PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
ANALISIS MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS SIMPLISIA KULIT (CORTEX)
Disusun Oleh:
(191148201106)
Dosen Pengampu :
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Jum’at,
Mengetahui,
Nim:191148201106
I. Tujuan :
Definis Cortex
Batang bagi tumbuhan merupakan salah satu organ yang sangat penting, terutama bagi
tumbuhan yang tumbuh di darat dan sering disebut dengan tumbuhan darat. Batang berfungsi
sebagai penunjang tumbuh tubuh tumbuhan untuk tetap berdiri tegak dan melakukan
aktivitasnya sebagai mana mestinya karena proses pengambilan makanan yang diperlukan
tumbuhan salah satunya melalui batang. Batang mempunyai nama ilmiah caulis. Struktur ini
merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah penting dari daun. Batang berfungsi
memperkokoh berdirinya tumbuhan, selain fungsi lainnya sebagai jalur transportasi air dan
unsure hara tumbuhan, dari akar ke daun. Sifat-sifat umum batang yang dapat dikatakan
sebagai karakteristik, antara lain adalah tumbuh selalu ke atas daun dan menjauhi pusat bumi.
Istilah ini dikenal sebagai fototrofi positif dan geotrofi negatif. Selain itu, batang biasanya
berwarna coklat. Batang memiliki bentuk yang beragam, walaupun pada umumnya berbentuk
bulat (Rosanti, 2011).
Pada batang terdapat buku-buku yang dikenal dengan nama ilmiah nodus. Pada buku
inilah daun melekat. Jarak antara dua buku dinamakan ruas. Ruas dikenal dengan nama
ilmiah internodus. Pada tumbuhan monokotil, biasanya buku-buku batang terlihat dengan
jelas, seperti pada batang tebu, jagung, dan rumputrumputan. Sedangkan pada tumbuhan
dikotil, buku-buku batang kadang-kadang tidak terlihat, tetapi hanya berupa tonjolan-
tonjolan, tempat tangkai daun melekat, sehingga bila tangkai daun lepas, akan meninggalkan
bekas pada batang. Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan akar
dan daun.
Kedudukan batang bagi tumbuhan dapat disamakan denga rangka pada manusia dan
hewan. Dengan kata lain, batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan. Batang mempunyai
fungsi utama sebagai jalur transportasi air dan zat-zat hara dari akar ke daun dan sebaliknya.
Selain itu, batang mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu daun,
bunga, dan buah. Melalui percabangannya, batang dapat memperluas bidang asimilaasi. Pada
beberapa tumbuhan, batang berfungsi sebagai tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
Pada umumnya batang tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek.
Misalnya rumput dan waktu batang masih muda. Batang selalu bertambah panjang ujungnya.
Pertumbuhan batang ditandai dengan adanya percabangan. Karena batang memiliki struktur
yang cukup kompleks, dalam mengamati batang suatu tumbuhan, ada beberapa hal penting
yang menjadi fokus pengamatan, misalnya bentuk, cabangcabang, arah tumbuhan dan
sebagainya (Rosanti, 2011).
Korteks adalah kawasan di antara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar.
Korteks batang biasanya terdiri dari parenkim yang dapat berisi kloroplas. Di tepi luar sering
terdapat kolenkim atau sklerenkim. Batas antara korteks dan daerah jaringan pembuluh seirng
tak jelas karena tidak asa endodermis. Pada batang muda jarak (Ricinus communis), misalnya
lapisan sel korteks terdalam dapat berisi pati dan disebut seludang pati. Namun, beberapa
dikotil membentuk pita caspary pada sel lapisan korteks paling dalam dan beberapa tumbuhan
paku menunjukkan endodermis yang jelas. Tak ada ruang antarsel di antarsel endodermis.
Pada pita caspary, suberin yang bersifat hidrofob menembus dinding primer dan tak hanya
melekat saja. Meskipun dari segi morfologi tak terlihat endodermis, telah dibuktikan bahwa
lapisan korteks terdalam memiliki sifat kimiawi dan fisiologi yang serupa dengan
endodermis. Jadi, ada batas fisiologi antara korteks dan daerah silinder jaringan pembuluh
(Hidayat, 1995).
Empulur dan korteks, sebagian besar terdiri dari sel-sel parenkim. Pada ranting, cabang
berkayu muda dan batang bawah tanah perensial herba, jaringan ini menyimpan banyak sekali
makanan. Bagian terluar korteks ranting dan batang herba sering kali terdiri dari klorenkima,
yang memberikan warna hijau pada batang. Lapisan gabus yang ada dalam tumbuhan berkayu
maupun tumbuhan herba, efektif dalam mengurangi kehilangan air dari jaringan-jaringan
bagian dalam. Lapisan gabus ini dihasilkan oleh aktivitas kambium gabus. Di sisi luar batang
muda terdapat lapisan epidermis yang biasanya hanya terdiri dari satu lapisan sel (Tjitrosomo,
1983).
Korteks (cortex) merupakan akar yang tersusun dari jaringan parenkim yang terdiridari
beberapa lapis sel. Sel-selnya berukuran relatif besar, berbentuk silindris memanjang dengan
posisi sejajar sumbu akar, dan memiliki banyak ruang antar sel. Ruang antar sel merupakan
ruang udara untuk saluran pertukaran gas. Umumnya, sel-sel penyusun jaringan parenkim
tidak berkloroplas, kecuali pada beberapa jenis tumbuhan air dan tumbuhan epifit. Sel-sel
penyusun jaringan parenkim memungkinkan untuk menyimpan cadangan makanan (Parlan,
1995).
Anatomi dan Morfologi cortex
Secara umum struktur anatomi cortex pada batang tumbuhan tersusun oleh beberapa
lapis sel parenkim yang tidak teratur dan berdinding tipis, banyak ruang antar sel. Terdapat
kolenkim dan sklerenkim yang berfungsi sebagai penyokong dan penguat tumbuhan. Sel-sel
korteks sebelah dalam yang mengandung amilum disebut floetema (sarung tepung) (Haryati,
2009).
Dalam anatomi tumbuhan, korteks adalah bagian terluar dari batang atau akar tumbuhan
yang dibatasi di bagian luar oleh epidermis dan di bagian dalam oleh endodermis. Korteks
tersusun dari jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan menyusun jaringan dasar.
Pada organ yang telah cukup umur sel-sel terluar korteks dapat mengalami penebalan dinding
sel dan disebut sebagai sel-sel kolenkim. Selain itu, sel-sel terluar juga dapat memiliki
kloroplas. Korteks berfungsi dalam transportasi harta dari epidermis ke dalam teras akar.
Selain itu, pada beberapa spesies tumbuhan, korteks juga menjadi bagian penyimpanan
cadangan energi dalam bentuk pati (Suhartono, 2012).
Struktur sel dan jaringan penyusun akar, berturut-turut yaitu epidermis, korteks,
endodermis, dan stele (silinder pusat). Lapisan terluar dari akan adalah epidermis yang
tersusun atas sel-sel yang tersusun rapat satu sama lain tanpa ruang antar sel, berbanding tipis
dan memanjang, sejajar sumbu akar. Dinding sel epidermis terususun dari bahan selulosa dan
pectin yang menyerap air. Epidermis akar biasanya satu lapis. Permukaan sel epidermis
sebelah luar membentuk tonjolan yaitu berupa rambut atau bulu akar (Suhartono, 2012).
Menurut Abdurrahman ( 2008: 81 ), berikut adalah macam-macam jaringan tumbuhan :
1. Jaringan Epidermis
Epidermis merupakan jaringan terluas dari batang. Epidermis ini hanya tersusun atas satu
lapisan sel. Sel epidermis tersusun rapat, sehingga tidak tampak ruang antar sel. Jika
batang tumbuhan membesar, epidermis akan pecah dan membenuk jaringan gabus.
Jaringan gabus ini juga sering pecah sehingga terbentuk lentisel.
2. Jaringan Korteks
Merupakan jaringan yang ada dubawah jaringan epidermis. Jaringan penyusun pada
kortesk batang adalah parenkim dan kolenkim. Sel korteks relatif renggang, sehingga
terdapat rongga antar sel. Hal ini berguna dalam pertukaran sel.
3. Jaringan Endoderm
Merupakan batas antara korteks dan silinder pusat. Didalam silinder pusat terdapat jaringan
perisikel, empulur, dan pembuluh angkut. Empulur merupakan bagian terdalam dari
silinder pusat dan tersusun atas jaringan parenkim. Jaringan pembuluh angkut tersusun atas
floem dan xylem.
4. Silinder Pusat
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut perisikel atau
perikambium. lkatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan
floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem sebelah luar. Antara xilem
dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan
parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium,
yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder
yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil,
berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung
terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim
kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak
berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-
lapis lingkaran tersebut dinamakan lingkaran tahun (A.Fahn, 1982:192)
Cortex merupakan jaringan terluar dari tanaman berkayu, yang meliputi kulit batang,
cabang atau kulit akar atau buah sampai ke lapisan epidermis. Saat tumbuhan cukup besar
umumnya zat berkhasiat terdapat dalam serat terutama alkaloid. Cortex juga merupakan
kulit kayu berupa seluruh jaringan di luar kambium. Susunan cortex apabila dilihat
penampang melintangnya terdapat (Mulyani, 2006) :
1. Sel gabus pada cortex gunanya untuk mempertahankan diri terhadap kedaaan luar,
misalnya karena sudah tua. Fungsi jaringan gabus adalah untuk melindungi jaringan lain
agar tidak kehilangan banyak air, mengingat sel-sel gabus yang bersifat kedap air. Pada
Dikotil, jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen, pembentukan
jaringan gabus ke arah dalam berupa sel-sel hidup yang disebut feloderm, ke arah luar
berupa sel-sel mati yang disebut felem.Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
mengetahui fragmen pengenal simplisia serbuk cortex (kulit) tersebut.
2. Floem, gunanya untuk mengangkut makanan dari daun ke seluruh tubuh bagian tanaman.
3. Sel parenkim, di dalamnya terdapat sel batu, kristal oksalat berbentuk prisma atau drust
dan amilum.
Jaringan parenkim disebut sebagai jaringan dasar karena banyak dijumpai hampir ditiap
bagian tumbuhan, dengan karakteristik sel berupa sel hidup, struktur dan fungsi sangat
bervariasi, bervakuola besar, dinding sel tipis, terdapat kloroplas dan pigmen lainnya
(Hidayat,1995).
Berdasarkan bentuknya menurut (Hidayat,1995), parenkim dibagi menjadi beberapa
kelompok yakni :
Parenkim pagar (palisade), merupakan tempat fotosintesis yang utama dan sel-sel
memanjang yang terdapat di daun tepat di bawah jaringan epidermis karena banyak
mengandung klorofil dari pada jaringan lainnya, dengan bentuk bulat memanjang atau
lonjong yang berjajar seperti tiang atau pagar dan dalam parenkim palisade ini terdapat
sel klorofil atau zat hijau daun. Parenkim pagar berfungsi sebagai tempat fotosintetis.
Parenkim bunga karang (jaringan spons), merupakan lapisan sel-sel yang tidak teratur,
banyak rongga udara dan berada di bawah lapisan jaringan tiang. Pada bunga karang
terdapat klorofil dalam jumlah kecil (tidak seperti palisade). Bunga karang berfungsi
sebagai tempat fotosintetis dan juga sebagai tempat penyimpanan hasil fotosintesis
Parenkim bintang, dinamakan sesuai bentuknya yang menyerupai bintang karena bersegi
lima menjuntai atau lebih.
Parenkim lipatan, terdapat pada pinus dan padi, dengan bentuk yang berlipat ke arah
dalam serta banyak mengandung kloroplas.
Definis Cortex
Menurut Tjitrosoepomo, 1985 fungsi batang adalah :
1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah, yaitu: daun, bunga, dan
buah.
2. Dengan percabangannya memperluas biidang asimilasi.
3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat maknan dari bawah ke atas dan jalan
pengangkutanhasil-hasil penimbunan zat-zat makanan cadangan.
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
1. Mikroskop
2. Gelas/kaca benda
3. Gelas/kaca penutup
4. Pipet tetes
5. Silet
6. Baskom
7. Bunsen
8. Plat tetes
1. Tuang sedikit serbuk cortex di atas kaca objek, lalu beri 1-2 tetes kloral hidrat
(perhatikan : ujung pipet kloral hidrat jangan sampai menempel di atas kaca objek,
dan jangan sampai serbuk terhisap !).
2. Lewatkan di atas api sesaat.
3. Amati di bawah mikroskop pada perbesaran 100x
Hasil Pengamatan
1. Alyxiae Cortex (Kulit Pulosari)
Nama Tanaman : Alyxia reinwardtii Bl
Suku : Apocynaceae
Makroskopik :
- Aroma agak harum mirip kumarin, rasa agak pahit
- Potongan panjang 10 cm, lebar sampai 2.5 cm, tebal sampai 4 mm, berlekuk
membujur, atau agak datar, rapuh, permukaan luar halus rata dan berwarna putih,
kadang terdapat sisa lapisan luar yang tipis berwarna coklat tua kehitaman,
permukaan dalam tidak rata, kasar dengan garis-garis membujur, bekas patahan
tidak rata, berserat dan agak berdebu
Mikroskopis :
- Serbuk berwarna kuning jernih
- Jaringan luar terdiri dari 1-5 lapis sel-sel batu berbentuk segi panjang sampai bulat
panjang, berdinding tebal berlapis-lapis, lumen agak sempit, kadang terdapat
hablur prisma kristal oksalat.
- Jaringan gabus dengan sel batu berdinding tebal dan berlignin, dan lumen sempit
- Parenkim korteks berbentuk polygonal, dinding sel tipis, mengandung butir pati
tunggal, atau hablur kristal oksalat berbentuk prisma atau roset
- Sel batu tunggal atau berkelompok berbentuk isodiometrik sampai segi empat
panjang tidak berarturan, dinding sel tebal, lumen agak sempit
Fragmen Pengenal :
parenkim korteks dengan sel batu dengan lumen sempit, hablur kristal
oksalat berbentuk prisma, sel batu dengan lumen/noktah bercabang
2. Parameriae Cortex (Kulit Kayu Rapat)
Nama Tanaman : Parameria laevigata
Suku : Apocynaceae
Makroskopis :
- Serbuk warna coklat kekuningan tercampur dengan gumpalan-gumpalan getah
- Potongan kulit berbentuk gelondong/pipa, menggulung datar atau melengkung
ringan tidak padat, panjang 5 cm sampai 20 cm, tebal 2 mm sampai 7 mm.
- Permukaan luar kasar tidak beraturan, berwarna coklat sampai coklat kelabu
- Bekas patahan tidak rata dan patahan masih terhubung dengan lainnya oleh
benang –benang getah
Mikroskopis :
- Jaringan gabus terdiri dari sel – sel gabus dengan dinding tangensial luar sangat
tebal dan berlapis-lapis hingga berbentuk serupa huruf U terbalik, jernih,
berlignin.
- Sel parenkim tipis berisi butir pati tunggal, kecil
- Hablur Kristal kalsium oksalat berbentuk prisma
- Sklereid berbentuk isodiometrik, persegi panjang atau bentu tidak beraturan,
dingding sel sangat tebal berlapis-lapis dengan saluran noktah jelas bercabang
- Sklerenkim panjang dan ramping dengan lumen serupa garis memanjang
- Hablur kristal kalsium oksalat bentuk prisma.
Fragmen Pengenal :
hablur Kristal Ca oksalat bentuk prisma, banyak, lepas, atau berderet di
dalam parenkim, sela batu berdinding sangat tebal dengan saluran noktah bercabang dan
lumen sempit, jaringan gabus berdinding tangensial tebal mirip huruf U yang pendek,
jernih, mengkilat, serabut/sklerenkim panjang ramping dengan lumen serupa garis
panjang.
Mikroskopis :
- Serabut sklerenkim berwarna kuning atau jernih berlumen di tengah sangat jelas,
panjang, dan berdinding tebal, tunggal atau berkelompok.
- Sel gabus terdapat pada pada kulit yang sudah tua
- Sel yang mengandung massa amorf berwarna merah kecokelatan, yaitu flobafen.
- Kristal Ca oksalat bentuk pasir
Fragmen pengenal :
serabut skelerenkim berdinding tebal dengan lumen/rongga yang sangat jelas.
VI. Pembahasan
Semak menjalar, batang membelit, berkayu, berambut, cokelat. Daun tunggal, lanset,
berhadapan, pangkal dan daun meruncing, daun muda hijau kemerahan setelah tua hijau.
Perbungaan bentuk malai, mahkota bentuk corong, warna putih. Buah polong. Biji bulat,
warna cokelat kehitaman (Heyne, 1987).
Klasifikasi :
Kingdom:Plantae
Subkingdom:Tracheobionta
SuperDivisi:Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianales
Famili: Apocynaceae
Genus: Parameria
Identifikasi :
Keluarga : Apocynaceae
Nama Daerah Indonesia : Kayu rapet, akar gerip putih, gakeman mayit (lampung), kayu
rapet (sunda), kayu rapet (jawa), gembor (jawa), ragen (jawa), medaksi (madura).
Deskripsi tanaman. Habitat : Tanaman ini banyak tumbuh liar di hutan dan tempat lain
yang bertanah tandus dan cukup mendapatkan sinar matahari. Semak menjalar, panjang
kurang lebih 4 meter. Tumbuh liar di hutan pada dataran rendah samapai 1200 dpl,
Batang : membelit, bulat, berkayu, berambut, cokelat. , Daun : tunggal, lanset,
berhadapan, pangkal dan daun meruncing, daun muda berwarna hijau kemerahan setelah
tua berwarna hijau, berhadapan, pertulangan menyirip, panjang 5-12 cm, lebar 2-5 cm,
bertangkai panjang 2-4 cm. Bunga : bentuk malai, majemuk, mahkota bentuk corong,
panjang 2-2,5 cm, warna putih. Berbunga pada bulan juni-oktober. Buah : polong,
panjang 15-45 cm, ujung lanciip, berisi 4-10 biji, berbuah bulan oktober desember. Biji :
bulat, warna cokelat kehitaman.
Hasil pengamatna organoleptisnya adalah tidak berasa, tidak berbau, dan memiliki warna
coklat . dilanjutkan uji mikroskopi media air ditemukan fragmen sel batu, serabut
sklerenkim, dan hablur oksalat berbentuk prisma. Pada farmakope herbal Indonesia
(2009), pada serbuk kulit kayu rapat ditemukan; sel batu, jaringan gabus dengan
sklerenkim korteks dan sel batu,serabut sklerenkim,dinding luar jaringan korteks
yang lepas, parenkim korteks, hablur kalsium oksalat bentuk prisma, parenkim
floem dengan jari jari empulur dan sel batu.
Kandungan kimia : Kulit, kayu dan akar Parameria laevigata mengandung flavonoida
dan polifenol, daunnya juga mengandung saponin dan Tanin. Saponin adalah senyawa
surfaktan dan berbagai hasil penelitian disimpulkan, saponin bersifat hipokolesterolemik,
imunostimulator, dan antikarsinogenik.
Khasiat : Kulit kayu Parameria laevigata berkhasiat sebagai obat rahim nyeri sehabis
bersalin, disentri, koreng-koreng dan luka-luka. Untuk obat rahim nyeri sehabis bersalin
dipakai 15 gram kulit kayu Parameria laevigata, dicuci, direbus dengan 3 gelas air
selama 25 menit, setelah diangkat disaring. Hasil saringan diminum 2x sama banyak
pagi dan sore. Juga berkhasiat sebagai Stomakik; Antipiretik; Desinfektan.
VII. Kesimpulan
Cortex adalah kulit batang, merupakan bagian kulit yang digunakan sebagai
ramuan obat. Simplisia kulit batang umumnya diambil dari bagian kulit terluar
tanaman tingkat tinggi yang berkayu. Dan dapat disimpulkan dari hasil praktikum
bahwa tiap simplisia cortex (kulit) memiliki ciri atau identifikasi (Organoleptis,
makroskopis dan mikroskopis), dan manfaat ataupun khasiat yang berbeda-beda.
Ciri khas dalam serbuk Chinchonae Cortex secara mikroskopik yang
didapatkan butir pati lepas, serabut floem, parenkim berisi butir pati, hablur kalsium
oksalat berbentuk pasir, jaringan gabus terlihat tangensial. Organoleptiknya: Bau khas
aromatik, dengan serbuk warna coklat merah.
Ciri khas dalam serbuk Alyxiae Reinwardtii Cortex secara mikroskopik terdapat
fragmen rambut penutup; fragmen serabut; sel batu; parenkim dengan hablur kalsium
oksalat bentuk roket atau prisma; pembuluh kayu. ciri amilum pada Elephantopi Radix
secara organoleptis adalah bau lemah, tidak khas; rasa tawar. Serbuk berwarna coklat
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa. Organoleptiknya: tidak berbau, dengan serbuk
berwarna kelabu kecoklatan.
Ciri khas Parameriae Cortex (Kulit Kayu Rapat) secara mikroskopik adalah
Jaringan gabus terdiri dari sel-sel gabus dengan dinding tangensial luar sangat tebal
dan berlapis-lapis hingga berbentuk serupa huruf U terbalik, jernih, berlignin. sel
parenkim tipis berisi butir pati tunggal, kecil, hablur Kristal kalsium oksalat berbentuk
prisma, sklereid berbentuk isodiometrik, persegi panjang atau bentu tidak beraturan,
dan dingding sel sangat tebal berlapis-lapis dengan saluran noktah jelas bercabang.
DAFTAR PUSTAKA
Sianturi Sister. 2021. Panduan Praktikum Farmakognosi. Samarinda : Universitas Stikes
Dirgahayu Samarinda.
Bradley, P. 2006. British Herbal Compendium. Bournemouth: British Herbal Medicine
Association. Hal : 108. Dalimartha, S (2009) Atlas Tumbuhan Obat Jilid VI. Jakarta:
Puspa Swara. Hal : 49-51.
Depkes. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
F. Parlan. 1995. Panduan belajar biologi. Jakarta: Yudistira.
Haryati, Daroji. 2009. Jelajah Fakta Biologi I. Jakarta: Tiga serangkai.
Rosanti, Dewi. 2011. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga
Suhartono, Ricke. 2012. Farmakognosi. Jakarta: Pilar Utama Mandiri.
Syamsul Hidayat, s. S. & hutapea, j. T. 1981. Inventaris tanaman obat indonesia. Edisi i,
36,258, badan penelitian dan pengembangan kesehatan, departemen kesehatan
republik Indonesia: Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Gadjah Mada
University Press.