Anda di halaman 1dari 27

Pelayanan Resep

Pasien COVID-19
Oleh:
Hulwa Salsabila
2141012017
R/ Vit C 500mg no.X
Pembacaan Resep
S2dd I

R/ Vit D 1000 IU tab no.V

S1dd I

R/ Zink 200mg No. X

s2dd1

R/ NAC 200mg No.X

s2dd1
Skrining Administrasi
No. URAIAN Ada/ Tidak Ada Keterangan

  Identitas dokter dan asal usul resep :


1 Nama dokter ada Dr. Rudi
2 SIP dokter Tidak ada -
3 Alamat dokter tidak -

4 Nomor telepon Tidak ada -


5 Paraf dokter ada Oke

6 Tempat dan tanggal penulisan resep Ada Oke

7 Tanda (R/) diawal penulisan resep Ada Oke


  Identitas Pasien :
1 Nama pasien Ada Zeraldy nursi (L)
2 Umur pasien Ada 33tahun
3 Jenis kelamin Ada Laki-laki
4 Berat badan Tidak ada -
Skrining
 Farmasetika: tidak ada
 Farmakologi/klinis : tidak ada
Vitamin C
Komposisi : vitamin C 500mg

Mekanisme :Asam askorbat, vitamin yang larut dalam air, bertindak sebagai kofaktor
dan antioksidan. Ini penting untuk perbaikan jaringan dan pembentukan kolagen dan
bahan antar sel. Selain itu, ini terlibat dalam konversi asam folat menjadi asam folinat,
sintesis lipid dan protein, metabolisme karbohidrat, penyerapan dan penyimpanan zat
besi, dan respirasi sel.

Indikasi : Digunakan untuk mengobati defisiensi vitamin C, dalam keadaan sepsis pada
kasus infeksi COVID-19, dosis tinggi asam askorbat sebagai prooksidan terhadap sel
imun dan sebagai antioksidan terhadap sel epitel paru

Kontraindikasi : penderita yang hipersensitif terhadap asam askorbat, Hyperoxaluria


Efek samping : Gangguan GI (misalnya diare, mual, muntah, kram perut, kolik sementara,
kembung), mulas, kelelahan, kemerahan, sakit kepala, insomnia, mengantuk; hiperoksaluria,
pembentukan batu Ca oksalat ginjal; pingsan / pusing sementara (IV); nyeri ringan sementara di
tempat inj (IM / SC).

Interaksi obat : tidak ada interaksi antar obat, Desaturasi jaringan yang diinduksi dengan alkohol.

Farmakologi

Absorpsi: Mudah diserap dari saluran GI.

Distribusi: Tersebar luas di jaringan tubuh. Melintasi plasenta dan memasuki ASI. Pengikatan
protein plasma: Sekitar 25%.

Metabolisme: Dioksidasi secara reversibel menjadi asam dehidroaskorbat (DHA), beberapa


dimetabolisme menjadi metabolit tidak aktif, askorbat-2-sulfat dan asam oksalat.

Ekskresi: Melalui urin (sebagai obat yang tidak berubah dan sebagai metabolit tidak aktif). Waktu
paruh eliminasi: 10 jam.
Dosis
 Tanpa gejala dan gejala ringan: 100-200 mg per oral 3 x sehari selama 14 hari
 Gejala sedang dan berat : 400 mg secara IV 1 x sehari dengan injeksi perlahan
 Pengobatan covid-19 : 50mg/kg bb setiap 6 jam secara IV selama 4 hari
(BPOM, 2020)

Penyimpanan

Simpan pada suhu kamar. Lar untuk inj: Simpan dibawah 25 ° C. Lindungi dari
cahaya. Jangan dibekukan.
Zinc
Komposisi : zink sulfate monohidrat 20 mg

Mekanisme kerja : zink adalah kofaktor dari berbagai enzim yang terlibat dalam pembelahan dan pertumbuhan sel,
pengangkatan radikal bebas berbahaya, Ini juga digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengobati
flu biasa dan infeksi telinga berulang, serta mencegah infeksi saluran pernapasan bagian bawah.Indikasi :defesiensi
zink , acute diarrhea, covid 19

Kontra indikasi : Copper deficiency

Efek samping :
 Gangguan gastrointestinal: Sakit perut, dispepsia, mual, muntah, diare, iritasi lambung, gastritis.
 Gangguan umum dan kondisi situs admin: Iritabilitas, kelesuan.
 Gangguan sistem saraf: Sakit kepala, pusing.
(mims.com)
Interaksi obat

Mengurangi absorpsi Zn dan suplemen Fe oral, penicillamine, tetracycline, dan trientine.


Dapat mengurangi absorpsi tembaga dan kuinolon (misalnya ciprofloxacin, levofloxacin,
moxifloxacin, norfloksasin, dan ofloxacin). Penyerapan Zn berkurang dengan Ca.

Farmakokinetika

Absorbsi: Tidak terserap secara sempurna di saluran pencernaan. Penyerapan berkurang


dengan fitat. Ketersediaan hayati: Sekitar 20-30%.

Distribusi: Tersebar luas ke seluruh tubuh dengan konsentrasi tertinggi di otot, tulang, kulit,
mata, dan cairan prostat. Melintasi plasenta dan memasuki ASI. Pengikatan protein plasma:
Sekitar 55% terikat pada albumin; 40% terikat pada α1-globulin.

Ekskresi: Terutama melalui feses. Jumlah kecil melalui urin dan keringat.

(mims.com)
Dosis

Dosis yang digunakan dalam uji klinis terdaftar untuk COVID-19 bervariasi antar
studi, dengan dosis maksimum zink sulfat 220 mg (50 mg unsur zink) dua kali
sehari.

(covid19treatmentguidelines.nih.gov)

Penyimpanan

PO: Simpan antara 15-30 ° C. IV: Simpan antara 20-25 ° C.


Vitamin D
Komposisi:

Indikasi : penggunaan suplemen vitamin D untuk mencegah atau mengobati COVID-


19, menjaga kesehatan tulang dan otot.

Kontraindikasi : pasien dengan riwayat alergi terhadap vitamin D dan prekursornya.


Obat ini juga tidak boleh diberikan pada individu dengan hiperkalsemia, sindroma
malabsorpsi, dan gangguan fungsi ginjal

(Drugbank)
Farmakokinetik

Resorpsinya dari usus baik dan melalui limfe memasuki darah dalam bentuk chylo
mikron, suatu lipoprotein besar. Metabolisme vitamin D2 dan D3 berlangsung
sejajar, keduanya dalam hati dihidroksilasi menjadi senyawa 25-OH-nya dan
kemudian dalam tubuli ginjal menjadi derivat 1,25-dihi droksinya. Kedua metabolit
ini, yakni 1,25-(OH)2D2 dan 1,25-(OH)2D3(= kalsitriol) bersama 24,25-OH)2D3
merupakan bentuk bioaktif vitamin D. Selain itu, juga 25(OH)D3 (= kalsifediol)
memiliki aktivitas sendiri. Penimbunan vitamin D terutama terjadi di jaringan lemak
dan hati; ekskresinya berlangsung terutama melalui empedu dan tinja.

( Obat –obat penting , 2010)


Dosis

Mencegah COVID-19 : daily doses of 10 micrograms hingga 25 micrograms (400


units to 1,000 units) of vitamin D

Covid 19 : dosis yang dianjurkan sekitar 5.000 mikrogram (200.000 unit) vitamin D
pada minggu pertama sekitar 700 mikrogram (28.000 unit) /hari dan 1.300
mikrogram pada minggu-minggu berikutnya sekitar 200 mikrogram (8.000 unit)
/hari .

(nice.org.uk)
Asetilsistein
 Diindikasikan sebagai mukolitik dan antidot pada keracunan parasetamol
 Memiliki indeks terapi yanng luas
 Asetilsistein merupakan grup sulfidril yang menghidrolisis ikatan disulfida yang
berikatan pada mucin, dan memutus oligomer sehingga mucin menjadi lebih
encer. Dengan mekanisme antioksidan juga menurunkan fosforilasi dari EGFR dan
MAPK yang menurunkan transkripsi dari gen MUC5AC yang memproduksi
mucin
Asetilsitein
 Dosis : 200 mg 3 kali sehari atau 600 mg sekali sehari. Dosis maksimal 600 mg
per hari.
 Efek samping : mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, sakit perut bagian atas.
DRP
Tidak ada menimbulkan interaksi apapun terhadap obat yang dikonsumsinya
Kode Masalah Uraian Masalah
1a Semua obat sudah sesuai indikasi
 Vitamin C : antioksidan
 Vitamin D : kekebalan tubuh
 Oseltamivir : anti virus
 Zinc : kekebalan tubuh dan proses metabolism,
defesiensi zink , acute diarrhea (mims)
1b Ada indikasi yang tidak mendapatkan terapi : Tidak
 
1c Kontraindikasi : Tidak ada
2 Pemilihan obat sudah sesuai dengan literature (Pedoman
tatalaksana covid-19, 2020)
 Terapi untuk pasien Covid-19
3a Dosis obat : tidak ada masalah
Semua dosis obat sudah sesuai dengan literatur (bpom,
2020)
4 Interval pemberian : tidak ada masalah
Semua obat sudah sesuai interval pemberian nya dengan literatur

5 Waktu pemberian : tidak ada masalah

6 Rute pemberian : tidak ada masalah


Semua obat diberikan sesuai rute pemberian nya

7 Lama pemberian : tidak ada masalah


8 Interaksi obat : Tidak ada
Interaksi hasil lab : tidak ada

9 ESO/ADR/Alergi
Efek samping:
Oseltamivir : Mual, muntah, sakit perut, insomnia, bronkitis, vertigo, diare, batuk, pusing, sakit kepala,
kelelahan, angina tidak stabil, anemia, aritmia, perdarahan GI (mims)
Vit C : Gangguan GI (misalnya diare, mual, muntah, kram perut, kolik sementara, kembung) (BPOM,
2020)
Zinc :Gangguan gastrointestinal: Sakit perut, dispepsia, mual, muntah, diare, iritasi lambung, gastritis.
Gangguan umum dan kondisi situs admin: Iritabilitas, kelesuan. Gangguan sistem saraf: Sakit kepala,
pusing (Mims)
Vit D : Mulut kering, sensasi logam dimulut sembelit, mual muntah, hiperkalsemia pada bayi (Pionas)
Informasi obat pada pasien
 Vitamin D dikonsumsi sehari satu kali sesudah makan selama 10 hari
 Vitamin C dikonsumsi sehari dua kali sesudah makan selama 10 hari
 Oseltamivir dikonsumsi sehari dua kali sesudah makan selama 5 hari
 Zinc dikonsumsi sehari dua kali selama sesudah makan 10 hari
Terapi non-farmakologi
Tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan
 Mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
 Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi dengan
anggota keluarga
 Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin.
 Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
 Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
 Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
 Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
 Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
 Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik / wadah
tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci
dan segera dimasukkan mesin cuci
 Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi, jam 12 siang dan jam 19 malam.
Gejala sedang
 Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit, status hidrasi, saturasi
oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan ronsen
dada secara berkala.
Berat
 Istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi cairan),
dan oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis,
LDH, D-dimer.
 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
REFERENSI
 https://www.mims.com/indonesia/
 https://www.nice.org.uk/guidance/ng187
 https://go.drugbank.com/
 Bpom. 2020. Informatorium obat covid-19 di Indonesia. Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia.
 Tjay. Tan Hoan dan Rahardja kiranan. 2010. Obat-obat penting. Jakarta :
Gramedia
 Erlina Burhan, dkk. 2020. Pedoman Tatalaksana Covid-19. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai