Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI DAN FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM III

(HAKSEL DAN PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA


MIKROSKOPI)

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 1 Juli 2020


Kelas : A4A
Nama Pratikan : I Komang Aryawan
NIM : 19021015
Kelompok :3
Nama Dosen jaga : I Komang Adi Alit Sanjaya., S.Si., M.Si.
Nama Asisten jaga : Ni Wayan Vidya Wangi

PRAKTIKUM BOTANI FARMASI DAN FARMAKOGNOSI

PROGRAN STUDI FARMASI KLINIS

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

2020

PRAKTIKUM III

(HAKSEL DAN PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI)


I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengenal dan melakukan mengidentifikasi
beberapa macam haksel dari tanaman yang biasanya digunakan
sebagai bahan obat.
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi fragmen-fragmen
simplisia secara mikroskopik dan mengetahui ciri khas masing-
masing simplisia tersebut.
II. Dasar Teori
Di Indonesia terdapat banyak tumbuhan yang telah dimanfaatkan
sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah tumbuhan dari suku
zingiberaceae. Dari suku ini dikenal ada beberapa marga, diantaranya:
alpinia, amomum, curcuma, kaempferia, phaeomaria, dan zingiber. Ada
tumbuhan yang berbeda marga seperti Curcuma mangga, C. zedoaria
(marga curcuma), dan Kaempferia rotunda (marga kaemferia) ketiganya
memiliki nama daerah temu putih (Ochse and Van Den Brink, 1977)
Pada dasarnya semua tumbuhan yang telah menghijaukan muka
bumi ini menyimpan berjuta manfaat. Bukan hanya tumbuhan yang
dibudidayakan atau sengaja ditanam yang bermanfaat bagi manusia.
Ternyata tumbuhan liar yang tersebar disekitar kita sering diabaikan juga
menyimpan potensi luar biasa, khususnya sebagai obat (Dalimartha, S.,
Hembing, W, 1997)
Dalam rangka identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu dengan melakukan determinasi (Backer & van Den
Brink, 1968), pemeriksaan makroskopi, dan mikroskopi (Tyler &
Schwarting, 1969; Brain & Turner, 1975; Serrano, dkk., 2010)
Haksel adalah simplisia dalam bentuk rajangan, irisan, fragmen,
atau utuh yang biasanya didapat dalam ramuan atau persediaan. Perlu
ditegaskan di sini bahwa haksel tidak berbentuk serbuk (Jayanto dan
Melati, 2017)
Sedangkan simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan (Ditjen POM, 1999)
Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional umumnya hanya
didasarkan atas pengalaman/warisan tanpa mengetahui kandungan
kimianya secara detail. Tumbuhan tersebut jika ditelaah lebih lanjut
mempunyai kandungan kimia aktif biologis. Potensi bahan kimia tersebut
dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, pertanian, dan industri.
Penelitian dan penggunaan obat tradisional pada saat ini lebih digalakkan
(Chairul dan Sulianti, 2002)
Di bidang kesehatan, telah banyak tumbuhan obat yang diketahui
dengan jelas struktur molekulnya dan digunakan secara global dalam
pengobatan berbagai penyakit, tetapi mengingat terdapat lebih dari
250.000 spesies tumbuhan tinggi di muka bumi, maka diduga masih
banyak obat baru yang dapat ditemukan dari dunia tumbuhan (Achmad,
1995)
Produk obat-obat herbal yang berkualitas ditentukan salah satunya
oleh mutu dari bahan baku (simplisia) atau ekstrak yang digunakan.
Karakteristik mutu suatu simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia
yang akan digunakan sebagi bahan baku harus memenuhi persyaratan
mutu yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen
Kesehatan seperti Materi Media Indonesia (Khoirani, 2013)
Persyaratan mutu yang tertera dalam monografi simplisia antara
lain susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar
sari larut air, kadar sari larut etanol, dan kandungan kimia simplisia
meliputi kadar minyak atsiri. Persyaratan mutu ini berlaku bagi simplisia
yang digunakan dengan tujuan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
(Azizah dan Salamah, 2013)
Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk
simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan
kualitatif .Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik,
makroskopik, dan mikroskopik.
a. Uji Organoleptik, meliputi pemeriksaan warna, bau, dan rasa
dari bahan.
b. Uji Makroskopik, meliputi pemeriksaan ciri-ciri bentuk luar
yang spesifik dari bahan (morfologi) maupun ciri-ciri spesifik
dari bentukan atominya.
c. Uji Mikroskopik, meliputi anatomi simplisia yang memiliki
karakteristik tersendiri dan merupakan pemeriksaan spesifik
penysun suatu simplisia ataupun haksel (Gunawan, 2004).
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
1. Mikroskop
2. Lampu spiritus
3. Kaca pembesar
4. Gelas objek dan penutup gelas
5. Tissue / Lap
6. Tusuk gigi

3.2 Bahan

1. Simplisia
2. Aqua destilata
3. Larutan Kloralhidrat
4. Spiritus bakar untuk lampu spiritus

DAFTAR SIMPLISIA

Bagiantanaman No. Nama Simplisia


Folium 1 Digitalis Folium (Daun digitalis)
2 Sonchi Folium (DaunTempuyung)
3 Apiigraveolens Folium (DaunSeledri)
4 Carica papaya Folium (DaunPepaya)
5 Gynura Folium (Daun Dewa)
6 Andrographispaniculata Folium (DaunSambiloto)
Herba 7 PhylantiiHerba (HerbaMeniran)
Flos 8 CaryophylliFlos (BungaCengkeh)
Fructus 9 AmomiFructus (BuahKapulaga)
10 PiperisalbiFructus (Buah Lada Putih)
11 PiperisnigriFructus (Buah Lada Hitam)
Semen 12 Coffea sp. Semen (Biji Kopi)
13 Myristicae Semen (Biji Pala)
Rhizoma 14 Curcuma alba Rhizoma (RimpangKunyitPutih)
15 Zingiberofficinalle (RimpangJahe)
16 LanguatisRhizoma (RimpangLengkuas)
17 C. aeruginosaeRhizoma (RimpangTemuHitam)
18 KaempheriaeRhizoma (RimpangKencur)
19 Z. purpureaRhizoma (Rimpang Bangle)
20 Curcuma xanthorhizzaRhizoma (RimpangTemulawak)
21 Curcuma domesticaRhizoma (Rimpangkunyit)
Radix 22 Mirabilis Tuber (UmbiBungaPukulEmpat)
23 Vetiveriaezizanioides Radix (Akar Wangi)
Cortex 24 Caesalpinia Cortex (KulitKembangMerak)
25 Alstoniae Cortex (Kulit Pule)
26 Chinchona Cortex (Kulit Kina)
27 CinamommumburmanniiCortex (KulitKayuManis)
Lignum 28 Santali Lignum (KayuCendana)
29 Sappan Lignum (KulitSecang)
Caulis 30 Tinosporae Caulis (BatangBrotowali)
Amilum 31. Amilumoryzae (PatiBeras)
32. Amilummannihot (Tapioka)
33. Amilummaydis (PatiJagung)
34. Amilummetroxilon (PatiSagu)
IV. Cara Kerja
IV.1 Pemeriksaan Haksel (Makroskopis) Dilakukan pemeriksaan
organoleptis atau pemerian serbuk simplisia (rasa, bau, warna).
Dilakukan pemeriksaan makroskopis morfologi pada haksel, ukuran,
dan warna simplisa.
IV.2 Pemeriksaan mikroskopis Radix, Rhizoma, Lignum, Cortex,
Folium, Herba, Flos, Fructus, Semen Serbuk di atas diambil
secukupnya kemudian ditempatkan pada object glass. Ditambahkan
beberapa tetes larutan kloralhidrat, kemudian dihangatkan di atas nyala
lampu spiritus. Jangan sampai mendidih. Kemudian tutup object glass
dengan cover glass. Tunggu hingga dingin, kemudian diamati di
bawah mikroskop dengan pembesaran lemah (apabila diperlukan dapat
diamati dengan perbesaran kuat).

V. Hasil Pengamatan
VI. Pembahasan
1. Cinchonae Cortex (Kulit Kina)
 Pemerian : serbuk coklat muda sampai coklat merah, hamper
tak berbau, berasa sangat pahit dan kelat (Jayanto dan Melati,
2017)
 Mikroskopik : jaringan gabus berwarna coklat atau coklat
merah, parenkim korteks dengan kristal kalsium oksalat
berbentuk pasir, cirri khas berupa serabut sklerenkim kuning,
besar, dinding tebal, lumen sempit dengan noktah bentuk
corong, noktah dan lamela jelas (Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapat sudah sesuai degan literatur,
yaitu kulit kina memiliki permukaan agak kasar, rasa pahit, bau
khas, dan warna coklat tua. Sedangkan pengamatan secara
mikroskopik tidak dilakukan pada haksel ini.
2. Amomi fructus (Buah Kapulaga)
 Pemerian : Serbuk kelabu kekuningan, berbau khas aromatik,
rasa agak pedas (Jayanto dan Melati, 2017)
 Mikroskopik : Biji : selaput biji terdiri dari jaringan bersel
pipih, dinding tipis.Epidermis luar berdinding tebal agak
berlignin, warna coklat muda, coklat kemerahahan. Dibawah
epidermis terdapat sel parenkim pipih,kecil dinding tipis.
(Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapat sudah sesuai dengan literatur,
yaitu buah kapulaga memiliki tekstur pada permukaan, rasa
sedikit pedas, bau khas aromatik, dan berwarna kuning pucat.
Sedangkan pengamatan secara mikroskopik tidak dilakukan.
3. Languatis rhizome (Lengkuas)
 Pemerian : Serbuk, bau aromatik, rasa pedas (Jayanto dan
Melati, 2017)
 Mikroskopik :Epidermis terdiri dari 1 lapis sel kecil agak
pipih, dinding berwarna kuning kecoklatan, kutikula jelas.
Koerteks parenmatik, jaringan korteks bagian 17 luar terdiri
dari beberapa lapis sel dengan dinding tipis berwarna kuning
kecoklatan, jaringan koerteks bagian dalam terdiri sel parenkim
besar, dinding sel tipis, tidak berwarna, kadang bernoktah
halus, berisi butir pati (Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapat sudah sesuai dengan literatur,
yoitu memiliki permukaan potongan yang kasar, rasa agak
pedas, bau khas aromatik, dan berwarna coklat. Sedangkan
tidak dilakukannya pengamatan secara makroskopis pada
haksel ini.
4. Sappan lignum (Kayu Secang)
 Pemerian : Serbuk merah jingga kecoklatan, tidak berbau, rasa
agak kelat (Jayanto dan Melati, 2017)
 Mikroskopik : Xilem : Jelas, radier dengan jari-jari xilem
terdiri dari 1 sampai 3 baris sel yang berisi butir pati 14 kecil,
tunggal dan berkelompok. Pembuluh kayu atau trakhea
umumnya berkelompok, kadangkadang tunggal, dinding tebal,
berlignin, bernoktah berbebtuk celah, lumen berisi zat yang,
berwarna merah keunguan, merah kekuningan sampai merah
kecoklatan. Serabut xilem : Berkelompok, tersusun radiaer,
terdiri dari 5-40 serabut, dinding serabut tebal berlignin, lumen
sempit (Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapatkan sudah sesuai yaitu,
memiliki permukaan luar yang agak kasar, rasa kelat dan asam,
tidak memiliki bau, dan berwarna oranye kemerahan.
Sedangkan pengamatan secara mikroskopis tidak dilakukan
5. Moringae folium (Daun Kelor)
 Pemerian: tidak berbau, tidak berasa. (DepKes RI, 1989).
 Mikroskopik: Daun kelor berwarna hijau muda, fragmen
pengenalnya adalah rambut penutup terdiri dari 1 sel sampai 2
sel, jarang ada fragmen epidermis atas, fragmen epidermis
bawah dengan stomata tipe anomositik, hablur kalsium oksalat,
berbentuk roset, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan
rongga dan spiral (DepKes RI, 1989)
 Hasil pengamatan yang didapatkan sudah sesuai yaitu, daun
berbentuk tumpul, tidak memiliki rasa dan bau, berwarna
coklat kehijauan. Sedangkan pengamatan secara mikroskopik
tidak dilakukan pada haksel ini
6. Piperis albi fructus (Lada Putih)
 Pemerian : serbuk berwarna coklat muda, bau khas aromatis,
berasa khas aromatis dan pedas (Jayanto dan Melati, 2017)
 Mikroskopik : Fragmen perisperm bening berisi amilum
(dilihat dalam media air), dinding buah berwarna coklat terdiri
dari sel batu bentuk persegi panjang lumen, sempit endokarp
terdiri dari sel batu bentuk piala atau dengan penebalan U, sel
sekret berwarna kuning terletak, di perisperem. Amilum keci-
kecil, kompak, berbentuk poligonal atau bulat (Jayanto dan
Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapat telah sesuai, yaitu berbentuk
bulat dan kecil, rasa pedas, berbau khas aromatik, dan berwarna
putih.. Sedangkan pengamatan secara mikroskopik tidak
dilakukan.
7. Myristicae semen (Biji Pala)
 Serbuk coklat muda, berbau khas aromatik, rasa agak
pahit,agak pedas, dan agak menimbulkan rasa tebal di lidah
(Jayanto dan Melati, 2017)
 Pada inti biji terdapat jaringan perisperm primer berbentuk
poligonal, dinding tipis berwarna coklat kekuningan terletak
disebelah luar, dan disebelah dalam terdapat jaringan perisperm
primer sekunder dan endosperm (Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapat telah sesuai, yaitu memiliki
permukaan bertekstur garis, rasa agak pahit, berbau khas
aromatik dan berwarna coklat. Sedangkan uji mikroskopik
tidak dilakukan.
8. Caricae folium (Daun Pepaya)
 Pemerian: Bau khas, rasa sangat pahit. (DepKes RI, 1989)
 Mikroskopik: Daun papaya berwarna hijau kecoklatan,
fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas, fragmen
epidermis bawah dengan stomata tipe anomosomatik, hablur
kalsium oksalat berbentuk roset, lepas atau dalam parenkim,
fragmen pembuluh kayu (DepKes RI, 1989)
 Hasil pengamatan yang didapat, yaitu daun terasa rapuh, rasa
pahit, berbau khas aromatik, dan berwarna coklat kekuningan
karena telah dikeringkan atau dalam bentuk simplisia.
Pengujian secara mikroskopik tidak dilakukan
9. Chartami flos (Kembang Pulu)
 Pemerian: memiliki bau agak aromatik, rasa agak pahit.
(DepKes RI, 1979).
 Mikroskopik: Berwarna coklat kemerahan, fragmen pengenal
adalah fragmen kepala putik bagian ujung dengan papilla
pendek berujung membulat, fragmen kepala putik di bawah
bagian ujung dengan papilla lebih panjang berujung meruncing.
Fragmen tangkai putik, fragmen tangkai sari, serbuk sari,
papilla dari kepala putik, fragmen mahkota bunga (DepKes RI,
1979)
 Hasil pengamatan yang didapat, yaitu mahkota bunga kecil dan
panjang, rasa pahit, berbau sedikit aromatik, dan berwarna
merah kecoklatan dengan sedikit oranye. Pengujian secara
mikroskopik dilakukan
10. Guazumae folium (Daun Jati Belanda)
 Pemeria : Serbuk hijau tua kecoklatan, berbau khas aromatik
lemah, rasa agak kelat (Jayanto dan Melati, 2017)
 Mikroskopik :Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel,
berambut penutup dan berambut kelenjar, berbentuk poligonal,
tidak berstomata. Epidermis bawah sel lebih
kecil,bergelombang, stomata tipe anosositik, rambut penutup
berupa bintang (Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapatkan, ialah daun ini memiliki
permukaan kasar, dan sedikit berbulu, rasa sedikit kelat, bau
agak aromatik, dan berwarna hijau kecoklatan, karena telah
dalam bentuk simplisia. Pengujian secara mikroskopik
dilakukan.
11. Calami rhizoma (Dringo)
 Pemerian : Serbuk coklat kekuningan, bau khas aromatik dan
rasa agak pedas (Jayanto dan Melati, 2017)
 Mikroskopik :Pada lapisan terluar terdapat 1 lapis
epidermis atau jaringan gabus. Pada korteks bagian luar
terdapat hipo dermis yang berupa jaringan kolenkimatik, pada
korteks bagian dalam terdapat parenkim erenkimatik dengan
rongga udara besar dan sel berbentuk bulat penuh berisi butir
pati (Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapat, yaitu memiliki permukaan
agak kasar, rasa pahit, bau khas aromatik, berwarna coklat
kekuningan. Pengujian secara mikroskopik dilakukan, dan
menemukan stomata dan pembuluh kayu dringo pada
perbesaran 10x dan 40x
12. Caryophylii folium (Daun Cengkih)
 Pemerian : Pemerian: Bau aromatik, rasa pedas agak pahit,
agak menggigit dan menimbulkan rasa tebal. (DepKes RI,
1989)
 Mikroskopik: Daun cengkeh berwarna hijau lumut. Fragmen
pengenal adalah fragmen epidermis bawah dengan stomata,
fragmen epidermis atas, fragmen mesofil dengan kelenjar
minyak lisigen, hablur kalsium oksalat, serabut, fragmen berkas
pembuluh (DepKes RI, 1989)
 Hasil pengamatan yang didapatkan telah sesuai, yaitu
berbentuk agak runcing, rasa pedas, bau khas aromatik dan
berwarna coklat karena sudah dalam bentuk dikeringkan.
Pengamatan secara mikroskopik dilakukan pada haksel ini
13. Erythirnae folium (Daun Dadap)
 Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa. (DepKes RI, 1989)
 Mikroskopik: Daun dadap berwarna hijau muda, fragmen
pengenal adalah fragmen epidermis atas dan epidermis bawah
dengan stomata tipe parasitic, serabut hablur kalsium oksalat
berbentuk prisma lepas atau dalam jaringan, fragmen pembuluh
kayu dan fragmen mesofil (DepKes RI, 1989)
 Hasil pengamatan yang didapatkan telah sesuai, yaitu memiliki
tekstur agak rapuh, tidak memiliki rasa, tidak berbau dan
berwarna coklat. Pengamatan secara mikroskopik dilakukan
14. Cinnamomi cortex (Kulit Kayu Manis)
 Pemerian : Serbuk coklat tua, berbau khas aromatik, rasa khas
manis hangat berlendir (Jayanto dan Melati, 2017)
 Mikroskopik :Amilum di, tri, dan tetraadelphis. Sel batu
berdinding tebal, ada sel batu dengan penebalan huruf U,
parenkim korteks dengan sel-sel lendir dan sel minyak, kristal
kalsium oksalat bentuk prisma atau rapida (berkas jarum)
(Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapat sudah sesuai, yaitu kulit kayu
manis memiliki bentuk gulungan, rasa sedikit manis, berbau
khas aromatik, berarna coklat kemerahan. Pengamatan secara
mikroskopik dilakukan
15. Coriandri fructus (Ketumbar)
 Pemerian : Serbuk coklat muda kekuningan atau coklat
kemerahan,bau khas aromatik (Jayanto dan Melati, 2017)
 Mikroskopik : Merikrap = Epikrap sel kecil, dinding agak
tebal, tidak berlignin, kutikula tipis, berisi hablur kalsium
oksalat berbentuk prisma kecil, tidak terdapat rambut penutup.
Mesokrap terdiri dari jaringan parenkim, sklerenkimatik
(Jayanto dan Melati, 2017)
 Hasil pengamatan yang didapatkan telah sesuai, yaitu ketumbar
memiliki bentuk bulat dan kecil-kecil, rasa khas, bau khas
aromatik, dan berwarna kuning kecoklatan. Pengamatan secara
mikroskopik dilakukan pada haksel ini
VII. Kesimpulan
Secara garis besar haksel yaitu simplisia dalam bentuk rajangan,
irisan, fragmen, atau utuh yang biasanya didapat dalam ramuan atau
persediaan. Perlu ditegaskan di sini bahwa haksel tidak berbentuk serbuk.
Kemudian untuk pengamatan mikroskopik simplisia perlu dibuat serbuk
terlebih dahulu untuk memudahkan pengamatan menggunakan mikroskop.
Lalu untuk simplisia yang sempat diamati hakselnya dan mikrokopiknya
a. Pengamatan haksel
- Cinchonae Cortex (Kulit Kina)
- Amomi Fructus (Buah Kapulaga)
- Languatis Rhizoma (Lengkuas)
- Sappan Lignum (Kayu Secang)
- Moringae Folium (Daun Kelor)
- Piperis Albi Fructus (Lada Putih)
- Myristicae Semen (Biji Pala)
b. Pengamatan mikroskopik
- Carthami Flos (Kembang Pulu)
- Guazumae Folium (Daun Jati Belanda)
- Calami Rhizoma (Dringo)
- Caryophylli Folium (Daun Cengkih)
- Erythirnae Folium (Daun Dadap)
- Cinnamomi Fructus (Kulit Kayu Manis)
- Coriandri Fructus (Ketumbar)
Daftar Pustaka

Achmad, S.A. 1995, Peranan Tumbuhan Hutan Tropis Dalam Pengembangan


Obat-Obatan. Simposium Nasional I Tumbuhan Obat Dan Aromatik.
Simpul Nasional APINMAP dan UNESCO, Bogor, 10-12 Oktober 1995.

Azizah B. and Salamah N., 2013, Standarisasi Parameter Non Spesifik dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit, Jurnal Ilmiah Kefarmasian

Brain, K.R., & Turner, T.D., 1975, The Practical Evaluation of


Phytopharmaceuticals, 24-27, Wright-Scientechnica, Bristol

Backer, C.A., van Den Brink, R.C.B., 1968, Flora of Java, Wolters Noordhoff
N.V. Groningen, Netherland

Chairul dan S.B. Sulianti. 2002. Pendayagunaan Sumber Daya Nabati


(Tumbuhan) Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Menuju Indonesia
Sehat 2010. Berita IPTEK 43 (1): 71 -82

Dalimartha, S., Hembing, W. 1997, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, jilid


ke-3, Jakarta, 122-123

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika Indonesia


Jilid IV. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan

Ditjen POM. (1999). Pengujian Bahan Kimia Sintetik Dalam Obat Tradisional.
Jakarta: DEPKES RI

Gunawan, D. M.2004.Ilmu Obat Alam.Jakarta: Swadaya

Jayanto Imam dan Melati Apriliana Ramadhani, 2018, Petunjuk Praktikum


Farmakognosi, Cilacap: Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Khoirani, Nur. 2013. Karakterisasi Dan Standarisasi Ekstrak Etanol Herba


Kemangi (Ocimum americanum L.). Skripsi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi. Jakarta : Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah

Ochse, J.J., & van Den Brink, R.C.B., 1977, Vegetables of The Dutch East Indies,
739- 747, 752-754, A. Asher & Co B.V., Amsterdam

Serrano, R., da Silva, G., & Silva, G., 2010, Application of Light and Scanning
Electron Microscopy in The Identification of Herbal Medicine, in A.
Mandez Vilas & J. Deaz (Ed), Microscopy Science, Technology,
Application and Education, Formatex

Tyler, V.E., & Schwarting, A.E., 1969, Experimental Pharmacognosy, 6 th, Ed.,
19-23, Burgis Publ. Comp., Minnesota

Anda mungkin juga menyukai