Anda di halaman 1dari 10

Teori Dasar

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan
sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.

KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik


seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT
juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang
diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi
senyawa murni skala kecil.

Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan
pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.

Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa.
Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai
Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan
jarak yangditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari
1,0.

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau
alumina) merupakan fase diam. Fase diamuntuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendar/flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam
pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan
isolasi pigmen tanaman yang berwarna hijau dan kuning

1. Kromatogram

Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang


merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.

Perhitungan nilai Rf

Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran,pengukuran diperoleh dari
lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini
berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna
masing-masing.

Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas
kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.

Nilai Rf adalah karakteristik suatu komponen sehingga dapat membedakan satu dengan lainnya.

Nilai Rf bergantung pada:

1. Konsentrasi

2. Temperatur

3. Kelembaban

4. Diameter bercak awal

Pengukuran berlangsung sebagai berikut:

Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen

jarak yang ditempuh oleh pelarut

Gambar 1.Kromatogram

2. Mengidentifikasi senyawa-senyawa

Di misalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawanya. Caranya: Setetes
campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang
serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan
diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan
dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar,campuran adalah M dan asam amino yang telah
diketahui ditandai 1-5.

Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampir mencapai bagian atas
dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang
terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.

Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat membandingkan
bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui
posisi dan warnanya. Didapatkan campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5.

Gambar 2.Contoh KLT

Kromatografi lapis tipis pada subtansi tidak berwarna

1. Menggunakan pendarflour

Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang
ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaranflour ketika diberikan sinar ultraviolet
(UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Pendaran ini ditutupi
pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak
berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan,
akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak
sebagai bidang kecil yang gelap.

Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak
dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan
sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.

Gambar 3.KLT dengan UV light

2. Menggunakan bercak secara kimia

Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat
kimia sehingga menghasilkan produk yangberwarna. Sebuah contoh yang baik adalah
kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan
senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada
wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapatdilekatkan
lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-
bercak kecoklatan.

Fase diam-jel silica Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel
silika, atom silicon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan
Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Gambar 4.Ikatan hidrogen pada permukaan silica

Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der
Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-
aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita
sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.

Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-
senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan
cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.

Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke ataspada lempengan,


tergantung pada:

1. Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara molekul-molekul
senyawa dengan pelarut.
2. Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada bagaimana besar
atraksi antara senyawa dengan jel silika.Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen
akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat
mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa
ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan
suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.

Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat
larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi
antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal
yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada
larutan keluar dari permukaan silika. Penyerapan pada kromatografilapis tipis bersifat
tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap darimolekul antara yang terjerap pada
permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa
hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut.
Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan
berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat
senyawa dijerap, semakin kurang jarak yangditempuh ke atas lempengan. Bagaimanapun,
hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda
membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik
termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.

Alat dan Bahan

1. Alat
 Plat KLT
 Chamber
 Pinset
 Pensil
 Penggaris
 Pipa kapiler
 Kertas
 Spektrofotometer UV-vis

2. Bahan
 N-butanol
 Asetil asetat
 Air
 Sampel hasil corong pisah
 Sampel hasil kromatografi kolom
Metode Praktikum

1. Buat eluen untuk simplisia daun katuk yaitu dengan n-butanol, asetil asetat dan air
dengan perbandingan (4:1:5).
2. Ambil plat KLT lalu buat dengan ukuran 3x1 sebanyak 6 buah.
3. Masukkan eluen ke dalam chamber, lalu masukkan secarik kertas dan tutup chamber
yang bertujuan untuk menjenuhkan chamber. Tunggu hingga eluen meresap naik hingga
bagian atas kertas.
4. Buat batas atas dan batas bawah, dan titik totolan pada tiap-tiap plat KLT dengan
menggunakan pensil.
5. Totolkan sampel dengan menggunakan pipa kapiler pada plat KLT yang telah di siapkan.
6. Masukkan plat KLT yang sudah di totolkan sampel ke dalam chamber yang sudah di
jenuhkan.
7. Tunggu hingga eluen merambat naik hingga atas plat KLT.
8. Keluarkan plat KLT dari chamber lalu angin-anginkan hingga kering.
9. Masukkan plat KLT pada alat Spektrofotometri UV-Vis.
10. Tandai noda yang timbul. Lalu hitung jarak noda yang timbul.
11. Hitung Rf nya.

Hasil

Pada sampel hasil corong pisah.

1. Non polar

Rf = 3 cm = 1 cm
3 cm

2. Semi Polar

Rf = 2 cm = 0,67 cm
3 cm

3. Polar

Rf = 2,7 cm = 0.9 cm
3 cm

Pada sampel hasil kromatografi kolom


1. Fraksi I

Rf = 2,3 cm = 0,76 cm
3 cm

2. Fraksi II

Rf = 2,2 cm = 0,73 cm
3 cm

3. Fraksi III

Rf = 2,5 cm = 0,83 cm
3 cm

Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan pemisahan menggunakan kromatografi lapis
tipis. Di mana kromatografi ini merupakan tipe adsorbs, yaitu yang fase diam nya merupakan
padatan dan fase gerak nya berupa cairan.

Sebelum kami memulai praktikum ini, terlebih dahulu kami membuat eluen dari pelarut
yang cocok untuk sampel kami, yaitu ekstrak daun katuk. Kami membuat eluen menggunakan
pelarut n-butanol, asetil asetat dan air dengan perbandingan (4:1:5). Setelah itu kami
menjenuhkan chamber dengan cara eluen dimasukan kedalam chamber, lalu di celupkan secarik
kertas hingga eluen merambat naik ke bagian atas kertas.

Lalu dari setiap sampel kami totolkan ke plat KLT. Setelah chamber jenuh, plat di
masukkan ke dalam chamber hingga eluen merambat. Setelah itu plat anginkan-anginkan hingga
kering. Setelah kering plat di lihat dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis supaya
noda yang timbul pada palt bisa di lihat. Noda di tandai supaya bisa di ukur jarak nya untuk
perhitungan Rf nya.

Hasil yang di dapat adalah pada sampel hasil pemisahan menggunakan corong pisah,
yaitu sampel Non Polar di dapat Rf nya = 1 cm. Semi Polar di dapat Rf nya = 0,67 cm. Polar di
dapat Rf nya = 0,9 cm.

Hasil yang di dapat pada sampel hasil pemisahan menggunakan kromatografi kolom,
yaitu pada Fraksi I di dapat Rf nya = 0,76 cm. Pada Fraksi II di dapat Rf nya = 0,73 cm. Pada
Fraksi III di dapat Rf nya = 0,83 cm.
KESIMPULAN

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.
2. Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi jenis adsorbsi, dimana fase diam nya
berupa padatan dan fase gerak nya berupa cairan
3. Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Pada sampel hasil pemisahan menggunakan corong pisah
 Non Polar Rf = 1 cm.
 Semi Polar Rf = 0,67 cm.
 Polar Rf = 0,9 cm

Pada sampel hasil pemisahan menggunakan kromatografi kolom

 Fraksi I Rf = 0,76 cm.


 Fraksi II Rf = 0,73 cm
 Fraksi III Rf = 0,83 cm.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Kromatografi Lapis Tipis.http://www.chem-istry.org/?sect=belajar

Kurniawan,Yahya.Pengaruh Jumlah Umpan Dan Laju Alir Eluen Pada Pemisahan Sukrosa
Dari Tetes Tebu Secara Kromatografi.
http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/jid/vol5no1/yahya.pdf

Anonim.Kromatografi. http://id.wikipedia.com/ Kromatograf.htm

Kantasubrata, Julia. (1993).Warta Kimia Analitik Edisi Juli .Situs Web Resmi Pusat Penelitian
Kimia LIPI

Anda mungkin juga menyukai