Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agrasis yang banyak sekali memiliki banyak

kekayaan alam yang berpotensi sebagai penghasil berbagai macam jenis buah,

salah satunya adalah jenis. Jeruk merupakan tanaman hortikultur yang memiliki

nilai pasar yang tinggi dan merupakan komoditas yang menguntunngkan. Pada

umumnya, pemanfaatan buah jeruk dalam industry digunakan sebagai pengolahan

sari buah danmanisan (kulitnya). Pembuatan produk-produk tersebut akan

menghasilkan limbah berupa kulit, ampas dan biji.

Jeruk merupakan tanaman yang banyak tumbuh di asia tenggara, salah

satunya Indonesia. Spesies genus citrus yang penting adalah citrus maxima atau

jeruk bali. Pada kulit buah jeruk bali berkhasiat mengeluarkan dahak,

menghentikan batuk, mengatur arus energy vital dan meredakann nyeri. Biji

buahnya memiliki rasa pahitdengan sifat hangat dan berguna meredakan nyeri

hemia. Selama ini hamper 50% kulit jeruk bali belum sepenuhnya termanfaatkan,

padahal kulit jeruk bali mengandung banyak nutrisi didalamny.

Jeruk Bali merupakan tanaman buah yang mengadung banyak komponen

nutrisi yang terkandung didalamnya. Sebagian besar komponen Jeruk Bali terletak

pada kulitnya, diantaranya terdapat senyawa alkaloid, flavonoid, likopen, vitamin

c, serta yang paling dominan dalah pektin dan tannin. Selama ini hamper 50%

kulit Jeruk Bali belum sepenuhnya termanfaaatkan. Produksi Jeruk Bali di

berbagai daerah di Indonesia mencapai 511 kg/ton pertahunnya. Dari produksi

1
tersebut dihasilkan jumlah kuliat Jeruk Bali sebesar 208 kg/ton. Karena

banyaknya kulit Jeruk Bali yang kurang termanfaatkan sehingga perlu upaya

untuk memanfaatkanya.

Jeruk bali sendiri memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi 100 g

bagian, yaitu sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak 20 SI (Satuan

Internasional), sehingga cukup baik untuk mencegah rabun senja dan sariawan.

Menurut kenastino (2003), albedo kulit buah jeruk Bali dapat dijadikan

makanan, seperti manisan, alcohol, dan gula tetes, serta dapat juga di ekstarak

kandungan pektin di dalamnya. Jeruk bali memiliki rendemen (11,13%), kadar air

(17,17), viskositas (16,67 cps), persentase kemurnian pektin (69,69%), dan derajat

keputihan (56,33). Sementara itu, menurut jariyah dkk. (2007), albedo kulit jeruk

bali mengandung vitamin C sebesar 15,197 mg, kadar pektin sebesar 15, 8265%,

total gula sebesar 5,7635%, Ph 5,86, serta kadar air sebesar 48%. Hasil penelitian

purbianti (2005) menunjukan pektin paling banyak terdapat pada kulit jeruk Bali

dibandingkan dengan kulit jeruk keprok dan jeruk lemon.

Menurut Herminanto dengan jurnal berjudul Pengendalian hama kubis

(crocidolomia pavonana F.) Menggunakan Ekstrak kulit buah jeruk bali (citrus

maxima Merr. ) penelitian bertujuan untuk mengendalikan ulat kubis dengan

ekstrak kulit jeruk bali, ekstrak kulit jeruk bali mampu mebunuh ulat kubis sampai

26,67%, menghambat aktivitas makan sampai 47,70%, membuat ulat kubis

perkembanganya terlambat, dan menurunkan jumlah pupa.

Menurut Sari dkk,. (2015), dengan judul tentang Aktivitas Anti Rayap

(Coptotermes sp. ) Minyak atsiri Kulit Buah Jeruk Bali (Citrus maxima Merr. )

2
Terhadap Rayap (Coptotermes sp. ), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian ekstrak kulit jeruk bali terhadap kematian rayap

(Coptotermes sp. ) yang disebabkan oleh kandungan kimia yang terdapat pada

kulit jeruk bali. Hasil dari penelitian bahwa minyak atsiri kuliat buah jeruk bali

memiliki potensi sebagai anti rayap dengan konsentrasi sudah tergolong memiliki

antivitas anti rayap yang kuat terhadap rayap (Coptotermes sp. ) dengan mortalitas

97,33%.

Banyak inovasi teknologi yang telah dilakukan di dunia pangan, salah

satunya pada proses ekstraksi. Inovasi teknologi yang dibutuhkan dalam

proses ekstraksi adalah yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang tinggi

dengan waktu yang relatif singkat. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

ekstraksi adalah proses blansing dan proses ekstraksinya itu sendiri. Untuk

meminimalisir hilangnya senyawa pada bahan, maka sebelum proses ekstraksi

dilakukan blansing terlebih dahulu, Proses blansing bertujuan untuk

menginaktivasi enzim yang ada didalam bahan, sehingga pada saat proses

ekstraksi, komponen dalam bahan dapat dipertahankan karena enzim tidak dapat

merusak komponen yang diinginkan yaitu senyawa fenol. Serta tujuan blansing

yang lain adalah untuk mengoptimalkan proses ekstraksi.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekstraksi adalah proses

blansing dan proses ekstraksinya itu sendiri. Untuk meminimalisir hilangnya

senyawa pada bahan, maka sebelum proses ekstraksi dilakukan blansing

terlebih dahulu, Proses blansing bertujuan untuk menginaktivasi enzim yang

ada didalam bahan, sehingga pada saat proses ekstraksi, komponen dalam bahan

3
dapat dipertahankan karena enzim tidak dapat merusak komponen yang

diinginkan yaitu senyawa fenol. Serta tujuan blansing yang lain adalah untuk

mengoptimalkan proses ekstraksi. Pada penelitian tentang ekstraksi antosianin ubi

jalar, proses blansing sangat berpengaruh terhadap karakteristik bahan, bahwa

semakin lama blansing ekstrak yang dihasilkan akan semakin banyak.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilakukan penelitian tentang

karateristik ekstrak kulit jeruk bali (citrus maxima Merr. ) terhadap metode

ekstraksi ultrasonik. Ekstrak jeruk bali dengan kualitas yang terbaik ditinjau

dari pengaruh waktu blansing dan lama ekstraksi sudah banyak digunakan dalam

berbagai metode penelitian..

1.2 Rumasan Masalah

Apakan penelitian tentang ekstrak kulit jeruk bali (citrus maxima Merr. )

bisa menggunakan metode ekstraksi ultrasonik?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui karakteristik ekstrak kulit jeruk bali (citrus maxima

Merr) menggunakan metode ekstraksi ultrasonik.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai manfaat ekstrak kulit

jeruk bali (citrus maxima Merr), sehingga dikemudian hari dapat diterapkan

ketika mengalami permasalahan yang sama.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian ekstrak kulit jeruk bali (citrus maxia merr.) dengan

metode ekstraksi ultrasonik. Metode ultrasonik adalah metode yang

4
menggunakan gelombang ultrasonik yaitu gelombang akustik dengan

frekuensi lebih besar dari 16-20 kHz. Ultrasonik bersifat mudah diaplikasikan.

Penelitian sebelumnya tentang ekstraksi suatu bahan pangan menggunakan

ultrasonik sudah banyak dilakukan, bahwa metode ektraksi yang paling optimal

untuk mengekstrak suatu bahan pangan adalah metode ultrasonik, karena metode

ini hanya memerlukan waktu yang singkat, sehingga lebih efisien.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Di Puskesmas dan Labolatorium Farmasi STIKes Salsabila pada bulan

Agustus - September 2021

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Jeruk Bali

Di Indonesia terdapat berbagi macam varietas jeruk yang ditunjukan oleh

banyaknya anggota pada marga citrus (Karsinah,dkk.,2002). Meskipun demikian,

secara garis besar buah jeruk terbagi dari dua jenis yaitu eucitrus dan papeda.

Jenis eucitrus adalah jenis buah jeruk yang paling banyak dan paling luas

dibudidayakan karena buahnya lebih disukai masyarakat, misalnya jeruk sitrun

(Citrus medica), jeruk besar (Citrus maxima), jeruk manis (Citrus sinensis), jeruk

keprok (Citrus nobilis), jeruk siam (Citrus retikulata), jeruk kasturi (Citrus mitis),

jeruk bali (Citrus maxima), dan lain-lain. Sedangkan untuk jenis papeda, buahnya

jarang dikomsumsi oleh masyarakat karena dagingnya terlalu banyak

mengandung asam dan berbau tajam, misalnya jeruk purut (Citrus hystrise) yang

digunakan untuk bumbu sayur (Akyas, 2004).

Jeruk bali (Citrus maxima) merupakan tanaman buah yang mengandung

banyak komponen nutrisi di dalamnya. Sebagian besar komponen jeruk bali

terletak pada kulitnya, diantaranya adalah senyawa alkaloid, flavonoid, likopen,

vitamin C, serta yang paling dominan adalaah pektin. Jeruk bali mempunyai

kandungan pektin yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis buah lainnya.

Satu buah jeruk mengndung sekitar 3,9% pektin, sedangkan kandungan pektin

pada kulit jeruk baliberkisaran antara 15-30% dari berat kering (Rahmawati,

2015).

6
Tanaman jeruk bali ini kaya akan kandungan vitamin A dan vitamin C

yang sangat baik untuk kesehatan mata serta memperbaiki sel – sel tubuh yang

rusak. Kandungan mineral yang banyak juga terdapat pada tanaman ini seperti:

kalsium, fosfor, dan besi. Senyawa lain dalam jeruk bali adalah bioflavonoid,

pektin, likopen, phenoic acid, asam sitrat, beta karoten.

Gambar buah jeruk bali (Citrus maxima) disajikan pada gambar 2.1 berikut

Sumber : https://www.apasajaada.com/manfaat-jeruk-bali-bagi-kesehatan-yang-

jarang-diketahui/

2.1.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Devisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Devisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus L.

7
Spesies : Citrus Maxima

2.1.2 Morfologi

1. Daun

Daun tanaman berbentuk bulat telur dan berukuran besar, dengan

bagian puncak atau ujung tumpul dan bagian tepi hampir rata, serta bagian

dekat ujung agak berombak. Letak daun terpencar dengan tangkai daun

bersayap lebar, warna kekuningan, dan berbulu agak suram.

2. Batang

Batang tanaman agak kuat, garis tengah 10-30 meter, berkulit agak

tebal, kulit bagian luar berwarna coklat kekuningan, bagian dalam

berwarna kuning. Pohon jeruk mempunyai banyak cabang yang terletak

saling berjauhan dan merunduk pada bagian ujungnya. Cabang yang masih

muda bersudut dan berwarna hijau, namun lama-lama menjadi berbentuk

bulat dan berwarna hijau tua.

Tanaman citrus memiliki batang yang tergolong dalam batang

berkayu ( lignosus ), yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena

sebagian besar terdiri dari kayu. Batangnya berbentuk bulat ( teres ),

berduri ( spinosus ) pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu arah tumbuh

batangnya mengangguk ( nutans ), dimana batangnya tumbuh tegak lurus

ke atas tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah.

3. Buah

Buah berukuran besar dan berkulit tebal, Buahnya berbentuk bulat

atau bola yang tampak tertekan.

8
4. Daging Buah

Warna daging buah merah muda atau merah jambu. Daging buah

memiliki tekstur keras sampai lunak, rasa manis sampai sedikita asam, dan

berbiji sedikit.

5. Bunga

Bunga jeruk bali majemuk ( inflorescentia ), tersusun dalam malai

yang keluar dari ketiak daun, bunga berbentuk bintang, diameter 1.5 – 2.5

cm, bunga berwarna putih, dan baunya harum.

6. Akar

Akar tanaman jeruk merupakan akar tunggang.

Jeruk bali memiliki citarasa manis, asam, dan segar karena banyak

mengandung air. Jeruk bali mengandung vitamin B, provitamin A, vitamin

B1, B2, dan asam folat. Setiap 100 gram jeruk bali mengandung 53 kal

energy, protein 0,6 g, lemak 0,2 ,karbohidrat 12,2 g, retinol 125 mcg,

kalsium 23 mg, dan fosfor 27 mg. Kandungan lain seperti flavonoid,

pektin, dan lycopene menjadikan buah ini semakin kaya akan zat-zat yang

bermanfaat bagi kesehatan (Yanuarta, 2007). Seperti jeruk lain, jeruk bali

adalah sumber vitamin C (43 mg dalam 100 gram bagian) dan sangat baik

sebagai sumber antioksidan (Effendi, 2011).

Bagian dalam kulit buah jeruk bali (Gambar 3) yang berwarna

putih (albedo) dapat dijadikan makanan, seperti manisan, selain itu dapat

dibuat menjadi alkohol dan gula tetes serta dapat juga diekstrak kandungan

pektin di dalamnya. Hasil penelitian dari Purbianti (2005) menunjukkan

9
pektin paling banyak terdapat pada kulit jeruk bali dibandingkan dengan

kulit jeruk keprok dan jeruk lemon. Jeruk bali memiliki rendemen

(11,13%), kadar air (17,17%), viskositas (16,67 cps), persentase

kemurnian pektin (69,69%), dan derajat keputihan (56,33) (Kenastino,

2003).

Gambar 2.1 Albedo Jeruk bali

Sumber : http://serbaserbiizzat.blogspot.com/2013/07/resep-manisan-kulit-jeruk-

bali.html

Pada penelitian pembuatan marmalade jeruk bali dilakukan analisa

terhadap bahan baku. Hasil analisa bahan baku tersebut dapat dilihat pada

Tabel 2.1

Tabel 2.1 Hasil Analisa Bahan Baku Daging Buah Jeruk bali dan Albedo

Kandungan (dalam 100 gram bahan)

Komposisi Daging Buah Daging Buah Albedo

Vitamin C 36 7926 mg 15,197 mg

Kadar Pektin 0,7675% 15,8265%

Total Gula 8,0397% 5,7635%

10
pH 4 84 5 86

Kadar Air 68,12% 48%

2.1.3 Kandungan kimia

Kulit buah mengandung kristalin, glukosida, hesperidin, rutin,

pektin, naringin, peroksidase juga mengandung minyak menguap yang

terdiri dari d-pinene, d-limonene, linalool, geramiol, dan ester. Daging

buah mengandung sakarosa, asam folat, gula pereduksi, zat besi, kalsium,

kalium, fosfor, sodium, vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C.

Hesperidin sangat baik untuk perawatan pembuluh darah. Naringin dapat

membersihkan sel darah merah yang telah tua di dalam tubuh.

2.2 Ekstraksi Ultrasonik

Ekstraksi ultrasonik adalah teknik yang disukai untuk mengisolasi

senyawa bioaktif dari tumbuhan. Sonikasi mencapai ekstraksi lengkap dan dengan

demikian unggul hasil ekstrak yang diperoleh dalam waktu ekstraksi yang sangat

singkat. Menjadi metode ekstraksi yang efisien, ekstraksi ultrasonik adalah biaya-

dan penghematan waktu, sementara menghasilkan ekstrak berkualitas tinggi, yang

digunakan untuk makanan, suplemen dan obat-obatan.

Ekstraksi ultrasonik digunakan dalam makanan, suplemen gizi dan industri

farmasi untuk melepaskan senyawa bioaktif seperti vitamin, polifenol,

polisakarida, cannabinoids dan fitokimia lainnya dari tumbuhan. Ultrasound

dibantu ekstraksi didasarkan pada prinsip kerja kavitasi akustik atau ultrasonik.

11
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan digital (Denver Instrumen M-

310), gelas arloji, spatula, gelas beaker 250 ml (Pyrex), kompor listrik (Maspion

S-300 220V), erlenmeyer 500 ml (Pyrex), erlenmeyer 250 ml (Pyrex),

spektrofotometer UV-VIS (Unico uv-210), tabung reaksi (Pyrex), autoklaf (HL-36

AE Hiramaya), cawan petri (Normax), mikropipet non-fixed 1000 μl (finnpipette

labsystem), tip, bunsen, korek api, laminar air flow, borer 5 mm, kulkas

(Toshiba), inkubator (WTB Binder), jangka sorong (Ticle ketelitian 0,05 mm), rak

tabung, dan batang ose.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel ekstrak kasar kulit jeruk bali,

akuades, asam galat standar, reagen Follin-Ciocalteau, dan natrium karbonat

yang dibeli dari UD Makmur Sejati, Malang.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan rancangan

acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor

1 merupakan lama waktu blansing yang terdiri dari 3 level, dan faktor II

merupakan lama waktu ekstraksi yang terdiri dari 2 level. Dari kombinasi faktor-

faktor tersebut diperoleh 6 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3

kali ulangan. Sehingga didapatkan 18 kali perlakuan. Proses ekstraksi

12
menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstraksi dilakukan satu kali untuk tiap

ulangan. Pengujian total fenol, rendemen, pH, dan warna dilakukan secara

triplet untuk mengurangi variasi hasil pengujian.

3.4 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dilakukan dengan dua tahapan yaitu:

3.4.1 Proses pembuatan bubuk kulit jeruk bali

Kulit jeruk bali segar dibersihkan dengan air hingga kotoran

dan debu lainnya hilang, dipotong kecil-kecil dengan ukuran sama

5cm, dilakukan pencucian, dilakukan steam blancing pada suhu 85 ºC

selama 0, 10, dan 15 menit, ditiriskan sampai dingin, dilakukan

pengeringan di cabinet dyring pada waktu pengeringan 5 jam,

dihancurkan menggunakan blander kering, kemudian dilakukan

pengayakan menggunakan 80 mesh terhadap bubuk kulit jeruk bali yang

sudah diblander.

3.4.2 Proses pembuatan ekstrak kulit jeruk bali

Kulit jeruk bali bubuk ditimbang dengan timbangan analitik

sebanyak 5% (b/v) dari volume larutan, kulit jeruk bali dimasukkan

dalam 50 ml etanol 96%, dilakukan proses ekstraksi kulit jeruk bali

bubuk menggunakan metode ultrasonik bath selama 10 menit dan 20

menit, dilakukan penyaringan dengan penyaring vakum, didapatkan filtrat

festrak kulit jeruk bali bubuk, dilakukan Penguapan etanol dengan

rotary evaporator suhu 40 °C, 200 mbar kecepatan 60 rpm, 120 menit,

penyemprotan gas N 2

13

Anda mungkin juga menyukai