Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PERCOBAAN IV
UJI ANTIPIRETIK

Dosen Penanggung Jawab : 1. Adi Yugatama S.Farm., M.Sc., Apt.


2. Heru Sasongko S.Farm., M.Sc., Apt.
Asisten Praktikum : 1. Anita Maharani (M0617006)
2. Natasyha Advaita (M0616037)
Disusun Oleh
Nama : Eka Luthfiana K. N. H. (M0618014)
Tanggal Praktikum : Kamis, 30 April 2020

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PERCOBAAN IV

UJI ANTIPIRETIK

I. TUJUAN

Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menganalisis efek


antipiretik dari paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat dengan
hewan uji tikus.

II. DASAR TEORI

Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas 36° C yang


disebabkan oleh faktor infeksi atau faktor non infeksi. Demam merupakan
hal yang sering terjadi pada manusia dan merupakan indikator bahawa
tubuh sedang melakukan perlawan terhadap zat-zat berbahaya. Suhu
tubuh dalam kondisi normal jika berada dalam suhu 36.5° C – 37.2°C dan
dikatakan demam jika suhu di atas diatas 37.2° C (Wafiyah dkk., 2017).
Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai
bagian tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu
oral/mulut diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas
38,0°C, suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan
demam tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu
diatas 41,1°C (Bahren dkk., 2014).
Demam terjadi karena infeksi yang dihasilkan oleh generasi
pirogen. Termasuk IL, TNF-α, interferon, yang menginduksi produksi
PGE 2 di hipotalamus dan titik setel suhunya. Pyrexia atau demam
disebabkan sebagai dampak sekunder dari peradangan (Sengar dkk.,
2015).
Mengatasi demam, dapat digunakan obat-obat yang dapat menekan
suhu tubuh pada keadaan demam atau disebut antipiretik, antifebrile,
antithermic, dan febrifugal (Gunawan dkk., 2007). Antipiretik digunakan
untuk membantu mengembalikan suhu set poin ke kondisi normal dengan
cara menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2 yang distimulasi
oleh pirogen endogen pada hipotalamus (Sweetman, 2009). Beberapa obat
yang termasuk dalam golongan ini adalah Acetaminophen, Ibuprofen dan
aspirin. Acetaminophen atau paracetamol (N-acetyl-para-aminophenol
atau APAP) adalah jenis obat-obatan golongan antipiretik yang paling luas
digunakan di seluruh dunia. Ibuprofen merupakan golongan antipiretik
kedua terluas digunakan setelah acetaminophen. Sekarang tersedia
beberapa obat yang beredar di pasar dengan dua kombinasi obat-obatan
tersebut (Jurnalis dkk., 2015).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Beaker glass 2 buah
2. Batang pengaduk 1 buah
3. Spuit oral (sonde) 1 buah
4. Spuit injeksi 1 buah
5. Stopwatch 1 buah
6. Termometer badan 1 buah
7. Timbangan 1 buah
8. Toples 1 buah
9. Bak tikus 1 buah
B. Bahan
1. Aquadest qs
2. Ragi tape 10g
3. Parasetamol 9 mg/200gramBBtikus
4. Ibuprofen 7.2 mg/200gBBtikus
5. Asam mefenamat 9 mg/200gramBBtikus
6. Hewan uji tikus jantan 3 ekor
7. NaCl 0,9 % 50mL
8. CMC- Na 1g
IV. CARA KERJA

16 ekor tikus

- Diberi tanda pada ekor dengan spidol


- Ditimbang
- Dii ukur suhu rektal awal
- Diberi
1,0 ml/100gram BB tikus
Larutan ragi tape 20%
secara intramuskular

- Diukur suhu tubuh tikus


- Ditunggu 4 jam setelah
induksi ragi
- Diberi

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV


Diberi Diberi Asam
Diberi CMC-Na Paracetamol (4,5 Diberi Ibuprofen mefenamat (4,5
1% (control mg/100 gramBB (3,6 mg/100 mg/100 gramBB
negatif) tikus) gramBB tikus) tikus)
Secara p.o Secara p.o Secara p.o Secara p.o

- Diukur suhu rektal pada menit

Menit ke 30, 60, 90,


dan 120

- Di peroleh

Hasil pengamatan
V. HASIL
Tabel 5.1. Dosis
Dosis Konsentrasi Volume
Berat Tikus
Kelompok Perlakuan Replikasi (Tikus) (mg/100 Larutan Uji Pemberian
(gram)
mgBB) (mg/mL) Larutan Uji (ml)
1 103
2 102
Negatif
3 105
4 109
1 110 1,375
2 108 1,35
Paracetamol 4,5 3,6
3 103 1,278
4 105 1,312
1 109 1,703
2 111 1,387
Ibuprofen 3,6 2,88
3 108 1,35
4 105 1,64
1 106 1,325
2 108 1,35
Asam Mefenamat 4,5 3,6
3 104 1,3
4 110 1,375

Tabel 5.2. Hasil suhu

Kelompok T awal T setelah T mencit pada menit ke-


Replikasi
Perlakuan (oC) 4 jam T-30 T-60 T-90 T-120
1 36.0 37.8 38.3 38.1 38.4 38.5
2 36.5 38.0 38.0 38.2 38.4 38.7
Negatif 3 36.7 38.4 38.5 38.7 38.8 39.0
4 36.8 38.4 38.4 38.2 38.4 38.2
Rata-rata 36.5 38.15 38.3 38.3 38.5 38.6
1 35.8 37.0 37.6 37.4 36.8 36.5
2 36.2 37.1 37.5 37.1 36.8 37.2
Parasetamol 3 35.0 37.4 37.4 37.6 37.1 37.1
4 35.7 37.7 37.5 37.1 37.3 36.4
Rata-rata 35.67 37.3 37.5 37.3 37 36.8
1 35.3 37.5 37.0 37.3 37.0 36.5
2 35.3 36.7 37.3 37.2 36.9 37.0
Ibuprofen 3 35.6 37.1 37.3 36.8 36.9 36.6
4 35.8 37.3 37.2 36.7 36.8 37.0
Rata-rata 35.5 37.15 37.2 37 38.92
36,9 36.77
369
1 36.5 38.5 38.0 38.2 38.2 37.6
2 36.0 37.7 38.2 38.5 37.7 37.7
Asam 3
3 36.4 37.9 38.2 38.0 37.9 38.0
Mefenamat
4 36.3 37.9 38.0 38.1 38.2 37.5
Rata-rata 36.3 38 38.1 38.2 38 37.7
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini melakukan pengujian antipiretik pada hewan uji.
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah menganalisis efek antipiretik dari
paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat dengan hewan uji tikus. Hewan
uji yang digunakan adalah tikus jantan galur wistar dengan berat badan 100-
120 mg berusia sekitar 8 minggu. Pemilihan tikus jantan dengan alasan
karena ia tidak mengalami siklus hormonal seperti mencit betina. Menurut
Srinivasan dan Ramaro (2007), tikus jantan galur Wistar mudah diperoleh,
mudah dalam perawatannya, serta memiliki kemampuan metabolik yang
cepat. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam penelitian eksperimental yang
bersangkutan dengan metabolisme tubuh. Pengujian antipiretik didasarkan
atas demam yang dibuat pada tikus uji.
Demam merupakan keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh di atas
suhu tubuh normal. Demam dapat disebabkan karena terjadinya gangguan
pada pusat pengaturan suhu di hipotalamus akibat adanya pirogen, virus, dan
lainnya. Singkatnya adalah demam terjadi karena jumlah pirogen yang
berlebih. Suhu tubuh normal pada umunya adalah 37°C. Dapat dikatakan
demam apabila terjadi kenaikan suhu sebesar 1,5°C. Kisaran suhu tubuh yang
dapat diterima di seluruh dunia untuk demam, yaitu pada suhu rectal diatas
38°C, sedangkan suhu oral diatas 37,5°C.
Mekanisme terjadinya demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit, makrofag, dan limfosi. Seluruh sel kemudian
mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan IL-1 ke dalam pirogen
endogen. IL-1 saat di hipotalamus akan meningkatkan suhu tubuh dengan
cara menginduksi pembentukan prostaglandin E2 dan selanjutnya
menyebabkan hipotalamus membangkitkan reaksi demam. Demam dapat
diatasi dengan golongan obat antipiretik atau penurun panas. Antipiretik
dapat menurunkan suhu demam melalui mekanisme penghambatan enzim
COX-2 di susunan saraf pusat sehingga mencegah konversi asam arakidonat
menjadi prostaglandin yang merupakan mediator demam. Antipiretik yang
sering digunakan oleh masyarakat diantaranya parasetamol, ibuprofen, dan
aspirin (Jurnalis dkk., 2015).
Pada percobaan ini, tikus diberi perlakuan kontrol negatif
menggunakan larutan CMC-Na dan kontrol positif dengan obat antipiretik,
yaitu parasetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat. Kontrol negatif dengan
larutan CMC-Na adalah sebagai pembanding efek yang diperoleh dari kontrol
positif. Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik dan analgesik. Ibuprofen berkhasiat analgesik dan antipiretik
melalui penurunkan panas dengan jalan vasodilatasi. Sedangkan asam
mefenamat diindikasikan untuk pengobatan arthritis rheumatoid,
osteoarthritis, dismenore, analgesik, antiinflmasi, dan antipiretik.
Tikus dikelompokan menjadi empat kelompok dengan masing-masing
tikus mendapat perlakuan yang berbeda. Sebelum melakukan percobaan ini
hendaknya ekor tikus diberi tanda untuk mengetahui perbedaannya.
Pengecekan suhu mula-mula pada tikus adalah melalui rektal dengan
termometer rektal. Suhu dicek terlebih dahulu untuk mengetahui suhu awal
tikus sebelum diberi induktor demam yang dapat menyebabkan kenaikan
suhu. Induktor demam yang digunakan pada percobaan ini adalah ragi. Ragi
(Saccharomyces cereviceae) sebagai agen penginduksi memiliki molekul
yang besar. Saat diinjeksikan secara subkutan pada tikus, molekul ragi yang
besar ini dapat memicu proses pertahanan tubuh terhadap molekul asing.
Sistem imun merespon ragi sebagai pirogen eksogen yang kemudian memicu
demam. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai induktor demam, yaitu
lipopolisakarida, yeast (ragi), dan pepton. Ragi 20% kemudian diinjeksikan
pada tikus secara intramuskular dengan volume menyesuaikan massa tubuh
tikus. Tikus yang telah diinduksi ragi didiamkan selama 4 jam agar ragi dapat
bekerja dalam meningkatkan suhu tubuh tikus menjadi demam. Tikus dapat
dikatakan demam apabila terjadi kenaikan suhu sebesar 1,5°C.
Masing-masing kelompok tikus diamati kenaikan suhu yang terjadi
kemudian diberikan larutan CMC-Na 1%, paracetamol, ibuprofen, dan asam
mefenamat secara peroral. Dilakukan pengecekan suhu tikus pada menit ke-
30, 60, 90, dan 120 untuk mengetahui efek penurunan suhu akibat pemberian
kontrol negatif dan kontrol positif. Berdasarkan data hasil percobaan
diperoleh pada kelompok pertama, tikus mengalami rata-rata kenaikan suhu
dari 36,15 menjadi 38,15 maka tikus dapat dikatakan demam. Kelompok
pertama yang diberi suspensi CMC-Na 1% hasilnya pada tikus mengalami
rata-rata kenaikan suhu dengan akhir suhu pada menit ke-120 sebesar 38,6.
Artinya larutan CMC-Na tidak memiliki efek antipiretik.
Kelompok kedua, tikus mula-mula memiliki suhu rata-rata 35,67
menjadi 37,3. Pada kelompok ini tikus diberi antipiretik parasetamol
mengalami kenaikan suhu rata-rata pada menit ke-30 menjadi 37,5. Kenaikan
suhu ini disebabkan oleh obat yang belum mencapai onset dimana onset
parasetamol secara peroral adalah 30 menit dengan durasi antara 6-8 jam
Namun, pada menit-menit selanjutnya mengalami penurunan suhu rata-rata
dan berakhir menjadi 36,8 pada menit ke-120.
Kelompok ketiga tikus memiliki suhu awal rata-rata 35,5 kemudian
diinjeksi ragi menjadi 37,15. Kelompok ini tikus diberi kontrol postif yaitu
antipiretik ibuprofen. Hasilnya tikus mengalami penuruan suhu secara
konstan. Secara berturut-turut suhu rata-rata tikus pada menit ke-30, 60, 90,
dan 120 yaitu 37,2; 37; 36,9; dan 36,67. Meskipun pada menit ke-30 menit
mengalami kenaikan dari suhu rata-rata sebelumnya, hal ini disebabkan
ibuprofen belum mencapai onset. Onset ibuprofen sekitar 30 menit dengan
durasi berkisar antara 6-8 jam.
Uji pada kelompok terakhir, tikus diberikan kontrol positif asam
mefenamat. Mula-mula suhu rata-rata tikus yaitu 36,3 dan setelah diinduksi
ragi menjadi 38. Pada menit awal setelah pemberian asam mefenamat terjadi
rata-rata kenaikan suhu menjadi 38,1 pada menit ke-30 dan 38,2 pada menit
ke-60. Namun, mengalami penurunan suhu rata-rata berakhir menjadi 37,7
pada menit ke-120.
Data yang diperoleh uji secara statistika menggunakan SPSS dengan
untuk melihat bahwa variabel numerik pada peercobaan ini berdistribusi
normal (p>0,05), sehingga dilanjutkan dengan uji ANOVA. Berdasarkan
hasil uji normalitas pada masing-masing kelompok menunjukan pada
kelompok negatif menunjukan hasil yang tidak normal dimana pada shapiro-
wilk sebesar 0,045 (p<0,05) artinya kelompok negatif tidak terdistribusi
normal pada suhu tiap waktunya. Sedangkan pada kelompok parasetamol,
ibuprofen, dan asam mefenamat terdistribusi normal karena menunjukan
p>0,05. Selanjutnya pada uji ANOVA dapat dilihat bahwa p value diperoleh
0,012 (p<0,05), menunjukan bahwa terjadi penurunan suhu yang berbeda
secara bermakna hingga menit ke-120. Menurut grafik hasil uji, dapat dilihat
bahwa obat yang memberikan efek antipiretik terbaik adalah Ibuprofen.
Sedangkan obat asam mefenamat tidak memiliki efek antipiretik yang cukup
baik, dibuktikan dengan grafik yang tetap berada diatas dan tidak terjadi
penurunan suhu yang signifikan.

VII. PERTANYAAN
 Apa fungsi dari ragi tape?
Ragi digunakan sebagai penginduksi demam. Karena percobaan ini adalah
uji antipiretik maka perlu untuk membuat hewan uji dalam kondisi demam
terlebih dahulu.

 Kenapa pakai tikus jantan?


Karena tikus jantan tidak mengalami siklus hormonal seperti mencit
betina. Namun kembali lagi, untuk penentuan hewan tetap menyesuaikan
dengan kebutuhan penelitian

 Berapa konsentrasi larutan stock yang dibuat untuk masing-masing bahan

1. Paracetamol

Dosis: 4,5 mg x 2= 9 mg /200g BB tikus

9 mg: 2,5 ml = 3,6 mg/ml

3,6 mg/ml = 0.36 g/ 100ml = 0,36%


2. Ibuprofen

= 3,6 mg/100gBBtikus x 2 = 7,2 mg/200gBBtikus

=7,2mg : 2,5mL = 2,88 mg/mL

2,88mg/mL : 1000 x 100% = 0,288%

3. Asam mefenamat

4,5 x 2/ 2,5 = 3.6 mg/ml

3.6/ml : 1000 x 100% = 0.36%

 Berapa mL volume pemberian pada percobaan ini?


Volume pemberian 1/2 volume maksimal tikus yaitu 2,5 mL untuk 200g
berat tikus, untuk tikus yang tidak seberat 200g bisa disesuaikan.

 Bagaimana cara membuat larutan dengan konsentrasi larutan stock


tersebut, untuk bahan

1. Pct : 0.36 g ad 100ml aquadest

2. Ibuprofen: 0.288 g ad 100ml Aquadest

3. Asmef: 0,36g ad 100 ml aquadest

 Kenapa sebelum hewan uji diinduksi dengan ragi perlu dilakukan


pengukuran suhu terlebih dahulu ?
Untuk memastikan adanya peningkatan suhu untuk dapat dikategorikan
demam. dikatakan demam jika terjadi peningkatan suhu lebih dari 1,5°C
suhu tubuh normal.
 Apa tujuan hewan uji didiamkan terlebih dahulu selama 4 jam sebelum
diberikan perlakuan ?
Memberikan waktu ragi dapat menginduksi demam

 Bagaimana mekanisme kerja ragi dapat menimbulkan demam ?


Ragi merupakan induksi demam yang disebut dengan demam pirogen
karena meningkatkan produksi prostaglandin (PGE2) yang merupakan
pengatur termoregulator pada suhu yang lebih tinggi.

 Bagaimana cara pemberian induksi ragi pada hewan uji ?


Injeksi intramuskular, yaittu dengan menyuntikkan ke otot bagian paha
dengan kemiringan 45°C

 Jelaskan mengenai onset dan durasi!


Onset adalag waktu dimulainya suatu obat dapat bekerja hingga
memberikan efek terapi. Sedangkan durasi adalah lama obat dapat
memberikan efek terapi.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa, antipiretik merupakan obat dalam menurunkan suhu tubuh saat
demam. Hasil yang diperoleh ialah ibuprofen memiliki aktivitas terbesar
sebagai antipiretik, kemudian disusul paracetamol yang merupakan
antipiretik dan analgetik, dan asam mefenamat paling rendah dalam
memberikan efek antipiretik.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Bahren, D.R., Hafid, D., Hakim, D.S., Andriyani, D., dr.Kartika, Muhammad, R.
F. S., 2014. Majalah Kesehatan Muslim: Menjaga Kesehatan di Musim
Hujan. Yogyakarta: Pustaka Muslim.
Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Univesitas Indonesia.
Jurnalis, Y.D., Sayoeti, Y., dan Moriska, M., 2015. Kelainan hati akibat
penggunaan antipiretik. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3): 978-987.
Sengar, N., Joshi, A., Prasad, S.K. dan Hemalatha, S., 2015. Anti-
inflammatory, analgesic and anti-pyretic activities of standardized root
extract of Jasminum sambac. Journal of ethnopharmacology, 160,
pp.140-148
Srinivasan dan Ramarao. 2007. Animal Models In Type 2 Diabetes Research:An
Overview. Indian J Med, Res 125: 451-472.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Reference. London:
The Pharmaceutical Press.
Wafiyah, F., Hidayat, N. dan Perdana, R.S., 2017. Implementasi algoritma
Modified K-Nearest Neighbor (MKNN) untuk klasifikasi penyakit
demam. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu
Komputer e-ISSN, 2548, 1(10): 1210-1219.

X. LAMPIRAN
1. Perhitungan
2. Hasil uji statistika
3. Grafik
4. Abstrak jurnal

Mengetahui, Surakarta, 04 Mei 2020


Asisten praktikum, Praktikan,

( Anita Maharani ) ( Eka Luthfiana K. N. H. )


LAMPIRAN

1. Perhitungan

 Paracetamol 500 mg
Konversi dosis: 500 mg x 0,018 = 9 mg/200gramBBtikus
100 gram
Untuk tikus dengan berat 100 gram: x9mg  4.5mg / 100 grBBtikus
200 gram
100 gr
x2.5mL  1.25mL
Volume pemberian: 200 gr
4.5mg
Konsentrasi larutan uji:  3.6mg / mL
1.25mL
#110 gr #103 gr
110 gr 4.5mg 103gr 4.5mg
x  1.375mL x  1.287mL
100 gr 3.6mg / mL 100 gr 3.6mg / mL

#108 gr #105 gr
108 gr 4.5mg 105 gr 4.5mg
x  1.35mL x  1.312mL
100 gr 3.6mg / mL 100 gr 3.6mg / mL

 Ibuprofen 400 mg
Konversi dosis: 400 mg x 0.018 = 7.2 mg/200gBBtikus
100 gr
Untuk tikus dengan berat 100 gr: x7.2mg  3.6mg / 100 grBBtikus
200 gr
100 gr
x2.5mL  1.25mL
Volume pemberian: 200 gr
3.6mg
 2.88mg / mL
Konsentrasi larutan uji: 1. 25mL

#109 gr #108 gr
109 gr 4.5mg 108 gr 4.5mg
x  1.703mL x  1.35mL
100 gr 2.88mg / mL 100 gr 2.88mg / mL

#105 gr
#111 gr 105 gr 4.5mg
x  1.64mL
111gr 4.5mg 100 gr 2.88mg / mL
x  1.387mL
100 gr 2.88mg / mL
 Asam Mefenamat
Konversi dosis: 500 mg x 0,018 = 9 mg/200gramBBtikus
100 gram
Untuk tikus dengan berat 100 gram: x9mg  4.5mg / 100 grBBtikus
200 gram
100 gr
x2.5mL  1.25mL
Volume pemberian: 200 gr
4.5mg
Konsentrasi larutan uji:  3.6mg / mL
1.25mL
#106 gr #104 gr
106 gr 4.5mg 104 gr 4.5mg
x  1.325mL x  1.3mL
100 gr 3.6mg / mL 100 gr 3.6mg / mL

#108 gr #110 gr
108 gr 4.5mg 110 gr 4.5mg
x  1.35mL x  1.375mL
100 gr 3.6mg / mL 100 gr 3.6mg / mL
2. Uji statistika (SPSS)
3. Grafik
4. Abstrak Junal

Anda mungkin juga menyukai