PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara beriklim tropis dengan tanahnya yang subur sehingga
banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh. Beberapa jenis tumbuhan memiliki
khasiat sebagai obat, namun belum banyak masyarakat yang mengetahui khasiat
yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan
Indonesia, 1989a).
Salah satu tanaman obat yang memiliki berbagai khasiat adalah asam jawa
atau yang dikenal dengan nama ilmiah Tamarindus indica L. Asam jawa termasuk
tipe buah polong (Supriadi dkk., 2001). Di Indonesia, asam jawa banyak ditemui
di pinggir jalan sebagai pohon peneduh (Heyne, 1987). Daun asam jawa dapat
1
2
Efek laksantif pada buah dan efek diuretik pada getah daun telah dikonfirmasi
oleh ilmu kedokteran modern (Bueso, 1980). Buah asam jawa dapat digunakan
untuk masalah pencernaan dan sebagai karminatif (El-Siddig dkk., 2006). Selain
itu buah asam jawa dilaporkan memiliki efek antifungi dan antibakteria (Bibitha
dkk., 2002; Metwali, 2003; John dkk., 2004). Aktivitas antioksidan dari biji asam
jawa diteliti oleh Osawa dkk. (1994), bahwa ekstrak etanol kulit biji menunjukkan
liver. Selain itu biasa digunakan dalam mengobati penyakit jantung dan
Salah satu golongan kandungan aktif daun asam jawa adalah flavonoid yang
memiliki efek yang lemah karena lambatnya penyerapan oleh tubuh, namun ada
indikasi bahwa secara biologis flavonoid memicu produksi enzim yang melawan
suatu zat atau senyawa dengan menggunakan cairan penyari yang sesuai disebut
yang dapat dilakukan oleh usaha kecil obat tradisional (UKOT) adalah maserasi,
daun asam jawa dapat dipengaruhi oleh kedua metode ekstraksi tersebut.
membuat dekokta dan maserasi terhadap kadar flavonoid total ekstrak daun asam
jawa belum pernah dilakukan. Penelitian ini dapat membantu UKOT untuk
memilih metode ekstraksi yang tepat dan mendapatkan kandungan flavonoid total
yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Metode manakah yang lebih efektif untuk memperoleh ekstrak dengan kadar
flavonoid total paling tinggi pada ekstraksi daun asam jawa secara infundasi
dan maserasi?
C. Tujuan Penelitian
1. Pengaruh dua metode ekstraksi secara infundasi dan maserasi terhadap kadar
2. Pengaruh fraksinasi terhadap kadar flavonoid total dalam ekstrak daun asam
jawa.
4
D. Manfaat Penelitian
pengaruh dua metode ekstraksi yaitu infundasi dan maserasi terhadap kadar
diaplikasikan dalam bidang industri yang membuat obat tradisional dengan daun
E. Tinjauan Pustaka
1. Asam jawa
Asam jawa merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika namun
a. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Rosidae
Bangsa : Rosales
Suku : Caesalpiniaceae
Marga : Tamarindus
Jenis : Tamarindus indica L.
(Heyne, 1987; Van Steenis, 2008)
b. Nama daerah
(Minang); Jawa: asem, tangkal asem (Jawa Barat), asem, wit asem (Jawa
5
Tengah dan Jawa Timur), Acĕm (Madura); Bali: cĕlagi, clagi; Kalimantan:
maké, magé, naangé (Flores), tobi (Solor, Alor), ninilu nau (Roti); Maluku:
asan jawa (Ulias), asan jawaka (Buru), asam jawa (Ternate) (Heyne, 1987).
c. Deskripsi
Batang pohonnya cukup keras, dapat tumbuh menjadi besar dan daunnya
berwarna cokelat dengan rasa khas asam. Di dalam buahnya selain terdapat
kulit yang membungkus daging buah juga terdapat biji berjumlah 2-5 yang
Daun muda yang rasanya asam dalam bahasa Jawa dinamakan sinom
untuk membedakannya dengan daun yang tua. Daun muda ini digunakan
sebagai pengganti daging buah (Heyne, 1987). Helaian anak daun berwarna
hijau kecokelatan atau hijau muda, berbentuk bundar panjang, panjang 1-2,5
pangkal daun membundar, pinggir daun rata dan hampir sejajar satu sama
6
lain. Tangkai daun sangat pendek sehingga mirip duduk daun. Tulang daun
terlihat jelas. Kedua permukaan daun halus dan licin, permukaan bawah
Di Jawa dan Madura sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman
buah yang dapat dimakan (Backer & Van Den Brink, 1963).
d. Kandungan kimia
pektin dan asam organik (Rosmanadewi, 1993). Buah polong asam jawa
mengandung senyawa kimia antara lain asam apel, asam sitrat, asam anggur,
asam tartrat, asam suksinat, pektin dan gula invert (Yuniarti, 2008).
asam jawa dengan pelarut etanol 70% yang dianalisis dengan HPTLC-UV
e. Manfaat
daunnya yang disebut “sinom” dalam bahasa jawa digunakan sebagai sayur
maupun obat yang memiliki khasiat kholagogik dan laksatif, selain itu getah
dkk., 2010). Secara empiris, seduhan daun muda asam jawa dan rimpang
7
karena terpukul (lebam) dengan dibalurkan pada bagian yang sakit (Hariana,
2004).
2. Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah suatu proses penarikan zat yang dapat
larut dalam pelarut cair sehingga terpisah dengan bahan yang tidak dapat
lapisan batas antara butir serbuk dengan cairan penyari. Kecepatan melintasi
1986).
sudah diketahui senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia tersebut, akan
a. Simplisia
b. Pelarut
Pelarut atau cairan penyari yang akan digunakan untuk ekstraksi adalah
diantaranya adalah: murah dan mudah diperoleh; stabil secara fisika dan
kimia; bereaksi netral atau inert; tidak mudah menguap dan tidak mudah
9
pada perusahaan obat tradisional adalah akuades (air), etanol atau etanol-air.
tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar; tidak beracun; dan alami,
namun kekurangan akuades sebagai cairan penyari yaitu tidak selektif; sari
dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas; tidak beracun; netral;
c. Metode ekstraksi
1) Infundasi
dengan cara pembuatan infusa namun dalam waktu yang lebih lama
metode ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan sangat mudah
Indonesia, 1986).
Panci infusa dan dekokta terdiri atas dua bagian, yaitu panci A
yang berisi simplisia dan air; panci B yang berisi air berfungsi
berikut.
Gambar 1. Panci infusa dan dekokta (Gambar diadopsi pada buku Sediaan
Galenik (1986)).
2) Maserasi
Indonesia, 1986).
tiap waktu yang ditentukan, namun ada juga alat maserasi yang
12
3) Perkolasi
dibasahi. Faktor yang berperan pada metode ini adalah gaya berat,
3. Fraksinasi
2000). Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda-
migrasi dalam sistem yang terdiri atas dua fase, yaitu fase diam dan fase
kromatografi kertas dan elektroforesis. KLT lebih mudah dan lebih murah
dan hampir dapat dilakukan setiap saat. Keuntungan lain KLT adalah
dengan cara elusi 2 dimensi, dan ketepatan penentuan kadar lebih baik
Sistem KLT berupa fase diam, fase gerak, dan metode deteksi. Uraian
a. Fase diam
Fase diam atau penjerap yang biasa digunakan pada kromatografi lapis
tipis adalah:
1) Silika gel
yang bersifat polar, fase ini disebut fase normal (normal phase).
2) Selulosa
3) Alumina
dkk., 2008).
b. Fase gerak
secara kimiawi atau melarutkan fase diam karena akan merusak sistem
harus mudah dihilangkan dari fase diam atau penjerap dan harus sesuai
Umumnya, jika fase diam yang digunakan polar maka fase gerak yang
sistem fase normal atau normal-phase (NP). Sebaliknya, bila fase diam
bersifat nonpolar dan fase gerak polar, maka sistem ini disebut sistem fase
c. Deteksi
berikut.
17
Reagen Preparasi
- Melarutkan 0,2-1 g alumunium klorida dalam 100 mL
etanol
AlCl3
- Melarutkan 20 g alumunium klorida dalam 100 mL
etanol
Uap amonia Larutan amonia (25%)
Anilin-difenilamin- Asam fosfat 85% - asam asetat – anilin – difenilamin (20
asam fosfat mL + 100 mL + 5 mL + 5 g)
5. Spektrofotometri
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom pada suatu zat kimia. Teknik
persamaan Lambert-Beer:
biasanya adalah transmitans (T) = I/Io dan absorbansi (A), yang mana
18
diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
suatu senyawa yang diukur pada konsentrasi 1% b/v (1 g/100 mL) dengan
tertentu.
2007).
1 2 3
1. Flavonoid (2-fenilbenzopiran)
2. Isoflavonoid (3-fenilbenzopiran)
3. Neoflavonoid (4-fenilbenzopiran)
Tiga grup ini biasanya berbagi prekursor umum khalkon dan berhubungan
kandungan kimia daun asam jawa dalam ekstrak etanol 70% dengan fraksi
Tabel III.
Tabel III. Kandungan kimia daun asam jawa dalam ekstrak etanol 70% fraksi
etil asetat dan n-butanol dengan HPTLC-UV.
Gambar 7. Struktur kimia rutin (Gambar diadopsi dari Nguyen dkk., 2013).
rutin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5%
serbuk hablur halus, berwarna kuning pucat sampai hijau kekuningan pucat,
tidak berbau atau berbau lemah khas dan tidak berasa. Senyawa ini
mendamar pada suhu antara 185oC dan 192oC dan mengurai pada suhu
antara 211oC dan 215oC. Rutin larut dalam 10.000 bagian air, 200 bagian air
panas, 650 bagian etanol (95%), 60 bagian etanol (95%) panas. Kelarutan
rutin yakni larut dalam metanol, isopropanol, gliserol, dan praktis tidak larut
F. Landasan Teori
Flavonoid yang terkandung dalam daun asam jawa berupa luteolin 7-O-
merupakan golongan flavon, karena dua pita yang memiliki karakteristik absorpsi
pada panjang gelombang 260-270 nm (pita II) dan 330-365 nm (pita I) (Escalona-
Arranz dkk., 2010). Berdasarkan strukturnya, flavonoid daun asam jawa dapat
dan disakarida, asam amino, protein dan mineral. Selain itu juga dapat melarutkan
lain, flavonoid diglikosida, dan tanin yang lebih larut dalam dietil eter, etil asetat
dan etanol. Pelarut etanol (semi-polar) yang digunakan untuk ekstraksi secara
maserasi dapat melarutkan flavonoid diglikosida dan tanin. Selain itu juga
fenol, alkaloid bebas, asam fenolat, flavonoid monoglikosida dan glikosida lain
(Pramono, 2013a).
larut dalam pelarut polar dan semi-polar, seperti air, etanol, dan etil asetat,
sedangkan isoorientin, orientin, dan vitexin dapat larut dalam pelarut semi-polar
dan non-polar seperti etanol dan n-butanol. Dalam hal ini, etanol lebih banyak
24
melarutkan senyawa flavonoid dalam daun asam jawa, namun tidak menutup
kemungkinan masih adanya pengotor seperti klorofil, resin, dan lipida. Pada
akuades atau air, pengotor yang ikut terlarut adalah protein, asam amino dan
resin dan lipida, sehingga pada fraksi tak larut n-heksan hanya tertinggal senyawa
flavonoid dengan kadar yang tinggi. Untuk ekstrak dekokta perlu difraksinasi
protein, asam amino, dan mineral dalam fraksi tak larut etanol.
G. Hipotesis
1. Metode ekstraksi yang lebih efektif untuk memperoleh kadar flavonoid total
paling tinggi dalam ekstrak daun asam jawa adalah secara maserasi.