Oleh :
2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem saraf pusat (SSP) berfungsi sebagai pusat pengaturan informasi,
yaitu menerima, memproses, menginterpretasikan, dan menyimpan informasi
sensoris dan mengirimkan respon berupa aktivitas motorik. Obat stimulansia SSP
merupakan obat-obatan yang berfungsi merangsang kerjanya sistem saraf pusat
sehingga terjadi peningkatan aktivitas motorik dan kesadaran. Penggunaan
stimulansia SSP dapat menyebabkan individu menjadi hiperaktif, agresif, denyut
jantung menjadi cepat, dan mudah tersinggung. Stimulan dipakai dalam terapi
untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, menjadi penawar rasa lelah, di
dalam situasi yang menyulitkan tidur (misalnya saat otot-otot bekerja), untuk
menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau
kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh
(phentermine), juga untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-
orang yang didiagnosis sulit memusatkan perhatian (terutama ADHD).
Berdasarkan lokasi dan titik tangkapnya, daya kerja obat stimulan SSP dibedakan
menjadi stimulansia terhadap cortex cerebri, stimulansia terhadap medulla
oblongata, serta stimulansia terhadap medulla spinalis.
Tujuan
Praktikum stimulansia sistem saraf pusat bertujuan mengamati gejala yang
muncul setelah pemberian obat, serta menentukan target kerja obat pada sistem
saraf pusat.
TINJAUAN PUSTAKA
Stimulansia
Kafein
Striknin
Striknin termasuk obat yang bekerja sebagai stimulan medula spinalis dan
konvulsinya disebut konvulsi spinal. Striknin merupakan alkaloid utama dalam Nux
vormica, tanaman yang banyak tumbuh di India. Striknin bekerja dengan cara
mengadakan antagonis kompetitif terhadap transmiter penghambatan yaitu glisin
didaerah penghambatan postsinaps. Obat ini merupakan konvulsan kuat dengan
sifat kejang yang khas. Pada hewan konvulsi berupa ekstensif tonik dari badan dan
semua anggota gerak (Ernesta 2018).
Kardiazol
Cardiazole merupakan obat analetpika yang berfungsi menstimulasi pusat
respirasi dan pusat vasomotor pada medulla spinalis. Pemberian cardiazole dalam
dosis yang tinggi dapat menimbulkan efek berupa spasmus otot, sementara pada
dosis yang rendah dapat menimbulkan efek berupa konvulsi (Gunawan 2007).
Amfetamin
Ametamin merupakan turunan dari D-pseudo epinefrin yang mampu
memberikan efek halusinasi kuat (Tambuun et al. 2018). Cara kerja amfetamin
adalah menstimulasi peningkatan katekolamin postsinaptik, seperti dopamin dan
norepinefrin. Hal tersebut menimbulkan efek berupa takikardia, hipertensi,
mydriasis, diaphoresis, dan agitasi psikomotoris. Apabila digunakan dalam jangka
waktu yang panjang dan secara terus-menerus, maka dapat timbul komplikasi
berupa hipertermia, agitasi, dan seizure (Fitzgerald dan Bronstein 2013).
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spuid 1 mL, jam, dan
kandang hewan. Bahan yang digunakan adalah katak dan mencit sebagai hewan
coba, serrta kafein, striknin, kardiazol dan amfetamin sebagai obat yang digunakan.
Metode
Hasil
Tabel 1. Pengamatan efek stimulan kafein sistem saraf pusat katak
Keterangan :
(+) : Ada
(-) : Tidak ada
Keterangan :
(+) : Ada
(-) : Tidak ada
Defekasi/
Menit Dosis Aktivit Refl Urinasi/ Ton Frek. Frek Konvu
(mL) as ek Salivasi us nafas jantu lsi
ng
20 0.8 + - Salivasi, - - - -
Urinasi
Keterangan :
(+) : Ada
(-) : Tidak ada
Pembahasan
Dari hasil praktikum ini, titik kerja kafein berada pada medulla oblongata,
karena saat dilakukan deserebrasi pada bagian medulla oblongata konvulsi yang
terjadi pada katak berhenti. Medulla oblongata merupakan salah satu bagian dari
batang otak yang berada di bawah pons. Medulla oblongata itu sendiri juga
merupakan suatu organ yang dapat menghantarkan sinyal-sinyal yang datang dari
otak sebelum disampaikan ke saraf-saraf tulang belakang (medulla spinalis). Selain
itu, Medulla oblongata juga berfungsi mengontrol sirkulasi darah, pencernaan,
detak jantung serta pernapasan (Huda 2020)
Amfetamin adalah obat yang bekerja pada cortex cerebri. Obat ini
menstimulasi cortex cerebri yang fungsinya adalah sebagai pusat kesadaran. Mencit
yang diberikan sediaan amfetamine secara berlebihan akan berpengaruh pada pusat
kesadaran. Pada pemberian amfetamine dengan dosis 0.05 ml, aktivitas mencit
menunjukan peningkatan (lebih agresif), refleks yang berlebihan, tonus otot
meningkat, frekuensi dan denyut jantung yang tidak beraturan (meningkat).
Aktivitas mencit yang meningkat ditandai dengan gerakan mencit yang berputar-
putar mengelilingi kandangnya. Pemberian dosis amfetamin selanjutnya juga
menunjukan peningkatan aktivitas, refleks yang sangat berlebihan, tonus otot
meningkat, frekuensi dan denyut jantung yang tidak beraturan (meningkat), namun
tidak melebihi aktivitas mencit setelah pertama kali diberikan amfetamin. Mencit
juga mengalami urinasi pada pengulangan pemberian amfetamin yang kedua dan
ketiga.
KESIMPULAN
Kafein memiliki target kerja pada medulla oblongata dan memberi efek
konvulsi asimetris, spontan, dan klonik. Striknin memiliki target kerja pada medulla
spinalis dan memberi efek konvulsi simetris, spontan, dan tetanik. Stimulasi
kardiazol memiliki taget kerja pada medulla oblongata dan memberi efek konvulsi
simetris, spontan, klonik. Sementara amfetamin memiliki target kerja pada korteks
serebri dan memberi efek konvulsi asimetris.
DAFTAR PUSTAKA
Ernesta S. 2018. Uji efek tonikumekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma
longifolia jack) pada mencit putih jantan (Mus musculus) [skripsi].
Medan(ID): Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Goodman, Gilman. 2011. Manual farmakologi dan Terapi. Jakarta (ID): EDC
Hasanah AH. 2015. Pertimbangan anestesi lokal pada pasien dengan penyakit
sistemik [skripsi]. Makassar(ID): Universitas Hasanuddin.
Huda AM. 2020. Otak dan akal dalam kajian Al-Quran dan neurosains. Jurnal
Pendidikan Islam Indonesian. Vol 5(1) : 68-79.
Kasper DL. 2005. Harrison’s Manual of Medicine. New York(US): Mc Graw Hill
Medical Publishing Division
Rahmi M, Tobat SR, Ningsih S. 2018. Uji efek stimulan sistem saraf pusat ekstrak
etanol daun afrika selatan pada mencit putih betina. SCIENTIA J. Far. Kes.
8(2): 137-143.