Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BOTANI DAN

FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM V

(IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK DAN LILIN)

Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 3 Juli 2020

Kelas : A4A

Nama Pratikan : I Komang Aryawan

NIM : 19021015

Kelompok :3

Nama dosen jaga : I Putu Gede Adi Purwahita, S.Farm.,M.Farm.,Apt

Nama asisten jaga : Desak Putu Ayu Lodry Chandika

PRAKTIKUM BOTANI FARMASI DAN FARMAKOGNOSI

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL


2020

PRAKTIKUM V

IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN

I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui definisi dan penggolongan minyak lemak,
lemak, dan lilin.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan
lilin yang sering digunakan dalam bidang farmasi, baik secara
fisika maupunkimia.
3. Mahasiswa mampu melakukan uji kelarutan minyak lemak, lemak,
dan lilin dalam pelaruttertentu.
II. Dasar Teori
Lipid(minyak lemak, lemak dan lilin) adalah senyawa ester yang
terdiri dari asam lemak dan alkohol rantai panjang.Perbedaan diantaranya
adalah berada pada substansi tipe alkoholnya. Untuk minyak lemak dan
lemak merupakan kombinasi antara gliserol dan asam lemak. Pada lilin,
alkohol merupakan substansi terbesar dari penyusunnya, sehingga berat
molekulnya juga besar, contohnya adalah setil alkohol. (Anonim, 1989)
Minyak lemak dan lemak yang berasal dari tanaman diperoleh dari
sistem pemerasan (hydraulic pressed). Jika yang dilakukan adalah
pemerasan dingin maka minyak yang dihasilkan disebut dengan virgin oil,
namun apabila sistem pemerasannya adalah pemerasan panas maka
minyak yang dihasilkan disebut dengan hot pressed oil. Seringkali pelarut
organik yang digunakan untuk proses ekstraksi minyak tersebut. Minyak
yang berasal dari lemak hewan dipisahkan dari jaringan hewan dengan
sistem pemanasan dengan atau tanpa tekanan. Panas akan membuat lemak
menjadi leleh, sehingga lemak yang leleh tersebut akan naik ke permukaan
dan kemudian siap disaring dengan proses dekantasi untuk mendapatkan
minyak (Anonim, 1989)
Rumus umun dari minyak lemak dan lemak adalah:
CH2-O-CO-R
CH-O-CO-R’
CH2-O-CO-R”
Jika R, R’ dan R” adalah komponen radikal dari asam lemaknya. Jika
ketiganya sama, misalnya asam oleat maka komponennya disebut triolein,
jika ketiganya adalah asam oleat maka disebut tripalitin, dan jika ketiganya
adalah asam stearat maka disebut tristearin, begitu seterusnya.(Anonim,
1989)
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan
dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering
kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai
tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi
sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening
(mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan margarin. Di samping itu,
penambahan lemak juga dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta
memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan., seperti pada kembang
gula, penambahan shortening pada pembuatan kue-kue, dan lain-lain.
(Riawan, 1990).
Lemak yang ditambahkan kedalam bahan pangan, atau dijadikan
bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai
bahan pangan seperti daging, ikan, telur, susu, alpukat, kacang tanah, dan
beberapa jenis sayuran mengandung lemak atau minyak yang biasanya
termakan bersama bahan tersebut. Lemak dan minyak tersebut dikenal
sebagai lemak tersembunyi (invisibke fat). Sedangkan lemak dan minyak
yang telahdiekstraksi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan dikenal
sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (visible fat). (Riawan,
1990).
Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolestrol,
sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak
mengandung asam lemak tak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair.
Lemak hewani ada yang berbentuk padat (lemak) yang biasanya berasal
dari lemak hewan darat seperti lemak susu, lemak babi, lemak sapi. Lemak
hewan laut seperti minyak ikan paus, minyak ikan cod, minyak ikan
herring berbentuk cair dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :
a) Drying oil yang akan yang akan membentuk lapisan keras bila
mengering di udara, misalnya minyak yang dapat digunakan untuk cat
dan pernis.
b) Semi drying oil seperti minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak
bunga matahari.
c) Non drying oil, misalnya minyak kelapa dan minyak kacang tanah.
(Riawan, 1990).
Lipid adalah suatu kelompok senyawa yang berhubungan dengan
asam- asam lemak serta memiliki sifat yang tidak larut dalam pelarut
nonplar seperti ester, kloroform dan benzen. Jadi lipid mencakup lemak,
minyak lilin, steroid dan senyawa yang sejenis. Lipid merupakan salah
satu komponen makanan yanng terpenting yaitu sebagai sumber energi
menghasilkan 9 kalori pergram lemak, bahan isolasi dan pelindung dan
terdapat pada keliling organ- organ tertentu misalnya jaringan syaraf.
(Riawan, 1990).
Lipid (Yunani, lipos = lemak) adalah segolongan besar senyawa
tak larut air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut
organik seperti eter dan kloroform. Sifat inilah yang membedakannya
dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakkan molekul hayati
lainnya (Wibrahma & Matta, 1992 ). Disamping sebagai bahan isolasi
dan pelindung, lipid mengandung vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak seperti A, D, E, K, mengandung asam-asam lemak esensial dan
sebagaimana komponen pembentuk membran sel juga sebagai pembentuk
hormon (steroid).(Riawan, 1990).
Lemak dan minyak merupakan trigliserida atau triester gliserol.
Lemak dan minyak mempunyai struktur dasar yang sama biasanya
dibedakan berdasarkan titik lelehnya. Titik leleh tersebut tergantung pada
panjangnya rantai hidrokarbon dan adanya ikatan rangkap antara atom
karbon asam lemak penyusunnya. Minyak kaya akan asam lemak tak
jenuh sehingga berbentuk cair sedangkan lemak berbentuk padat pada
suhu kamar. Lemak umumnya berasal dari hewan sedangkan minyak
umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak jagung, minyak zaitun,
minyak wijen dan lain-lain. (Fessenden & Fessenden, 1986).
Sifat-sifat kimia dari minyak dan lemak antara lain: reaksi adisi,
reaksi oksidasi dan hidrolisis.
 Reaksi adisi lemak dan minyak terjadi pada senyawa yang
mengandung ikatan tak jenuh seperti halnya pada alkena dan
alkuna dimana pada minyak dan lemak mengandung asam-asam
tak jenuh seperti palmitoleat, asam oleat, linoleat, dan asam
linolenat.
 Asam-asam lemak tak jenuh yang terikat pada molekul trigliserida
dari minyak cair dapat mengadisi hidrogen sehingga ikatannya
menjadi jenuh. Oleh karena itu reaksi adisi hidrogen ini
digunakan untuk memadatkan minyak dalam pengolahan bahan
makanan.
 Reaksi adisi dengan iodium dan brom yang digunakan untuk
menentukan derajat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap dua)
dari suatu minyak atau lemak. Hal ini dikarenakan karena
kelarutan iodium dan brom dalam alkohol yang berwarna cokelat
muda diadisi asam lemak tak jenuh sehingga warnanya akan
hilang.
 Oksidasi minyak dan lemak akan menimbulkan bau dan rasa tidak
enak yang disebut bau tengik.
(Fessenden & Fessenden, 1986).
Pada tanaman, lilin terdapat pada dinding luar lapisan epidermis,
biasanya pada buah dan daun. Lilin memiliki komposisi yang berbeda
dengan minyak lemak atau lemak. Lilin adalah bentuk ester dari asam
lemak dan alkohol. Dalam reaksi saponifikasi, lilin perlu diperlakukan
dengan alkohol agar memberikan reaksi yang positif. (Anonim,2020
Lilin (wax) adalah ester asam lemak dengan monohidroksi alcohol
yang mempunyai rantai karbon panjang antara 14 sampai 34 atom
karbon. Lilin dapat diperoleh antara lain dari lebah madu dan dari ikan
paus atau lumba-lumba. Lilin dikeluarkan oleh lebah untuk membentuk
sarang tempat penyimpanan madu. Asam lemak tak jenuh adalah asam
lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di
identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus
sehingga terbentuk asam lemak jenuh.(Salirawati et al,2007)
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Kertas Saring 7. Penangas Es
2. Pipet Tetes 8. Penangas air
3. Tabung Reaksi 9. Gelas obyek
4. Gelas Ukur 10. Mortir dan stamper
5. Gelas Arloji 11. Termometer
6. Lampu spiritus
Bahan
1. Minyak Lemak : minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak
lini, minyak wijen, minyak jagung, dan minyak kayuputih
2. Biji-bijian yang mengandung lemak : biji kemiri dan kacangtanah
3. Petroleumeter
4. Eter
5. Kloroform
6. Etanol 95%
7. Air
8. Sabun
9. MinyakParafin
IV. Cara Kerja
1. Uji NodaLemak
Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini,
minyak wijen, minyak kelapa jagung, minyak kedelai, minyak
kelapa sawit) diteteskan pada kertas saring, kemudian biarkan
mengering. Lakukan pengamatan noda lemak yang jernih atau
transparan!
Untuk bahan nabati, yaitu kacang tanah dan biji kemiri,
dilakukan penyarian biji (±200 mg) dengan eter (1 mL). Sari eter
diteteskan pada kertas saring. Lakukan pengamatan noda lemak
yang jernih. Pilihlah biji yang kering dan sari eter yang jernih.
2. UjiKelarutan
Ambil satu tetes minyak (minyak kelapa, minyak zaitun,
minyak lini, minyak wijen, minyak kelapa sawit, minyak kedelai,
minyak kelapa sawit) dan tambahkan salah satu pelarut (eter,
petroleum eter, kloroform, etanol 95%) bertetes-tetes sampai tepat
larut. Dicatat jumlah tetes pelarut yang digunakan!
3. Penetapan JarakBeku
Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini,
minyak wijen, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak
kelapa sawit) sebanyak 2 ml didinginkan pelan- pelan dalam
penangas es. Amati suhunya mulai terjadi kekeruhan sampai
membeku.
4. Penetapan JarakLebur
Lemak padat (oleum cacao, cera alba, setaceum, adeps
lanae) dipanaskan hati-hati (usahakan kenaikan suhu 20C/menit)
dalam penangas air. Dicatat suhu dimana lemak mulai meleleh
sampai meleleh sempurna.

V. Hasil Pengamatan
VI. Pembahasan
1. Minyak Ikan (Oleum Iecoris)
Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak ikan adalah cairan; kuning pucat; bau
khas, agak manis, tidak tengik; rasa khas. Minyak ikan memiliki
kelarutan dimana sukar larut dalam etanol (95%) P ; mudah larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
(Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : tidak meninggalkan noda lemak,
transparan, bau khas, warna kuning bening.
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 9 tetes eter
• Pelarut kloroform : minyaklarut dalam 15 tetes
kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut dalam 15
tetes etanol 95%
2. Minyak Kayu Manis ( Oleum Cinnamomi)
Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak kayu manis adalah cairan; suling segar
berwarna kuning; baud an rasa khas. Jika disimpan dapat menjadi
coklat kemerahan Minyak kayu manis memiliki kelarutan dalam
etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%) P; opalesensi larutan
yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke
dalam campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air..
(Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : tidak meninggalkan noda lemak,
bau khas aromatik, bening, warna kuning.
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 15 tetes
eter
• Pelarut kloroform : minyak larut dalam 17
tetes kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut
dalam 15 tetes etanol 95%
3. Minyak Kayu Putih (Oleum Cajuputih)
Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak kayu putih memiliki bentuk cairan; tidak
berwarna, kuning atau hijau; bau khas, aromatic; rasa pahit.
Minyak kayu putih memiliki kelarutan larut dalam 2 bagian etanol
(80%) P, jika disimpan lama kelarutan berkurang; mudah larut
dalam etanol (90%) P.(Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : bau khas aromatik, transparan,
stelah di uji noda warna minyak atsiri jadi tidak bisa
terlihat ada noda lemak atau tidak.
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 10 tetes
eter
• Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5
tetes kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut
dalam 20 tetes etanol 95%
4. Minyak Adas (Oleum Foenicuali)
Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak adas memiliki bentuk cairan; tidak
berwarna atau kuning pucat; bau dan rasa khas; menyerupai
buahnya. Minyak adas memiliki kelarutan larut dalam 1 bagian
etanol (95%) P. (Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : warna minyak adas bening, bau
khas, setelah diuji noda warna transparan.
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 10 tetes
eter
• Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5
tetes kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut
dalam 10 tetes etanol 95%

5. Minyak Wijen (Oleum Sesami)


Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak wijen memiliki bentuk cair, berwarna
kuning pucat, bau yang lemah, rasa yang tawar dan titik beku pada
suhu 0º. Minyak wijen memiliki kelarutan dimana sukar larut
dalam etanol 95% P; mudah larut dalam kloroform P, mudah larut
dalam eter P dan dalam minyak tanah P. (Depkes, RI.1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : setelah di uji noda minyak wijen
dikertas saring transparan dan terlihat ada noda
lemak, bau khas, warna minyak kuning.
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 10 tetes
eter
• Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5
tetes kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut
dalam 10 tetes etanol 95%
6. Minyak Kelapa (Oleum Cocos)
Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak kelapa memiliki bentuk cairan; jernih;
tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas, tidak tengik. Minyak
kelapa memiliki kelarutan larut dalam 2 bagian etanol (95%)P pada
suhu 60º; sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P
(Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : minyak kelapa warna bening, tapi
setelah diuji menjadi transparan tidak terlihat noda
lemak.
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 25 tetes
eter
• Pelarut kloroform : minyak larut dalam 20
tetes kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut
dalam 10 tetes etanol 95%
7. Minyak Cengkeh (Oleum Caryophyli)
Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak cengkeh memiliki bentuk cairan suling
segar tidak berwarna atau kuning pucat; membias cahaya dengan
kuat, baud an rasa seperti cengkeh. Jika disimpan atau kena cahaya
menjadi gelap. Minyak cengkeh memiliki kelarutan yang larut
dalam 2 bagian volume etanol (70%) p; dapat bercampur dengan
etanol (90%) P dan eter P. (Depkes, RI. 1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : bau khas aromatik, transparan,
meninggalkan noda bekas
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 5 tetes eter
• Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5
tetes kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut
dalam 16 tetes etanol 95%
8. Minyak Permen (Oleum Menthae Piperitae)
Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak permen memiliki bentuk cairan, tidak
berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau aromatik, rasa
pedas dan hangat, kemudian dingin. Minyak permen memiliki
kelarutan dalam etanol larut dalam 4 bagian volume etanol (70%) P
opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan
yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perat nitrat 0,1 N pada
campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air (Depkes, RI.
1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : bau khas aromatik, transparan,
tidak meninggalkan noda bekas
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 5 tetes eter
• Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5
tetes kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut
dalam 5 tetes etanol 95%

9. Minyak Adas Manis (Oleum Anisi)


Uji noda merupakan indentifikasi umum minyak atsiri yang
dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada kerta saring.
Kertas saring yang tidak meninggalkan noda (menguap)
menandakan bahwa sampel yang didapat benar minyak atsiri.
Sedangkan pada kertas saring terdapat bercak noda menandakan
minyak berasal dari lemak atau adsorben. (Faisal, 2006)
Pemerian minyak adas manis memiliki bentuk cairan; tidak
berwarna artau warna kuning pucat; bau menyerupai buahnya rasa
manis dan aromatik, menghablur jika didinginkan. Minyak Adas
Manis memiliki kelarutan dalam etanol larut dalam 3 bagian
volume etanol (95%)P; larutan menunjukkan opalesensi tidak lebih
kuat dari opalesensi yang terjadi jika 0,5 ml perak nitrat 0,1 N
ditambahkan pada campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50
ml air (Depkes, RI.1979)
Hasil pengamatan :
 Uji noda lemak : bau khas aromatik, transparan,
tidak meninggalkan noda bekas
 Uji kelarutan :
• Pelarut eter : minyak larut dalam 10 tetes
eter
• Pelarut kloroform : minyak larut dalam 5
tetes kloroform
• Pelarut etanol 95% : minyak tidak larut
dalam 5 tetes etanol 95%
VII. Kesimpulan
Lipid(minyak lemak, lemak dan lilin) adalah senyawa ester yang
terdiri dari asam lemak dan alkohol rantai panjang. Perbedaan diantaranya
adalah berada pada substansi tipe alkoholnya. Untuk minyak lemak dan
lemak merupakan kombinasi antara gliserol dan asam lemak. Pada lilin,
alkohol merupakan substansi terbesar dari penyusunnya, sehingga berat
molekulnya juga besar, contohnya adalah setil alkohol. Minyak lemak dan
lemak yang berasal dari tanaman diperoleh dari sistem pemerasan. Lilin
(wax) adalah ester dari rantai panjang gugus alkohol dan asam lemak.
Daftar Pustaka

Anonim, 1989. Materia Medika Indonesia Jilid I-V, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.
Anonim.2020.Modul Pratikum Botani Dan Farmasi. Universitas Bali
Internasional, Denpasar

Depkes, RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Faisal, R. 2006. Jurnal Permata Indonesia. Pengaruh Jenis Adsorben Dalam


Proses Etieurasi Minyak Atsiri Daun Kemangi. Poltekes Permata
Indonesia

Fessenden, R. J & Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik 2. Erlangga.

Riawan. 1990. Kimia Organik. Bina Rupa Aksara. Jakarta

Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasind

Anda mungkin juga menyukai