Anda di halaman 1dari 44

“ALKALOID”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK VI:

NURINSAN JUNIARTI 1414140003

OLA MULYA 1414141002

NUR ISTIQAMAH 1414142011

RISKA AMELIA 1414142004

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2015-2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala berkat, rahmat, karunia, kemudahan dan kelancaran-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Alkaloid”.
Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saranyang bisa menunjang untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan juga penulis khususnya.

Makassar, 2 April 2016

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Pengertian Senyawa Alkaloid ................................................................... 3
B. Penamaan dan sifat-sifat fisika serta kimia ............................................... 6
C. Struktur dan Klasifikasi Senyawa Alkaloid .............................................. 8
D. Biosintesis dari Senyawa Alkaloid ............................................................ 21
E. Cara Penentuan Struktur Senyawa Alkaloid ............................................. 30
F. Kegunaan dari Senyawa Alkaloid ............................................................. 36
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 38
A. Kesimpulan ............................................................................................... 38
B. Saran .......................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang terdiri dari
beribu-ribu pulau yang kaya sumber alam terutama tumbuh-tumbuhan yang
sangat beraneka ragam. Beberapa jenis tumbuhan digunakan sebagai ramuan
obat yang penggunaanya didasarkan secara turun-temurun, maka para peneliti
kimia telah melakukan penyelidikan terhadap kandungan kimia berbagai
tanaman.
Salah satu senyawa organik yang paling banyak ditemukan di alam
ialah alkaloid, yaitu senyawa organik yang bersifat basa atau alkali dan sifat
basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa
tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Sejarah alkaloid hampir setua peradan manusia. Manusia telah
menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman. Obat-
obat yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium, getah kering
Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan sebagai obat-obatan dan
sifatnya sebagai analgetik dan narkotik sudah diketahui. Pada tahun 1803,
Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama
narkotin. Selain itu, pada tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan
Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian dibidang kimia
alkaloid dan dalam waktu singkat diperoleh Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin,
kaffein, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.
Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara
organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya
teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid
dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Berdasarkan hal

1
tersebut bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis
dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup maka dibuatlah
makalah ini untuk membahas hal-hal penting mengenai alkaloid agar
ketersediaanya yang cukup melimpah di alam dapat dimanfaatkan dengan
baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa Alkaloid?
2. Penamaan dan sifat-sifat fisika serta kimia ?
3. Bagaimana struktur dan klasifikasi senyawa alkaloid?
4. Bagaimana biosintesis dari senyawa alkaloid?
5. Bagaimana cara penentuan struktur senyawa alkaloid?
6. Apa saja kegunaan dari senyawa alkaloid?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Senyawa Alkaloid


Istilah "alkaloid" (mirip alkali, karena dianggap bersifat basa) pertama
kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker
dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari
ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal,
misalnya, morfina, striknina, sertasolanina).
Suatu Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah
atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin
heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik
lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga
berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang
ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang
paling sederhana sampai yang paling sulit.Sebagian besar alkaloid terdapat
pada tumbuhan dikotil. Alkaloid tidak sering terdapat dalam gymospermae,
paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Dalam Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa
alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering
dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri
atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung
oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa)
dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen
sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya.
Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan
bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam
senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid
dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak
berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali

3
optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam,
meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus
lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain
mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan
higrina. Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga
mempunyai sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa
sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai
antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan
syaraf. Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong
alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada
batasan yang jelas untuknya (Ikan, 1969).
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil
asam amino yaituornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid
alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin,
dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari
biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan
suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol.
Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam
biosintesis alkaloid. Ekstraksi secara kasar biasanya mudapa dapat dilakukan
melalu teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah
dapat disebabkan oleh alkaloid.
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik
perhatian terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan
pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir
sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya
dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995) :
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam
urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali,
sekarang tidak dianut lagi).

4
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan
nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami
metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa
bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin
merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi
struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa
alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar
bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan
kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Perlu dicatat bahwa selama kimia organik berkembang pesat selama
periode tersebut, menjadi ilmu pengetahuan yang rumit pada saat ini, usaha
pengembangan dalam kimia bahan alam tumbuh sejalan, banyak reaksi yang
sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia organik adalah hasil
penemuan pertama dari studi yang cermat degradasi senyawa bahan alam.
Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada
tanaman berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae,
Ranunculaceae, Rubiaceae, Solanaceae,Berberidaceae) dan juga pada
tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun
berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga,
organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh yang
terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa
rusa, kastoramin dari sejenis musang Kanada, turunan Pirrol-Feromon seks
serangga, Saksitoksin-Neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella,
pirosiamin dari bacterium Pseudomunas aeruginosa, khanoklavin-I dari
sebangsa cendawan, Claviceps purpurea dan likopodin dari genus lumut
Lycopodium.

5
Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid yang penting
adalah Liliaceae, solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim
yang mengandung alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili
tanaman yang mengandung alkaloid, beberapa genera mengandung alkaloid
sedangkan genera yang lain tidak mengandung alkaloid. Suatu genus sering
menghasilkan alkaloid yang sama, dan bahkan beberapa genera yang berbeda
dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama.
Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga
(Famili) atau Marga (Genus). Sistem Engeler tumbuhan tinggi ada 60 Bangsa
(Ordo) dan ± 34 mengandung alkaloida, 4% semua Keluarga mengandung
sedikitnya satu alkaloida, hanya 8,7% pada sekitar 10.000 Marga. Keluarga
mengandung alkaloida: Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Satu Keluarga
beberapa Marga mengandung alkaloida dan lainnya tidak, ada Marga sama
mengandung alkaloida sama juga dari Keluarga lain. Contoh : hiosiamin
terdapat dalam 7 Marga yang berbeda dari Keluarga Solanaceae, sedang
vindolin dan morfin terda-pat terbatas hanya beberapa jenis tumbuhan dari
Marga yang sama.
Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun
definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa
metabolid sekunder yang bersifat basa, yan mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis
menonjol. Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai
rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik.Satu
contoh yang sederhana adalah nikotin. Nikotin dapat menyebabkan penyakit
jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan
terhadap kehamilan dan janin.

B. PENAMAAN DAN SIFAT-SIFAT FISIKA SERTA KIMIA


1. Penamaan
Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik, oleh karena itu,
suatu alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin,

6
dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang
mencirikan alkaloid.
Karena begitu banyak tipe alkaloid maka tidak mungkin diadakan
penyatuan penamaan. Bahkan dalam satu kelompok alkaloid, sering
terjadi tidak adanya sistem penamaan dan penomeran yang konsisten.
Suatu contoh, adalah alkaloid indol, dimana banyak terdapat kerangka
yang berbeda. Kebanyakan dalam bidang ini sistem penomeran yang
digunakan didasarkan pada biogenesis, namun sayang Chemical Abstract
mempunyai sistem penomeran yang sangat membingungkan untuk setiap
kerangka individu.
Karaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama
berakhiran ”ina”. Disamping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain,
diberi nama yang dikenal ”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka
mungkin diturunkan dari nama genus (contoh atropin dari Atropa
belladonna) ; dari nama species (contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ;
dari nama yang lazim untuk obat-obatan/aktifitas fisiologik (contoh,
emetin, emetat), atau dari nama pakar kimia alkaloid yang
terkenal/penemunya (contoh, pelletierina).
2. Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang
memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5
atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier
yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari
struktur molekul dan gugus fungsionalnya)
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal
tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa
seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa
yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna
kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas

7
alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan
alkaloid quartener sangat larut dalam air.
3. Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada
adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai
contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada
dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya,
bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh;
gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan
pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit
asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid
selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika
penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam
dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida
atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

C. Struktur dan Klasifikasi Senyawa Alkaloid


1. Struktur senyawa alkaloid
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah
atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin
heterosiklik.Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah
kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid
alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis
isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol.

8
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid
adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan
sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga
melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida
dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
2. Sistem klasifikasi senyawa alkaloid
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer,
dimana alkaloid dikelompokkan atas:
a. Alkaloid sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa;
lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik; diturunkan dari
asam amino; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan
asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin
heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada
bersifat basa.
b. Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen
dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.
Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang
bersifat basa. Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk
kelompok ini. Contohnya adalah meskalin, ephedin dan N,N-
dimetiltriptamin.
c. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas
ini, yaitu alkaloid steroidal. Contohnya: konessin dan purin (kaffein).

9
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:
A. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk
pada golongan ini adalah:
1) Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
Struktur inti:

Reduksi

N N
H
Piridin Piperidin

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:


 Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari
Piperis Nigri Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis
nigri (famili: Piperaceae) berguna sebagai bumbu dapur.
 Turunan Propil-Piperidin, meliputi konini yang diperoleh dari
Conii Fructus; yang berasal dari tumbuhan Canium maculatum
(famili: Umbelliferae) berguna sebagai antispasmodik dan
sedatif.
 Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh
dari Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu
(famili: Palmae) berguna sebagai anthelmentikum pada hewan.
 Turunan Pirinin dan Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh
dari Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana
tobaccum (famili: Solanaceae) berguna sebagai antiparasit,
insektisida, dan antitetanus.
2) Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).
Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang
ada pada otak maupun sumsum tulang belakang.

10
Struktur inti:

N CH3

Golongan ini dibagi dalam 3 sub golongan:


 Hiosiamin dan Skopolamin
Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam:
Solanaceae), tumbuh pada daerah yang memiliki suhu yang
panas, daun dan bijinya mengandung alkaloid Skopolamin;
berfungsi sebagai antispasmodik dan sedatif.
 Kokain
Senyawa ini berfungsi sebagai analgetik narkotik yang
menstimulasi pusat syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai
antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari daun tumbuhan
Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam:
Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak disalahgunakan (drug
abuse) oleh sebagian orang dengan nama-nama yang lazim
dikalangan mereka seperti snow, shabu-shabu, crak dan
sebagainya.
 Atropin, Apotropin, dan Belladonina
Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “Atropos”
yang berarti tidak dapat dibengkokkan atau disalahgunakan, ini
disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat
beracun dan dapat menyebabkan kematian.
3) Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen.
Struktur inti:

11
Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:
 Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina
Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai antimalaria,
alkaloid ini terdapat pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan
Cinchona succirubra (famili: Rubiaceae). Ada beberapa jenis
dari Cinchona diantaranya C. Calisaya yang berwarna kuning
berasal dari Peru dan Bolivia, C. Officinalis dan C. Ledgeriana
lebih banyak di Indonesia yang ditanam di pulau Jawa.
 Akronisina
Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (famili:
Rutaceae), berfungsi sebagai antineoplastik yang telah diuji
cobakan pada hewan dan diharapkan mampu merupakan obat
yang efektif untuk kemoterapi neoplasma pada manusia.
 Camptothecin
Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon
Camptotheca acuminata (famili: Nyssaceae), suatu pohon
yang secara endemik tumbuh di daratan Cina. Ekstrak dari
tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia
limpoid.
 Viridicatin
Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur
Penicillium viridicatum (famili: Aspergillaceae), senyawa ini
aktif untuk semua jenis Plasmodium (kecuali P. vivax)
penyebab malaria. Penggunaan senyawa ini memiliki efek
samping berupa Cindronism yaitu pendengaran berkurang.
4) Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
Struktur inti:

12
N

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:


 Morfin
Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver
somniferum dan P. Bracheatum (famili: Papaveraceae)
 Emetina
Senyawa ini berfungsi sebagai emetik dan ekspektoran,
diperoleh dari akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C.
Acuminata (famili: Rubiaceae)
 Hidrastina dan Karadina
Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis
(famili: Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot;
bagian yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai
adstrigensia pada radang selaput lendir.
 Beberina
Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris
(dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca
(India) dari famili: Berberidaceae yang berguna sebagai zat
pahit/amara dan antipiretik.
5) Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol.
Struktur inti:

N
H

13
Golongan ini dibagi dalam 6 sub golongan:
 Reserpina
Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia
serpentine dari suku Apocynaceae yang terkadang bercampur
dengan fragmen rhizima dan bagian batang yang melekat
padanya. Senyawa ini berfungsi sebagai antihipertensi.
 Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina
Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus
(famili: Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai
antitumor.
 Striknina dan Brusina
Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii
(famili: Loganiaceae) yang terdapat di Filipina, Vietnam dan
Kamboja. Bagian tanaman yang diambil berupa ekstrak biji
yang telah kering dengan khasiat sebagai tonikum dalam dosis
yang kecil sedangkan dalam pertanian digunakan sebagai
ratisida (racun tikus).
 Fisostigmina dan Eserina
Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean,
chop nut dan split nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma
venenosum (famili: Leguminosae) yang berkhasiat sebagai
konjungtiva pengobatan glaukoma.
 Ergotoksina, Ergonovina, dan Ergometrina
Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain,
sebab berasal dari jamur yang menempel pada sejenis
tumbuhan gandum yang kemudian dikeringkan. Jamur ini
berguna sebagai vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang
spesifik dan juga sebagai oxytoksik.
 Kurare
Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci,
C. Toxifera (fam: Loganiaceae) dan Chondodendron

14
tomentosum (famili: Menispermaceae) yang berguna sebagai
relaksan pada otot.
6) Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen.
Struktur inti:

N
H
Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang
berasal dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi
rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius
atau J. Paraguay dari famili: Rutaceae yang berkhasiat sebagai
konjungtiva pada penderita glaukoma.
7) Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N,
Struktur inti:

Alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus


(famili: Leguminocaea) dan Anabis aphylla (famili:
Chenopodiaceae) berupa daun tumbuhan yang telah dikeringkan
berkhasiat sebagai oksitoksik.
8) Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka
steroid yang mengandung 4 cincin karbon.
Struktur inti:

15
CH3

CH3

Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu:


 Golongan I: Sevadina, Germidina, Germetrina,
Neogermetrina,Gemerina, Neoprotoperabrena, Veletridina.
 Golongan II: Pseudojervina, Veracrosina, Isorobijervosina.
 Golongan III: Germina, Germidina, Germitrina,
Protoveratrin,Sevadina, Jervina, Rubijervina,
Isoveratromina,Banyak ditemukan pada famili: Solanaceae,
Zigadenus venenosus.

9) Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang
merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-
senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin.
Struktur inti:

HO NH2
NH2
COOH

Feniletilamin Fenilalanin

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:


 Efedrina
Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan
E. Equisetina (famili: Gnetaceae) berguna sebagai
bronkodilator.

16
 Kolkisina
Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei
(famili: Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan
stimulan SSP, selain pada biji kormus (pangkal batang yang
ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid
yang sama.
 d-Norpseudo Efedrina
Alkaloid ini diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha
edulis (famili: Celastraceae). Nama lain dari tumbuhan ini
adalah Khat atau teh Abyssina, tumbuhan ini berupa pohon
kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah tropik Afrika
Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah stimulan pada SSP.
 Meskalina
Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii
(famili: Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat
menyebabkan halusinasi dan euphoria.
10) Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen.
Struktur inti:
N
N
N
N
H

Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang


tergabung dengan Imidazole.
Golongan ini dibagi dalam 3 sub golongan:
 Kafeina (1,3,7 trimetil Xanthin)

17
Alkaloid ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica
(famili: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada
prinsipnya di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja
pada susunan syaraf pusat, ginjal, otot-otot jantung.
Selain tumbuan kopi ada tumbuhan lain yang juga
mengandung caffein seperti camellia sinensis (famili:
Theaceae), cola nitida(famili: Starculiaceae).
O CH3
H3C N
N

O N N

CH3

Kafeina
 Theobromina (3,7 dimetil Xanthin)
Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (famili:
Sterculaceae) yang berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.
O CH3
N
HN

O N N

CH3

Theobromina
 Theofilina (1,3 dimetil Xanthin)
Merupakan isomer dari Theobromina yang berguna sebagai
bronkodilator dan diuretik.

18
O
H
H3C N
N

O N N

CH3

Theofilina

B. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik


Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi
pada salah satu atom karbon pada rantai samping.
1) Alkaloid Efedrin (Alkaloid Amina)
Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen
pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk
Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi,
Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens,
Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.
2) Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu: Capsicum pubescens,
Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens,
Capsicum chinense.

Klasifikasi alkaloid dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu:


A. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian
dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloid dapat
dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloid pirolidin, alkaloid
piperidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin dan alkaloid indol.
Struktur masing-masing alkaloid tersebut adalah sebagai berikut:

19
N
N N
H H

Pirolidin Piperidin Isokuinolin

N N
H

Kuinolin Indol

B. Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloid ditemukan. Cara ini


digunakan untuk menyatakan jenis alkaloid yang pertama-tama
ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloid
dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloid tembakau, alkaloid
amaryllidaceae, alkaloid erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai
kelemahan yaitu: beberapa alkaloid yang berasal dari suatu tumbuhan
tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
C. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk
menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloid yang diklasifikasikan
berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloid,
menunjukkan bahwa alkaloid berasal dari hanya beberapa asam amino
tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloid dapat dibedakan
atas tiga jenis utama yaitu:
1) Alkaloid alisiklik yang berasal dari asam-asam amino omitin dan
lisin.
2) Alkaloid aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,
tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.
3) Alkaloid aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.
Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik
termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak

20
terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloid hampir selalu berada dalam bentuk
gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam
bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedangkan substituen oksigen
biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksi (-OCH3) atau gugus
metilendioksi (-O-CH2-O). Substituen-substituen oksigen ini dan gugus N-
metil merupakan ciri sebagian besar alkaloid.

D. Biosintesis Senyawa Alkaloid


Cara biosintesis alkaloid terlalu banyak dan tidak dapat dengan mudah
diklasifikasikan. Namun, ada reaksi yang khas yang terlibat dalam biosintesis
berbagai kelas alkaloid, termasuk sintesis basa Schiff dan reaksi Mannich.
1. Sintesis basa Schiff
Basa Schiff dapat diperoleh dengan mereaksikan amina dengan
keton atau aldehida. Reaksi-reaksi adalah metode umum memproduksi C
= N obligasi.

Dalam biosintesis alkaloid, reaksi tersebut dapat berlangsung


dalam molekul, seperti dalam sintesis piperidin.

2. Reaksi Mannich
Komponen integral dari reaksi Mannich, selain amina
dan karbonil senyawa, adalah carbanion , yang memainkan peran
Nukleofil dalam penambahan nukleofilik pada ion yang terbentuk oleh
reaksi amina dan karbonil.
Reaksi Mannich adalah sebuah reaksi organik yang mengandung
alkilasi amino proton asam terletak di sebelah gugus fungsi karbonil

21
dengan formaldehida dan amonia atau amina primer atau sekunder
apapun. Produk akhirnya adalah senyawa β-amino-karbonil.

Reaksi antara aldimina dan karbonil α-metilena juga dianggap


sebagai reaksi Mannich karena imina ini merupakan bentuk antara amina
dan aldehida.Scheme 1. Amonia atau amina bereaksi dengan
formaldehida dan proton asam alfa, membentuk senyawa beta amino
karbonil

Reaksi Mannich merupakan salah satu contoh adisi nukleofilik


amina ke sebuah gugus karbonil yang diikuti oleh eliminasi anion
hidroksil menjadi basa Schiff. Basa Schiff merupakan elektrofil yang
bereaksi dalam dua langkah pada adisi nukleofilik kedua dengan
karbanion yang dihasilkan dari senyawa yang mengandung proton asam.
Oleh karena itu, reaksi Mannich mengandung sifat elektrofilik dan
nukleofilik. Reaksi Mannich juga dianggap sebagai reaksi kondensasi.
Pada reaksi Mannich, amonia atau amina primer atau sekunder digunakan
untuk aktivasi formaldehida. Amina tersier dan amina aril akan berhenti
pada tahap basa Schiff karena ia kekurangan proton untuk membentuk zat
antara imina. Senyawa α-CH-asam (Nukleofil) dapat berupa senyawa
karbonil, senyawa nitril, senyawa asetilena, senyawa nitro alifatik,
senyawa α- alkil-piridina, atau senyawa imina. Penggunaan heterolingkar
seperti furan, pirola, dan tiofena juga dimungkinkan, karena struktur
mereka menyerupai bentuk enol dari senyawa karbonil.
Reaksi ini menghasilkan senyawa β-amino karbonil dan basa Mannich.

22
Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting,
senyawa ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis
asam amino esensial yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa
asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat ,
glutamin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanine,
prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and valin.
Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui
berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang
menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan
alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol.
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi
mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan
suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi
rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga
ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi yang mendasari
pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan
karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.
Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan, selain tirosin yang juga
merupakan pencetus terbentuknya alkaloid adalah histidin, lisin dan triptopan.
Berikut adalah rumus struktur masing-masing asam amino yang dimaksud :

Tirosin Histidin

23
Lisin Triptopan
Pada reaksi selanjutnya ke empat asam-asam amino di atas akan
membentuk golongan alkaloid yang berbeda, akan tetapi melalui prinsip dasar
reaksi yang sama. Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil
analisa terhadap ciri struktur tertentu yeng sama-sama terdapat dalam
berbagai molekul alkaloid. Alkaloid aromatik mempunyai satu unit struktur
yaitu ß-ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu dari jenis 1-benzilisokuinolin
seperti laudonosin mengandung dua unit ß-ariletilamina yang saling
berkondensasi’ Kondensasi antara dua unit ß-ariletilamina tidak lain
adalah reaksi kondensasi Mannich. Dengan reaksi sebagai berikut :
(CH3)2NH + HCHO + CH3COCH3 (CH3)2NCH2CH2COCH3 + H2O

Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina


menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogen dalam bentuk amina atau garam
amonium, diikuti oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat
berupa suatu enol atau fenol.Dari percobaan menunjukkan bahwa ß-
ariletilamina berasal dari asam-asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat
mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam aminom ini,
dapat menyingkirkan gugus-gugus amin (deaminasi oksidatif) diikuti oleh
dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi ini yaitu
amina dan aldehid melakukan kondensasi Mannich.
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-
reaksi sekunder yang menyebabkan terbentuknya berbagai jenis struktur

24
alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi
rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini
berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen
menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-
metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid
disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur
mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang
diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi
reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin(Sastrohamidjojo,
1996).
Contoh Pembentukan Senyawa Alkaloid Oleh Tirosin. Tirosin merupakan
produk awal dari sebagian besar golongan alkaloid. Produk pertama yang
penting adalah antara dopamin yang merupakan produk awal dari
pembentukan senyawa dari berberine, papaverine dan juga morfin.
a. Sintesis Benzylisoquinolin, dimulai dengan dua molekul tirosin

25
b. Cincin tirosin mengalami kondensasi dan membentuk struktur dasar dari
morfin

Codeinon Codein Morfin

26
c. Skema lebih lanjut pada pembentukan alkaloid dengan prekursor tirosin

Skema 1
Ringkasan jalur biosintesis dari L-tirosin ke morfin menununjukkan
alkaloid isoquinolin, (S)-norlaudanosolin, perubahan konfigurasi dari (S)-
ke (R) reticulin dan terbagi atas dua jalur dari tebain dan morfin.
(Boettcher.C. et al, 2005)

27
Skema 2

Penggabungan unit feniletil menjadi feniletilamina menyebabkan


terbentuknya kerangka benzilteterahidroisoquinolin dengan modifikasi

28
selanjutnya yang terjadi secara umum pada tanaman yang mengandung
alkaloid, beberapa diantara senyawa tersebut merupakan bahan baku obat.
Perubahan mendasar pada kerangka utama meningkatkan variasi jenis
strukturnya, sebagaimana yang ditunjukkan pada modifikasi
benzilteterahidroisoquinolin(Dewick.P.M., 2009).

Skema 3

29
Reaksi subsequen yang melibatkan perubahan tebain menjadi morfin
melalui jalur codein, dimana proses ini melibatkan reaksi osidasi pada
cincin diene,lebih nyata terlihat lepasnya dua gugus O-metil, satu dalam
bentuk enol eter membentuk neopinon, yang mana juga terbentuk
codeinon dan codein melalui bantuan enzim keto-enol tautomerasi dan
reduksi NADPH secara berturut-turut.

Skema 4

Heroin; pada umumnya berupa diasetat morfin dan merupakan analgesik


dan hipnotik yang sangat bersifat adiktif. Peningkatan sifat lipofilik dari
heroin dibandingkan dengan morfin menyebabkan meningkatnya kelarutan
dan laju absorpsi. Komponen aktifnya berupa 6-asetat, 3-asetat yang
merupakan hasil hidrolisa oleh enzin esterase pada otak. Heroin disintesis
pada awalnya sebagai pereda batuk akan tetapi ditemukan adanya efek
yang kurang baik berupa sifat adiksinya, dengan pemakaian pada penyakit
yang berhubungan dengan masalah kejiwaan. Penggunaannya yang lain
pada pengobatan pada kanker. Penyalahgunaan heroin dalam bentuk
injeksi sangat banyak digunakan dan telah menjadi persoalan
internasional.

30
E. Cara Penentuan Struktur Senyawa Alkaloid
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman
yang mengandung alkaloid.
1. Prosedur Wall
Meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang
direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci
dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal
dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan
alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan
Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan
cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke
dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan
pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid.
2. Kromatografi
Dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk
memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya
pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan
kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi
digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi
Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa
alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak
jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang
berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi
kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan
antimon (III) klorida.
Mengidentifikasi dan penentuan struktur pada senyawa bahan alam ini
kita dapat juga menggunkan berbagai metode, yaitu :
a. Metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan
lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis

31
kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal,
karena banyak keuntungan menggunakan KLT, diantaranya adalah
mudah dan murah. pakan salah
b. Spektrofotometer UV (Ultra Violet)
Umumnya spektroskopi dengan sinar ultraviolet (UV) dan sinar
tampak (VIS) dibahas bersama karena sering kedua pengukuran dilakukan
pada waktu yang sama. Karena spektroskopi UV-VIS berkaitan dengan
proses berenergi tinggi yakni transisi elektron dalam molekul, informasi
yang didapat cenderung untuk molekul keseluruhan bukan bagian-bagian
molekulnya. spetroskopi UV-VIS sangat kuantitatif dan jumlah sinar yang
diserap oleh sampel diberikan oleh ungkapan hukum Lambert-Beer.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan
untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-
Beer. Hukum Lambert-Beer dipenuhi berapapun panjang gelombang sinar
yang diserap sampel. Panjang gelombang sinar yang diserap oleh sampel
bergantung pada struktur molekul sampelnya. Jadi spektrometri UV-VIS
dapat digunakan sebagai sarana penentuan struktur.

Gambar ini merupakan spectrum UV dari kafein

c. Spektrofotometer FT-IR (Fourier Transform Inftra Red)


Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada

32
daerah panjang gelombang 0.75 – 1.000 µm atau pada bilangan
gelombang 13.000 – 10 cm-1. Energi dari kebanyakan vibrasi molekul
berhubungan dengan daerah inframerah. Vibrasi molekul dapat dideteksi
dan diukur pada spektrum infamerah. Penggunaan spektrum inframerah
untuk penentuan struktur senyawa organik biasanya antara 650-4.000
cm-1. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan inframerah jauh
dan daerah di atas frekuensi 4.000 cm-1 dinamakan inframerah dekat
(Sudjadi, 1983). Pada prinsipnya bahwa spektrum inframerah adalah
untuk mengetahui jenis gugus fungsi pada suatu senyawa. Spektrum
inframerah akan memberikan -piron,aserapan yang kuat pada daerah
1700-1750 cm-1 yang berupa ester sedangkan yang -piron keluar pada
serapan 1650 cm-1.

Gambar diatas merupakan SPektrum IR dari kafein, dari spektrum ini


dapat diketahui ada beberapa gugus fungsi dalam kafein, seperti C=C pada
senyawa aromatic didaerah serapan 1500-1600, C-H pada senyawa
aromatic didaerah serapan 3000-3100, C-N pada amina didaerah 1180-
1360, N-H pada amina didaerah 3310-3500.
d. Spektrofotometer NMR (Nuclear Magnetic Resonance)
Spektrometer NMR (Nuclear Magnetic Resonance ) ini merupakan
metode untuk penentuan struktur pada senyawa bahan alam. Pertama
senyawa hasil isolasi tersebut misalnya identifikasinya kafein dapat
dilakukan dengan uji kemurnian kafein dengan KLT dengan menggunakan
pelarut n-heksan dan etil asetat kemudian diidentifikasi dengan

33
Spektrofotometer UV (Ultra Violet), Spektrofotometer FT-IR, setelah
diproleh hasilnya kemudian menggunakan Spektrofotometer infra merah
kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar dari senyawa yang diuji,
kemudian untuk mengetahui ikatan rangkap menggunakan metode
Spektrofotometer UV (Ultra Violet) dan pada pengaruh pelarut tersebut
kemudian untuk mengetahui gugus fungsional menggunakan
Spektrofotometer IR dimana dapat mengetahui jenis senyawa tersebut dan
setelah itu untuk mengetahui jumlah atom C pada senyawa dan untuk
menentukan jumlah dan jenis senyawa hidrogen H yaitu menggunakan
metode Spektrometer NMR (Nuclear Magnetic Resonance).
Resonansi Magnetik Inti (NMR) spektroskopi adalah alat yang
tersedia untuk menentukan struktur senyawa organik. Teknik ini
bergantung pada kemampuan inti atom berperilaku seperti sebuah magnet
kecil dan menyesuaikan diri dengan medan magnet eksternal. Biasanya
digunakan untuk mengidentifikasi atau menjelaskan informasi struktur
rinci tentang senyawa kimia. Prinsip kerja dari NMR yaitu untuk
mendapatkan inti dalam molekul dalam arah yang sama sehingga nantinya
medan magnet yang seseuai dengan molekul akan dikonversi menhadi
spektra NMR sehingga struktur molekul dapat teridentifikasi.

34
Alkaloid dapat diisolasi melalui metode ekstraksi antara lain :
1. Soxhletasi
Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel
disimpan dalam alat soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut
dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya,
pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang
selanjutnya mengekstraksi sampel.
Prinsip soxhletasi :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di
dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon,
seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler
hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon
tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian metode ini adalah:
a. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.
b. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam

35
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
c. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.

Gambar 1. Alat soxhlet


2. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk
mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Prinsip refluks:
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari
lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada
pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinamb
ungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan

36
sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.

Keuntungan metode ini adalah :


Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai
tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugian metode ini adalah :
Membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.

Gambar 2. Alat refluks

F. Kegunaan Senyawa Alkaloid


1. Sebagai analgetik dan narkotik, analgetika (menghilangkan rasa sakit)
sedangkan narkotika (menghilangkan rasa sakit sekaligus juga
menidurkan dan membius). Contohnya analgesik pada migrain dari
senyawa ergotamine yang dapat ditemukan pada jamur ergot,
analgesicKdan antitusif pada mitraginin yang dapat ditemukan pada
tanaman kratom serta kodein, adalah sejenis obat golongan opiat yang

37
digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat, batuk (antitusif)
dan diare.
2. Alkaloid mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan, yang termasuk
dalam golongan ini adalah Varatrum, Rauwolfia (terutama sebagai
penurunan tekanan darah). Lobelia (Lobelin murni ialah obat asma untuk
stimulan pada pernapasan), golongan simpatomimetika seperti efedrin
dan meskalin, basa purin.
3. Sebagai kemoterapeutika dan anti parasit, alkaloid kina sebagai anti
malaria, alkaloid dari Areca dan Granatum sebagai anti cacing,
Ipecacuancha emetin dan Cephalin sebagai anti amuba
4. Sebagai stimulan uterus, Secale alakloid dan benzilisokinolin alkaloid
dari Hydrastis dan Berberis
5. Sebagai anastetika lokal seperti Cocain, yang didapatkan dari tumbuhan
Erythroxylon coca.
6. Midriatika merupakan obat yang melebarkan pupil mata, seperti pada
alkaloid belladona yang dapat ditemukan pada tanaman Belladona.
7. Simplisia (bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun). Contohnya adalah Alkaloid Piridin-
Piperidin yang dapat ditemukan pada Conium maculatum dari famili
Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.
8. Digunakan sebagai bumbu dapur yaitu alkaloid turunan Piperidin,
meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri Fructus, yang berasal
dari tumbuhan Piperis nigri (fam: Piperaceae).
9. Digunakan antisasmodik dan sedative yaitu alkaloid turunan Propil-
Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii Fructus, yang
berasal dari tumbuhan Conium maculatum (Fam: Umbelliferae)
10. Sebagai anthelmentikum pada hewan yaitu alkaloid turunan Asam
Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca semen; yang
berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae).

38
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian senyawa alkaloid
Alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa,
yan mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin
heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
2. Penamaan dan sifat-sifat fisika serta kimia
Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik, oleh karena itu,
suatu alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin,
dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang
mencirikan alkaloid.
Sifat alkaloid yaitu Kebanyakan tidak berwarna, tetapi beberapa
senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin
berwarna kuning dan betanin berwarna merah) dan kebanyakan alkaloid
bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron
pada nitrogen.
3. Struktur dan klasifikasi senyawa alkaloid
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah
atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin
heterosiklik.Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah
menurut Hegnauer, dimana alkaloid dikelompokkan atas: Alkaloid
sesungguhnya, Protoalkaloid, Pseudoalkaloid
4. Biosintesis dari senyawa alkaloid
Reaksi yang khas yang terlibat dalam biosintesis berbagai kelas
alkaloid, termasuk sintesis basa Schiff dan reaksi MannichDekarboksilasi
dan transaminase asam amino menghasilkan aldehid yang dapat
membentuk basa Schiff. Basa schiffini kemudian bereaksi dengan
karbonium melalui kondensasi mannich membentuk alkaloid.

39
5. Penentuan struktur senyawa alkaloid
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi
tanaman yang mengandung alkaloid yaitu Kromatografi dan Prosedur
Wal
6. Kegunaan dari senyawa alkaloid
a) Sebagai kemoterapeutika dan anti parasit
b) Sebagai stimulan uterus
c) Sebagai anastetika lokal seperti Cocain
d) Midriatika merupakan obat yang melebarkan pupil mata
e) Simplisia
f) Sebagai bumbu dapur yaitu alkaloid turunan Piperidin
g) Antisasmodik dan sedative yaitu alkaloid
h) Anthelmentikum pada hewan yaitu alkaloid turunan Asam Nikotinan

B. Saran
Meyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka : Jakarta.
Boettcher.C. et all. 2005. How human neuroblastoma cells make morphine.
PNAS: New York.
Dewick.P.M. 2009. Medicinal Natural Products : A Biosynthetic Approach 3rd
ed. John Wiley & Sons Ltd. : United Kingdom.
Harborne dan Turner (1984). Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Edisi 4. ITB. Bandung.

Hesse. 1918. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI Institut


Teknologi Bandung : Bandung.
Ikan. 1969. Galenika I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI. Bandung.
Padmawinata. 1995. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI
Institut Teknologi Bandung : Bandung.
Sastrohamidjojo. H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gajahmada University Press :
Jogjakarta.
Sudjadi. 1983. Analisis obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerbit ITB :
Bandung.

41

Anda mungkin juga menyukai