Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI
ANALISIS HISTOKIMIA DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAUN
(Cinnamomi Cortex)

DOSEN:
Indah Yulia Ningsih, S. Farm., M. Farm., Apt.

DISUSUN OLEH:
Tyas Putri R 162210101010
Milka Bella S P 162210101011
Kris Nugraheni 162210101012
Yusrin Nur Jazila 162210101058
Nurcholis Zainuri 162210101061
Ihza Adjie Pariswara 162210101063

LABORATORIUM BIOLOGI
BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan adalah salah satu ciptaan Tuhan dengan berbagai kandungan dan
manfaat di dalamnya. Tumbuhan selain sebagai penghasil oksigen, dapat juga kita
manfaatkan sebagai salah satu bahan baku obat karena adanya kandungan zat kimia
didalam tumbuhan tersebut yang jika diolah dan digunakan dengan baik dapat
dimanfaatkan untuk membuat sediaan. Kandungan kimia pada berbagai macam tumbuhan
inilah yang saat ini sedang diuji oleh para ahli dimana mereka berlomba-lomba untuk
menemukan senyawa baru dalam tumbuhan agar ditemukan lagi manfaat yag lebih besar
guna memenuhi kebutuhan obat manusia. Satu tanaman dapat memiliki satu atau lebih
kandungan kimia yang dapat pula dimiliki tanaman lain yang berbeda namun kandungan
kimia didalamnya hampir mirip, sehingga dapat dijadikan alternatif bila tanaman yang
dibutuhkan sulit didapat atau langka. Salah satu cara pengujian adalah uji histokimia. Uji
histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat
dalam jaringan tanaman yang dengan pereaksi spesifik, zat-zat yang terkandung pada
suatu tanaman akan memberikan warna spesifik pula sehingga mudah dideteksi (Anonim,
1987). Pada praktikum kali ini kami menggunakan pereaksi spesifik yaitu Asam sulfat
pekat, asam sulfat 10 N, asam klorida pekat, asam asetat encer, kalsium hidroksida 5%,
amonia 25%, dan feri klorida 5% untuk menguji kandungan kimia dari (Cinnamomi
Cortex).
Tanaman ini termasuk dalam suku Lauraceae,. Di Indonesia sebenarnya juga telah
dimanfaatkan sebagai obat untuk mengobati radang sendi, hepatitis, flu, dan lain-lain.
Yang dipakai sebagai obat biasanya adalah bagian daunnya dengan nama simplisianya di
pasaran adalah Kayu Manis (Cinnamomi Cortex). Berbau khas aromatik, dan rasanya
manis agak kelat. Warna simplisia biasanya cokelat kemerahan. Bentuk gelendong, agak
menggulung membujur, agak pipih, permukaan dalam berkas patahan tidak rata. Serbuk
berwarna cokelat. Selain mengidentifikasi serbuk cortex kita juga dapat melakukan
analisis terhadap serbuk cortex tersebut dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen kimia
berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak
(eluen) dimana komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya
serap adsorben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak sama, sehingga
komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan tingkat
kepolarannya yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan. Kromatografi lapis tipis
menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida
(alumina) maupun selulosa. Analisa dilakukan dengan melihat noda pada sinar UV,
sehingga dapat diketahui nilai Rf komponen dalam serbuk daun yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan senyawa dalam sampel.
Berdasarkan latar belakang dan praktikum Farmakognosi identifikasi dan analisis
serbuk Rheum officinale Baill yang telah dilakukan, maka kelompok kami membuat
laporan mengenai “Hasil Uji Histokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT).”

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana hasil pengidentifikasian serbuk akar dengan reagen kimia?
1.2.2 Bagaimana cara menganalisis serbuk akar suatu tanaman dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengidentifikasi serbuk akar dengan penambahan reagen kimia
1.3.2 Mampu menganalisis senyawa identitas serbuk akar dengan metode kromatografi
lapis tipis (KLT)
BAB II
LANDASAN TEORI

Pengamatan dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Farmasi


Universitas Jember pada pukul 07.30 sampai selesai hari Rabu tanggal 8 November 2017
Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan yang menggunakan plat atau
lempeng kaca yang sudah dilapiskan adsorben yang bertindak sebagaifasa diam. Fase
bergerak ke atas sepanjang fase diam danterbentuklah kromatogram. Metode ini sederhana,
cepat dalam pemisahandan sensitif (Khopkar, 1990). Kromatografi lapis tipis adalah metode
pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam),
ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal), kemudian pelat
dimasukkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase
gerak). Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) dan selanjutnya
senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).
Pada prinsipnya KLT dilakukan berdasarkan pada penggunaan fasa diam untuk
menghasilkan pemisahan yang lebih baik. Fasa diam yang biasadigunakan dalam KLT adalah
serbuk silika gel, alumina, tanah diatomedan selulosa (Harborne, 1987). Adapun carakerja
dari KLT yakni larutan cuplikan sekitar 1% diteteskan denganpipet mikro pada jarak 1-2 cm
dari batas plat. Setelah eluen ataupelarut dari noda cuplikan menguap, plat siap untuk
dikembangkandengan fasa gerak (eluen) yang sesuai hingga jarak eluen dari batasplat
mencapai 10-15 cm. Mengeringkan sisa eluen dalam plat dengandidiamkan pada suhu kamar.
Noda pada plat dapat diamati langsung dengan menggunakan lampu UV atau dengan
menggunakan pereaksi semprot penampak warna. Setelah noda dikembangkan dan
divisualisasikan,identitas noda dinyatakan dengan harga Rf (retardation factor)(Anwar, 1994).
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra
violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Harborne, 1987).
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan
semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi
dan resolusinya. Penyerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa,
sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi (Gandjar &
Rohman, 2007).
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-
coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur
sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa
petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan
teknik yang sensitif.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara
0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase
gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf.
Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non
polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan (Gandjar &
Rohman, 2007).

IDENTITAS TUMBUHAN
Nama Simplisia : Cinnamomi Cortex
Nama Spesies : Cinnamomum burmanni
Nama Lokal : Kulit Kayu Manis
Familia : Lauraceae
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Alat dan Bahan


A.Alat yang digunakan
1. Plat KLT (Silika Gel F2S4)
2. UV Source
3. Pipa Kapiler
4. Chamber
5. plat tetes
6. Pipet tetes
7. Batang pengaduk

B. Bahan yang digunakan


1. Serbuk Phyllanthy Herba
2. Asam sulfat P,
3. Asam sulfat 10 N
4. Asam klorida pekat

3.2 Cara Kerja


 Analisis Histokimia
1. Ditimbang kurang lebih 2 mg simplisia daun jati belanda (Guazumae Folium).
2. Letakkan 2 mg simplisia daun jati belanda pada sembilan lubang plat tetes secara
merata.
3. Tambahkan 5 tetes reagen-reagen kimia yang sudah ditentukan pada masing-
masing lubang plat tetes.
4. Aduklah simplisia pelan-pelan dan amati perubahan warnanya.

 Analisis identitas dengan KLT


1. Cuplikan Ditotolkan menggunakan pipet kapiler dengan jarak 9 mm dari tepi
bawah plat KLT. (penotolan pembanding : 2 mikroliter, larutan uji : 4 mikroliter)
2. Spot dikeringkan dengan pengering udara
3. Dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan dalam bejana pemisah
yang telah dijenuhkan dengan fase gerak.
4. Tentukan harga Rf.
5. Untuk menampakkan noda menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang
366 nm.

3.3 Pembahasan
 Histokimia
 Reagen Asam Sulfat P
Serbuk Cinamomi cortex diletakkan pada plat tetes dan ditetesi asam
sulfat pekat di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan adalah Coklat
merah . Hal ini sesuai dengan literatur. Penambahan reagen asam sulfat P adalah
coklat merag yang menunjukkan adanya terpenoid, asteroid dan minyak atsiri.
Terpenoid termasuk derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen.
Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Sifat fisika dari
terpenoid yaitu dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi
jika teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap. Sifat kimianya yaitu senyawa
tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik) dan isoprenoid kebanyakan bentuknya
khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer. Steroid merupakan senyawa
organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari
terpena atau skualena. Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang
komponennya secara umum mudah menguap. Minyak atsiri mempunyai peran
yang penting dalam bidang niaga sebagai cita rasa dan bau makanan, kosmetik,
parfum, antiseptik, insektisida, obat-obatan dan sebagainya (Robinson, 1991).
 Asam Sulfat 10 N
Serbuk Cinamomi cortex diletakkan pada plat tetes dan ditetesi
asam sulfat 10N di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan
adalahCoklat Merah. Hal ini sesuai dengan literatur. Literatur
menyatakan bahwa warna yang dihasilkan dari Cinamomi cortex
setelah penambahan reagen asam sulfat 10N adalah Coklat Merah
yang menunjukkan adanya minyak atsiri.
 Asam Klorida P
Serbuk Cinamomi cortex diletakkan pada plat tetes dan ditetesi
asam Klorida P di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan
adalah Coklat. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Literatur
menyatakan bahwa warna yang dihasilkan dari Cinamomi cortex
setelah penambahan reagen asam Klorida P adalah Merah Kenuningan
yang menunjukkan adanya alkaloid dan liginin. Alkaloid adalah
golongan senyawa yang bersifat basa, mengandung satu atau lebih
atom nitrogen biasanya dalam gabungan berbentuk siklik. Alkaloid
sebagian besar berbentuk kristal padat dan sebagian kecil berupa
cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar, memutar bidang polarisasi
dan terasa pahit dan biasanya tanpa warna (Harborne, 1987). Lignin
merupakan polimer yang strukturnya heterogen dan kompleks yang
terdiri dari koniferil alcohol. lignin yang berfungsi sebagai penyedia
kekuatan fisik pohon, pelindung dari biodegradasi dan serangan
mikroorganisme (Schlegel, 1994; Singh, 2006).
 Asam Asetat Encer
Serbuk Cinamomi cortex diletakkan pada plat tetes dan ditetesi
asam Asetat Encer di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan
adalah Coklat. Hal ini sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan
bahwa warna yang dihasilkan dari Cinamomi cortex setelah
penambahan reagen asam Asetat Encer adalah Coklat Kemerahan.
 Kalium Hidroksida 5%
Serbuk Cinamomi cortex diletakkan pada plat tetes dan ditetesi
Kalium Hidroksida 5% di lemari asam serta diaduk. Warna yang
dihasilkan adalah Merah. Hal ini sesuai dengan literatur. Literatur
menyatakan bahwa warna yang dihasilkan dari Cinamomi cortex
setelah penambahan reagen Kalium Hidroksida adalah Merah Anggur.
 Ammonia 25%
Serbuk Cinamomi cortex diletakkan pada plat tetes dan ditetesi
Ammonia di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan adalah
Merah kecoklat. Hal ini sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan
bahwa warna yang dihasilkan dari Cinamomi cortex setelah
penambahan reagen Ammonia 25% adalah merah kecoklatan
menunjukkan adanya Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon
yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6)
terikat pada suau rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu
susunan C6-C3-C6. Senyawa-senyawa flavonoid terdapat dalam semua
bagian tumbuhan tinggi, seperti bunga, daun, ranting, buah, kayu, kulit
kayu dan akar.
 Feri Klorida 5%
Serbuk Cinamomi cortex diletakkan pada plat tetes dan ditetesi Feri
Klorisa 5% di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan adalah
Kuning. Hal ini sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan bahwa
warna yang dihasilkan dari Cinamomi cortex setelah penambahan
reagen Feri Klorida 5% adalah Hijau Kekuningan menunjukkan adanya
polifrnol (flavonoid dan tannin).
Fungsi penambahan reagen-reagen kimia dan kandungan senyawa
kimia dalam identifikasi serbuk Guazumae Folium dengan uji histokimia

Reagen Warna Studi Warna


Pustaka percobaan
Asam Sulfat P Coklat merah Coklat merah
Asam Sulfat 10 N Coklat merah Coklat merah
Asam Klorida P Merah Coklat
kekuningan
Asam Asetat Encer Coklat merah Coklat
Kalium Hidroksida Merah anggur Merah
5%
Amonnia 25% Merah coklat Merah coklat
Feri Klorida 5% Hijau keuningan Kuning

 KLT
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai
metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua, dipakai
untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam
kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa
yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak
bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data
yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa.
Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa
standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari
titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena
itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
Terdapat dua fase pada KLT, yakni fase diam dan fase gerak. Pada
praktikum kali ini digunakan silica untuk fase diam, dan fase gerak atau eluennya
yang digunakan adalah toluen:etil asetat dengan perbandingan 97:3 dan digunakan
simplisia Cinnamomi Cortex.
Dalam literatur disebutkan bahwa Cinnamomi Cortex mengandung
sinamaldehida pada Rf +0,8 berwarna ungu tua.
Dalam praktikum langkah pertama adalah cuplikan ditotolkan dengan pipet
kapiler dengan jarak 9 mm dari tepi bawah plat KLT, kemudian spot dikeringkan
dengan pengering udara, lalu dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan
dalam bejana pemisah yang telah dijenuhkan dengan fase gerak, kemudian
ditentukan harga Rf, dan untuk menampakkan noda menggunakan lampu UV
dengan panjang gelombang 254 nm. Dari hasil praktikum, pada plat KLT terdapat
noda berwarna jingga. Konsentrasi larutan simplisia sangat berpengaruh pada hasil
kromatografi kolom, sehingga dalam pengerjaannya konsentrasi , perbandingan
eluen harus berurutan dari konsentrasi besar ke konsentrasi kecil atau dari
konsentrasi kecil ke konsentrasi besar. Dalam pengujian KLT spesifikasi unuk
mendeteksi apakah Guazemae Folium mengandung flavonoid atau tidak, senyawa
flavonoid adalah jenis senyawa yang tidak menghasilkan berkas noda dalam plat
KLT, sehingga dalam pengujiannya harus menggunakan pendar flour sinar UV.
Gambar Hasil KLT
Pembanding :
Sinamaldehida 1% dalam
etanol
Eluen (Eluasi 8 cm) :
Toluen:Etil Asetat (9,7:0,3)
Fase Diam :
Silika Gel 60 F2S4
Rf Pembanding :
0,5625
Rf Sampel :
Rf1 : 0,5
Rf2 : 0,5
Rf3 : 0,5
Warna Noda :
Ungu Samar
BAB IV
PENUTUP

Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu:


Pada uji histokimia, sampel Cinnamomi Cortex ditetesi dengan semua reagen
bereaksi positif (sesuai dengan literatur) kecuali reagen HCl bereaksi negatif. Sampel
Cinnamomi Cortex mengandung senyawa aromatik.
Pada uji KLT, mengandung warna noda yang samar (seharusnya berwarna ungu tua).
Rf sinemaldehida literatur ±0,80 dan Rf sinemaldehida percobaan ±0,5.
DAFTAR PUSTAKA
Denikrisna. 2010. Kromatografi. denikrisna. wordpress.com/category/bakul/ kromatografi/.
Diakses pada 12 November 2017.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Bandung .
Ismiarni. 2010. Kromatografi (Dasar). alamlearning.blogspot.com/search/label/
chromatography. Diakses pada 12 November 2017.
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Stahl, E., "Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopik", terjemahan K.
Radmawinata dan I. Soediso, penerbit ITB, Bandung, 1985, 3-18. 15.

Anda mungkin juga menyukai