Praktikan
Folium yang lengkap terdiri atas helai daun (lamina), tangkai daun
(petiolus), dan pelepah daun (vagina). Bentuk dan ukuran daun berbiji
sangat bervariasi. Seperti halnya batang dan akar, daun juga tersusun atas
beberapa sistem jaringan yaitu jaringan pelindung, jaringan dasar yang
menyusun mesofil daun, jaringan pengangkut (Savitri, 2008).
Seperti pada akar dan batang, daun terdiri dari sistem jaringan dermal,
yakni jaringanepidermis, jaringan pembuluh dan jaringan dasar yang
disebut mesofil. karena daun biasanyatidak mengalami penebalan sekunder,
epidermis bertahan sebagai sistem dermal, namun padasisik tunas yang
bertahan lama ada kemungkinan dibentuk periderm (Hidayat, 1995).
Morfologi Daun
Morfologi daun sangat bervariasi pada grup tanaman yang berbeda,
beberapa tanaman primitif daunnya merupakan perluasan secara lateral dari
tumbuh dimana epidermis batang dan pada beberapa tanaman paku-pakuan
dan tanaman berbiji kemungkinan merupakan sistem cabang dengan
komponen yang bergabung sebagian besar daun tanaman dikotil dan
monokotil pasti phyllase yaitu: berupa petiole yang pipih dan meluas dan
disokong dengan petiole (Heddy, 1987).
1. Jaringan Epidermis.
2. Jaringan Mesofil.
Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yang terletak
antara epidermis atas dan epidermis bawah dan diantara berkas
pengangkut. Mesofil dapat tersusun atas parenkim yang relatif
homogen atau berdifferensiasi menjadi parenkim palisade dan
parenkim spons. Sesuai dengan fungsinya, parenkim mesofil
merupakan daerah fotosintesis utama karena mengandung kloroplas
(Sutrian, 2004).
Parenkim Palisade.
Sel parenkim palisade memanjang dan pada
penampang melintangnya tampak berbentuk batang yang
tersusun dalam deretan. Pada tumbuhan tertentu, sel palisade
berbeda bentuknya. Pada Lilium terdapat lobus besar pada
sel palisade dan tampak bercabang (Fahn,1991).
Parenkim Spons.
Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang tak teratur
bentunya. Bentuk sel parenkim spons dapat terbentuk
bermacam-macam. Kekhususannya adalah adanya lobus
(rongga) yang terdapat antara sel satu dan lainnya.
Membedakan antara sel parenkim palisade dengan parenkim
spons tidaklah selalu mudah, khususnya apabila parenkim
palisade terdiri atas beberapa lapisan. Alasannya adalah
apabila palisade terdiri atas beberapa lapisan, biasanya
lapisan paling dalam sangat mirip dengan parenkim spons
yang ada di dekatnya (Mulyani, 2006).
3. Jaringan Pengangkut.
Berkas pengangkut ini biasanya terbagi menjadi 2 jenis yaitu,
xilem dan floem. Sel berkas pengangkut ini berdinding tipis untuk
memudahkan terjadinya transpor antar sel, mungkin memiliki
kloroplas seperti mesofil. Sering kali terdapat kristal. Kebanyakan
daun dikotil, parenkim berkas pengangkut memperluas ke arah
epidermis pada satu atau kedua sisi daun. Sel yang mencapai arah
epidermis ini berfungsi dalam pengangkutan pada daun. Bukan
hanya pada daun dikotil saja yang memiliki berkas pengangkut akan
tetapi berkas pengangkut juga terdapat dalam daun monokotil
(Campbel, 2004).
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1979).
1. Simplisia Nabati.
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah
isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya, berupa zatzat atau bahan
bahan nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi dari
tanamannya (Gunawan, 2004).
2. Simplisia Hewan.
Simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni
(Gunawan, 2004).
3. Simplisia Mineral.
Simplisia berupa bahan pelican atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni (Gunawan, 2004).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai beikut:
1. Pengumpulan bahan baku.
Kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa
faktor, seperti umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu
panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat
tumbuh.
2. Sortasi basah.
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.
3. Pencucian.
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih.
4. Perajangan.
5. Pengeringan.
Mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar
air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia.
6. Sortasi kering.
Tujuannya untuk memisahkan benda benda asing seperti bagian
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran pengotoran
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan.
2. Abri Folium.
Abri folium mengandung protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B6,
bitamin C, kalsium oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid,
saponin, flavonoid, luteolin, dan precatorin (Hariana, 2007).
Menurut Depkes RI tahun 1978, tentang manfaat dari daun telah banyak
digunakan sebagai antisariawan.
3. Psidii Guajavae Folium.
Bagian tumbuhan obat yang sering digunakan dalam pengobatan
adalah organ daun jambu biji yang memiliki nama simplisia yaitu Psidii
folium, dengan nama spesies Psidii guajava dari family Myrtaceae
(Dalimartha, 2000).
Khasiat dari daun jambu biji adalah sebagai obat diare akut dan kronis
(antidiare), antiradang, disentri, kadar kolestrol, haid tidak lancar, sering
buang air kecil (ayang-ayangan), dan sariawan (Dalimartha, 2000).
Daun Sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk, obat bisul, obat sakit
mata, obat sariawan, obat hidung berdarah (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991).
Organoleptis : Bau lemah, rasa agak manis, khas, serbuk berwarna hijau.
Pengamatan Makroskopik
Pengamatan Mikroskopik
Pada pengamatan dapat diamati adanya pembuluh kayu, rambut penutup,
epidermis bawah dengan stomata, hablur kalsium oksalat pada tulang daun, mesofil
daun dan epidermis bawah dengan rambut penutup.
Khasiat kegunaan : Obat sariawan, obat batuk dan obat mata (Depkes RI, 2004).
Helai daun masih utuh. Daun jambu biji tergolong daun yang tidak
lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian (lamina) saja. Dilihat
dari letak bagian terlebarnya jambu biji, bagian terlebar daunnya berada
ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong. Daun jambu biji memiliki
tulang daun yang menyirip yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang
yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun
dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga
susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Jambu
biji memiliki ujung daun yang tumpul. Jambu biji memiliki tipe daun yang
rata, daging daun seperti perkamen. Pada umumnya warna daun pada sisi
atas tampak lebih hijau licin jika dibandingkan dengan sisi bawah karena
lapisan atas lebih hijau, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut.
Tangkai daun berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian
pangkalnya (Depkes, 1997).
Pengamatan Mikroskopik
Pada pengamatan dengan reagen kloral hidrat perbesaran 400x dapat diamati
adanya rambut penutup, epidermis atas, epidermis bawah dengan stomata dan
mesofil. Pada literatur Farmakope Herbal edisi II, 2017 disebutkan bahwa pada
daun jambu biji terdapat fragmen pengenal yaitu epidermis bawah dengan rambut
sisik dan kristal kalsium oksalat bentuk roset, rambut penutup, epidermis bawah
dengan stomata, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan mesofil
dengan idioblas berupa sel minyak.
Sedangkan pada literatur yang lain disebutkan bahwa epidermis atas terdiri
dari satu lapis sel dan tidak terdapat stomata. Sel-sel epidermis bawah lebih kecil
dan memiliki stomata tipe anomositik. Rambut penutup banyak terdapat pada kedua
permukaan daun, tetapi paling banyak pada permukaan bawah. Bentuk rambut
penutup kerucut ramping yang umumnya agak bengkok, terdiri dari satu sel,
berdinding tebal, panjang rambut 150-300 µm. Pangkal rambut kadang-kadang
agak membengkak dan lumen kadang-kadang mengandung zat berwarna kuning
kecoklatan. Pada kelenjar minyak, terdapat rongga minyak berbentuk lisigen besar.
Kelenjar minyak terdapat lebih banyak di bagian bawah. Fragmen pengenal adalah
serbuk berwarna keabu- abuan, rambut penutup yang menunjukkan bagian bawah
yang besar (pangkal seperti kerucut) dan bagian atas seperti berlekuk serta terdapat
mesofil yang mengandung kelenjar lisigen (Eliyanoor, 2014)
Kandungan Kimia : Saponin, minyak atsiri dan tanin (Depkes, 1997).
Khasiat kegunaan : Obat batuk, diare, demam berdarah, disentri dan antelmintik.
Pada gambar diatas, daun berwarna hijau tua, helai daun sudah tidak
utuh tetapi masih menempel pada tangkainya. Daun kejibeling ini tergolong
jenis daun tunggal, bentuk daunnya berhadapan, bulat telur sampai lonjong,
pada permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi daunnya beringgit,
ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, Panjang, helaian daun
berkisar ± 5-8 cm, lebar ± 2-5 cm, bertangkai pendek, tulang daun menyirip
(Rosanti, 2011)
Pengamatan Mikroskopik
Pada pengamatan dengan reagen kloral hidrat perbesaran 400x dapat
diamati terdapat epidermis atas, mesofil, rambut penutup, parenkim,
pembuluh kayu, dan epidermis bawah. Menurut literatur disebutkan bahwa
epidermis atas sel agak besar, terdapat sel-sel litosis dan rambut kelenjar.
Sel litosis berukuran lebih besar dari sel epidermis dan berbentuk bundar
telur memanjang, di dalam sel litosis terdapat sistolit yang berbentuk ganda
dengan bertonjolan kecil. Stomata tipe bidiastik Rambut kelenjar tipe
Lamiaceae, sel kepala berjumlah 2-4 sel dan tangkai terdiri dari 1 sel.
Rambut kelenjar terletak dalam epidermis atas dan epidermis bawah.
Bentuk rambut penutup yaitu kerucut, terdiri dari 2-5 sel, ujung rambut
runcing, pangkal leher, dinding tebal, dan kutikula berbintik. Rambut
penutup terdapat pada epidermis bawah. Fragmen pengenal yaitu serbuk
berwarna hijau sampai hijau kelabu, fragmen permukaan atas helai daun
dengan sel litosis dan sistolit yang terlepas atau masih dalam jaringan daun,
rambut penutup, rambut kelenjar, fragmen permukaan bawah daun yang
mengandung stomata tipe bidiastik (Eliyanoor, 2014).
Organoleptis : Bau lemah, rasa agak sepa dan pahit, serbuk berwarna hijau
sampai hijau kelabu.
Kandungan Kimia : Kandungan kimia dari daun keji beling ini yaitu
kalium berkadar tinggi, asam silikat, natrium kalsium, senyawa alkaloid,
saponin, asam silikat, polifenol, flavonoid, sterol, kelompok terpen,
polifenol dan lemak.
Khasiat dan kegunaan : Daun keji beling merupakan salah satu tanaman
herbal yang tellah lama digunakan untuk melancarkan kencing (diuretic)
dan buang air besar (pencahar). Selain itu juga digunakan untuk
menghancurkan kandungan batu pada empedu, ginjal dan kandung kemih.
Seringkali juga digunakan sebagai ramuan untuk pengobatan disentri dan
wasir (Hutapea, 2000).
Senyawa-senyawa seperti flavonoida dan alkaloida yang terdapat
dalam daun keji beling adalah senyawa yang memiliki potensi sebagai
antioksidan dan bersifat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker (Andriani dkk, 2016)
Sericocalycis Crispi Folium (keji beling) mengandung kalium, yang
dimana berperan membantu menjaga tekanan osmosis dan keseimbangan
asam basa. Kalium juga membantu mengaktivitasi reaksi enzim, seperti
piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses
metabolism karbohidrat. Selain itu kalium mudah untuk diserap tubuh
sekitar 90% dari yang dicerna akan diserap dalam usus kecil (Mutschler,
1991)
Pengamatan Makroskopik
Pada duaun tempuyung ini termasuk kedalam daun tunggal dan
bertangkai pendek. Helaian daun masih menempel pada batang, terdapat
banyak rambut halus pada pangkal daun. Serbuk halus berwarna hijau
kelabu, berbentuk bulat telur atau belah ketupat, panjang 7-10 cm, dan lebar
7,5 mm-1,5 mm. Pada tepi daun bergerigi, ujung dan pangkal daun runcing
dan tipis. Urat daun sepanjang tepi berbulu tipis/gundul. Kedua permukaan
daun berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat
banyak. Panjang tangkai daun 7-29 cm. Bau aromatik, rasa khas, pahit dan
kelat (Eliyanoor, 2014).
Pengamatan Mikroskopik
Pengamatan Makroskopik
Epidermis atas terdiri dari satu lapis sel, berbentuk persegi 4, terdapat
kelenjar tipe Labiatae yang mengandung minyak atsiri yang berbau spesifik,
kutikula tebal dan licin. Pada kedua sisi permukaan daun memiliki rambut penutup
dan rambut kelenjar. Rambut pada epidermis atas lebih sedikit dibandingkan
epidermis bawah. Rambut penutup terdiri dari 1 sel, berbentuk kerucut pendek,
ujung runcing, panjang 18-25 𝜇m, dinding tebal. Rambut kelenjar memiliki kepala
kelenjar bersel 1, bentuk bulat. Stomata tipe anomositik memiliki 3-4 sel tetangga,
panjang 25-35 𝜇m, terdapat banyak epidermis bawah. Tidak stomata pada
epidermis atas. Jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel. Selain itu terdapat sel
minyak seperti sel minyak pada hipodermis. Pembuluh tipe kolateral, di antara
jaringan floem terdapat sel minyak. Fragmen pengenal adalah sel minyak berwarna
kuning-orange yang tersebar pada hipodermis dan palisade (Eliyanoor, 2014).
Kandungan : Minyak atsiri yang mengandung fenol yang khas disebut betelfenol
atau Aseptol.
Pengamatan Makroskopik
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Astereceae
Genus : Blumea
Spesiese : Blumea balsamifera
Nama lokal : Sembung.
Pengamatan Makroskopik