (Savitri, 2008)
d. Sumber dan pemanfaatan folium
a. Orthosiphonis Staminei Folium
Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain
minyak atsiri 0,02% - 006% terdiri dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa
fenolik. Tanaman ini juga mengandung benzokhroman, orthokhromen A,
methyl riparikhromen A dan asetovanillochromen, flavonoid, sinensetin, piloin
dan rhamnazin. Kandungan lain pada tanaman ini antara lain asam kafeat dan
turunannya (contoh asam rosmarat) inositol, filosterol (contoh -sitosterol) dan
garam kalium (Sudarsono dkk,1996).
Tanaman ini berkhasiat sebagai antiradang, hipertensi, peluruh kencing
(diuretik), menghilangkan panas dan lembab, serta menghancurkan batu saluran
kencing (Wijayakusuma, 1994).
b. Abri Folium
Daun maupun akar mengandung protein, vitamin A,B1, B6, C, kalsium
oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid dan pentosan. Daun,
batang dan biji : saponin dan flavonoid. Batang : polifenol. Biji : tannin. Akar :
alkaloid, saponin dan polifenol. Kandungan kimianya adalah luteolin,
Isoorientin, L-Abrine, Precatorin I, II, III, Abruquinone D, E, F, Abrussaponin
I, II. Yang berkhasiat obat sariawan dan asma, dapat menurunkan kadar gula
darah, dan pengganti gula untuk penderita diabetes (Wijayakusuma, 1994).
c. Psidii Guajavae Folium

Jambu biji sering disebut dengan nama jambu klutuk, tanaman jambu
klutuk ini adalah tanaman tropis yang berasal dari brazil dan disebarkan di
Indonesia melalui Negara Thailand. Di Indonesia untuk menemukan tanaman
yang satu ini tidaklah susah, hampir disetiap daerah pasti ada tanaman jambu
biji. Biasanya tanaman ini terdapat diladang rumah-rumah warga, di pedesaan
maupun di perkotaan juga kita masih dapat menjumpai tanaman ini.

Jambu biji adalah salah satu tumbuhan yang sudah lama dimanfaatkan
oleh masyarakat, namun pemanfaatannya hanya sebatas pada buahnya untuk
keperluan konsumsi karena mengandung vitamin C yang sangat tinggi, tetapi
pemanfaatan daunnya hanya sebagian kecil saja yaitu sebagai obat anti diare,
disentri, radang usus dan gangguan pencernaan karena mempunyai kandungan
zat tanin sebagai astringent dan anti mikroba. Selain berbagai kegunaan di atas
daun jambu biji diduga memiliki zat aktif golongan steroid yang mempunyai
daya spermicide. Bahan kimia yang terkandung dalam daun jambu biji
diantaranya adalah Beta-sitosterol, alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, eugenol,
minyak atsiri dan berbagai senyawa lainya (Albana dkk, 1999).

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk membuat makalah


tentang manfaat daun jambu biji untuk pengobatan. Sebab banyaknya tanaman
jambu biji di Indonesia ternyata manfaat daunnya kurang mendapat perhatian
dari masyarakat Indonesia.

d. Sericocalycis Crispi Folium

Tumbuhan Kejibeling (Sericocalyx crispus L) mudah berkembang biak


pada tanah subur, agak terlindung dan di tempat terbuka. Tumbuhan ini dapat
hidup di daerah dengan kondisi ekologis dengan syarat sebagai berikut:

 Hidupnya di ketinggian tempat 1 m - 1.000 m di atas permukaan laut


dengan curah hujan tahunan 2.500 mm - 4.000 mm/tahun
 iklimnya bulan basah (di atas 100 mm/bulan) 8 bulan - 9 bulan,
 bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) 3 bulan - 4 bulan,
 hidup di suhu udara 200 C - 250 C dengan kelembapan sedang,
 penyinaran sedang,
 tekstur tanah pasir sampai liat,
 drainase sedang – baik,
 kedalaman air tanah 25 cm dari permukaan tanah,
 kedalaman perakaran 5 cm dari permukaan tanah, kemasaman (pH)
5,5 – 7 kesuburan sedang. (Dalimartha, 2000).

Tumbuhan kejibeling tergolong tumbuhan semak, biasanya hidup


menggerombol, tinggi 1-2 meter pada tumbuhan dewasa. Morfologi dari
tumbuhan kejibeling yaitu memiliki batang beruas, bentuk batangnya bulat
dengan diameter antara 0,12 - 0,7 cm, berbulu kasar, percabangan monopodial.
Kulit batang berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau pada waktu muda dan
berubah jadi coklat setelah tua. Tergolong jenis daun tunggal, berhadapan,
bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu
halus, tepi daunnya beringgit, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing,
panjang helaian daun berkisar ± 5 - 8 cm, lebar ± 2 - 5 cm, bertangkai pendek,
tulang daun menyirip, dan warna permukaan daun bagian atas hijau tua
sedangkan bagian bawah hijau muda. Bunganya tergolong bunga majemuk,
bentuk bulir, mahkota bunga bentuk corong, benang sari empat, dan warna
bunga putih agak kekuningan. Kejibeling memiliki buah berbentuk bulat,
buahnya jika masih muda berwarna hijau dan setelah tua atau masak berwarna
hitam. Untuk bijinya berbentuk bulat, dan ukurannya kecil. Sistem
perakarannya tunggang, bentuk akar seperti tombak, dan berwarna putih.
Tanaman Kejibeling adalah tanaman yang biasa ditanam masyarakat sebagai
tanaman pagar, dapat tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini
juga sebagai tanaman herba liar hidup menahun yang banyak manfaatnya bagi
kesehatan dalam penyembuhan beberapa penyakit. Dalam bahasa lokal
Kejibeling dikenal dengan sebutan keci beling di Jawa dan picah beling di
Sunda (Dalimartha, 2000).

Kejibeling mengandung zat-zat kimia antara lain: kalium, natrium,


kalsium, asam silikat, alkaloida, saponin, flavonoida, dan polilenoi. Kalium
berfungsi melancarkan air seni serta menghancurkan batu dalam empedu, ginjal
dan kandung kemih. Natrium berfungsi meningkatkan cairan ekstraseluler yang
menyebabkan peningkatan volume darah. Kalsium berfungsi membantu proses
pembekuan darah, juga sebagai katalisator berbagai proses biologi dalam tubuh
dan mempertahankan fungsi membran sel. Sedangkan asam silikat berfungsi
mengikat air, minyak, dan senyawa-senyawa non-polar lainnya (Dalimartha,
2000).

e. Sonchi Arvensidis Folium


Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tempuyung berupa ion-ion
mineral, seperti silika; kalium; magnesium; natrium; dan senyawa organik,
seperti flavonoid (kaempferol, luteolin-7-Oglukosida, dan apigenin-7-o-
glukosida), kumarin, taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat,
kumarat, dan vanilat). Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung
sekitar 0,1044%. Sementara itu, kandungan senyawa flavonoid total dalam akar
sekitar 0,5%. Flavonoid terbesar yang terkandung dalam akar adalah apigenin-
7-O-glukosida. (Winarto, 2004)
Simplisia tempuyung berfungsi sebagai nefrolitiasis dan diuretik
yangmampu memecah batu ginjal berkalsium dan membantu memperlancar
buang air kecil. Selain dapat memecah batu ginjal,tempuyung juga memiliki
manfaat sebagai anti hiperurisemia atau obatasam urat, anti bakteri atau sebagai
obat disentri diare, dan anti oksidan (Wahid, 1998)
f. Piperis Betle Folium
Sirih merupakan tanaman yang berasal dari famili Piperaceae yang
memiliki ciri khas mengandung senyawa metabolit sekunder yang biasanya
berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama)
ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam
mempertahankan ruang hidup. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan
oleh tanaman sirih berupa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri
triterpenoid, minyak atsiri (yang terdiri atas khavikol, chavibetol, karvakrol,
eugenol, monoterpena, estragol), seskuiterpen, gula, dan pati.
Kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun sirih juga berkhasiat
sebagai insektisida alami. Disamping itu, kandungan minyak atsiri yang
terkandung di dalam daun sirih juga terbukti efektif digunakan sebagai
antiseptik (Dalimartha, 2006).
g. Blumeae Balsamiferae Folium

Daun Blumea balsamifera berkhasiat sebagai obat demam, obat batuk,


melancarkan keluarnya keringat dan sebagai anti nyamuk.
Untuk obat demam dipakai * 10 gram daun segar Blumea balsamifera, di
cuci, direbus dengan I gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring. Ha
sil saringan diminum dua kali sama banyak pagi dan sore.
Daun dan kulit batang Blumea balsamifera mengandung alkaloida,
disamping itu daunnya juga mengandung tanin dan minyak atsiri, kulit batang
dan akarnya mengandung saponin, juga akarnya mengandung polifenol

h. Guazumae Ulmifoliae Folium

Dalam bidang farmakologi, Jati Belanda mempunyai manfaat sebagai bahan


baku obat tradisional. Hal ini karena Jati Belanda mempunyai kandungan kimia
alkaloid, saponin, flavanoid, steroid, tannin, dan kuinon (Iswantini dkk., 2003)

III. Prosedur Percobaan


3.1 Pembuatan Preparat Orthosiphonis Staminei Folium
Diteteskan sebanyak dua sampai tiga tetes larutan kloral hidrat sebagai
reagen pada kaca objek kemudian diambil sedikit orthosiphonis staminei folium
yang berupa serbuk halus (secukupnya), diletakkan di atas kaca objek dan diaduk
tipis agar menyebar secara merata. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca
penutup dan diamati dengan mikroskop.
3.2 Pembuatan Preparat Abri Folium
Diteteskan sebanyak dua sampai tiga tetes larutan kloral hidrat sebagai
reagen pada kaca objek kemudian diambil sedikit abri folium yang berupa serbuk
halus (secukupnya), diletakkan di atas kaca objek dan diaduk tipis agar menyebar
secara merata. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca penutup dan diamati
dengan mikroskop.
3.3 Pembuatan Preparat Psidii Guajavae Folium
Diteteskan sebanyak dua sampai tiga tetes larutan kloral hidrat sebagai
reagen pada kaca objek kemudian diambil sedikit psidii guajavae yang berupa
serbuk halus (secukupnya), diletakkan di atas kaca objek dan diaduk tipis agar
menyebar secara merata. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca penutup dan
diamati dengan mikroskop.
3.4 Pembuatan Preparat Sericocalycis Crispi Folium
Diteteskan sebanyak dua sampai tiga tetes larutan kloral hidrat sebagai
reagen pada kaca objek kemudian diambil sedikit sericocalycis crispi yang berupa
serbuk halus (secukupnya), diletakkan di atas kaca objek dan diaduk tipis agar
menyebar secara merata. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca penutup dan
diamati dengan mikroskop.

3.5 Pembuatan Preparat Sonchi Arvensidis Folium


Diteteskan sebanyak dua sampai tiga tetes larutan kloral hidrat sebagai
reagen pada kaca objek kemudian diambil sedikit Sonchi Arvensidis Folium yang
berupa serbuk halus (secukupnya), diletakkan di atas kaca objek dan diaduk tipis
agar menyebar secara merata. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca penutup
dan diamati dengan mikroskop.
3.6 Pembuatan Preparat Piperis Betle Folium
Diteteskan sebanyak dua sampai tiga tetes larutan kloral hidrat sebagai
reagen pada kaca objek kemudian diambil sedikit Piperis Betle Folium yang
berupa serbuk halus (secukupnya), diletakkan di atas kaca objek dan diaduk tipis
agar menyebar secara merata. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca penutup
dan diamati dengan mikroskop.
3.7 Pembuatan Preparat Blumeae Balsamiferae Folium
Diteteskan sebanyak dua sampai tiga tetes larutan kloral hidrat sebagai
reagen pada kaca objek kemudian diambil sedikit Blumeae Balsamiferae Folium
yang berupa serbuk halus (secukupnya), diletakkan di atas kaca objek dan diaduk
tipis agar menyebar secara merata. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca
penutup dan diamati dengan mikroskop.
3.8 Pembuatan Preparat Guazumae Ulmifoliae Folium
Diteteskan sebanyak dua sampai tiga tetes larutan kloral hidrat sebagai
reagen pada kaca objek kemudian diambil sedikit Guazumae Ulmifoliae Folium
yang berupa serbuk halus (secukupnya), diletakkan di atas kaca objek dan diaduk
tipis agar menyebar secara merata. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca
penutup dan diamati dengan mikroskop.

IV. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kaca objek, kaca penutup,
mikroskop, gelas beker, pipet tetes, tissue, mikroskop, spatel.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan kloral hidrat, daun
kumis kucing, daun saga, daun jambu biji, daun kejibeling, daun tempuyung, daun
sirih, daun sembung, daun jati belanda.

II. Data Pengamatan

No Sampel Hasil Makroskopik dan Mikroskopik Keterangan


1 Orthosiphoni Pembesaran
 Makroskopik
s Staminei 10x dan 4x
Folium (Daun
Kumis
Kucing)

 Mikroskopik
Mesofil

Epidermis
atas

Epidermis
bawah

Rambut
penutup

Pembuluh
kayu
2 Abri Folium  Makroskopik Pembesaran
(Daun Saga) 10x dan 40x

 Mikroskopik
Epidermis
atas

Palisade

Epidermis
bawah
Hablur
kalsium
oksalat

Pembuluh Rambut
kayu penutup

3 Sericocalycis crispi folium


Epidermis
bawah  Mikroskopik sistolit
dengan
mesofil
Rambut
penutup

Epidermis
atas Berkas
pembuluh
Pembesaran 4x dan 10x dan 40x
 Makroskopik

4 Psidii guajavae folium


 Makroskopis

Hablur
Epidermis kalsium
atas  Mikroskopis oksalat
dengan
mesofil
Rambut
penutup
Epidermis
Pembesaran 10x
5 Sonchi  Makroskopik Pembesaran:
Arvensidis 10x
Folium(Daun
Tempuyung)

 Mikroskopik

Berkas
Pembuluh
Rambut
Kelenjar

Epidermis
Atas

Epidermis
Bawah
6 Piperis Betle  Makroskopik Pembesaran:
Folium 10x dan 40x
(Daun Sirih)

 Mikroskopik

Permukaan
daun bagian
bawah
Permukaan
daun bagian
atas

Sel Minyak

Pembuluh
kayu
Mesofil

Epidermis

Epidermis
Atas

7 Blumeae
Balsamiferae
Folium (Daun
Sembung)

Epidermis
Atas

Fragmen
Rambut
Penutup

Epidermis
Bawah
Mesofil

Serabut
Sklerenkim

Fragmen
Berkas
Pembuluh

8 Guazumae
Ulmifoliae
Folium (Daun
Jati Belanda)

Rambut
Perbesaran 10x

Hablur
Kalsium
Oksalat

Epidermis
Atas

Epidermis
Bawah

Perbesaran 4x
V. Pembahasan
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya
dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumya memiliki daun. Daun dikenal
dengan nama ilmiah Folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa
helai, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Nilasari, 2013).
Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini, daun
bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah
makanan melalui fotosintesis. Selain itu, daun juga berfungsi sebagai alat
transformasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis keseluruh tubuh
tumbuhan, dan daun juga berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan
respirasi (pertukaran dan pernapasan gas) (Rosanti, 2013).
Daun merupakan bagian terpenting dari suatu tumbuhan dan berfungsi
dalam proses fotosintesis. Pada sayatan epidermis daun bagian atas (adaksial)
hanya memperlihatkan bentuk sel epidermis, sedangkan pada daun bagian
bawah (abaksial) dapat dilihat adanya stomata ada yang membuka dan ada yang
menutup. Adanya stomata pada bagian bawah berfungsi untuk mengurangi
penguapan berlebihan. Tipe stomata pada daun adalah tipe parasitik dimana tiap
sel penutup didampingi satu atau lebih sel tetangga yang sumbu memanjangnya
sejajar dengan sumbu sel penutup. Daun yang lengkap mempunyai bagian-
bagian sebagai berikut:
1. Upih daun atau pelepah daun (vagina)
2. Tangkai daun (petioles)
3. Helaian daun (lamina) (Yuzammi, 2015).
6.1 Orthosiphonis Staminei Folium
Kumis kucing (orthosiphon aristatus) adalah tanaman yang termasuk
golongan famili lamiceae atau labiatae yang banyak dijumpai di Indonesia.
Tanaman ini dipercaya banyak memberikan khasiat bagi kesehatan kita.
Tanaman ini sebenarnya berasal dari Afrika yang kemudian menyebar ke Asia
dan Australia.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon aristatus
Kumis kucing merupakan tanaman asli dari Indonesia. Tanaman kumis
kucing merupakan tumbuhan terna berbatang basah, tumbuh tegak, dan
tingginya 1-2 meter.Batang kumis kucing berbentuk segi empat, pada buku-
buku batang bagian bawah timbul akar. Daun kumis kucing merupakan daun
tunggal, tepi daun bergerigi dan berbulu halus, ujungnya meruncing. Bunga
tersusun dalam bentuk tandan dalam jumlah banyak, berwarna putih keunguan
(Dalimartha, 2000).
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah bagian herba
(terutama daunnya), baik yang segar maupun yang telah dikeringkan. Herba
kumis kucing rasanya manis sedikit pahit, sifatnya sejuk. Tanaman ini
berkhasiat sebagai antiradang, hipertensi, peluruh kencing (diuretik),
menghilangkan panas dan lembab, serta menghancurkan batu saluran kencing
(Wijayakusuma, 1994).
Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain
minyak atsiri 0,02% - 006% terdiri dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa
fenolik. Tanaman ini juga mengandung benzokhroman, orthokhromen A,
methyl riparikhromen A dan asetovanillochromen, flavonoid, sinensetin, piloin
dan rhamnazin. Kandungan lain pada tanaman ini antara lain asam kafeat dan
turunannya (contoh asam rosmarat) inositol, filosterol (contoh -sitosterol) dan
garam kalium (Sudarsono dkk,1996).
Mikroskopik fragmen pengenalnya adalah epidermis dengan rambut
penutup, epidermis atas dengan sisik kelenjar, rambut penutup, epidermis
bawah dengan stomata dan berkas pengangkut penebalan spiral (Materia
medika Indonesia, 1995).
Pada pengamatan ini dilakukan pada pembesaran 10x dan 4x dapat dilihat
terdapat epidermis atas dan epidermis bawah, rambut penutup yang sangat tipis,
mesofil, dan pembuluh kayu. Fragmen yang terlihat hal ini sesuai dengan
literatur (Materia medika Indonesia, 1995).
6.2 Abri Folium
Abri folium atau daun saga adalah anak daun Abrus precatorius dengan
kadar glisirisin tidak kurang dari 15%.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Abrus
Spesies : Abrus precatoriu
Fragmen yang ditemukan pada simplisia sampel dengan menggunakan
reagen kloral hidrat berupa hablur oksalat pada tulang daun dan tulang daun
yang menyerupai huruf Y dibawah mikroskop yang merupakan ciri khas
fragmen dari Abri folium. Ciri-ciri yang ditemukan dalam pengindentifikasian
sama dengan fragmen-fragmen yang terdapat dalam litelatur (Heyne, K. 1987).
Dalam litelatur ini disebutkan bahwa ciri fragmen pada Abri folium secara
organoleptis berupa serbuk berwarna hijau, bau lemah, rasa agak manis. Secara
mikroskopik fragmen pengenalnya adalah rambut penutup, epidermis atas,
epidermis bawah, mesofil fragmen berkas pengangkut yang didampingi deretan
sel hablur, stomata, kalsium oksalat pada urat daun.
Kegunanan dari daun saga ini antara lain adalah untuk sariawan, anti radang,
diuretik, antitusif, dan parasitisida.
Pada pengamatan ini dilakukan pada pembesaran 10x dan 40x dapat
dilihat terdapat epidermis atas dan epidermis bawah, rambut penutup, palisade,
hablur kalsium oksalat dan pembuluh kayu. Fragmen yang terlihat hal ini sesuai
dengan literatur (Heyne, K. 1987).
6.3 Psidii Guajavae Folium

Klasifikasi dari tumbuhan jambu biji yaitu :


Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus: Psidium
Spesies: Psidium guajava L.
Daun jambu biji (Psidium guajava L.)  berbau aromatik dan rasanya
sepat. Daunnya merupakan daun tunggal yang  berwarna hijau keabuan, helai-
helai daun berbentuk jorong sampai bulat memanjang, ujung daunnya
meruncing sedangkan pangkal daunnya juga meruncing tetapi ada pula yang
membulat, daun berukuran panjang  antara 6cm sampai 15cm dan lebar antara
3cm sampai 7,5cm sedangkan tangkainya kurang lebih 1cm. Daun berambut
penutup pendek, tampak berbintik-bintik yang sesungguhnya merupakan
rongga-rongga lisigen, warnanya gelap namun bila dalam keadaan terendam air
menjadi tembus cahaya (Karta Sapoetra,1992).

Menurut pendapat Ris munandar (1989) daun, kulit batang, akar dan
buah muda pada daun jambu biji mengandung zat psidi tanin sedangkan khusus
daun jambu biji mengandung minyak atsiri, eugenol dan damar disamping zat-
zat mineral lain yang banyak terdapat didalam buah. Daun jambu biji
mempunyai zat aktif diantaranya adalah minyak atsiri, alkaloid, flavonoid,
tanin, dan pektin. Selain itu tanin juga dapat menyerap racun dan
menggumpalkan protein. Dalam penelitian terhadap daun kering jambu biji
yang digiling halus diketahui kandungan taninnya sampai 17,4%. Makin halus
serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya, senyawa itu bekerja sebagai
astrengent yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar (Winarno 1997).

Bagian daun (folium) mempunyai sifat khas manis, kelat dan menetralkan
juga mempunyai kandungan kimia zat samak, minyak atsiri, tri terpenoid, leuko
sianidin, kuersetin, asam arjunolat resin, dan minyak lemak (Anonymous,
2000).

Sedangkan menurut (Duke, 2004) tanaman jambu biji (Psidium guajava


L.) khususnya bagian daun mengandung berbagai zat aktif diantaranya adalah
amritoside, aromadendren, avicularin, beta-sitosterol, calcium-oxalat,
caryopphyllen-oxide, catechol-tannins, crataegolic acid, EO, guajiverin, 
guaijaverin, guavin-a,b,c,d, guajivolic-acid, nerolidiol, oleanolic-acid, psidiolic-
acid, quercetin, sugar, ursolic-acid, xantophyll, gallo catechin,ellagic-acid, fat,
genticid-acid,  hyperocid, leucocyanidine, hyperocide, aslinic-acid.
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung berbagai senyawa
kimia  aktif diantaranya saponin, flavonoid, tri terpenoid, minyak atsiri
(Menurut Ma’at & Albana), tanin, beta sitosterol dan senyawa-senyawa lainnya
(Duke, 2004).

Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita, baik
untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam penelitian yang
telah dilakukan ternyata daun jambu biji memiliki kandungan yang banyak
bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti inflamasi, anti mutagenik, anti
mikroba dan analgesik. Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam daun
jambu biji seperti, polifenol, karoten, flavonoid dan tannin. Dengan begitu
banyaknya kandungan yang terdapat dalam daun jambu biji tersebut,
diperkirakan memiliki anti oksidan yang erat khasiatnya dalam mengobati
berbagai penyakit.

Daun jambu biji itu dapat bermanfaat antara lain yaitu : untuk pengobatan
Diare, Sariawan, Kencing manis , Ambeien, Kembung pada anak dan masih
banyak khasiat yang lainnya. Jadi kita gunakan terlebih dahulu pengobatan
herbal karena pengobatan herbal itu tidak begitu beresiko bagi kesehatan
manusia dan sebenarnya paling baik itu adalah pengobatan yang alami, yang
tidak ada unsur zat-zat kimia. Fragmen yang terlihat hal ini sesuai dengan
literatur (Farmakope Herbal 2008).

6.4 Sericocalycis Crispi Folium

klasifikasi:
Kingdom:Plantae
Subkingdom:Tracheobionta
SuperDivisi:Spermatophyta
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
SubKelas:Asteridae
Ordo:Scrophulariales
Famili:Acanthaceae
Genus:Strobilanthes
Spesies: Strobilanthes crispus (Anonimus, 2012)

KandunganKimia
Kejibeling mengandung zat-zat kimia antara lain: kalium, natrium, kalsium,
asam silikat, alkaloida, saponin, flavonoida, dan polilenoi. Kalium berfungsi
melancarkan air seni serta menghancurkan batu dalam empedu, ginjal dan
kandung kemih. Natrium berfungsi meningkatkan cairan ekstraseluler yang
menyebabkan peningkatan volume darah. Kalsium berfungsi membantu proses
pembekuan darah, juga sebagai katalisator berbagai proses biologi dalam tubuh
dan mempertahankan fungsi membran sel. Sedangkan asam silikat berfungsi
mengikat air, minyak, dan senyawa-senyawa non-polar lainnya
(Soewito,1989). 

Manfaat dari daun kejibeling yaitu diantaranya :

Anonimus (2013) menjelaskan beberapa manfaat tanaman kejibeling bagi


kesehatan diantaranya sebagai berikut: Kencing batu: Daun Keji beling 1 gram;
daun tembuyung 10 gram; Air 100 ml, Dibuat infus; diseduh; dipipis, Diminum
1 kali sehari 100 ml; Apabila dipipis diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir Kencing
kurang lancar: Daun segar 25 gram dicuci bersih lalu direbus dengan 2 gelas air
bersih selama 15 merit. Setelah dingin disaring lalu minum sekaligus. Lakukan
pada pagi atau siang hari.
Batu kandung kencing: Segenggam daun keji beling dan 1 tongkol jagung
muda dicuci, lalu direbus dengan 2 liter air bersih sampai tersisa 1 liter. Setelah
dingin disaring, lalu diminum. Lakukan pagi dan sore hari, masing-masing I/2
gelas. Batu kandung empedu: Daun keji beling segar 5 lembar, daun ungu segar
7 lembar, dicuci bersih lalu di rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 gelas
Minum seperti teh Kencing manis: Daun segar 20 - 50 gram, direbus dengan 6
gelas air sampai tersisa 3 gelas, dinginkan, disaring. Minum 3 kali 1 gelas per
hari. Batu ginjal: Daun keji Beling 50 gram, meniran segar 7 batang, daun ungu
7 lembar. Dicuci dulu direbus dengan 4 gelas air sampai menjadi 2 gelas
dinginkan, saring, minum 3 kali 2/3 gelas per hari. atau Daun keji beling 5
lembar, daun tempuyung segar 5 lembar tongkol jagung 6 buah, dicuci lalu
direbus dengan 5 gelas air bersih sampai tersisa 2 ¼ gelas. Setelah dingin
disaring, dibagi untuk 3 kali minum, habis dalam sehari. Lakukan setiap hari
sampai rasa sakit menghilang. Sembelit: Ambil 1/2 genggam daun keji beling
segar, cuci bersih lalu direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin disaring lalu diminum. Wasir: Daun segar 20 - 50 gram, di rebus dengan
6 gelas air sampai tersisa 3 gelas, dinginkan, saring. Minum 3 kali 1 gelas per
hari. Tumor: Daun Keji Beling mentah dan segar 3 lembar. Cara pemakaian:
dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur. Pantangan:
Ikan Asin, cabai, tauge, sawi putih, kangkung, nanas, durian, lengkong, nangka,
es, alkohol dan tape, limun dan vitzin. Diabetes mellitus: Daun Keji Beling
mentah dan segar 3 lembar. Cara Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap
hari dan dilakukan secara teratur. Liver (sakit Kuning): Daun Keeji Beling
mentah dan segar 3 lembar. Cara Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap
hari dan dilakukan secara teratur. Pantangan: makanan yang mengandung
lemak. Kolesterol tinggi: Daun Keji Beling mentah dan segar 3 lembar. Cara
Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur.
Pantangan: makanan yang berlemak. Maag: Daun Keji Beling mentah dan segar
3 lembar. Cara Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan
secara teratur. Pantangan: makanan pedas atau asam. Kena Bisa Ulat dan Semut
Hitam: Daun Keji Beling mentah dan segar 1 lembar. Cara Pemakaian:
digosokkan pada bagian tubuh yang gatal hingga daun tersebut mengeluarkan
air dan hancur. Dilakukan 2 kali setelah berselang 2 jam. obat disentri, diare.
Keji beling atau orang jawa menyebutnya dengan nama “sambang geteh”.
Tumbuhan ini memiliki banyak mineral seperti kalium, kalsium, dan natrium
serta unsure mineral lainnya. Disamping itu juga terdapat asam silikat, tannin,
dan glikosida. Kegunaannya sebagai obat disentri, diare (mencret) dan obat batu
ginjal serta dapat juga sebagai penurun kolesterol. Untuk mengatasi diare
(mencret), disentri, seluruh bagian dari tanaman ini direbus, selama lebih
kurang setengah jam, kudian airnya diminum. Sama juga prosesnya untuk
mengobati batu ginjal. Daun keji beling juga dapat mengatasi kencing manis
dengan cara dimakan sebagai lalapan secara teratur setiap hari untuk mengatasi
gatal, daun tanaman ini selain direbus untuk diminum airnya, juga dapat
dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur. Daun keji
beling juga kerap digunakan untuk mengatasi tubuh yang gatal kena ulat atau
semut hitam, caranya dengan cara mengoleskan langsung daun keji beling pada
bagian yang gatal tersebut. khasiat daun kejibeling yang dapat
“menghilangkan” Batu Empedu.
Semoga informasi ini dapat menjadi solusi bagi Anda yang sedang mencari
solusi dengan pengobatan tradisional. Fragmen yang terlihat hal ini sesuai
dengan literatur (Farmakope Herbal 2008).

6.5 Sonchi Arvensidis Folium


Daun Tempuyung adalah Sonchus arvensis Linn. Nama Daerah Galibug,
Jombang, J. Lalaking, Lempung, Lompnas, Rayana. (Winarto, 2004)
Kingdom : Plantae
Difisi : Spermatophyta
Subdifisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Suku/Family : Compositae
Marga : Sonchus
Tempuyung adalah tanaman tahunan, tinggi 1-2 m, akar tunggang kokoh,
batang berusik, bergetah putih. Daun bagian bawah terpusat membentuk roset,
bentuk lonjong atau berbentuk lancet, berlekuk menjari atau berlekuk tidak
teratur, pangkal daun berbentuk panah atau jantung. Ujung daun bercuatan
pendek, panjang daun 6-48 cm, lebar daun 10 cm. Bunga berbentuk bonggol
yang bergabung dalam malai, bonggol bunga berukuran 2 cm -2,5 cm, panjang
bonggol 1 cm-8 cm, mahkota bunga panjang 2 cm sampai 2,5 cm, mula-mula
berwarna kuning terang, lama-kelamaan berwarna coklat. Panjang biji 4 mm
sampai 4,5 mm, berusuk, panjang papus 1,5 cm. Tumbuh liar di Jawa, di daerah
yang banyak hujan pada ketinggian 50 m sampai 1.650 m di atas permukaan
laut. Tumbuh di tempat terbuka atau sedikit kenaungan, di tempat yang
bertebing di pematang, di pinggir saluran air (Winarto, 2004: 1).
Tempuyung terdapat kandungan kimia berupa ion-ion mineral, seperti
silika; kalium; magnesium; natrium; dan senyawa organik, seperti
flavonoid(kaempferol, luteolin-7-Oglukosida, dan apigenin-7-o-glukosida),
kumarin, taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan
vanilat).
Pada saat melakukan praktikum, ketika serbuk Sonchi Arvensidis Folium
ditetesi kloral hidrat sebagai reagen di kaca objek terlihat di mikroskop dengan
pembesaran 10x yaitu berupa fragmen fragmen. Fragmen yang terlihat di
bawah mikroskop yaitu, epidermis atas dengan stomata tipe anisositik,
epidermis bawah, rambut kelenjar yang lepas, dan Berkas pembuluh. Fragmen
yang terlihat hal ini sesuai dengan literatur (Farmakope Herbal 2008).
6.6 Piperis Betle Folium
Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah
sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper bettle L
Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang bersandar pada
batang pohon lain. Tinggi 5-15m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,
berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang
tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tepi rata, tulang daun
melengkung, lebar daun 2,5-10 cm, panjang daun 5-18cm, tumbuh berselang-
seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Tanaman
sirih memiliki bunga majemuk berkelamin 1, berumah 1 atau 2. Bulir berdiri
sendiri, di ujung dan berhadapan dengan daun. panjang bulir sekitar 5 - 15 cm
dan lebar 2 - 5 cm. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat
dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 2,5 -
6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan
hijau kekuningan (Van Steenis, 1997).
Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman sirih berupa
saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri triterpenoid, minyak atsiri (yang
terdiri atas khavikol, chavibetol, karvakrol, eugenol, monoterpena, estragol),
seskuiterpen, gula, dan pati.
Pada saat melakukan praktikum, ketika serbuk Piperis Betle Folium
ditetesi kloral hidrat sebagai reagen di kaca objek terlihat di mikroskop dengan
pembesaran 10x dan 40x yaitu berupa fragmen fragmen. Fragmen yang terlihat
di bawah mikroskop yaitu, permukaan daun bagian bawah, permukaan daun
bagian atas, mesofil, pembuluh kayu, epidermis bawah, epidermis atas, dan sel
minyak . Fragmen yang terlihat hal ini sesuai dengan literatur (Farmakope
Herbal 2008).
6.7 Blumeae Balsamiferae Folium

 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Astereceae (Compositae)
Marga : Blumea
Jenis : Blumea balsamifera (L.) DC.

Nama umum : Sembung

 Morfologi
Habitus berupa perdu dengan tinggi lebih dari 4 m. Batang
tegak bulat, warnanya hijau tua, bagian atas batang berbulu
lebat dan aromatis. Daun tunggal, tersebar, berbulu,
bentuknya lonjong dengan ukuran panjang 6-30 cm dan lebar
1,5-12 cm, pangkal dan ujung daun meruncing, tepinya rata,
pertulangan daun menyirip. Bunga majemuk, bertangkai,
bentuknya seperti tandan, terdapat di ketiak daun dan
ujung batang, warna mahkota bunga putih kekuningan.
Bentuk buah kotak silindris, keras, berambut, warnanya putih
kecoklatan. Bentuk biji pipih, berwarna putih. Akar tunggang,
berwarna putih susu.
Saat dilakukan pengamatan secara mikroskopis, fragmen pengenal yaitu
rambut berdinding tipis yang mirip benang, berujung runcing dengan sel
oangkal lebih besar, rambut kelenjar berisi minyak warna kuning sampai
kuning kecoklatan. Pembukuh kayu dengan penebalan tangga dan spiral,
serabut sklerenkim, fragmen mesofil,serta fragmen epidermis atas dan bawah.
6.8 Guazumae Ulmifoliae Folium
 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Stercuiliaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk.
 Morfologi
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan tanaman asli
Amerika Latin. Jati Belanda merupakan tanaman pohon yang mempunyai tinggi
8-16 m. Di Indonesia, tanaman Jati Belanda banyak dimanfaatkan sebagai
tanaman obat-obatan. Jati Belanda tumbuh dengan baik pada tanah yang
gembur di tempat-tempat terbuka dan mengandung cukup banyak air serta
dapat tumbuh tinggi mencapai 20 m. Tanaman ini berupa pohon dan merupakan
tanaman dikotil yang bercabang ramping. Akar Jati Belanda termasuk jenis akar
tunggang berwarna putih kecoklatan. Batang tanaman ini keras, bulat, memiliki
permukaan kasar, banyak alur, berkayu bercabang dan berwarna hijau
keputihan (Sharmiati, 2003).
Bagian tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatany adalah
daunnya. Secara mikroskopis daun jati belanda epidermis bagian atas terdiri
dari satu lapisan sel, berambut penutup, dan berambut kelenjar. Sel epidermis
besar, dipenampang tangensial tanpak berbentuk polygonal, kutikula agak tebal,
tidak berstomata, berambut penutup, dan berambut kelenjar. Sel epidermis
bawah lebih kecil dibanding epidermis atas, dipenampang tangensial Nampak
dinding samping bergelombang, stomata tipe anisosistik, berbentuk jorong,
panjang 20-40 mm.(Sharmiati,2003)
Bentuk rambut penutup menyerupai bintang, terdiri dari beberapa
rambut bersel tunggal yang berimpit dibagian pangkalnya, dinding tebal tidak
berwarna, panjangnya berbeda-beda, dan ruang rambut berwarna coklat.
Rambut kelenjar terdiri dari 2-3 sel tangkai dan 3 sel kepala dengan salah satu
sel kepala lebih besar dari sel lainnya. Mesofil terdiri dari jaringan palisade dan
jaringan bunga karang. Didalam mesofil terdapat hablur kalsium oksalat
berbentuk prisma. Jaringan palisade terdiri dari satu lapisan sel, jaringan bunga
karang tersusun rapat terdiri dari 2-4 lapisan sel. Berka spembuluh ipe kolateral
disertai serabut sklerenkim dan serabut hablur yang berisi hablur kalsium
oksalat berbentuk prisma. Hablur kalsium oksalat yang terdapat didalam daun
lebih banyak dari pada di mesofil. Diparenkim tulang daun terdapat sel lendir
atau saluran lendir. (Sharmiati,2003)
Daun jati belanda (Guazumae Ulmifoliae Folium) merupakan salah
satu jenis tanaman herbal alami yang bisa membantu dalam proses pembentuka
lemak, membantu menguruskan dan melangsingkan badan. Reagen yang
digunakan dalam idenifikasi ini yaitu kloralhidrat karena untuk mengetahui ada
atau tidaknya hablur kalsium oksalat  dan untuk mengidentifikasi fragmen
spesifik dalam sampel tersebut. Fragmen yang ditemukan pada simplisia sampel
yang menggunakan reagen kloralhidrat berupa hablur kalsium oksalat,
pembuluh kayu dengan penebalan tangga, epidermis atas, rambut kelenjar dan
rambu penutup berbentuk bintang. Fragmen yang khas dalam simplisia sempel
ini adalah adanya rambut penutup berbentuk bintang yang terlihat sangat jelas
sehingga memastikan bahwa simplisia sampel ini menujukan guazumae
ulmifolia folium (daun jati belanda).

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa:
7.1 Pada mikroskopik Orthosiphonis Staminei Folium terdapat epidermis atas dan
epidermis bawah, rambut penutup yang sangat tipis, mesofil, dan pembuluh
kayu.
7.2 Pada mikroskopik Abri Folium terdapat epidermis atas dan epidermis bawah,
rambut penutup, palisade, hablur kalsium oksalat dan pembuluh kayu.
7.3 Pada mikroskopik Psidii Guajavae Folium terdapat epidermis bagian atas
dengan mesofil,epidermis bawah dengan stomata, hablur kalsium oksalat dan
rambut penutup.
7.4 Pada mikroskopik Sericocalycis Crispi Folium terdapat epidermis atas,
epidermis bawah, rambut penutup, berkas pembuluh dan sistolit.
7.5 Pada mikroskopik Sonchi Arvensidis Folium terdapat epidermis atas dengan
stomata tipe anisositik, epidermis bawah, rambut kelenjar yang lepas, dan
Berkas pembuluh.
7.6 Pada mikroskopik Piperis Betle Folium terdapat permukaan daun bagian
bawah, permukaan daun bagian atas, mesofil, pembuluh kayu, epidermis
bawah, epidermis atas, dan sel minyak.
7.7 Pada mikroskopik Blumeae Balsamiferae Folium terdapat epidermis atas dan
bawah, fragmen berkas pembuluh, serabut sklerenkim, mesofil, dan fragmen
rambut penutup
7.8 Pada mikroskopik Guazumae Ulmifoliae Folium terdapat epidermis atas dan
bawah, rambut penutup, hablur kalsium oksalat, dan pembuluh kayu
VII. Daftar Pustaka
Agustina, Tri Wahyu.Materi Ajar Anatomi Tumbuhan. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati.
Cailliau, Julie. 2006.Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer. Monteral: UGM Press.
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Campbell, Neil A. 2003.Biologi Edisi Ke Lima Jilid II. Jakarta: Erlangga
Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 2. Jakarta: Trubus
Agriwidya
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Pustaka Bunda.
Jakarta. 160 hlm.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Keenam. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Halaman 92-94, 195- 199.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia
Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Falin A. 1991.Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta.
Kimball, John W. 1994. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius.
Nilasari, A., Heddy, S., Wardiyati, T., 2013. Identifikasi Keragaman Mortologi Daun
Mangga (Mangifera indica L.) Pada Tanaman Hasil Persilangan Antara
Varietas Arumanis 143 Dengan Podang Urang Umur 2 Tahun. Malang:
Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 1.
Rahayu, Puri, dkk. 2015. Perbedaan Anatomi Jaringan Stomata Berbagai Daun
Genus Allamanda. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi:
Universitas Muhammadiyah Malang
Ratnasari, Juwita.2008. Galeri Tanaman Hias Daun. Jakarta: Penebar Swadaya
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Savitri, sandi, Evika, MP. 2008.Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan
Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan). Malang: UIN Press
Sudarsono, Agus P, Didik G, dkk. 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta: UGM.
Tjitrosoepomo, G., 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Yuzammi, J., Suwastika, N., Pitopang, R., 2015. Studi Beberapa Aspek Botani
Amorphophallus paeoniifolius Dennst. Nicolson (Araceae) di Lembah Palu.
Palu: Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako Palu Indonesia.
Online Jurnal of Natural Science ISSN: 2338-0950 Vol 4(1) :17-31.
Winarto, I.W. (2004). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. pp
2 - 12.
Wahid, P. 1996. Identifikasi Tanaman Tempuyung. Monograf Tanaman Lada.
Balittro
Wijayakusuma, H., 1994, Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, 93-97, Jakarta,
Prestasi Intan Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta :


Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Sharmiati,2003. Khasiat & Manfaat Jati Belanda Si Pelangsing dan Peluruh
Kolestrol. Jakarta: AgroMedia PustakaSharmiati,2003. Khasiat & Manfaat Jati
Belanda Si Pelangsing dan Peluruh Kolestrol. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai