Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 1
TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN

Shift/Kelompok: 3/A
Anggota:
Zalfa Hasna Raniah 10060318014
Tasya Luthfiyyah 10060318015
Mahda Nur N 10060318016
Adinda Dewani S 10060318018
Salsabila Soedradjat 10060318020

Tanggal Praktikum: 23 September 2019


Tanggal Penyerahan: 30 September 2019
Asisten: Imas Yumniati, S. Farm.

LABORATURIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019 M/1441 H
PERCOBAAN 1
TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN

I. Tujuan Percobaan
1.1 Menunjukkan letak organ tubuh
1.2 Menjelaskan mekanisme transportasi zat dalam tubuh

II. Dasar Teori


Proses transport materi merupakan salah satu aktivitas yang
berlangsung dalam tubuh kita. Ada 2 transport dalam tubuh, yaitu transport
aktif dan transport pasif. Difusi merupakan proses perpindahan atau
pergerakan molekul zat atau gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
(Kurnadi, 2001).

Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme,


yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang terbentuk oleh
protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi
(fasiliated difusion) (Kurnadi, 2001).

Difusi sederhana melalui membran berlangsung karena molekul -molekul


yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran
sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D,
E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak. Selain itu, membran
sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan
H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu,
dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari
protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut
dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam
amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus
membran secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter
untuk dapat menembus membran (Kurnadi, 2001).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu :
1. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3. Luas suatu area
Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak
Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5. Suhu
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih
cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

Osmosis adalah perpindahan zat pelarut dari konsentrasi rendah ke


konsentrasi tinggi. Larutan isotonik adalah larutan yang mempunyai tekanan
osmosis yang sama, jadi apabila kita mempunyai larutan A dan B dimana kedua
larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama, maka dikatakan larutan
A isotonik dengan larutan B. Larutan hipotonik adalah larutan dengan konsentrasi
terlarut rendah, memiliki lebih benyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh
molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran.
Larutan hipertonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi,
sebagian besar molekul air terikat atau tertarik ke molekul gula (terlarut), sehingga
hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran (Setiadi, 2007).

Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara


buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat
menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas
yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran
permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat
sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif,
yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan
pada sifat zat terlarut itu sendiri (Fetter, 1998).

Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan


kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang
timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang dalam tumbuhan
potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan
dapat positif, nol, maupun negatif (Loveless, 1991).

Membran semipermiabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak


oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran
(Keenan, 1984).
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya osmosis pada sel hidup :
1. Ukuran zat terlarut
Semakin banyak zat terlarut maka peristiwa terjadinya osmosis akan
semakin cepat. Karena zat terlarut mamiliki tekanan osmotik yang berfungsi
untuk memecah zat pelarut bergerak melalui membran semipermiabel.
2. Ketebalan membran
Semakin tebal membran terjadinya osmosis akan terhambat karena
dapat menyebabkan semakin sulitnya zat terlarut menembus membran
tersebut.
3. Luas permukaan
4. Jarak zat pelarut dan zat terlarut
5. Suhu

Perbedaan antara difusi dan osmosis adalah pada proses osmosis ditandai
adanya pergerakan molekul yang melewati membran hidup dan ini hanya terjadi
secara alami pada materi hidup. Berbeda dengan proses difusi yang dapa terjadi
baik pada benda hidup maupun tak hidup (Lelono, 2002: 23).

Guna sel membran adalah sebagai transpor (pemasukan dan pengeluaran)


bahan-bahan makanan dan sisa makanan dalam sel. serta memberi bentuk sel.
Bahan yang penting dalam sel membran yang berguna untuk transpor adalah
fosfolipid (Alkatiri, 1996: 13).
III. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat pelubang
(perforator), batang pengaduk, cawan petri, gelas gelas piala, kaki tiga,
lampu spirtus, penangas air, pipet tetes, selofan, tabung reaksi dan rak
dan tali.
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah air
hangat, agar agar, asam asetat, AgNO3 1 %, , eter, kristal KMNO4,
kristal metil jingga, larutan benedict, larutan sukrosa, NaCl, putih telur.

IV. Prosedur Percobaan


4.1 Fisiologi
A. Percobaan Difusi
1. Difusi Sederhana
Dimasukkan beberapa butir kristal KmnO4 ke dalam sebuah
gelas piala yang setengahnya sudah diisi dengan air, kemudian
dilakukan pengamatan selama 1 jam dengan interval waktu 15 menit.
Diulangi percobaannya namun menggunakan air hangat
2. Difusi Senyawa pada Media Agar
Dibuat larutan agar 2% dalam aquades dengan gelas piala,
kemudian didihkan sampai diperoleh larutan bening. Dituangkan
larutan agar sebanyak 5ml ke cawan petri dan dibiarkan memadat.
Setelah memadat, dilubangi sebanyak dua buah dengan jarak 3cm.
Diletakkan kristal KmnO4 pada salah satu lubang dan pada lubang
lainnya diletakkan kristal metil jingga. Dicatat jarak difusi antara
KmnO4 dan metil jingga sebagai fungsi waktu.
3. Difusi melalui Membran
Dibuat larutan koloidal yang terdiri dari air, putih telur, NaCl
0,9%, dan glukosa 5%, kemudian dimasukkan larutan koloidal ke
dalam kantong selofan. Digantungkan kantong selofan pada batang
pengaduk dengan tali. Dicelupkan kantung ke dalam gelas piala berisi
akuades dalam posisi melayang. Didiamkan selama satu jam. Setelah
satu jam, diuji dengan kandungan NaCl, albumin, dan glukosa dalam
larutan pada gelas piala.
Untuk uji difusi melalui membran, disiapkan sembilan buah
tabung reaksi, dan diberi nomor 1 sampai dengan 9.
a. Uji kandungan Nacl
Kedalam tabung reaksi 1 dimasukkan 3ml cairan yang ada pada
gelas piala. Tabung reaksi 2 dimasukkan 3 ml akuades. Tabung reaksi
3 dimasukkan 3 ml larutan larutan NaCl 0,9%. Ke dalam tabung
ditambahkan beberapa tetes AgNO3.
b. Uji kandungan glukosa
Kedalam tabung reaksi 4 dimasukkan 3 ml cairan yang berasal dari
gelas piala. Tabung reaksi 5 dimasukkan 3 ml akuades. Tabung 6
dimasukkan 3 ml larutan glukosa. Tabung 4,5,6 ditambahkan 3 ml
larutan benedict lalu didihkan tabung 4,5,6 selama beberapa menit , lalu
dinginkan.
c. Uji kandungan albumin
Kedalam tabung reaksi 7 dimasukkan 3ml cairan yang berasal dari
gelas piala di atas. Tabung reaksi 8 dimasukkan 3 ml akuades. Tabung
reaksi 9 dimasukkan 3ml puith telur. Ke dalam tabung 7,8,9
dimasukkan beberapa tetes HNO3.

B. Percobaan Osmosis
Disiapkan lima kantong selofan berukuran sama. Kedalam kantung
kantung selofan, masing masing diisikan :
 Kantung 1 : air hangat 10 ml
 Kantung 2 : larutan sukrosa 20 % 10 ml.
 Kantung 3 : larutan sukrosa 40 % 10 ml.
 Kantung 4 : larusan sukrosa 60 % 10 ml.
 Kantung 5 : akuades hangat 10 ml.

Semua kantung ditutup dan diikat dengan tali sehingga tidak


terdapat udara dalam kantung. Ditimbang bobot tiap kantung.
Dicelupkan kantung 1 sampai 4 ke dalam gelas piala berisi air hangat
(satu kantung dicelupkan dalam satu gelas piala). Dicelupkan kantung
5 ke dalam gelas piala berisi larutan sukrpsa 60 %. Setelah 15 menit,
kantung diangkat dan dikeringkan bagian luarnya. Dicelupkan
kembali kantung kantung ke dalam gelas piala masing masing.
Diulangi pada menit ke 30,45, dan 60.

V. Data Pengamatan
5.1 Difusi Sederhana
T Air Biasa Air Hangat
0 ++ +++
15 ++ +++
30 ++ +++
45 ++ +++
60 ++ +++

Keterangan:
1. ++ menunjukkan difusi lebih lambat dan warnanya tidak pekat
2. +++ menunjukkan difusi lebih cepat dan warnanya pekat

Pada air hangat, difusi bekerja lebih cepat karena makin tinggi suhu
maka makin cepat pula kecepatan difusinya

5.2 Difusi Senyawa pada Media Agar

t KmnO4 Metil Jingga


0 0 cm 0 cm
15 2 cm 1 cm
30 2,475 cm 1,35 cm
45 2,6 cm 1,5 cm
60 2,695 cm 1,65 cm

Pada percobaan ini, yang berdifusi lebih cepat adalah KMnO4


karena ukuran partikel KMnO4 lebih kecil daripada metil jingga.
5.3 Difusi melalui Membran
Tabung 1: Berwarna putih keruh
Tabung 2: Warna tetap jernih
Tabung 3: Warna putih keruh, terdapat endapan putih
Tabung 4: Berwarna hijau
Tabung 5: Tidak terjadi perubahan
Tabung 6: Berwarna oren kecoklatan
Tabung 7: Tidak berwarna
Tabung 8: Tidak berwarna
Tabung 9: Kental, terdapat endapan putih

5.4 Percobaan Osmosis

Kantung Bobot t 15 t 30 t 45 t 60
Awal
Air 11,889 g 13,692 g 13,801 g 12,50 g 11,912 g
Hangat
Sukrosa 5, 159 g 6,1456 g 4,7355 g 5,753 g 4,9370 g
20%
Sukrosa 11, 594 g 13,228 g 13,841 g 13,271 g 13,201g
40%
Sukrosa 7,7252 g 8,1635 g 8,2085 g 7,7204 g 7,048 g
60%
Akuades 8,965 g 6,346 g 5,2411 g 4,7604 g 4,1358 g
Hangat

VI. Pembahasan
Dalam praktikum ini kita melakukan percobaan difusi sederhana dan difusi
media agar dengan menggunakan KMnO4 dan metil jingga, air hangat, air dingin
dan agar. Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat terlarut
dari larutan yang mempunyai konsntrasi yang lebih banyak ke larutan yang
mempunyai konsentrasi yang lebih sedikit. Bisa dikatakan juga difusi adalah
berpindahnya zat terlarut dari larutan pekat ke laruran encer. Difusi akan terus
terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan
kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi.

6.1 Difusi Sederhana

Pada percobaan ini, digunakan air hangat dan air dingin yang ditambahkan
dengan kristal KMnO4. Kristal KMnO4 digunakan dalam percobaan difusi untuk
mengamati laju difusi. KMnO4 (Kalium permanganat) berperan sebagai penentu
reaksi dalam percobaan. Hal ini terjadi karena kalium permanganat berfungsi
sebagai zat pengoksidasi kuat yang dapat mengoksidasi asam oksalat menjadi CO2
dan H2O. Larutan kristal memiliki konsentrasi yang tinggi dibandingkan dengan
aquades. Ketika larutan kristal diteteskan ke dalam aquades, larutan kristal akan
menyebar di dalam aquades tersebut sampai penyebarannya menutupi aquades.
Terbukti dalam percobaan, bahwa saat larutan kristal ditetesi ke tabung reaksi yang
berisi air hangat, larutan kristal langsung menyebar secara cepat dan penyebaran
warna sangat merata serta warna yang dihasilkan sangat pekat. Pada hasil
percobaan kami, KMnO4 pada air hangat lebih cepat berdifusi dibandingkan pada
air dingin karena difusi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya suhu.
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi yang semakin tinggi juga untuk
bergerak, maka dari itu kecepatan difusinya makin cepat.

6.2 Difusi Senyawa pada Media Agar


Pada percobaan ini, pertama-tama dibuat larutan agar dan dituangkan
kedalam cawan petri kemudian di biarkan sampai memadat, setelah itu dibuatkan
lubang dengan jarak 3 cm lalu diletakkan kristal KMnO4 pada salah satu lubang
dan kristal metil jingga pada lubang yang lain. KMnO4 merupakan hablur
mengkilap, berwarna ungu tua atau hampir hitam, tidak berbau, rasa manis atau
sepat. Sedangkan metil jingga adalah salah satu indikator yang banyak digunakan
dalam titrasi. Pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning
menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 - mendekati netral. Pada percobaan
ini, berat molekul berpengaruh terhadap kecepatan difusi. Suatu zat yang memiliki
berat molekul lebih kecil akan memiliki kecepatan difusi yang berbeda dengan zat
dengan molekul lebih besar. Hasil yang didapat oleh kelompok kami pada
percobaan ini adalah KMnO4 berdifusi lebih cepat dibandingkan metiil jingga. Hal
itu disebabkan karena KMnO4 memiliki berat molekul 158,03 sedangkan metil
jingga memiliki berat molekul 327,33. Maka dari itu, KMnO4 lebih cepat berdifusi
dibandingkan metil jingga karena mempunyai berat molekul yang lebih kecil.

6.3 Difusi Melalui Membran


Difusi melalui membran bisa dikatakan sebagai difusi terfasilitasi
(facilitated diffusion) yaitu pelarutan zat melalui membran plasma yang melibatkan
protein pembawa atau protein transporter. Protein transporter tergolong protein
transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul yang
akan ditransfer ke dalam sel.
Pada percobaan ini, digunakan kantung selofan yang dianggap sebagai
membran tubuh yang mempunyai pori-pori sebagai jalur keluar masuknya zat. Jika
suatu zat berdifusi keluar dari kantung selofan, berarti zat tersebut mempunyai
ukuran yang lebih kecil dari pori-pori kantung selofan. Sebaliknya, zat yang tidak
berdifusi keluar kantung selofan mempunyai ukuran yang lebih besar dari pori-pori
kantung selofan sehingga zat tertahan dan tidak bisa terserap keluar.
Pada uji NaCl, yang terdapat endapan yaitu pada tabung 3. Tabung 3
menunjukkan bahwa NaCl ditambahkan AgNO3 akan menghasilkan AgCl dan
NaNO3 yang akan membentuk endapan putih. Itu menunjukkan bahwa pada larutan
tabung 3, positif mengandung NaCl.
Pada uji glukosa, tabung 4 berwarna hijau dan tabung 6 berwarna
oren kecoklatan. Jika larutan glukosa ditambahkan dengan larutan benedict maka
setelah dididihkan akan menghasilkan larutan berwarna oren kecoklatan seperti
yang ditunjukkan oleh tabung no 6. Sedangkan tabung 4 yang berisi cairan yang
berasal dari gelas piala terbentuk warna hijau, itu menunjukkan bahwa hanya
sedikit glukosa yang mampu melewati selaput, dan untuk tabung 5 yang berisi air
suling tidak terdapat perubahan apapun setelah dididihkan.
Pada uji albumin, tabung 7 yang berisi cairan yang berasal dari gelas piala,
tidak berwarna. Sama halnya dengan yang ditunjukkan oleh tabung 8. Itu
berarti bahwa albumin tidak dapat melewati selaput semipermeabel. Pada uji
albumin, tabung 9 yang berisi putih telur setelah ditetesi HNO3 terbentuk endapan
putih yang menandakan bahwa albumin berdifusi, karena albumin dalam suasana
asam akan terdenaturasi.

6.4 Percobaan Osmosis


Pada percobaan osmosis, dilakukann pengujian terhadap beberapa kantong
selofan yang diisi dengan beberapa variasi konsentrasi pada larutan sukrosa yaitu
20%, 40% dan 60% dan sisa kantung diisi dengan air hangat dan akuades. Suatu
larutan yang larut dalam air dan konsentrasi air dalam larutan tersebut dibuat
dengan volume yang sama. Osmosis adalah perpindahan pelarut dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah melalui membran semipermeable. Ada
beberapa sistem osmosis, diantaranya larutan hipertonik yaitu larutan yang
mempunyai konsentrasi terlarut tinggi, larutan hipotonik yaitu larutan dengan
konsentrasi terlarut rendah dan larutan isotonik yaitu dua larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut sama. Pada kantung selofan 1 yang berisi air hangat, terjadi
penambahan berat dan ini tidak sesuai literatur dikarenakan adanya kemungkinan
udara yang masuk atau zat lain sehingga tidak sesuai dengan literatur yang
seharusnya tetap. Seharusnya berat pada kantung 1 tidak berubah karena
konsentrasi pelarut di dalam kantung dan diluar sama (isotonis). Pada kantung
selofan 2,3 dan 4 menunjukkan penambahan berat kantung selofan, dan itu semua
sesuai dengan literatur yang seharunya terjadi yaitu penambahan bobot berat pada
kantung selofan yang berisi larutan sukrosa. Pada kantung selofan 5 terjadi
penurunan berat, hal ini terjadi karena konsentrasi larutan diluar kantung lebih
tinggi daripada dalam kantung sehingga air yang ada di dalam kantung keluar dan
menyebabkan penuruan berat kantung. Setiap kantong mengalami perubahan berat
dan perubahan tersebut tidak menentu, terkadang mengalami kenaikan, dan
penurunan berat. Dan hal yang terjadi pada kantung selofan berisi air hangat sesuai
dengan literatur yang seharusnya terjadi. Jika tidak sesuai dengan literatur hal
tersebut dapat disebabkan karena beberapa kesalahan seperti kantung mengalami
kebocoran, dan sebagainya.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan kali ini yaitu :
1. Difusi merupakan proses penyebaran molekul tanpa adanya membran
sel sebagai perantaranya, dari konsentrasi tinggi (hipertonis) yang
dalam percobaan ini adalah zat warna pada kristal KmnO4 ke
konsentrasi rendah (hipotonis) yang pada percobaan ini adalah air.
2. Osmosis merupakan penyebaran molekul dengan adanya membran sel
sebagai perantaranya, dari konsentrasi rendah (hipotonis) ke
konsentrasi tinggi (hipertonis). Dalam percobaan ini digunakan
kantung selofan sebagai membran.

VIII. Daftar Pustaka

Alkatiri, Saleh. (1996). Kajian Ringkas Biologi. Surabaya: UNAIR

Campbell, NA, dkk. (2008). Biologi. Jakarta : Erlangga

Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas
Gadjah Mada Press: Yogyakarta.
Lovelles. (1997). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Jakarta:
Gramedia
Keenan, Donald. (1984). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Kurnadi, Kemal Adyana. (2001). Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung: UPI.
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai