Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM FARMASI

ISOLASI FLAVONOID DARI KULIT BUAH JERUK MANIS


(Citrus sinensis L. Osbeck)

Oleh :
NAMA : Hulwa Salsabila
NO. BP : 1711013026
SHIFT : I / Selasa Pagi
KELOMPOK : 4 (Empat)
REKAN KERJA : 1. Diana Puspita Putri 1711011020
2. Khairunnisa A. S. 1711011018
3. Nurmala Septinia 1711013004
4. M. Zahid Mubarak 1711013044

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
Isolasi Flavonoid dari Kulit Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis L.
Osbeck)

I Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktikkan cara mengisolasi golongan senyawa
flavonoid.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa flavonoid hasil isolasi.

II Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan Botani
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkleas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus L.
Spesies : Citrus sinensis L.1

2.1.2 Morfologi

(a) (b)

Gambar 1. Pohon Citrus sinensis (a), buah Citrus sinensis (b)2


C. sinensis adalah pohon yang berdaun hijau sepanjang tahun dan
berbunga. Ketinggian pohon jeruk umumnya 9-10 m, dengan duri besar di dahan.
Susuanan daunnya bergantian, dengan tangkai daun bersayap sempit (lebar 3-5
mm, panjang 6.5-15 cm); bentuk helaian daun mulai dari elips, lonjong hingga
oval, bergigi tumpul dan memancarkan aroma jeruk yang kuat. Bunganya aksila
secara tunggal atau dalam lingkaran 6 (lebar 5 cm) dengan lima kelopak putih dan
benang sari kuning 20-25. Buahnya bisa bulat hingga oval (lebar 6,5 hingga 9,5
cm) dan matang menjadi oranye atau kuning3.

2.1.3 Habitat dan Sebaran


Citrus sinensis merupakan tanaman dataran rendah, antara 40 ° N dan 40 °
S. Biasanya ketinggian 1800 meter di daerah tropis dan ketinggian hingga 750
meter di subtropis. Sehubungan dengan iklim, Citrus sinensis paling baik bertahan
di lingkungan tropis dan subtropis di mana musim panas mendominasi musim
dingin4. C. sinensis adalah tanaman asli Asia dan sekarang tersebar luas di seluruh
Pasifik dan daerah hangat di dunia3.

2.2 Kandungan Kimia


C. sinensis adalah sumber yang kaya akan metabolit sekunder yang
memiliki aktivitas farmakologis. Beberapa jenis senyawa kimia telah
diidentifikasi dari buah, kulit, daun, jus dan akar C. sinensis, meliputi kelompok-
kelompok berikut: flavonoid, steroid, hidroksiamida, alkana dan asam lemak,
kumarin, peptida, karbohidrat, karbamat dan alkilamin, karoten, senyawa volatil,
dan unsur-unsur nutrisi seperti kalium, magnesium, kalsium dan natrium3.

(a)
(b)

(c)

Gambar 2. Struktur senyawa flavonoid hesperidin (a), nobiletin (b), naringin (c)

2.3 Kegunaan Tradisional


C. sinensis dikonsumsi di seluruh dunia sebagai sumber vitamin C yang
sangat baik, antioksidan alami yang membangun sistem kekebalan tubuh.
Tanaman ini telah digunakan secara tradisional untuk mengobati penyakit seperti
sembelit, kram, kolik, diare, bronkitis, TBC, batuk, pilek, obesitas, gangguan
menstruasi, angina, hipertensi, kecemasan, depresi dan stres3.

2.4 Bioaktivitas

2.4.1 Ekstrak
 Aktivitas antibakteri
Nanopartikel perak disintesis pada suhu 25°C dan 60°C menggunakan
ekstrak air kulit buah C. sinensis, menunjukkan beragam zona penghambatan
menggunakan metode agar well-diffusion terhadap Escherichia coli (25°C 12,5
mm, 60°C 16,0 mm), Pseudomonas aeruginosa (25°C 11,7 mm, 60°C 13,4 mm)
dan Staphylococcus aureus (25°C 7,8 mm, 60°C 9,2). Studi lain menunjukkan
bahwa nanopartikel perak yang disintesis dengan mencampurkan larutan perak
nitrat dengan jus C. sinesis selama 2 jam pada suhu 37°C menampilkan nilai
konsentrasi penghambatan minimum (MIC) 20 ug / mL untuk Bacillus subtilis
dan Shigella dan 30 ug / mL untuk S. aureus dan E. coli3.
Ekstrak heksana dari kulit C. sinensis menunjukkan aktivitas
antimikobakteri terhadap yang peka terhadap obat (MIC 200 μL / mL), resisten
isoniazid (MIC 25 μL / mL), dan varian yang resisten etambutol (MIC 50 μL /
mL) Mycobacterium tuberculosis H37Rv. Streptomisin menunjukkan nilai MIC
0,50 μL / mL untuk strain sensitif sedangkan MIC> 8 μL / mL untuk strain
resisten. Isoniazid menampilkan nilai MIC 0,60 μL / mL untuk strain sensitif
sedangkan untuk strain resisten> 1 μL / mL. Etambutol memberikan nilai MIC 2
μL / mL untuk strain sensitif dan untuk strain resisten> 32 μL / mL. Dan terakhir,
rifampisin menunjukkan nilai MIC 0,60 μL / mL untuk strain sensitif dan MIC> 2
μL / mL untuk strain resisten. Dalam penelitian ini obat standar menunjukkan
aktivitas yang lebih baik daripada ekstrak yang diuji. Namun, ekstrak yang paling
aktif sangat berpotensi untuk didapatkan senyawa dengan aktivitas yang lebih
baik daripada obat standar3.
 Aktivitas antifungi
Ekstrak air, etanol, dan eter minyak dari C. sinensis L. (Osbeck)
menunjukkan aktivitas melawan Candida albicans3.
 Aktivitas antimalaria
Ekstrak heksana (IC50 42,13 μg / mL), kloroform (IC50 88,03 μg / mL),
etil asetat (IC50 26,67 μg / mL), aseton (IC50> 100 μg / mL), dan metanol (IC50>
100 μg / mL) kulit C. sinensis, menunjukkan aktivitas antimalaria moderat
terhadap strain Chloroquine (CQ) -sensitive (3D7) dari Plasmodium falciparum.
Dalam penelitian ini, berbagai obat standar digunakan: artemisinin (galur 3D7
IC50 0,0045 μg / mL), klorokuin (galur 3D7 IC50 0,021 ug / mL), CQ
diphosphate (galur D6 IC50 0,00311 μg / mL), mefloquine (galur D6 IC50
0,01608 μg / mL) dan kina (3D7 strain IC50 0,02 μg / mL) [60]. Ekstrak
petroleum eter dan metanol dari C. sinensis menunjukkan aktivitas antimalaria
moderat terhadap strain P. falciparum FCK 2 yang memiliki nilai IC50 masing-
masing 51,06 dan 53,61 μg / mL3.
2.4.2 Senyawa Metabolit Sekunder
 Aktivitas antifungi
Senyawa 3- [4-hidroksi, 3- (3-metil-2-butenil) -fenil] -2- (E) –propenal
yang diisolasi dari ekstrak heksan kulit yang terluka dari C. sinensis L.
menunjukkan aktivitas melawan Penicillium digitatum dan terhadap
Cladosporium cucumerinum pada pelat Si gel tlc menggunakan 7 ug senyawa3.
Flavon polimetoksilasi yang diperoleh dari ekstrak kulit C. sinensis
(flavone-7-O- [6-asil] -glukosida, tetramethyl-O-scutellarein, nobiletin,
natsudaidai, tangeretin, heptamethoxyflavone) menunjukkan aktivitas terhadap
Aspergillus niger (MIC ě 1,6 mg / mL) ) menggunakan uji pengenceran
microbroth3.
 Aktivitas antioksidan
Aktivitas antioksidan total jus Moro C. sinensis dievaluasi berdasarkan
kemampuannya untuk mengikat 2,2-difenil-1-pikrillhidrazil (DPPH ‚), OH‚ dan
2,21-azino-bis (3-etilbenzotiazolina- Asam 6-sulfonat (ABTS‚`) radikal dan untuk
mengurangi zat besi. Aktivitas antioksidan tersebut dikaitkan dengan kehadiran
lima flavon C-glikosil: lucenin-2, vicenin-2, stellarin-2, lucenin-2-41-metil eter
dan scoparin; satu 3-hidroksi-3-metilglutaril glikosil flavonol: 3-hidroksi-3-
metilglutaril glikosil quercetin; dan satu flavon O-glikosida: chrysoeriol 7-O-
neoesperidoside3.

2.5 Metode Ekstraksi


Metode ekstraksi pelarut tradisional meliputi perendaman, maserasi, dan
ekstraksi Soxhlet. Metode-metode ini biasanya memerlukan waktu ekstraksi yang
lama dan / atau suhu tinggi yang menimbulkan risiko degradasi senyawa bioaktif
yang tidak tahan suhu tinggi. Selain itu, penggunaan sejumlah besar pelarut dan
selektivitas ekstraksi yang buruk dapat menambah kelemahan teknik ekstraksi
konvensional5.
Teknik-teknik modern untuk ekstraksi adalah ekstraksi karbon dioksida
superkritis (CO2), ekstraksi berbantuan ultrasonik (UEA), dan ekstraksi
berbantuan gelombang mikro (MAE)5.
III Prosedur Kerja

3.1 Alat dan Bahan


Alat: Botol infus 500 ml, kertas saring, penjepit kayu, corong, oven,
seperangkat alah sokhlet
Bahan: serbuk halus kulit jeruk manis, metanol, n-heksan

3.2 Cara Kerja


a. Kulit jeruk dibersihkan, lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC
hingga benar-benar kering
b. Blender hingga menjadi serbuk
c. Lakukan sokletasi, kulit jeruk yang sudah menjadi serbuk dibungkus
dengan kertas saring seperti gelas yang diameternya harus sesuai dengan
alat soxhlet
d. Masukkan ke dalam alat soxhlet
e. Gunakan pelarut
 n-heksan : disokletasi hingga terbentuk warna hijau, kemudian
tunggu sampai kulit menjadi bening
 Metanol : disokletasi hingga terbentuk warna hijau, kemudian
tunggu sampai kulit menjadi bening
f. Uapkan ekstrak metanol hasil sokletasi dengan alat rotary evaporator
hingga kental
g. Ekstrak kental didiamkan 24 jam
h. Ambil kristal yang terbentuk, kemudian lakukan rekristalisasi sampai
kristal murni
i. KLT senyawa hasil isolasi dengan fase diam silika gel 60 F254, fase gerak
etil asetat:metanol (7:3) ditambah asam asetat beberapa tetes. Lihat noda
dibawah sinar UV λ254.
IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Organoleptis

Gambar 3. Hasil isolasi ekstrak kulit buah Citrus sinensis

Warna : putih kecoklatan


Bau : bau khas jeruk
Rasa :-
Bentuk : kristal

2. Perhitungan rendemen
Berat vial + kristal = 13,3147 gram
Berat vial kosong = 13,1672 gram
Berat kristal = 0,1475 gram
% Rendemen = Jumlah senyawa isolat X 100%
Jumlah sampel
= 0,1475 gram
X 100%
77 gram
= 0,192 %
3. Kromatografi Lapis Tipis

Gambar 4. Hasil KLT isolat ekstrak Citrus sinensis

Jarak tempuh eluen = 4,0 cm


Jarak tempuh noda = 3,5 cm
Nilai Rf = Jarak tempuh noda

Jarak tempuh eluen


= 3,5 cm
4,0 cm
= 0,875

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi dan identifikasi flavonoid dari
kulit buah jeruk manis (Citrus sinensis). Tujuan dari praktikum kali ini adalah
untuk dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi flavonoid hesperidin dari
ekstrak kulit buah jeruk manis C. sinensis beserta analisis kualitatif hasil isolasi
dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Dalam praktikum isolasi hesperidin ini, bagian tanaman yang diekstraksi


adalah kulit buahnya yang telah dikeringkan dan dihaluskan. Tujuan pengeringan
ini adalah untuk menginaktivasi enzim yang terkandung di dalam jaringannya,
selain itu juga untuk mencegah tumbuhnya jamur, sehingga sampel bisa
digunakan untuk waktu yang lama. Didalam langkah kerja juga di haruskan
sampelnya dalam keadaan halus dengan tujuan adalah agar luas permukaan
sampel bertambah sehingga mempermudah proses pelarutan senyawa-senyawa
yang terkandung didalam sampel.

Untuk mengisolasi senyawa hesperidin, terlebih dahulu dilakukan proses


ekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Metode ekstraksi yang
dipilih dalam praktikum ini adalah sokletasi. Metode ini dilakukan dengan
menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas
saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor.
Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah
suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ekstraksi yang kontinyu,
sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya
adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang
diperoleh terus-menerus berada pada titik didih6.

Sokletasi dilakukan dua kali dengan dua pelarut yang berbeda. Pertama,
sokletasi menggunakan pelarut n-heksan. Sokletasi dilakukan sampai larutan
dalam klonsong bening. Sokletasi pertama ini bertujuan untuk menghilangkan
seluruh kandungan yang bersifat lipid atau nonpolar yang akan mengganggu
proses ekstraksi dan isolasi hesperidin akan menjadi tidak optimal. Selanjutnya
dilakukan sokletasi dengan pelarut metanol. Pelarut metanol tersebut berfungsi
untuk menghilangkan glikosida, yang mana ada glikosida akan mengganggu
terbentuknya kristal hesperidin. Sokletasi dilakukan sampai larutan dalam
klonsong bening7.

Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dengan rotary evaporator untuk


menghilangkan pelarut yang masih bergabung dengan ekstrak. Metanol yang
meiliki titik didih rendah akan menguap dan menyisakan zat aktif pada rotary
evaporator. Penguapan terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh
putaran labu alas bulat8. Setelah diuapkan, ekstrak didiamkan selama 24 jam
sampai terbentuk kristal.
Kristal yang diperoleh ini selanjutnya direkristalisasi dengan
menggunakan asam asetat, sebab masih memungkinkan kristal yang
dihasilkan masih mengandung pengotor sehingga untuk menghilangkan
pengotor tersebut maka perlu dilakukan rekristalisasi sehingga
diharapkan dapat diperoleh kristal yang benar-benar murni7.

Dari praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil kristal berwarna putih keruh
kecoklatan berbentuk jarum. Kristal yang didapatkan memiliki warna yang
berbeda dengan keterangan pada literatur yaitu putih9. Hal ini disebabkan oleh
belum murninya kristal karena proses rekristalisasi yang tidak sempurna dan tidak
maksimal. Nilai rendemen yang didapat sebesar 0,192% dan kadar kristal tersebut
sangat kecil. Hal ini mungkin disebabkan karena kulit jeruk terlalu lama
dikeringkan atau kurangnya ketelitian pada saat proses ekstraksi dan isolasi.

Proses selanjutnya ialah analisis kualitatif dengan metode KLT.


Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode kromatografi yang
didasarkan pada prinsip adsorbsi dan partisi. KLT dilakukan untuk analisis
kualitatif berdasarkan perbandingan nilai Rf sampel dan standar. Prinsip dari KLT
ialah pemisahan yang terjadi didasarkan pada perbedaan distribusi dan migrasi
senyawa dimana kecepatan distribusi tergantung pada interaksi antara senyawa
dengan dua fase yang berbeda yaitu fase diam dan fase gerak. Senyawa yang
terikat kuat oleh fase diam akan tertahan dan terelusi lebih lama dibandingkan
dengan senyawa yang terikat lemah dimana senyawa yang terikat lemah akan
lebih mudah terbawa oleh fase gerak dan terelusi pada plat. Daya ikatan antara
senyawa dan kedua fase didasari pada sifat polaritasnya. Digunakan KLT fase
normal yaitu fase diam cenderung lebih polar yaitu silika gel 60 F254 dan fase
gerak etil asetat:metanol (7:3). Plat KLT ditotolkan dengan sampel kristal yang
telah dilarutkan. Plat yang sudah ditotolkan kemudian dimasukkan dalam
chamber dan dielusi hingga eluen mencapai batas atas plat (batas telah dibuat
sebelum mulai penjenuhan) kemudian dihitung nilai Rf nya untuk
membandingkan hasil.
Hasil spot bercak yang muncul diamati melalui lampu UV 254.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pengamatan ketika dilihat dibawah
sinar UV 254 nm didapatkan jarak noda 3,5 cm dan jarak pelarutnya 4,0 cm
dengan harga Rf 0,875. Harga Rf yang diperoleh hampir mendekati harga Rf
standar hesperidin yaitu 0,837. Jadi, dari hasil analisis kualitatif dengan KLT
dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dihasilkan dari isolasi kulit buah jeruk
manis (Citrus sinensis L. Osbeck) adalah senyawa hesperidin.
V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari kulit buah jeruk Citrus sinensis 77 gram didapatkan kristal
sebanyak 0,1475 gram.
2. Kristal berwarna putih kecoklatan dan berbentuk jarum
3. Rendemen yang didapatkan adalah sebesar 0,192%.
4. Harga Rf yang didapatkan adalah 0,875.

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait metode ekstraksi dan
pelarut yang paling baik untuk mendapatkan hasil ekstraksi dan isolasi
yang maksimal.
2. Perlu dilakukan penetapan parameter kualitas ekstrak kulit jeruk manis.
3. Perlu dilakukan uji bioaktivitas dari isolat Citrus sinensis
DAFTAR PUSTAKA
1. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation
Service. Plants ProfCitrus ×sinensis (L.) Osbeck (pro sp.) [maxima ×
reticulata] Show All sweet orangeile for Citrus sinensis (sweet orange).
2. Ken Fern. Citrus sinensis Images - Useful Tropical Plants. Tropical Plants
Database
3. Favela-Hernández, J. M. J., González-Santiago, O., Ramírez-Cabrera, M.
A., Esquivel-Ferriño, P. C. & Camacho-Corona, M. D. R. Chemistry and
pharmacology of Citrus sinensis. Molecules 21, (2016).
4. Teneva, D. et al. Chemical composition, antioxidant activity and
antimicrobial activity of essential oil from Citrus aurantium L zest against
some pathogenic microorganisms. Zeitschrift für Naturforsch. C 0, (2019).
5. Boudhrioua, N. Comparison of the Efficiency of Different Extraction
Methods on Antioxidants of Maltease Orange Peel. Int. J. Food Nutr. Sci.
3, 1–13 (2016).
6. Mukhriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.
J. Kesehat. VII, 361–367 (2014).
7. Iswandi, Bainurwati I., H. R. Isolation of hesperidine from rind of citrus
fruits (Citrus sinensis (L.) Osbeck). 5, 9–14 (2012).
8. Reo, A. R., Berhimpon, S. & Roike Montolalu. Secondary Metabolites of
Gorgonia, Paramuricea clavata. J. Ilm. Platax 5, 121–134 (2017).
9. Firdaus. Teknik Laboratorium dan Penuntun Praktikum Kimia Organik.
(Universitas Hasanuddin, 2009).

Anda mungkin juga menyukai