Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL : FORMULASI DAN UJI MUTU FISIK SEDIAAN


MASKER WAJAH GEL PEEL-OFF EKSTRAK
KULIT BUAH JERUK BALI (Citrus maxima)

NAMA : A. ASTRIYANI HARUN

NIM : 17.001.AF

PEMBIMBING 1 : ERMAWATI, S.Farm.,M.Si.,Apt

PEMBIMBING 2 : HERNAWATI BASIR, S.Farm.,M.Farm.,Apt

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan bahan alam. Hal
tersebut seharusnya menjadi aset yang perlu digali sehingga dapat
dimanfaatkan. Sejak lama, tumbuhan telah menjadi sumber alami untuk
menjaga kesehatan masyarakat, para orang tua dan nenek moyang kita
yang memiliki pengetahuan dan peralatan yang sederhana telah mampu
mengatasi masalah kesehatan. Berbagai macam penyakit dan keluhan,
baik ringan maupun berat diobati dengan memanfaatkan ramuan,
tumbuhan atau tanaman tertentu yang mudah diperoleh di sekitar
pekarangan rumah dengan hasil yang cukup memuaskan misalnya
tanaman jeruk bali. Berdasarkan empiris, masyarakat memanfaatkan kulit
buah jeruk bali (Citrus maxima) dalam bentuk perasan dan pasta untuk
mengobati jerawat.
Jeruk bali (Citrus maxima) merupakan tanaman buah yang
mengandung banyak komponen nutrisi yang terkandung di dalamnya.
Sebagian besar komponen jeruk bali terletak pada kulitnya, di antaranya
terdapat senyawa alkaloid, flavonoid, likopen, vitamin C, serta yang paling
dominan adalah pektin dan tanin. Pektin digunakan sebagai pembentuk
gel dan dalam bidang farmasi digunakan sebagai antimikroba [ CITATION
Per07 \l 1033 ]. Berdasarkan hal tersebut maka kulit buah jeruk bali (Citrus
maxima) memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai
antibakteri [ CITATION Orw09 \l 1033 ]. Menurut Wana, ekstrak pektin 1%
dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan hasil
rendemen pektin tertinggi diperoleh pada ekstraksi dengan pH 2,5, suhu
60˚C, waktu 90 menit sebesar 23,06% [ CITATION Wan18 \l 1033 ]. Salah satu
bagian tanaman jeruk bali yang dapat dimanfaatkan adalah kulit buah jeruk
bali (Citrus maxima), yang selama ini hanya dijadikan sebagai limbah
tetapi dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan ekstrak kulit buah jeruk
bali (Citrus maxima) pada kulit, maka dapat dimanfaatkan dalam bentuk
sediaan kosmetika topikal produk yang praktis yaitu bentuk gel masker
peel-off. Masker wajah peel-off merupakan salah satu jenis perawatan kulit
wajah yang populer, mudah diaplikasikan, dan tidak memberikan efek
ketergantungan terhadap penggunaannya.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk membuat
formulasi sediaan masker wajah peel-off dari ekstrak kulit buah jeruk bali
(Citrus maxima) dan mengevaluasi sifat fisik sediaan masker wajah peel-
off.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ekstrak kulit buah jeruk bali (Citrus maxima) dapat dibuat
dalam bentuk masker wajah gel peel-off ?
2. Apakah masker wajah gel peel-off ekstrak kulit buah jeruk bali (Citrus
maxima) dapat memenuhi persyaratan uji mutu fisik?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk membuat sediaan masker wajah gel peel-off dari ekstrak kulit
buah jeruk bali (Citrus maxima).
2. Untuk mengetahui apakah masker wajah gel peel-off ekstrak kulit buah
jeruk bali (Citrus maxima) dapat memenuhi persyaratan uji mutu fisik.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Bagi masyarakat, memberikan informasi mengenai pemanfaatan
limbah kulit buah jeruk bali (Citrus maxima) sebagai bahan baku
sediaan masker wajah gel peel-off.
2. Bagi akademis., sebagai salah satu pengembangan ilmu pengetahuan,
sehingga dapat menambah wawasan mengenai pembuatan formulasi
sediaan masker wajah gel peel-off dari ekstrak kulit buah jeruk bali.
3. Bagi peneliti, memberikan kajian ilmiah mengenai formulasi sediaan
masker wajah gel peel-off dari ekstrak kulit buah jeruk bali.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Jeruk Bali


Tanaman buah jeruk bali (Citrus maxima Merr.) merupakan
tanaman buah pohonnya tinggi sekitar 5-15 meter, percabangannya
rendah dan menyebar. Daun bundar telur sampai jorong, panjang daun
5-20 cm, lebar 2-12 cm, terdapat bercak-bercak kelenjar minyak,
perbungaan diketiak, buah bulat berdiameter 10-30 cm, berwarna
kuning kehijauan dengan bercak kelenjar yang padat, kulit tebal, bagian
dalam merah jingga [ CITATION Hid15 \l 1033 ].

Gambar 1.Jeruk Bali (Citrus maxima)


Klasifikasi Tanaman : [ CITATION ITI20 \l 1033 ]
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Rosanae
Order : Sapindales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus L
Species : Citrus maxima

II.2 Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa


dari matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Peran ekstraksi dalam analisis fitokimia sangat penting karena sejak
tahap awal hingga akhir menggunakan proses ekstraksi, termasuk
fraksinasi dan pemurnian. Ada beberapa istilah yang banyak digunakan
dalam ekstraksi, antara lain ekstraktan (yakni, pelarut yang digunakan
untuk ekstraksi), rafinat (yakni, larutan senyawa atau bahan yang akan
diekstraksi) dan linarut (yakni, senyawa atau zat yang diinginkan terlarut
dalam rafinat). Metode ekstraksi yang digunakan tergantung pada jenis,
sifat fisik, dan sifat kimia kandungan senyawa yang akan diekstraksi.
Pelarut yang digunakan tergantung pada polaritas senyawa yang akan
disari, mulai dari yang bersifat nonpolar hingga polar, sering disebut
sebagai ekstraksi bertingkat. Pelarut yang digunakan dimulai dengan
heksana, petroleum eter, lalu selanjutnya kloroform atau diklometana,
diikuti dengan alkohol, metanol, dan terakhir, apabila diperlukan,
digunakan air. Simplisia dikumpulkan dan dibersihkan dari pengotor
dengan cara pemilahan (pemisahan simplisia lain yang tidak digunakan)
atau pencucian. Dalam melakukan ekstraksi terhadap simplisia
sebaiknya digunakan simplisia yang segar, tetapi karena berbagai
keterbatasan umumnya dilakukan terhadap bahan yang telah
dikeringkan. Kerja berbagai enzim yang terdapat dalam simplisia segar
akan dihambat pada proses ekstraksi. Pengeringan simplisia dilakukan
setelah kerja enzim dihambat dengan cara mencelupkan dalam metanol
mendidih selama beberapa detik sehingga perubahan senyawa secara
enzimatis dapat dicegah atau dikurangi. Cara pengeringan dipilih yang
tidak mengakibatkan terjadinya perubahan metabolit baik secara
kualitatif ataupun kuantitatif. Pengeringan dilakukan secepat-cepatnya,
selain pengaruh sinar matahari dengan suhu yang tidak terlalu tinggi.
Salah satu contoh pengeringan yang sering dilakukan adalah dengan
aliran udara. Sebelum simplisia diekstraksi, simplisia kering dapat
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak terlalu lama, untuk
mencegah timbulnya hama/kutu yang dapat merusak kandungan kimia.
Pengecilan ukuran diperlukan agar proses ekstraksi berjalan cepat
[ CITATION Pro14 \l 1033 ].

II.2.1 Metode Ekstraksi


Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari
campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah
diketahui. Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Pemilihan metode dilakukan dengan memerhatikan
antara lain sifat senyawa, pelarut yang digunakan, dan alat tersedia.
Struktur untuk setiap senyawa, suhu dan tekanan merupakan faktor
yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi. Alkohol
merupakan salah satu pelarut yang paling banyak dipakai untuk
menyari secara total. Beberapa metode ekstraksi yang umum
digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa,
dekok, destilasi, lawan arah (countercurrent), ultrasonik, gelombang
mikro (microwave assisted extraction, MAE), dan ekstraksi gas
superkritis (supercritical gas extraction, SGE). Penjelasan masing-
masing cara ekstraksi dijabarkan berikut ini [ CITATION Pro14 \l 1033 ].
a. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam
dalam pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi
metabolit dapat diminimalisasi. Pada maserasi, terjadi proses
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel
sehingga diperlukan penggantian pelarut secara berulang. Kinetik
adalah cara ekstraksi, seperti maserasi yang dilakukan dengan
pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi yang dilakukan
pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-60°C.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan pelarut
yang selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia hingga
senyawa tersari sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan
pelarut yang lebih banyak. Untuk meyakinkan perkolasi sudah
sempurna, perkolat dapat diuji adanya metabolit dengan pereaksi yang
spesifik.
c. Refluks
Refluks adalah cara ektraksi dengan pelarut pada suhu titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Agar hasil penyarian lebih
baik atau sempurna, refluks umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6
kali) terhadap residu pertama. Cara ini memungkinkan terjadinya
penguraian senyawa yang tidak tahan panas.
d. Soxhletasi
Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik
pada suhu didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia dan
ekstrak berada pada labu berbeda. Pemanasan mengakibatkan
pelarut menguap, dan uap masuk dalam labu pendingin. Hasil
kondensasi jatuh bagian simplisia sehingga ekstraksi berlangsung
terus-menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan. Ekstraksi ini
dikenal sebagai ekstraksi sinambung.
e. Infusa
Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air,
pada suhu 96-98°C selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 96°C
tercapai). Bejana infusa tercelup dalam air. Cara ini sesuai untuk
simplisia yang bersifat lunak, seperti bunga dan daun.
f. Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya
saja waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya
mencapai titik didih air.
g. Destilasi (penyulingan)
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari
senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses
pendinginan, senyawa dan uap air akan terkondensasi dan terpisah
menjadi destilat air dan senyawa yang diekstraksi. Cara ini umum
digunakan untuk menyari minyak atsiri dari tumbuhan.
h. Lawan arah (counter current)
Cara ekstraksi ini serupa dengan cara perkolasi, tetapi simplisia
bergerak berlawanan arah dengan pelarut yang digunakan. Cara ini
banyak digunakan untuk ekstraksi herbal dalam skala besar.
i. Ultrasonik
Ekstraksi ultrasonik melibatkan penggunaan gelombang
ultrasonik dengan frekuensi 20-2000 kHz sehingga permeabilitas
dinding sel meningkat dan isi sel keluar. Frekuensi getaran
memengaruhi hasil ekstraksi.
j. Gelombang mikro (microwave assisted extraction, MAE)
Ekstraksi menggunakan gelombang mikro (2450 MHz)
merupakan ekstraksi yang selektif dan digunakan untuk senyawa yang
memiliki dipol polar. Cara ini dapat menghemat waktu ekstraksi
dibandingkan dengan cara konvensional seperti maserasi dan
menghemat pelarut.
k. Ekstraksi gas superkritis (supercritical gas extraction, SGE)
Metode ekstraksi dilakukan menggunakan CO, dengan tekanan
tinggi, dan banyak digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri atau
senyawa yang bersifat mudah menguap atau termolabil. Penggunaan
karbondioksida (CO) lebih disukai karena bersifat inert, toksisitasnya
rendah, aman bagi lingkungan, harga relatif murah, dan tidak mudah
terbakar pada kondisi superkritisnya.

II.3 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering yang merupakan


hasil proses ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia
menurut cara yang sesuai. Ekstrak cair diperoleh dari ekstraksi yang
masih mengandung sebagian besar cairan penyari. Ekstrak kental akan
didapat apabila sebagian besar cairan penyari sudah diuapkan,
sedangkan ekstrak kering akan diperoleh jika sudah tidak mengandung
cairan penyari. Tingtur (tinctura) merupakan sediaan cair yang dibuat
dengan cara maserasi atau perkolasi suatu simplisia dengan pelarut
yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain
tingtur dibuat dengan menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% untuk
zat berkhasiat keras [ CITATION Pro14 \l 1033 ].

II.4 Masker wajah


Penggunaan masker wajah (face mask) dari alam yang dipercaya
mempunyai daya penyembuhan sudah dikenal sejak zaman dahulu kala
(Mesir kuno). Sediaan digunakan pada wajah dalam bentuk cairan atau
pasta. Kemudian cairan/pasta dibiarkan mengering dengan tujuan
meningkatkan penampilan kulit wajah sebagai efek dari pengencangan
dan pembersihan kulit wajah. Faedah yang terkandung di dalamnya
adalah karena adanya kombinasi dari efek psikologi dan pembersihan
[ CITATION Goe15 \l 1033 ].
Efek hangat dan pengencangan hasil dari penggunaan masker
wajah menimbulkan sensasi kulit terasa muda kembali, sedangkan
keberadaan komponen koloidal dari lempung dan tanah yang terdapat
pada beberapa sediaan akan mengadsorpsi minyak dan kotoran dari
kulit wajah. Jika minyak dan kotoran ini telah dihilangkan dari wajah,
maka sisa kotoran kulit dan bintik hitam pada kulit dapat pula
dihilangkan secara simultan [ CITATION Goe15 \l 1033 ].
Sediaan masker wajah harus mempunyai sifat sebagai berikut:
[ CITATION Goe15 \l 1033 ]
a.) Harus berupa pasta licin tanpa partikel kasar (gritty) dan tidak
berbau tanah atau bau tidak enak lainnya.
b.) Sesudah digunakan pada wajah, sediaan harus dapat mengering
dengan cepat membentuk penyalut yang menempel pada kulit,
akan tetapi selanjutnya salut tersebut harus dapat dihilangkan
dengan cara mengelupaskannya dari wajah tanpa menimbulkan
rasa nyeri, dan sisanya harus segera dapat dihilangkan dengan
kapas dan air hangat.
c.) Menimbulkan sensasi pengencangan pada kulit sesudah
penggunaan.
d.) Harus menghasilkan tingkat pembersihan yang signifikan pada
kulit.
e.) Secara dermatologi tidak berbahaya dan tidak bersifat toksik.

Klarifikasi masker wajah : [ CITATION Goe15 \l 1033 ]


Seperti halnya semua produk perawatan, masker wajah ditujukan
untuk berbagai tipe kulit: kering, normal, dan berminyak. Produk dapat
pula difokuskan pada keperluan khusus seperti untuk mengatasi jerawat,
untuk kulit yang peka/sensitif/alergi terhadap tekanan lingkungan, dan
untuk kulit menua.
Berdasarkan bentuk fisikanya, sediaan masker wajah dapat
diformulasikan dalam bentuk pasta, cairan, gel, malam, menggulung
(rolling), peeling, dan serbuk.
Bergantung pada komponen aktif dan formula basis, masker wajah
dikategorikan sesuai dengan fungsinya sebagai berikut :
a.) Masker lempung (clay)
Masker lempung ditujukan untuk kulit normal, berminyak, atau
kulit yang berjerawat. Masker lempung diformulasikan untuk
menyegarkan kulit. mengabsorpsi kelebihan sebum, dan mengecilkan
pori, serta berfungsi sebagai astringen, penghilang sumbatan pada
pori serta mengangkat sel kulit mati dan pengotor.
b.) Masker pengelupas (peel off)
Masker peel off direkomendasikan untuk kulit normal, kulit
berminyak, kulit gabungan, dan kulit remaja. Efektivitasnya lebih
bersifat psikologis dan fisikal, akan tetapi memenuhi permintaan
konsumen. Masker peel off melembapkan serta memperbaiki warna
dan tekstur kulit.
c.) Masker berbentuk krim
Masker krim merupakan perawatan pilihan untuk kulit kering,
kasar dan kulit menua serta kulit stres akibat pengaruh lingkungan
(kulit pecah akibat angin dan sinar matahari).
d.) Masker pengelupas kulit (exfoliating)
Kulit secara konsisten mengalami penggantian pada bagian
permukaan untuk menampilkan kulit yang lebih baru dan lebih segar.
Lapisan baru terlihat lebih sehat. Walaupun hal ini terjadi secara
alamiah, tetapi hal ini tidak selalu terjadi setiap saat sehingga perlu
dibantu dengan proses pengelupasan. Proses ini dapat membantu
mencegah terjadinya sejumlah masalah, termasuk kulit kering, kulit
pecah, dan warna kulit yang tidak merata.

Jenis-jenis masker wajah lainnya: [ CITATION Goe15 \l 1033 ]


a.)Masker Self heating
Masker self heating menimbulkan efek hangat pada wajah,
mensimulasi perawatan uap atau handuk panas untuk membuka dan
membersihkan pori. Efek eksotermik disebabkan oleh adanya Na-
silikoaluminat dalam formula. Masker tersebut juga mengandung
kaolin, komponen kunci dalam masker lempung yang mengabsorbsi
minyak yang keluar dari pori yang terbuka.
b.)Masker ganggang laut (Seaweed mask)
Masker wajah ganggang laut diberikan di salon kecantikan
dengan cara memoleskan pasta ganggang laut pada wajah yang
kemudian ditutup dengan kasa (gauze). Masker ganggang laut
tersedia pula dalam bentuk masker berbasis kolagen yang dibacam
(impregnasikan) dengan algin, bertujuan untuk digunakan bersama
panas lampu. Ganggang laut mengurangi kelembapan dan
menambah panas, membuka pori untuk respirasi yang efektif.
c.)Oksigenasi wajah (Oxygenating facials)
Oksigenasi wajah adalah cara konvensional untuk
membersihkan muka, diikuti dengan penggunaan losion yang
diperkaya dengan vitamin, dan selama 5 menit disemprot/dialiri
oksigen dari tanki oksigen bertekanan tinggi. Tidak ada bukti ilmiah
tentang manfaatnya pada kulit wajah, akan tetapi saat ini populer di
pelayanan salon dan spa.
d.)Masker aroma terapi (Aromatherapy mask)
Masker aroma terapi atau pemijatan (message) meliputi suatu
preparasi minyak atsiri yang diekstraksi dari herbal, bunga, atau
buah. Beberapa bau diyakini menimbulkan respons fisiologi dan
perubahan fisiologi.
e.)Masker kolagen (Colagen mask)
Kolagen yang digunakan dalam bentuk masker merupakan
kolagen bovin (keluarga sapi) yang dikeringbekukan (freeze dried)
yang apabila terhidrasi membentuk masker wajah. Kolagen
menunjukkan karakteristik hidrasi yang menonjol dan merupakan
suatu antiiritan.
Masker kolagen meningkatkan tekstur kelembutan dan
mengurangi kekeringan kulit sementara. Masker wajah dapat sangat
efektif untuk pembersihan, membuka pori-pori yang tertutup dan
melembapkan kulit (menurut penggunaan di salon dan spa), tetapi
tidak ada bukti secara ilmiah untuk membuktikan klaim beberapa
salon, seperti menghilangkan toksin, absorpsi vitamin melalui kulit,
atau penurunan ukuran pori, dan lain sebagainya (mengutip sebagian
dari klaim).

II.5 Gel
Gel kadang kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan [ CITATION
Dir95 \l 1033 ]. Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi
yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul
senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh
cairan [ CITATION For78 \l 1033 ].

Kegunaan gel [ CITATION Her89 \l 1033 ]


Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk
pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit
kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long
acting yang diinjeksikan secara intramuskular.
Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada
granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan
pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk
kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit dan
sediaan perawatan rambut.
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal
(non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel
steril)[ CITATION Dir95 \l 1033 ].

Keunggulan Gel
Beberapa keunggulan sediaan gel [ CITATION Voi94 \l 1033 ] adalah
sebagai berikut :
a. Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
b. Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
c. Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
d. Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
e. Pelepasan obatnya baik

Komponen Masker Gel Peel Off


Tabel 2.1 Formula Sediaan Masker Peel-off ekstrak kulit jeruk
manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck) : [ CITATION Lil18 \l 1033 ]

Konsentrasi (%)
Bahan Fungsi
F1 F2 F3
Ekstrak 15 25 35 Zat Aktif
Gelling
PVA 10 10 10
Agent
Peningkat
HPMC 1 1 1
Viskositas
Propilenglikol 15 15 15 Humektan
Metilparaben 0,2 0,2 0,2 Pengawet
Propilparaben 0,1 0,1 0,1 Pengawet
Etanol 70% 15 15 15 Pelarut
Ad Ad Ad
Aquadest Pelarut
100 100 100

a.) Polivinil Alkohol


Polivinil Alkohol digunakan terutama dalam formulasi farmasi
sebagai agen pelapis yang memiliki sifat adhesive atau dapat
membentuk sebuah lapisan film yang dapat dikelupas setelah
mongering [ CITATION Ray09 \l 1033 ]
b.) HPMC
Hidroxy Prophyl Methyl Cellulose (HPMC) banyak digunakan
sebagai agen peningkat viskositas dalam kosmetik dan produk
makanan. HPMC akan membentuk gel yang bening, jernih, bersifat
netral dan mempunyai viskositas yang stabil dalam penyimpanan
jangka panjang [ CITATION Ray09 \l 1033 ].
c.) Propil Paraben
Propil Paraben digunakan sebagai bahan pengawet. Aktivitas
antimikroba ditunjukkan pada pH antara 4-8. Bahan ini secara luas
digunakan sebagai bahan pengawet dalam kosmetik, makanan, dan
produk farmasetika. Penggunaan kombinasi paraben dapat
meningkatkan aktivitas antimikroba, bahan ini sangat larut dalam
aseton, eter, dan minyak, mudah larut dalam etanol dan methanol,
sangat sedikit larut dalam air, titik didihnya 295 0C.
Propil Paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba
dalam kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi. Propil
Paraben adalah salah satu pengawet yang paling sering digunakan
dalam kosmetik [ CITATION Ray09 \l 1033 ].
d.) Metil Paraben
Metil Paraben dalam formulasi farmasetika, produk makanan dan
terutama dalam kosmetik biasanya digunakan sebagai bahan
pengawet. Bahan ini dapat digunakan sendiri maupun dikombinasi
dengan jenis paraben lain. Efektifitas pengawet ini memiliki rentang pH
4-8. Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum biasa digunakan
adalah 0,02%-0,3%. Bahan ini larut dalam air, etanol 95%, eter (1:10),
dan methanol [ CITATION Ray09 \l 1033 ].
Metil Paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba
dalam kosmetik produk makanan dalam formulasi farmasi. Dapat
digunakan sendiri atau kombinasi dengan paraben lain atau
antimikroba lain. Dalam kosmetik Metil Paraben adalah antimikroba
preservative paling sering digunakan. Campuran paraben sering
digunakan untuk memberikan pelestarian efektif. Khasiat pengawet
juga ditingkatkan dengan penambahan propilenglikol (2-5%) atau
dengan mengunakan paraben dalam kombinasi dengan agen
antimikroba lainnya [ CITATION Ray09 \l 1033 ].
e.) Aquadest
Air banyak digunakan sebagai bahan baku, dan pelarut dalam
pengelolahan, formulasi dan pembuatan produk farmasi aktif, nilai
spesifik dari air yang digunakan untuk aplikasi tertentu hingga 100%
[ CITATION Ray09 \l 1033 ].
Aquadest merupakan air murni yang diperoleh dengan
penyulingan. Perolehan air murni yaitu dengan cara penyulingan,
pertukaran ion, osmosis terbalik, atau cairan lain yang sesuai, air
murni bebas dari kotoran dan mikroba disbanding dengan air biasa. Air
murni banyak digunakan dalam bentuk-bentuk sediaan yang
mengandung air, kecuali dimaksud untuk pemberian parenteral
(Ansel,1989).
BAB III

METODE PENELITIAN

III. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu


untuk membuat formulasi masker wajah peel-off dan uji mutu fisiknya
(organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, kemampuan untuk
mengering dan viskositas) dari kulit buah jeruk bali (Citrus maxima).

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :


Autoklaf, Ayakan, Batang Pengaduk, Blender, Bunsen, Cawan,
Cawan petri, Corong, Erlenmeyer, Gelas Kimia, Gelas ukur,
Inkubator, Jangka Sorong, Kain, Lumpang dan Stamper,
Mikropipet, Ose, Oven, Pipet Tetes, Plat kaca, Rotary evaporator,
Saringan, Spoit, Termometer, Timbangan analitik,

III.2.2 Bahan yang digunakan


Aluminium Foil, Aquadest, Bakteri Propionibacterium acne,
Etanol 70%, Etanol 96%, HCL 0,5N, Hidroksipropil Metilselulosa
(HPMC), Kulit jeruk buah bali, Media Nutrient Agar, Natrium
CMC, Nipagin, Nipasol, Paper disk, Polivinil Alkohol (PVA),
Propilenglikol, Sediaan dipasaran sebagai pembanding
(Clindamycin).

III.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juli 2020 di Laboratorium
Farmaseutik Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

III.4 Prosedur penelitian


III.4.1 Pengambilan sampel
Sampel kulit buah jeruk bali (Citrus maxima) diperoleh di
daerah Pangkajene alias Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

III.4.2 Penyiapan tanaman


Limbah kulit buah jeruk bali (Citrus maxima) yang telah
terkumpul dibersihkan kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari ditutupi kain hitam.

III.4.3 Ekstraksi pektin dari kulit buah jeruk bali (Citrus maxima)
a. Ekstraksi pektin
Kulit buah jeruk bali yang sudah kering dihaluskan dengan
menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 5 gram.
Kemudian penambahan aquadest sebanyak 100 ml dan
ditambahkan pelarut asam klorida (HCl) 0,5 N sampai pH larutan
2,5. Selanjutnya dipanaskan sambil diaduk pada suhu yang 60˚C
selama waktu 90 menit. Campuran yang telah diekstrak disaring
dengan menggunakan saringan dan diperas untuk memisahkan
filtrat dari ampasnya.
b. Pengendapan
Filtrat didinginkan sampai dengan suhu kamar kemudian
dilakukan pengendapan pektin dengan menambahkan etanol
96%. Perbandingan filtrat dengan etanol yang ditambahkan
adalah 1:1. Proses pengendapan dilakukan selama 24 jam.
c. Pencucian
Endapan pektin yang diperoleh dicuci dengan menggunakan
etanol 96% untuk menghilangkan sisa asam. Pemisahan
endapan pektin dengan etanol bekas cucian dilakukan dengan
menggunakan spoit.
d. Pengeringan
Pengeringan pektin basah hasil cucian dilakukan dalam
oven pada suhu 50oC selama 3 hari. Tepung pektin diperoleh
dengan memblender pektin kering kemudian dilakukan
pengayakan. Rendemen pektin tertinggi atau signifikan yang
didapat dari hasil ekstraksi pektin kulit buah jeruk bali akan
dilakukan uji aktivitas antimikroba dengan konsentrasi 1%.

III.4.4 Pembuatan media Nutrien Agar (NA)


Ditimbang media Nutrien Agar (NA) 2 g, dilarutkan dengan
100 ml aquadest. Cek pH (7,0±0,2) lalu didihkan sampai jenuh
kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C selama
15 menit.

III.4.5 Uji anti bakteri ekstrak kulit buah jeruk bali (Citrus maxima)
Pengujian aktivitas anti bakteri dari kulit buah jeruk bali
dilakukan dengan mengamati zona hambat menggunakan
metode paper disk. Setiap cawan petri berisi 3 konsentrasi
ekstrak kulit buah jeruk (1%) dan kontrol negatif. Disuspensikan
ekstrak kulit buah jeruk bali dengan Na.CMC untuk 3 konsentrasi
(1%) dan dipipet masing-masing 20 µl di atas paper disk.
Disuspensikan biakan Propionibacterium acnes dengan aquadest
steril. Disiapkan 3 cawan petri (diberi tanda), kemudian
dimasukkan medium Nutrient Agar (NA) dan dibiarkan sampai
memadat. Diinokulasikan 100 µl suspensi bakteri di atas medium
Nutrient Agar (NA) yang telah memadat. Ditanamkan paper disk
(20 µl ekstrak 1% dan kontrol negatif). Diinkubasi pada suhu
37˚C selama 24 jam. Diukur zona daya hambat dengan
menggunakan jangka sorong.

III.4.6 Pembuatan formulasi sediaan masker gel peel off


Proses diawali dengan penimbangan bahan-bahan yang
akan digunakan. Pembuatan formulasi sediaan krim dilakukan
dengan 3 variasi konsentrasi yaitu. Polivinil alkohol ditambah
aquadest empat kalinya lalu dipanaskan sampai warnanya
bening dan homogen. HPMC dikembangkan dengan aquadest
dibiarkan selama 30 menit. Campur keduanya dalam lumpang
gerus homogen. Tambahkan propilenglikol, nipagin dan nipasol
yang telah dilarutkan dalam etanol 70% gerus sampai terbentuk
massa yang homogen. Ekstrak etanol kulit jeruk bali dilarutkan
sisa etanol 70% tambahkan ke basis sedikit demi sedikit gerus
homogen. Masker gel peel-off yang dihasilkan dilakukan evaluasi
yang meliputi organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar,
kemampuan untuk mengering dan viskositas.
Tabel 3.1 Formulasi masker gel peel off dari ekstrak kulit buah jeruk bali
(Citrus maxima )
No Bahan Konsentrasi dalam Fungsi
persen (%) b/b
Basis gel F1
Ekstrak kulit
1. - * Zat aktif
buah jeruk bali
2. PVA 10 10 Gelling agent
Peningkat
3. HPMC 1 1
viskositas
4. Propilenglikol 15 15 Humektan
5. Metil paraben 0,2 0,2 Pengawet
6. Propil paraben 0,1 0,1 Pengawet
7. Etanol 70% 15 15 Pelarut
8. Aquadest ad 100 ad 100 Pelarut

Ket: * konsentrasi disesuaikan dengan hasil uji aktivitas


.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2015. Sediaan Kosmetik (SFI-9). Bandung: ITB Press.

Anonim, 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Ariani, L. W. & Wigati, D., 2016. Formulasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Etanol Kulit Buah
Jeruk Manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck) Sebagai Obat Jerawat. Fakultas Farmasi, STIFAR”
Yayasan Pharmasi” Semarang.

Hanani, E., 2014. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hidayat, S. & Rodame, N., 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: Syawadaya Grup.

Integrated taxonomic information system, 2020. Citrus maxima Merr.. [Online]


Available at: https://www.itis.gov/
[Accessed Friday 3 2020].

Lieberman, H. A., Rieger, M. M. & Banker, G. S., 1989. Pharmaceutical Dosage Forms:
Disperse System, Volume 2. New York: Marcel Dekker, Inc.

Orwa, C. et al., 2009. Agroforestree Database: referensi pohon dan panduan seleksi versi
4.0. World Agroforestry Centre, Kenya.

Perina, I., Satiruiani, Soetaredjo, F. E. & Hindarso, H., 2013. Ekstraksi Pektin Dari Berbagai
Macam Kulit Jeruk. Jurnal Widya Teknik, pp. 6 (1), 1-10..

Rowe, R. C., Sheskey, P. J. & Quinn, M. E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Voight, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Wana, d., 2018. Efektivitas Ekstrak Pektin dari Kulit Buah Jeruk Bali (Citrus maxima) sebagai
Antimikroba. Universitas Negeri Makassar. Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai