Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ANALISIS HASIL AGROINDUSTRI

ANALISIS PRODUKTIVITAS PENGOLAHAN BIJI JERUJU (Acanthus


ilicifolius) MENJADI PRODUK ALTERNATIF BETADIN SEBAGAI OBAT
PENYEMBUH LUKA

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK III


NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. NURUMAWATI LASE
2. FIDA TOYYIBAH

(F1C114010)
(F1C114018)

3.KRISTIANTY NURVITASARY S(F1C114026)


4.SYAFRIAN AZMI

(F1C114042)

5.PUTRI CYNTHIA DIUTARI

(F1C114060)

6.YUNIA AUDIA SARI

(F1C114074)

DOSEN PEMBIMBING : HERIYANTI S.Si, Meng.


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
Rahmat dan Karunia-Nya, Makalah Analisis hasil Agroindustri yang berjudul
Analisis Produktivitas Pengolahan Biji Jeruju (Acanthus ilicifolius) Menjadi
Produk Alternatif Betadin Sebagai Obat Penyembuh Luka telah dapat selesai
tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam pembuatan makalah ini. Terutama, kepada Dosen Pembimbing Ibu
HERIYANTI

S.Si, Meng yang telah bersedia memberikan berbagai arahan

Beliau dan kepada semua pihak yang telah terlibat

memberikan dukungan

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Indonesia


memiliki keanekaragaman hayati yang cukup luas dengan berbagai potensi alam
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Salah satunya adalah tanaman
Mangrove. Tanaman mangrove mengandung berbagai senyawa metabolit
sekunder yang dapat di manfaatkan baik dalam dunia medis maupun penelitian
ilmiah. Jenis Mangrove yang saat ini menjadi potensi lokal adalah Jeruju.
Tanaman jeruju memiliki biji yang dapat di manfaatkan dalam penyembuhan luka,
karena mengandung senyawa polifenol. Sehingga, penulis berinovasi mengolah
biji Jeruju menjadi obat luka alternative betadin. Selain produk inovatif, penulis
akan memaparkan analisis hasil agroindustri pengolahan biji jeruju menjadi
produk industry.
Penulis menyadari, bahwa pembuatan Makalah Analisis Hasil Agroindustri ini,
tidaklah sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga kedepannya menjadi lebih baik.
Jambi, 10 April 2016
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................... 2
1.4 Manfaat......................................................................................... 3
BAB II.................................................................................................... 4
LANDASAN TEORI...................................................................................4
2.1 Definisi Tanaman Jeruju (Acanthus ilicifolius.................................4
a.

Habitat Acanthus ilicifolius........................................................5

b.

Potensi dan pemanfaatan Acanthus ilicifolius............................7

2.2 Agroindustri Acanthus ilicifolius...................................................8


a. Alternatif Bahan Baku Pembuatan Teh........................................8
b.

Alternatif Bahan Baku Pembuatan Kerupuk...............................9

2.3 Definisi Analisis Hasil agroindustri.............................................10


BAB III................................................................................................... 12
PEMBAHASAN....................................................................................... 12
3.1 Metode Pengolahan Biji Jeruju.....................................................12
3.2 Deskripsi Produk........................................................................13
3.3 Analisis Hasil Agroindustri pengolahan Biji Jeruju menjadi
ACHANDIN......................................................................................... 15
BAB IV.................................................................................................. 23
PENUTUP.............................................................................................. 23
4.1 Kesimpulan................................................................................. 23
4.2 Saran.......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke, dengan keanekaragaman hayati yang cukup luas dan berbagai potensi
daya alam yang mendukung kebutuhan manusia. Salah satu daerah di Indonesia
yang memiliki potensi tanaman lokal adalah Provinsi Jambi. Berbagai tanaman
yang di budidayakan dan banyak manfaatnya, salah satunya adalah Tanaman
Mangrove. Tanaman Mangrove merupakan hutan bakau adalah hutan yang
tumbuh di air payau, dan di pengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini
tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi
bahan. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di
sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapakan lumpur yang di
bawanya dari hulu. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya
pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah, salinitas tanahnya yang
tinggi, serta mengalami daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Hanya
sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenisjenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau Karena melewati proses adaptasi
dan evolusi.
Tanaman Mangrove, terdiri dari berbagai jenis tanaman yang
berpotensi tinggi. Diantaranya adalah Pedada, Prepat dan Jeruju. Dalam
pembuatan makalah ini, penulis akan mendeskripsikan tentang tanaman Jeruju.
Jeruju atau Acanthus ilicifolius merupakan tanaman yang tumbuh berkelompok
dan sangat umum ditemukan di sepanjang tepi muara dan laguna, di tanah berawa,
hutan mangrove dekat dengan pantai, di tepi sungai, daerah pasang surut, lahan
basah rendah dan sepanjang air tawar. Di daerah Sadu dengan luas wilayah sekitar
3000 Ha dengan luas lahan mangrove sekitar 300 Ha dan hampir disepanjang
kawasan parit yang berdekatan dengan pemukiman penduduk ditumbuhi jeruju.
Terkadang tanaman ini dianggap mengganggu karena hanya tumbuh liar sebagai
semak dan membuat aliran air di parit-parit yang ada dilingkungan desa menjadi
tergenang. Namun berdasarkan penelitian, diketahui bahwa tumbuhan jeruju

memiliki banyak khasiat salah satunya adalah biji jeruju yang berkhasiat sebagai
pembersih darah.
Di sisi lain, betadin merupakan salah satu obat penyembuh luka yang telah kita
kenal selama ini. Senyawa kimia Betadin mengandung 10% Providin Iodin, dan
bentuknya yang dalam keadaan cair kurang efektif apabila di teteskan pada luka
karena tidak menyebar dengan merata. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
efektif dan efesien dalam suatu proses penyembuhan luka, di perlukan suatu
pemikiran dengan memanfaatkan kekayaan lokal menjadi sebuah product yang
memilki nilai tambah dan daya saing dalam bidang industry. Karena itu, Penulis
memaparkan sebuah gagasan inovasi pembuatan obat penyembuh luka dari biji
tanaman jeruju. sehingga, dapat di manfaatkan secara optimal,efektif dan
efesien.Selain produk inovatif, penulis akan memaparkan analisis hasil
agroindustri pengolahan biji jeruju menjadi produk industry. Analisis berupa,
analisis pendapatan, pengeluaran dan biaya produksi.
Semoga, makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat. Sehingga,
pemanfaatan kekayaan lokal dapat maksimal dan menghasilkan product inovatif
yang dapat bersaing dalam dunia industry.
1.2 Rumusan Masalah
a

Bagaimana metode mengolah biji jeruju menjadi produk alternative

b
c

betadin?
Apa kelebihan dan kekurangan produk yang dihasilkan dari biji jeruju?
Bagaimana analisis hasil agroindustri produk yang dihasilkan?

1.3 Tujuan
a

Untuk mengetahui metode pengolahan biji jeruju menjadi produk

alternative betadin
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan produk yang dihasilkan

dari biji jeruju.


Untuk memahami analisis hasil agroindustri produk dari biji jeruju.

1.4 Manfaat
a

Menjadikan biji jeruju sebagai produk inovatif sehingga dapat


meningkatkan

kesejateraan

dan

kesehatan

masyarakat

melalui

pengembangan potensi serta penggunaan produk dari biji jeruju.


Menginformasikan kepada masyarakat hasil analisis agroindustri produk
dari biji jeruju yang dapat bersaing dalam dunia industri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tanaman Jeruju (Acanthus ilicifolius)


Mangrove atau bakau adalah salah satu tanaman yang memiliki potensi
untuk dapat di manfaatkan. Jenis-jenis mangrove diantaranya pedada,prepat,dan
jeruju. Tanaman mangrove termasuk jeruju,merupakan tanaman yang hidup di
daerah berair (tumbuhan akuatik). Tumbuhan akuatik saat ini sangat digemari
masyarakat sebagai tanaman hias taman, karena keindahan bentuk dan warna,
baik pada daun maupun bunga (Hidayat et al. 2004).
Tumbuhan akuatik selain sebagai ornamental, juga berfungsi secara
ekologi dalam menciptakan keseimbangan ekosistem yang baik, sumber makanan
organik, media pemijahan ikan ataupun biota air lainnya. Peran tumbuhan akuatik
dalam lingkungan perairan adalah sebagai indicator kualitas air, akumulator dalam
menyaring/ menyerap kotoran (limbah) dalam air yang dipergunakan sebagai
pertumbuhannya. Sehingga tumbuhan akuatik dapat berfungsi sebagai pengolah
air limbah, bahkan dapat ditata dalam sebuah taman yang estetik (Kusumawardani
dan Irawanto 2013).
Menurut Irawanto (2009) Potensi tumbuhan akuatik ini umumnya sebagai
tanaman hias, sumber pangan, obat dan kerajinan. Jeruju secara alami ditemukan
pada daerah lahan basah (wetland) di muara sungai, sebagai vegetasi mangrove.
Acanthus ilicifolius tergolong tumbuhan akuatik emergent. Dimana habitat jenis
ini, daerah mangrove berada di perairan estuari yang merupakan hilir sungai dan
muara dari berbagai limbah/ pencemar berbagai aktivitas manusia. Pencemaran
limbah cair dari pertanian, domestik, perkotaan bahkan industri dapat merusak
ekosistem perairan dan menganggu kesehatan manusia. Sehingga jeruju dapat

difungsikan dalam pemulihan kualitas perairan. Meskipun jenis ini sangat jarang
dimanfaatkan, namun banyak dijumpai tumbuh liar di alam. Melihat kondisi
lingkungan perairan saat ini, tumbuhan Acanthus ilicifolius memiliki potensi
dalam fitoteknologi lingkungan (Irawanto 2014).
a. Habitat Acanthus ilicifolius
Habitus: Perdu perennial (Jayaweera dan Senaratna 2006), semak kecil
(Kasahara dan Hemmi 1995;Yudhoyono dan Sukarya 2013), semak pendek atau
perdu tinggi (Kovendan dan Murugan 2011). Semak tegak, tidak melilit,
berumpun banyak, tinggi hingga 1,5 m, 2,5 m atau 0,5-3 m, bercabang, akar udara
adventif, 2 duri tajam di samping masing-masing daun, batang kekuningan, daun
lonjong atau lanset, rapat atau terputus, hijau tua, 6,5-11 cm x 4-6 cm atau 9-30
cm x 4-12 cm, selalu dengan tulang apikal, duri marjinal, daun gagang melanset,
daun gantilan lonjong-melanset, perbungaan terminal, calyx 1,25-1,5 cm, lobus
obovate, corolla 3-4,5 cm, obovate, 3 cm x 2,5 cm, biru pucat, putih, tube 0,75-1
cm, violet dengan median kuning, jarang putih, lib 2,25-3,25 cm, filaments 13-16
mm, style 2.25-2.50 cm, capsule 2,25-3 cm, bunga biseksual, biasanya
zygomorphic, biji reniform panjang 6- 30 cm, tidak padat, beberapa bunga terbuka
pada waktu yang sama, buah panjang 2,0-2,5 cm, kapsul, coklat kacang, kotak
lonjong dan pipih, panjang 0,5-1,0 cm, keputihan, datar, biji terlempar ketika
matang hingga 2 m dari kapsul, kapsul berbentuk oval yang mendorong biji
menggunakan mekanisme lontaran pegas (Yudhoyono dan Sukarya 2013;
Valkenberg dan Bunyapraphatsara 2002; Backer dan Bekhaizen v.d. Brink 1963;
Brown 2006; Kovendan dan Murugan 2011; Xie et al. 2005). Habitas koleksi
tumbuhan Acanthus ilicifolius dan gambar botani dapat dilihat pada Gambar 1.
Penyebaran: Jeruju dapat dijumpai dari India Selatan, Sri Lanka sampai
Indo-China, Indonesia, Filipina dan Australia Utara, jarang ditemukan di Malaysia
(Valkenberg dan Bunyapraphatsara 2002). Di Asia tropis dan Afrika Barat tropis
(Jayaweera dan Senaratna 2006), melalui Malaya sampai Polinesia (Xie et al.
2005). India, Semenanjung India, Ceylon, Sri Lanka, Bangladesh, Pakistan,
Burma, Malaya, Kepulauan Filipina, Indonesia dan Australia (Jayaweera dan
Senaratna 2006;Yudhoyono dan Sukarya 2013). Banyak ditemukan di Jawa dan

Madura (Jawa Timur) (Kasahara dan Hemmi 1995). Penyebaran Acanthus


ilicifolius dapat dilihat pada Gambar 2.
Habitat: Acanthus ilicifolius tumbuh berkelompok dan sangat umum
ditemukan di sepanjang tepi muara dan laguna, di tanah berawa, dan hutan
mangrove dekat dengan pantai (Valkenberg dan Bunyapraphatsara 2002).
Tumbuhan semak bawah (undershrub) di mangrove (Jayaweera dan Senaratna
2006). Umumnya tumbuh di tepi sungai, daerah pasang surut, lahan basah rendah
dan hutan mangrove. Tumbuhan mangrove sejati, namun ditemukan pula di
sepanjang air tawar (Backer dan Bakhaizen v.d. Brink 1963). Tumbuhan ini jarang
ditemukan di pedalaman. Ketinggian hingga 450 m dpl (Kasahara dan Hemmi
1995).

Gambar 1. Tumbuhan Acanthus ilicifolius (koleksi hidup dan ilustrasi).

Gambar 2. Penyebaran Acanthus ilicifolius


Jenis ini ditemukan dari zona menengah kehulu muara di pertengahan hingga
daerah intertidal (Kovendan dan Murugan 2011).

Acanthus ilicifolius lebih memilih daerah dengan masukan air tawar yang
tinggi, dan jarang terendam air pasang, tersebar luas dan umum. Ditemukan pada
semua jenis tanah, terutama daerah berlumpur sepanjang tepi sungai (Kovendan
dan Murugan 2011). Tumbuh pada substrat berlumpur dan berpasir di tepi daratan
hutan bakau (Ardli et al. 2011). Pertumbuhan ternaungi, hingga sepenuhnya
terbuka (Yudhoyono dan Sukarya 2013), toleran terhadap naungan (Kovendan dan
Murugan 2011).
b.

Potensi dan pemanfaatan Acanthus ilicifolius


Tumbuhan Acanthus ilicifolius dapat di manfaatkan sebagai tumbuhan hias

karena keindahan bunganya, juga diketahui sebagai tumbuhan obat. Beberapa


penelitian mengenai senyawa bioaktif dari tumbuhan ini memiliki kemampuan
untuk memerangi penyakit.
Kandungan senyawa kimia dalam Acanthus ilicifolius berfungsi sebagai:
neuralgia, analgesik, antiinflamasi, antioksidan, antifertilitas, hepatoprotektif,
antitumor, antileukemia, antikanker, antimikroba, antivirus dan antijamur juga
dapat sebagai insektisida alami (Irawanto 2014b).
Selain sebagai tumbuhan ornamental dan obat, Acanthus ilicifolius juga
dapat sebagai bioindikator pencemaran. Jeruju termasuk jenis terpilih dari lima
jenis vegetasi mangrove yang mengalami tekanan lingkungan karena peningkatan
pencemaran limbah domestik, industri, runoff pertanian, dan limbah toksik
lainnya. Salah satu limbah toksik adalah logam berat dimana nilai BCF
(Bioconcentration Factor) untuk Pb pada tumbuhan mangrove (2,40+0,75) lebih
tinggi dari tumbuhan darat (1,42+0,15). Sehingga logam berat yang toksik lebih
cepat terakumulasi pada tumbuhan mangrove (Agoramoorthy et al. 2009).
Acanthus ilicifolius selain sebagai tumbuhan indicator (fitoindikator) juga
dapat digunakan dalam monitoring kualitas suatu lingkungan secara kuantitatif.
Keuntungan monitoring dengan tumbuhan (fitomonitoring) selain dapat
mengetahui kualitas lingkungan juga memberikan informasi mengenai sumber
efek. Kondisi kawasan mangrove yang rusak ditunjukan dengan dominasi jenis
Acanthus ilicifolius, secara spasial analisis distribusi jenis dengan tingkat
kerusakan mangrove berkorelasi dengan kelimpahan, kerapatan dan hadirnya

Acanthus ilicifolius di suatu lokasi. Nilai SIMPER (similarity percentage analysis)


Acanthus ilicifolius secara komulatif adalah 90,20%. Sehingga jenis ini dapat
digunakan dalam memetakan dan memantau kerusakan mangrove (Ardli et al.
2011).
Menurut Whitten et al. (1996) kawasan mangrove yang mengalami
kerusakan berat dapat dikarakterisasi melalui jenis Acanthus Ilicifolius. Hasil
penelitian Irawanto (2015) pada Acanthus ilicifolius ditemukan konsentrasi logam
berat timbal (Pb) tertinggi 0,59 mg/L di kawasan mangrove Pantai Timur
Surabaya, sehingga dipastikan kawasan tersebut tercemar logam berat dan
melebihi ambang batas yang ditetapkan (0,03 mg/L.
2.2 Agroindustri Acanthus ilicifolius
a. Alternatif Bahan Baku Pembuatan Teh
Dari sekitar 89 jenis spesies mangrove yang tumbuh didunia, sekitar 51 %
spesies tersebut hidup di Indonesia. Jumlah tersebut belum termasuk spesies
ikutan yang hidup bersama di daerah mangrove. Terdapat 32 jenis spesies
mangrove sejati dan 20 asosiasi mangrove tumbuh subur di Indonesia. Jenis-jenis
mangrove tersebut antara lain: Avecenia alba, Achantus illicifolius L, Rhizopora
apiculata, Bruguiera parviflora, Brugruiera gymnorhiza, Nypa fruticans,
Xylocarpus granatum, Excoecaria agallocha, Pandanus furentus, Bruguiera
cylindrica, Soneratia alba, Xylocarpus moluccensis, Camptostemon schultzii,
Myristica hollrungii,Heritiera littoralis, Manilkara fasciculata, Inocarpus fagiferus,
Pandanus tectorius, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera littorea dan Pemphis
acidul (Mangkurat, 2008).
Dari sekitar 89 jenis spesies mangrove yang tumbuh, ternyata terdapat salah
satu jenis mangrove yang dapat dibuat menjadi teh, spesies mangrove tersebut
adalah Achantus illicifolius L. Spesies ini termasuk kedalam golongan tanaman
perdu, dan dapat digunakan sebagai indikator kerusakan hutan mangrove,
sehingga tanaman ini hanya terdapat dikawasan yang hutan mangrovenya masih
terjaga dengan baik. Dinilai dari habitatnya, tanaman ini tidak membutuhkan
ketinggian untuk dapat tumbuh dengan baik, melainkan dapat tumbuh di
sepanjang pantai. Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah
Kanada serta perairan yang relatif tenang adalah tempat ideal perkembangan

tanaman ini. Mangrove memiliki fungsi utama yakni sebagai penahan utama
abrasi pantai dari gelombang laut, mangrove juga dijadikan sebagai habitat dari
hewan-hewan laut seperti ikan, udang dan kepiting. Fungsi mangrove ini sangat
membantu nelayan yang penghidupannya adalah dengan mencari ikan.
Budidaya tanaman Achantus illicifolius (jeruju) mempunyai nilai lebih, yakni
sebagai bahan baku penghasil teh, sebagai habitat hewan-hewan laut seperti ikan,
kepiting dan udang, dan juga dapat menjalankan fungsi utamannya yakni sebagai
penahan abrasi pantai dari gelombang laut. Oleh karena itu tanamanjeruju dapat
digunakan salah satu alternatif bahan substitusi teh, keuntungan lain dari jeruju
yaitu memiliki perkembangan yang cukup cepat dan relatif sangat potensial
karena tumbuhdi sepanjang pantai. Perawatan tanaman jeruju yang relatif mudah
menjadi nilai tambah bagi tanaman ini. Tanaman jeruju memiliki kandungan
kimia yang sangat baik digunakan dalam penyembuhan luka, menyembuhkan
penyakit demam dan alergi pada kulit, baik di bagian akar, batang maupun
daunnya.
b. Alternatif Bahan Baku Pembuatan Kerupuk
Mangrove atau bakau yang banyak tumbuh di pesisir pantai ternyata memiliki
banyak manfaat. Selain bisa sebagai tempat berkumpulnya ikan kecil serta
menahan abrasi pantai, tanaman itu pun bisa dijadikan olahan makanan.
Menurut Bandriyo, peneliti dari Balai Besar Teknologi Pencemaran Industri
Kendal bersama warga di Desa Kartika Jaya, Kecamatan Patebon mengolah buah
mangrove menjadi kerupuk. Meski kurang dikenal dan masih diragukan, kerupuk
itu ternyata tidak kalah renyah dibanding ubi atau singkong.Olahan ini melalui
percobaan berkali-kali. Semula kerupuk mangrove terasa pahit. Kemudian,
berulang kali kami mencoba menghilangkan rasa pahit pada kerupuk, ungkap
Bandriyo

di

PRPP

Semarang.Proses

pembuatan

cukup

mudah, buah

mangrove jenis tanjang dan brayo ini dimasak hingga enam jam dan digiling
menjadi tepung. Rebusan buah mangrove dilakukan berkali-kali agar getah dan
rasa pahit hilang. Setelah menjadi tepung baru bisa diolah berbagai makanan
ringan seperti kerupuk.Untuk mendapatkan bahan olahan mangrove, dia mengaku
harus menunggu panen. Selama ini mangrove banyak ditanam di wilayahnya.

Adapun beberapa jenis buah mangrove, dapat dijadikan olahan makanan


ringan. Jenis api-api (Avicennia spp) misalnya, buahnya dapat dijadikan tepung
untuk selanjutnya diolah menjadi kue bolu, onde-onde, bingka, ketimus atau
cendol, dan keripik serta berbagai jenis camilan. Sementara spesies lainnya,
seperti pedada (Sonneratia spp), buahnya juga bisa dijadikan tepung untuk bahan
kue wajik, lempok (dodol), jus, sirup atau minuman instan. Adapun tanaman
nipah (Nypa fructicans), dari tandannya bisa dihasilkan bahan pembuat gula nipah
dan buahnya bisa dimasak untuk dijadikan kolak nipah. Spesies mangrove lainnya
seperti tanaman jeruju (Achantus iliciofolius), ekstrak daunnya dapat diolah
menjadi kerupuk. Buah berbentuk bulat berwarna hijau ini juga dipercaya
bermanfaat bagi kesehatan, yakni sebagai obat berbagai macam penyakit dengan
kadar serat tinggi dan kaya kalori. Kini, usaha mengolah kerupuk mangrove di
Desa Kartika Jaya terus berkembang. Jenis olahan mangrove garapan mereka juga
terus bertambah tanpa mengurangi fungsi pengendalian lingkungan. Produknya
dikemas dalam berbagai kemasan. Satu bungkus dijual mulai Rp 7.000-Rp
12.000.
2.3 Definisi Analisis Hasil agroindustri
Nilai Tambah
Istilah nilai tambah (added value) itu sendiri sebenarnya menggantikan
istilah nilai yang ditambahkan pada suatu produk karena masuknya unsur
pengolahan menjadi lebih baik. Nilai tambah merupakan perbedaan nilai suatu
produk setelah dilakukan proses produksi dengan sebelum dilakukan proses
produksi.
Analisis Pendapatan
Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih.

Menurut Soekartawi (1987) pendapatan kotor usahatani (gross farm


income) didefinisikan sebagai nilai produksi total usaha tani dalam

jangka waktu tertentu baik yang dijual atau yang tidak dijual.
Pendapatan bersih (net farm income) di definisikan sebagai selisih
pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani ada yang tidak dapat


dikuasai oleh petani yaitu tendensi harga yang umum berlaku di pasaran dan
keadaan yang menyimpang dari biasanya.
Untuk meningkatkan pendapatan petani, diperlukan beberapa syarat antara lain :

Penggunaan tenaga kerja yang intensif.


Keterampilan yang memadai.
Peralatan dan sarana produksi yang memadai.
Perbaikan sistem pemasaran hasil pertanian.

Menurut Gasperz (1999) pada dasarnya yang diperhitungkan dalam jangka


pendek adalah biaya tetap (fixed costs) dan biaya variabel (variable costs). Biaya
tetap (fixed costs) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran inputinput tetap dalam proses produksi jangka pendek. Perlu dicatat bahwa penggunaan
input tetap tidak tergantung pada kuantitas output yang diproduksi. Dalam jangka
panjang yang termasuk biaya tetap adalah biaya untuk membeli mesin dan
peralatan, pembayaran upah dan gaji tetap untuk tenaga kerja. Biaya variabel
(variable costs) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran inputinput
variabel dalam proses produksi jangka pendek perlu diketahui yang bahwa
penggunaan input variabel tergantung pada kuantitas output yang di produksi
dimana semakin besar kuantitas output yang diproduksi, pada umumnya semakin
besar pula biaya variabel yang digunakan. Dalam jangka panjang, yang termasuk
biaya variabel adalah biaya atau upah tenaga kerja langsung, biaya bahan
penolong dan lain lain sebagainya.

BAB III
PEMBAHASAN

10

3.1 Metode Pengolahan Biji Jeruju

Pemanenan biji jeruju dilakukan secara manual yang dilakukan langsung


oleh tangan. Karena merupakan tanaman manrove yang memiliki batang basah
dan hidup diperairan maka jeruju memiliki banyak kandungan air didalamnya
senhingga diperlukan pengeringan untuk mengolah bijinya.
Pengeringan merupakan salah satu tahap yang selalu dilakukan terhadap
biji-bijian. Pengurangan kandungan air tersebut akan memberikan beberapa
keuntungan yaitu menurunkan biaya pengangkutan, memperpanjang daya simpan,
mempermudah proses selanjutnya
Hasil pengeringan harus mempunyai kualitas yang tinggi yaitu kandungan
air yang rendah dan seragam, presentase biji rusak dan pecah rendah, biji tidak
mudah pecah, berat tetap tinggi, hasil pati tinggi, minyak yang dapat diambil

11

banyak, kualitas protein tinggi, kemampuan tumbuh tinggi, jumlah kapang


rendah, nilai nutrisi tetap tinggi.
Biji dipisahkan dari buahnya dan dikeringkan. Untuk pengeringannya
digunakan metode pengeringan secara langsung dibawah sinar matahari. Setelah
kering dan kandungan air dari bijinya sudah berkurang kemudian biji dihaluskan
dengan cara ditumbuk hingga halus. Kemudian dilakukan proses pengemasan
yang berfungsi untuk menjaga agar serbuk biji jeruju tersebut tidak mudah rusak
dan terkontaminasi oleh udara luar.

3.2 Deskripsi Produk


a. Kelebihan dan kelemahan produk
Kelebihan obat luka dari biji jeruju
Obat luka yang dihasilkan dari biji jeruju dalam bentuk bubuk yang dikemas
dalam botol. Hal ini merupakan inovasi yang membedakan obat luka dari biji
jeruju ini dengan produk sejenis yang umumnya berupa cairan. Bentuknya
yang berupa bubuk menjadikan obat luka dari biji jeruju ini lebih tahan lama
dibandingkan dalam bentuk cairan. Botol tempat penyimpanan obat luka dari
biji jeruju ini memiliki desain tutup seperti tutup bedak bayi yaitu berupa
lubang-lubang yang bisa diputar untuk membuka dan menutup sehingga
sangat praktis dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanpa ada yang
terbuang. Desain tutup ini menutup kemungkinan hilangnya tutup seperti pada
obat luka cairan dipasaran sehingga obat luka dari jeruju ini dapat terjaga
kualitasnya.
Kelemahan produk
Kekurangan obat luka dari biji jeruju Obat luka dari biji jeruju ini masih
memerlukan pengembangan lebih lanjut sehingga lebih sempurna baik dari
segi efektivitas maupun kemasannya.
b. Keunggulan dan penamaan produk
Secara keseluruhan tanaman jeruju mengandung saponin, flavonoid, asam
amino, polifenol, asam fenolat, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoate.
Bijinya juga mengandung alkaloid. Tanaman jeruju berkhasiat sebagai antiradang
12

(antilogistik), ekspektorans, antioksidan, mengobati kanker, hepatitis,bisul dan


cacingan. Biji jeruju berkhasiat sebagai pembersih darah.
Di sisi lain, obat penyembuh luka yang sering kita gunakan selama ini adalah
betadin. Betadin mengandung senyawa kimia Providin Iodin yang merupakan
obat antiseptic yang di kenal dengan iodophore. Zat kimia ini bekerja secara
perlahan mengeluarkan iodine, antiseptic yang dapat berperan dalam membunuh
atau menghambat pertumbuhan kuman seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, atau
spora bakteri. Namun, betadin pada kondisi terdapat darah atau nanah dan
jaringan yang mati memiliki efek jika warnanya masih tampak. Betadin tidak
boleh di gunakan jika terbukti alergi terhadap yodium. Tanda alergi di antaranya,
kulit menjadi merah, bengkak, atau terasa gatal. Penggunaan yang sering dan
terus-menerus harus dihindari jika pada saat yang bersamaan penderita juga
mengkonsumsi obat lithium (biasanya mereka yang mengalami gangguan jiwa).
Dengan berbagai kelebihan dan kelemahan obat betadin, penulis
memaparkan inovasi pembuatan produk alternative betadin dari biji tanaman
Jeruju (Acanthus ilificious). Hal yang melatarbelakangi penulis karena (Acanthus
ilificious) mengandung senyawa bioaktif yang telah di teliti dapat membersihkan
luka. Produk yang akan penulis paparkan adalah produk yang lebih efektif dan
efesien dalam pemakaian maupun kualitasnya. Selain itu, pemanfatan kekayaan
local dapat di lakukan secara optimal dan tanaman jeruju yang selama ini belum
banyak di kenal masyarakat dapat di kembangkan secara industry. Nama produk
yang akan kami tawarkan adalah ACHANDIN.
3.3 Analisis Hasil Agroindustri pengolahan Biji Jeruju menjadi ACHANDIN.
Tabel Penggunaan Bahan Baku untuk 1x proses produksi

13

No

Jenis bahan
baku

Jumlah

Satuan

Harga
(Rp/satuan)

Bahan baku:

60

Kg

1150

Jumlah
(Rp)

Buah Jeruju

Jumlah

69.000

Bahan baku
penolong:
Gas elpiji 3 kg
Botol kemasan 20
gram
Stiker kemasan

tabung

23.000

23.000

500

botol

500

250.000

500

lembar

200

100.000

Jumlah

Biaya Tenaga

373.000

10

orang

70.000

700.000

a. Harian

Jumlah

700.000

total

1.142.000

14

N
o

Jenis bahan baku

Jumlah

Satuan

Harga
(Rp/satuan)

Jumlah (Rp)

Bahan baku:

480

Kg

1150

552.000

Buah Jeruju

Jumlah

Bahan baku
penolong:

552.000

1
4000

Gas elpiji 3 kg
Botol kemasan 20
gram
Stiker kemasan

4000

tabung

23.000

23.000

botol

500

2.000.000

lembar

200

800.000

Jumlah

2.823.000

15

Biaya Tenaga
a. Harian

10

orang

70.000

5.600.000

Jumlah

5.600.000

Total

8.975.000

Tabel Rincian Pengeluaran Biaya Produksi, Achandine Jeruju untuk 8x produksi

Biaya Produksi Pendapatan dan Keuntungan Agroindustri Achandine Jeruju


No

Keterangan

Harga (Rp)

Penerimaan (TR)
Total produksi/4000 botol x

32.000.000

8.000
2

Biaya (TC)
Bahan baku
Penyusutan
Bahan penolong
Tenaga kerja

552.000
1.608.750
2.823.000
5.600.000

Jumlah

10.583.750

a.
b.
c.
d.

Keuntungan (TR TC)

21.416.250

Analisis Pendapatan
No

Penerimaan

Proses 1 (Rp)

Proses 2

Per 1x produksi

Per 8x produksi

16

Jumlah produksi

500

4000

Harga jual

8.000

8.000

Total penerimaan

4.000.000

32.000.000

No

Variabel

Proses 1

Proses 2

Per 1x produksi Per unit


(g)

Per 8x produksi Per unit


(g)

Jumlah produksi

500

20

4000

20

Penerimaan

4.000.000

8.000

32.000.000

8.000

Biaya total

1.322.969

2.646

10.583.750

2.646

Total pendapatan

2.677.031

5.354

21.416.250

5.354

Biaya Tetap - Rincian Penggunaan Peralatan


Jenis

Jumlah

Satuan

Peralatan

Harga
(Rp/@)

Jumlah

Umur

Biaya
(Rp)

Ekonomi
s (Tahun)

Nilai sisa

Nilai
Penyusutan

(Rp)

(Rp/Tahun)

Pisau

Unit

20.000

100.000

10.000

45.000

Ember

10

Buah

25.000

250.000

25.000

112.500

Oven

Unit

500.000

1000.000

100.000

450.000

Mesin

Unit

2.500.000

2.500.000

250.000

562.500

Timbangan 5

Unit

150.000

750.000

75.000

168.750

Penghalus

10 kg

17

Saringan

Unit

30.000

150.000

15.000

135.000

Unit

20.000

150.000

15.000

135.000

415.000

1.608.750

kawat
besar
Saringan
kawat
kecil
Total

4.850.000

Analisis Titik Impas / Break Even Point


No

Variabel

Proses 1

Proses 2

1xproduksi

8xproduksi

Harga jual {Rp/botol(20 g)}


a

8.000

8.000

Jumlah produk (kg/proses


produksi) b

500

4000

Biaya variabel (Rp/Proses


produksi) c

1.142.000

8.975.000

Biaya tetap (Rp/proses


produksi) d

4.850.000

4.850.000

Total penerimaan (Rp/proses


produksi) e

2.677.031

21.416.250

18

4.850.000
8.508.772 BEPrupiah 4.850.000 8.508.772
1.142.000
1.142.000
1
1
2.677.031
2.677.031
4.850.000
4.850.000

848,495 BEPunit
848,495
1.142.000
1.142.000
8000
8000
500
500

BEPrupiah

BEPunit

Analisis Nilai Tambah Jeruju Menjadi Achandine


No

Variabel

Harga

Nilai produk akhir (Na)

21.416.250

Nilai bahan baku (Bb)

552.000

Jumlah bahan baku

480

Biaya penolong (Bp)

2.823.000

Biaya penyusutan (Np)

1.608.750

Biaya antara (Ba)

3.375.000

Nilai tambah bruto (NTb)

18.041.250

Nilai tambah netto (NTn)

16.432.500

Nilai tambah per bahan baku (NTbb)

37.586

19

Analisis Produktivitas
No

Produksi

8xProses Produksi

Nilai Produksi

480 kg

Tenaga Kerja

10 orang

Produktivitas tenaga kerja

48kg/org

No

Produksi

8xProses Produksi

Nilai Produksi

480 kg

Mesin

3 mesin

Produktivitas mesin

160 kg/mesin
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Tanaman Jeruju (Acanthus ilificious) merupakan salah satu jenis dari tanamn
Mangrove. (Acanthus ilificious) dikenal juga dengan nama Daruju, tanaman
yang berasal dari tanah Melayu dan tanah Jawa, tumbuh liar di daerah pantai,
tepi sungai, serta tempat-tempat lain yang tanahnya berlumpur dan berair
payau, tumbuh tegak atau berbaring pada pangkalnya; tinggi 0,5-2 meter,
berumpun banyak. Tanaman jeruju hidup di daerah lembab atau rawa-rawa.
Di daerah seperti ini tanaman jeruju dapat ditemukan berlimpah tetapi secara
keseluruhan habitat tanaman ini termasuk jarang. Hal ini menyebabkan
tanaman jeruju merupakan salah satu indikator dari lahan basah. Secara
umum, tanaman jeruju mengandung senyawa bioaktif diantanya, saponin,
flavonoid, pilifenol dan asam amino. Serta bijinya mengandung alkaloid dan
dapat berkhasiat membersihkan darah. Karena itu, penulis berinovasi
memaparkan pembuatan produk alternative betadin dari biji jeruju (Acanthus
ilificious) yang penulis memberikan nama ACHANDIN.

20

2. Analisis..
4.2 Saran
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satunya
adalah tanaman Mangrove. (Acanthus ilificious) merupakan salah satu dari jenis
tanaman yang masih belum di kembangkan secara optimal. Semoga makalah ini
bermanfaat

untuk

masyarakat

dapat

mengenal

kekayaan

local

dan

mengembangkannya, sehingga dapat bersaing dalam dunia industry dan dunia.

DAFTAR PUSTAKA
Ardli ER, Yani E, WidyastutiA. 2011. Density and Spatial Distribution of Derris
trifoliata and Acanthus ilicifolius as a Biomonitoring Agent of
Mangrove Damages at the Segara Anakan lagoon (Cilacap,Indonesia).
2nd International Workshop for Conservation Genetics ofMangroves.
Irawanto R. 2014b. Phytomedicine of Acanthus ilicifolius and Coixlacryma-jobi.
Prosiding 2nd International Biology Conference-ITS Surabaya.
Irawanto, R. 2015. Jejuru (Acanthus ilicifolius): biji, perkecambahan dan
potensinya. Pro Sem Nas Masy Biodiv Indonesia. Vol 1 No 5 : 10121013.
Kovendan K,MuruganK. 2011. Effect of Medicinal Plants ontheMosquito Vectors
from the Different Agroclimatic Regions of TamilNadu, India.
Advan Environ Biol 5(2):335-344.
Kasahara S, Hemmi S (eds).1995. Medical Herb Index in Indonesia, PT.Eisai
Indonesia. No 2329.
Yudhoyono A, Sukarya DG. 2013. 3500 Plant Species of The Botanic Gardens
of Indonesia. PT. Sukarya dan Sukarya Pendetama. Jakarta.

21

22

Anda mungkin juga menyukai