KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas berkah, rahmat,
taufik dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Farmakognosi
II ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada dosen pembimbing
praktikum beserta asisten pembimbing yang telah memberikan bimbingannya sehingga
penulis dapat melakukan praktikum dan menyusun laporan ini dengan baik.
Kritik dan saran yang bersifat membangun tentu saja penulis sangat
membutuhkannya demi peningkatan kualitas penulisan.
Penulis
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-
bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah
melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji
biofarmasetika. Farmakognosi juga sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia
sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam
definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi
hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang
seharusnya juga mencakup indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang
terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa.
Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan,
hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistematikanya,
maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat
ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan
yang siap pakai atau yang disebut dengan simplisia, disinilah keterkaitannya dengan
farmakognosi.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan berkhasiat obat merupakan warisan
nenek moyang sejak dahulu kala. Tumbuhan obat digunakan dalam kurun waktu
yang cukup lama hampir di seluruh dunia. Di Indonesia obat tradisional yang
berasal dari tumbuhan berupa simplisia dan jamu yang dimanfaatkan sebagai obat
untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Praktikum ini dilakukan untuk
mengamati struktur dari tumbuhan berkhasiat obat secara mikroskopik sebagai
salah satu parameter pengujian mutu simplisia yang harus dipenuhi. Dalam rangka
pengawasan mutu tersebut pemeriksaan mikroskopik berguna sebagai alat
B. LANDASAN TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tananman
utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia hewani
yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia mineral atau
pelican adalah simplisia yang berupa bahan mineral atau pelican yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni ( Depkes RI, 1979).
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen, atau kotoran hewan,
tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir dan
cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, tidak boleh
mengandung bahan lain yang beracun dan berbahaya. Simplisia hewani harus
bebas dari fragmen hewan asing atau kotoran hewan, tidak boleh menyimpang
bau dan warnanya, tidak boleh mengandung cendawan atau tanda-tanda
pengotor lainnnya, tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun dan
berbahaya. Simplisia pelican harus bebas dari pengotoran oleh tanah, batu,
hewan, fragmen hewan, dan bahan asing lainnya (Depkes RI, 1995).
Pada umumnya proses pembuatan simplisia terdiri dari sartasi atau
pemilahan, pencucian, perajangan, atau pengirisan dan pengeringan. Penyortiran
dilakukan untuk memperoleh simplisia sesuai yang dikehendaki baik kemurnian
maupun kebersihannya. Tahap sortasi memerlukan ketelitian yang tinggi.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran kotoran yang melekat pada
tanaman, yang akan digunakan. Pencucian harus dilakukan dengan cepat untuk
menghindari terlarutnya zat aktif. Perajangan pada simplisia bertujuan untuk
mempermudah proses berikutnya. Proses pengeringan bertujuan untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama (Tilaar, 2009).
C. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bunga kesumba (Carthami flos)
2. Bunga cengkeh (Syzygii Flos)
3. Buah ketumbar (CoriaIndri Fructus)
4. Buah merica (Piperi nigri fructus)
5. Biji kacang hijau (Phaseoli semen)
6. Daun belimbing wulu (Bilimbii folium)
7. Daun alpukat (Perseae folium)
8. Daun jambu mete (Anacardii folium)
9. Daun pepaya (Caricae folium)
10. Daun asam jawa (Tamarindi folium)
11. Daun jambu biji (Psidii folium)
12. Daun kembang sepatu (Hibisci rosa-sinensis folium)
13. Daun ubi jalar (Batatasae folium)
14. Daun mengkudu (Morindae fructus)
15. Daun kangkung air (Ipomoeae aquaticae folium)
16. Daun kelor (Moringae folium)
17. Daun kumis kucing (Orthosiphonis folium)
18. Daun jarak pagar (Jatrophae folium)
19. Rimpang jahe (Zingiberis rhizoma)
20. Rimpang lengkuas (Languatis rhizoma)
21. Rimpang kunyit (Curcumae domestica rhizoma)
22. Rimpang kencur (Kaempferiae rhizoma)
23. Rimpang temulawak (Curcumae rhizoma)
24. Kayu secang (Sappan lignum)
25. Kulit kayu manis (Cinnamoni cortex)
C. KLASIFIKASI TANAMAN
1. Tanaman Kesumba (Bixa orellana) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Bixaceae
Genus : Bixa
Spesies : Bixa orellana
2. Tanaman Cengkeh (Syzigium aromaticum L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzigium
Spesies : Syzigium aromaticum L.
3. Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum L.
4. Tanaman Merica (Piper nigrum L.) (Sarpian, 2003)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L.
5. Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Leguminasae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata L.
6. Tanaman Belimbing wulu (Averrhoa bilimbi L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L.
7. Tanaman Alpukat (Persea americana Mil.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana P. Mill.
8. Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) (Prasetyo dan Entang,
2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Spesies : Anacardium occidentale L.
9. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
10. Tanaman Asam jawa (Tamarindus indica L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Tamarindus
Spesies : Tamarindus indica L.
11. Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) (Parimin, 2005)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
12. Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) (Prasetyo dan Entang,
2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa sinensis L.
13. Tanaman Ubi jalar (Ipomea batatas L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Covolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea batatas L.
14. Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
15. Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Convovulceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomoea reptans
16. Tanaman Kelor (Moringa oleifera L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera L.
17. Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon spicatus) (Sunarto, 2009)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spicatus
18. Tanaman Jarak jarak (Jatropha curcas) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas
19. Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Rukmana, 2000)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberacea
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc.
20. Tanaman Lengkuas (Alpinia galanga)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Alpiniae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga
21. Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberacea
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.
22. Tanaman Kencur (Kaempferia galangal L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Tracheopyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galangal L.
23. Tanaman Temulawak (Curcuma xantorrhiza Roxb.) (Rukmana, 1995)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xantorrhiza Roxb.
24. Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia sappan L.
25. Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) (Prasetyo dan Entang, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii
D. DESKRIPSI TANAMAN
1. Bunga kesumba (Carthami flos)
Carthami flos adalah bunga majemuk Carthamus tinctorius L., anggota
Asteraceae. Carthamus tinctorius L. merupakan terna semusim, yang memiliki
bau agak aromatik dengan rasa agak pahit yang tumbuh tegak, tingginya sampai
130 m, batangnya hijau pucat, berusuk, licin, percabangnya banyak. Daun duduk
atau bertangkai pendek, bersilang, bentuknya lonjong hingga lonjong-lanset,
bundar telur lonjong, atau elips dengan ujung yang berbentuk jarum atau
tumpul, tepinya bergigi atau rata, licin pada kedua permukaannya. Ukuran
panjang 3-15 cm dan lebar 1-15 cm. Urat-urat daunnya nyata. Bunga bonggol,
keluar diujung cabang-cabangnya. Secara mikroskopik pada pengamatan
tangensial daun mahkota terlihat sel epidermis berbentuk persegi empat
panjang dengan dinding bergelombang, pembuluh kayu dengan penebalan
bentuk spiral didampingi oleh deretan sel berisi zat warna coklat. Pada
pengamatan tangensial kepala sari terlihat sel berbentuk persegi panjang
berdinding tebal, bernoktah atau berpenebalan jala: pembuluh kayu dengan
penebalan bentuk spiral didampingi sederet sel berisi zat warna coklat, sel-sel
berbentuk memanjang dengan dinding tipis: serbuk sari berbentuk hampir bulat
dengan permukaan tidak rata, berbintik dan dengan 3 tonjolan berbentuk bulat,
garis tengah serbuk sari lebih kurang 30 µm. Serbuk: warna coklat kemerahan.
Fragmen pengenal adalah fragmen kepala putik bagian ujung dengan papila
pendek berujung membulat, fragmen kepala putik dibawah bagian ujung dengan
papila lebih panjang berujung agak meruncing, fragmen tangkai putik, fragmen
tangkai sari, serbuk sari, papila dari kepala putik, fragmen mahkota bunga. Pada
penambahan asam sulfat pekat P zat yang berwarna coklat didalam fragmen
akan menjadi warna biru tua (Ditjen POM, 1944).
2. Cengkeh (Caryophyllum)
Daun tunggal, berwarna hijau kecoklatan, helaian daun berbentuk lanset
memanjang, panjang daun 6 cm sampai 13,5 cm, lebar 1,5 cm sampai 5,5 cm,
umumnya 3 cm, ujung dan pangkal daun runcing, pinggir daun rata, panjang
tangkai 0,6 cm sampai 2,5 cm. Tulang daun menyirip, tiap tulang cabang sejajar
dengan yang lain dan mengarah ke pinggir, ibu tulang daun menonjol pada
tangensial tampak terdiri sel-sel. Serbuk: warna coklat mudah kekuningan atau
coklat kemerahan, bau khas aromatik. Fragmen pengenal adalah serabut
sklerenkim misokarp, fragmen endokarp, fragmen epikarp dari bagian ujung
buah, fragmen mesokarp berikut endokarp, spermoderm dan endosperm,
fragmen pembuluh kayu, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma dan roset.
Tidak terdapat rambut penutup atau butir pati (Ditjen POM, 1944).
4. Merica (Piper nigrum L.)
Batang tanaman merica beruas-ruas. Ukuran batang berdiameter 6-25 mm.
Daun merica berbentuk bundar lebar atau lonjong seperti daunt alas. Bagian
pangkal daun berbentuk bulat dan semakin ke ujung semakin meruncing.
Permukaan atas daun tanaman merica berwarna hijau tua mengkilap,
sedangkan permukaan bawah berwarna hijau pucat dan buram.Bunga lada
termasuk bunga berumah satu dan merupakan bunga duduk.Buah merica
berbentuk bulat seperti bola. Buah yang masih muda (mentah) memiliki kulit
luar (epikarp) berwarna hijau mengkilap, setelah masak berubah menjadi kuning
dan merah menyala. Buah merica memiliki rasa pedas yang berbeda dengan
pedas dari cabai rawit (Ditjen POM, 1989).
5. Kacang hijau (Vigna radiata L.)
Tanaman kacang hijau memiliki daun berwarna hijau, berbentuk jantung
dengan ujung runcing, pinggir rata, ke dua sisi sedikit berambut, panjang 4 cm
sampai 5 cm, lebar 3 cm, lebar 3 cm sampai 3,5 cm kerap kali terdapat bintik –
bintik pucat. Berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60
cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama,
berbentuk bulat dan berbulu.Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan
panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong
berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong
berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain.
Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang
berwarna kuning, cokelat dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang
dengan akar cabang pada permukaan (Ditjen POM, 1989).
pengenal adalah jaringan mesofil dengan sel minyak, rambut berbentuk kerucut
berdinding tebal, lepas atau menempel pada epidermis, fragmen epidermis atas,
fragmen epidermis bawah, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, lepas atau
terdapat dalam mesofil (Ditjen POM, 1944).
8. Jambu mete (Anacardium occidentale L.)
Helaian daun tunggal, bertangkai, warna hijau kekuningan sampai hijau
tua kecoklatan, bentuk bundar telur sungsang, panjang 4-22 cm, lebar 2-15 cm,
ujung daun membundar dengan lekukan kecil di tengah, pangkal daun runcing,
pinggir daun rata, panjang tangkain daun sampai 3 cm, tulang daun menyirip,
permukaan atas dan bawah daun licin, tidak berambut (Ditjen POM, 1989).
9. Pepaya (Carica papaya L.)
Helaian daun rapuh, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah
berwarna lebih muda; bentuk bundar dengan tulang-tulang daun menjari,
pinggir daun bercangap sampai berbagi menjari, cuping-cuping daun berlekuk
sampai berbagi tidak beraturan, tulang cuping daun menyirip. Ujung daun
lancip, pangkal daun berbentuk jantung. Tulang daun sangat menonjol di
permukaan bawah. Garis tengah helaian daun 25 cm sampai 75 cm (Ditjen POM,
1989).
10. Asam jawa (Tamarindus indica L.)
Helaian anak daun berwarna hijau kecoklatan atau hijau muda, bentuk
bundar panjang, panjang 1 cm sampai 2,5 cm, lebar 4 mm sampai 8 mm, ujung
daun membundar, kadang-kadang berlekuk pangkal daun membundar, pinggir
daun rata dan hampir sejajar satu sama lain. Tangkai daun sangat pendek
sehingga mirip daun duduk. Tulang daun terlihat jelas.Keduapermukaan daun
halus dan licin, permukaan bawah berwarna lebih muda(Ditjen POM, 1989).
11. Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Semak atau pohon, tinggi 3 – 10 m, kulit batang halus permukaannya
berwarna coklat dan mudah mengelupas. Daun berhadapan, bertulang menyirip,
berbintik, berbentuk bundar telur agak menjorong atau agak bundar sampai
meruncing, panjang helai daun 6 cm sampai 14 cm, lebar 3-6 cm, panjang
tangkai 3-7 mm, daun yang muda berambut, dan yang tua permukaan atasnya
menjadi licin. Perbungaan terdiri dari 1-3 bunga, panjang gagang per bungaan 2-
4 cm, panjang kelopak 7-10 mm, tajuk tajuk berbentuk bundar telur sungsang,
panjang 1,5-2 cm. buah bentuk bulat atua bulat telur, kalau masak berwarna
kuning, panjang 5-8,5 cm, berdaging yang menyelimuti biji-biji dalam massa
berwarna kuning atau merah jambu (Ditjen POM, 1980).
12. Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)
Daun tunggal berwarna hijau kecoklatan, helaian daun berbentuk bundar
telur, panjang helaian daun 3,5 cm sampai 9,5 cm, lebar 2-6 cm, ujung daun
meruncing, pinggir daun bergerigi kasar, tulang daun menjari, tangkai daun
panjang 1 cm sampai 3,7 cm (Ditjen POM, 1989).
13. Daun ubi jalar (Ipomea batatas L.)
Helaian daun rapuh, patah-patah, berwarna hijau hingga hijau kekuningan,
hijau tua kecoklatan atau hijau kehitaman, permukaan bawah umumnya
berwarna lebih pucat; bentuk bundar telur, jantung melebar atau agak berlekuk
menjari, panjang helaian 4 cm sampai 14 cm, lebar 4 cm sampai 11 cm; pangkal
daun berlekuk, ujung daun runcing atau meruncing, pinggir daun rata atau agak
berlekuk, kadang-kadang berbagi menjari; tulang daun menyirip (Ditjen POM,
1989).
14. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Helaian daun umumnya tidak utuh, berwarna hijau sampai hijau tua
kekuningan, bentuk bundar telur, lebar hingga berbentuk elip, panjang 4,5 cm
sampai 21 cm, lebar 4,5 cm sampai 8 cm, ujung daun runcing, pangkal daun
meruncing, pinggir daun rata. Daun penumpu berbentuk bundar telur, pinggir
rata warna kehijauan, panjang 0,5 cm sampai 1,5 cm, tangkai daun 0,5 cm
sampai 1,5 cm. Tulang daun menyirip jelas (Ditjen POM, 1989).
15. Kangkung (Ipomoea reptans)
Daun tunggal, warna hijau sampai hijau kelabu atau kecoklatan; rapuh;
helaian daun berbentuk bundar telur, segitiga, atau bentuk memanjang, lanset
sampai garis, ujung meruncing, pangkal terpancung atau bentuk jantung sampai
bentuk panah, tepi daun rata atau bergigi; panjang helaian daun 3 cm sampai 15
cm, lebar 1 cm sampai 9 cm; permukaan daun rata, penulangan menyirip,
menonjol, pada permukaan bawah; panjang tangkai 3 cm sampai 20 cm (Ditjen
POM, 1989).
permukaan dalam kulit licin, warna coklat muda. Kulit mudah dipatahkan, bekas
patahan rata, warna putih kekuningan (Ditjen POM, 1989).
25. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
Semak atau pohon kecil, tinggi 5-15 m, pepagan (kulit) berbau khas. Helaian
daun berbentuk lonjong panjang 4-14 cm, lebar 1,5-6 cm, permukaan atas halus,
permukaan bawah berambut bewarna kelabu kehijaaun yang tertekan pada
permukaan daun atau bertepung, daun muda berwarna merah pucat,
berpenulangan 3, panjang tangkai daun 0,5 cm- 1,5 cm. perbungaan berupa
malai, berambut halus berwarna kelabu yang bertekan pada permukaan,
panjang gagang bunga 4 mm sampai 12 mm, juga berambut halus, tenda bunga
panjang 4-5 mm, helai tenda bunga setelah berkembang tersobek secara
melintang dan terpotong agak jauh dari dasar bunga. Buah, adalah buah buni,
panjang lebih kurang 1 cm (Ditjen POM, 1980).
NAMA
NO. GAMBAR GAMBAR KETERANGAN
SIMPLISIA
PUSTAKA
Daun Jambu
1 1.Epidermis atas
Mete 1
1
Daun
2 1 1.Epidermis atas
Kangkung
1
Daun Ubi 1.Epidermis atas
3
jalar dengan stomata
Rimpang 1
5 1.Parenkim
Kencur
Daun Kumis
6 1.Epidermis atas
kucing 1
Rimpang
7 1.Parenkim korteks
Lengkuas 1
Daun 1 1.Fragmen
8
Belimbing epidermis bawah
1
Rimpang
9 1.Butir pati
Kunyit
Rimpang
10 1.Rambut penutup
Temulawak
1
Biji Kacang
11 1.Endosperm
hijau 1
1
12 Daun Kelor 1.Epidermis bawah
Bunga 1
14 1.Epidermis
Cengkeh
1.Fragmen
18 Daun Alpukat 1
epidermis atas
Daun
19 Kembang 1 1.Mesofil
sepatu
Daun 1
21 1. Epidermis atas
Mengkudu
Rimpang
22 1.Amilum
Jahe 1
1
23 Daun Jarak 1.Epidermis bawah
1
Biji Lada 1.Fragmen epikarp
24
hitam berikut hypodermis
1 1.Hablur kalsium
Akar
25 oksalat berbentuk
Brotowali
prisma
Kulit Kayu
26 1.Sel batu
manis 1
2. Pembahasan
Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat
yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan
pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan
mineral. Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian
atau ekstrak yang tentu akan sulit dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya
mengandalkan mata. Dengan demikian, cara identifikasi juga semakin
berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika.
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabat,
simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Dari ketiga golongan
tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang digunakan untuk
bahan obat.
Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu
tanaman, meliputi pemeriksaan simplisia secara mikroskopik untuk mengamati
bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa serbuk dari simplisia. Dari
pemeriksaan diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari epidermis,
hypodermis, sklerenkim, trikoma, xilem, floem. Pada batang terdiri dari
epidermis, hypodermis, sklerenkim, xilem, floem, berkas pengangkut tipe
kolateral. Pada akar terdapat epidermis, eksodermis, parenkim korteks, floem,
dan xilem..
Pada penyiapan preparat untuk identifikasi secara mikroskopik, simplisia
yang berupa serbuk diletakkan pada objek glass dan ditetesi dengan larutan
kloralhidrat, kecuali pada amilum. Hal ini dikarenakan jika digunakan pada
amilum dapat mengakibatkan melarutkan amilum, oleh karena itu pada amilum
digunakan larutan iodium. Fungsi dari kloralhidrat itu sendiri adalah untuk
mempermudah pengamatan karena larutan ini dapat memisahkan fragmen-
fragmen yang ada kemudian melisiskan sel, sehingga kita dapat mengetahui
bentuk spesifiknya.
Berdasarkan hal tersebut percobaan kali ini dilakukan Pengamatan secara
mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
tanaman lada hitam yang diamati didapatkan adanya fragmen epikarp berikut
hipodermis, pada tanaman brotowali yang diamati didapatkan adanya hablur
kalsium oksalat berbentuk prisma dan pada tanaman kayu manis yang diamati
didapatkan adanya sel batu.
Kesalah-kesalahan yang sering ditemui pada saat pengamatan simplisia
sacara mikroskopi disebabkan karena kesalahan praktikan saat mengerjakan
penyiapan preparat simplisia, keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat
juga dikarenakan bahan simplisia yang terlalu lama disimpan.
Manfaat uji simplisia secara mikroskopik yaitu untuk mengetahui fragmen-
fragmen yang terdapat dalam masing-masing simplisia yang diamati.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasrkan percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa bentuk sel dan jaringan masing-masing simplisia yang
dilakukan dibawah mikroskopi berbeda-beda antara bunga, buah, biji, daun,
rimpang dan batang (kulit kayu).
2. Saran
Saran dari percobaan ini yaitu agar alat – alat laboratorium dilengkapi,
terutama mikroskop lebih diperbanyak lagi berhubung banyak kelompok yang
ingin menggunakan mikroskop sehingga proses pengamatan dapat dilakukan
dengan cepat dan efisien. Juga diharapkan praktikan lebih menguasai
penggunaan mikroskop sehingga penggamatan dapat dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI, 2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup,
Global Express, Jakarta.
Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2009, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi Pertama, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Hardiyanthi, F., 2015, Pemanfaatan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kelor (Moringa
oleifera) Dalam Sediaan Hand and Body Cream, Skripsi, Jakarta.
Rahayu, P., 2013, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Buah Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Pertumbuhan Candida Alibicans, Skripsi,
Makassar.
Song, N., Sri, M.T., Regina, B., 2010, Evaluasi Indikator Toleransi Cekaman Kekeringan
Pada Fase Perkecambahan Padi(Oryza sativa L.), Jurnal Biologi, Vol 14(2).