Anda di halaman 1dari 42

TERAPI HIPERTENSI

HIPERTENSI ?
TEKANAN DARAH SISTOLIK
LEBIH DARI 140 mm HG DAN
ATAU DIASTOLIK 90 mm HG
(PADA PENGUKURAN BERULANG)

KECUALI TDS  210 mmHg


dan/atau TDD  120 mmHg
Resiko CV (total /absolut)

1. Resiko kardiovaskular
Umur,merokok,kadar
kolesterol,tingginya tekanan
darah,diabetes mellitus
Resiko CV (total /absolut)

2. Kerusakan Organ Target :

 Hipertrofi
Ventrikel Kiri (LVH per ECG)
 Kenaikan kadar kreatinin
 Microalbuminuria
 Gangguan pembuluh darah (penebalan
intima-media, plak sklerotik)
Resiko CV (total /absolut)

3. Penyakit penyerta :
Serebrovaskular

(stroke iskemik/perdarahan)
Jantung

(infark miokard,angina pektoris,gagal


jantung,revaskularisasi koroner)
Resiko CV (total /absolut)

Ginjal
(nefropatidiabetik,proteinuria,ganguan
fungsi ginjal)
Pembuluh darah perifer
Retina/retinopati:
(eksudat,perdarahan,edema papil)
HIPERTENSI

PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Teknik pengukuran tekanan darah ada dua:


• secara langsung
• tidak langsung.
( stigmomanometer raksa dan metoda
dengar bunyi atau metoda
Tabel klasifikasi tekanan darah dewasa

KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK


OPTIMAL < 120 < 80
PREHIPERTENSI 120 - 139 80 - 89

HIPERTENSI
TK 1 140 – 159 90 – 99
TK 2 160 – 179 100 – 109
TK 3 > 180 > 110
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TEKANAN DARAH
FAKTOR RESIKO DAN PEMRAKIRA
TEKANAN DARAH TINGGI

 Keturunan
 Bobot badan
 Obesitas
 Faktor nutrisi
 Alkohol
 Kegiatan fisik
 Denyut jantung
 Faktor psikososial
 Faktor lingkungan
PATOGENIS

Mekanisme berbagai Vascular Growth Promotors


dalam menimbulkan hipertensi
GEJALA KLINIS

Peninggian tekanan darah, Kadang-


kadang hipertensi primer berjalan
tanpa gejala, dan baru timbul gejala
setelah terjadi komplikasi pada
organ target seperti pada ginjal,
mata , otak dan jantung.
GEJALA KLINIS

 Peninggian tekanan darah, Kadang-kadang hipertensi primer


berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata , otak dan
jantung.

Gambar 4. Perjalanan alamiah hipertensi primer yang tidak terobati.


HIPERTENSI

DIAGNOSIS
 Anamnesis
 pemeriksaan fisik
 pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang.

Faktor Resiko
Kardiovaskular dan
Kerusakan Organ
Target pada pasien
Hipertensi
PENYEBAB HIPERTENSI BERDASAR
ETIOLOGI :
1. HIPERTENSI ESENSIAL/PRIMER
ATAU IDEOPATIK ( 90 % KASUS )
TDK JELAS ETIOLAGINYA MULTIFAKTOR
GENETIK
-KEPEKAAN TERHADAP STRES
- SENSITIVITAS THD NATRIUM
- RIWAYAT PENYAKIT CARDIOVASCULER DLM KELUARGA
- REAKTIVITAS TERHADAP VASOKONSTRIKTOR
LINGKUNGAN
- STRES FISIK
- INTAKE NATRIUM TERLALU BANYAK
- OBESITAS
       
2. HIPERTENSI SEKUNDER
5 – 8 % KASUS, DISEBABKAN :
- Penyakit ginjal (hipertensi renal)
- Penyakit endokrin (syndrom Cushing)
- Obat : kontrasepsi (estrogen),
kortikosteroid, NSAID, cocaine,
phenylpropanolamine.
HIPERTENSI

PENATALAKSANAAN:

 penatalaksanaan nonfarmakologi
atau perubahan gaya hidup

 penatalaksanaan farmakologi atau


dengan obat.
PENATALAKSANAAN NONFARMAKOLOGI

Penurunan berat badan


penurunan asupan garam
menghindari faktor resiko (merokok,
minum alkohol, hiperlipidemia dan stres)
PENATALAKSANAAN DENGAN OBAT

 DIURETIC
 BETA BLOKER
 ACE INHIBITOR
 CALSIUM CHANEL BLOKER
 ANGIOTENSIN II RECEPTOR BLOKER
 ALPHA 1 BLOKER
 CENTRAL ALPHA 2 AGONIS
 ADRENERGIC INHIBITOR
 VASODILATOR
Mekanisme kerja / T4 kerja
obat hipertensi
Stratifikasi Risiko dan Pengobatan Hipertensi
HIPERTENSI

Tahapan terapi hipertensi


Pemakaian obat pada
penanggulangan hipertensi

1. Bila pemberian obat (selama 2 minggu) belum


berhasil (TD =/> 140/90mmHg), dosis dinaikkan
sampai optimal (setiap 2 minggu) atau dua/tiga
obat utama dikombinasi
2. Bila (setelah ad1) tetap belum berhasil perlu
berkonsultasi dengan pakar hipertensi sesuai
kompetensinya.
Beberapa jenis obat anti hipertensi
Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara


mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga volume
cairan tubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh : Hidroklorotiazid.

Efek samping yang sering dijumpai adalah :


 Hipokalemia dan hiponatremia yang dapat menyebabkan
lemas
 Hiperurisemia
 Kelemahan otot
 Muntah
 Pusing
Diuretik, bekerja dengan cara meningkatkan
pengeluaran garam dan air oleh ginjal.

Dikelompokkan atas :
 Diuretik ansa henle : Furosemid, as. etakrinat
 Derivat thiazida : hidroklorthiazida, klortalidon
 Diuretik hemat kalium : amilorida, triamteren
Betabloker

Mekanisme kerja obat anti hipertensi ini adalah


melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita
yang telah diketahui mengidap ganggua
pernafasan seperti asma bronkial.
Contoh : Metoprolol, Propanolol, dan Atenolol.

Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,


karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
sehingga pemberian obat harus hati-hati.
Reseptor beta-blocker, bekerja dengan cara
memblokade reseptor beta adrenergik shg
meniadakan/menurunkan aktivitas adrenalin
dan noradrenalin.
Contoh :
 Atenolol
 Pindolol
 Propanolol
Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan


menghambat aktivitas saraf simpatis.

Efek samping yang dijumpai adalah :


 Anemia hemolitik
 Gangguan fungsi hati dan kadang-kadang
menimbulkan hepatitis kronis
Reseptor alfa-blocker, bekerja memblok reseptor
alfa adrenergik yang terdpt di otot polos
pembuluh (dinding).

Dibagi atas 3 kelompok :


 Alfa-blocker tak selektif : fentolamin
 Alfa-1 blocker selektif : prazosin, doxazosin
 Alfa-2 blocker selektif : yohimbin
Obat-obat SSP, agonis alfa-2 adrenergik
menstimulasi reseptor alfa-2 adrenergik yang
banyak sekali di SSP, akibat perangsangan ini
melalui feedback negatif akan dapat
menyebabkan pengurangan aktivitas saraf
adrenergik perifer dan tekanan darah.

Contoh :
 Clonidin
 Metil dopa
Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada


pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
pembuluh darah.
Contoh : Prazosin, Hidralazin, Monoksidil

Efek samping yang mungkin terjadi : sakit kepala,


pusing
Inhibitor ACE

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat


pembentukan Angiostensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh : Kaptopril, Enalapril, Lisinopril

Efek samping yang mungkin timbul adalah :


 Batuk kering
 Pusing
 Sakit kepala
 Lemas
Penghambat Reseptor Angiostensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi


penempelan zat Angiostensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung.
Contoh : Valsartan (Diovan), Losartan

Efek samping yang mungkin timbul :


 Sakit kepala
 Pusing
 Lemas
 Mual
Antagonis Kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa


jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas). Bekerja dengan cara
menghambat pemasukan ion Ca ekstra sel ke
dalam sel

Contoh : Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil.

Efek samping yang mungkin timbul adalah :


 Sembelit
 Pusing
 Sakit kepala
 Muntah
Antihipertensi pada pasien
spesifik
Kondisi px Anjuran Hindari
Gagal jantung ACEI, diuretik BB, Ca-antag
Angina BB, Ca-antag Hydralazine,
minoksidil
Px lanjut usia Diuretik, Ca-antag,
 agonis
Diabetes ACEI, Ca-antag, BB, diuretik
 agonis
Bronchospasm Ca-antag BB, ACEI
Kehamilan Methyl dopa, Diuretik, BB
hydralazine,
labetolol
Antihipertensi pada pasien
spesifik
Kondisi px Anjuran Hindari
Gangguan ginjal ACEI, ARB, Loop Diuretik hemat
diuretik, Ca- kalium, tiazid
antag,  agonis ,
minoksidil,
hydralazine
Takikardia  agonis, BB, Nifedipin,
verapamil, hydralazine,
diltiazem minoksidil
Gout  agonis Diuretik, ACEI

Hiperlipidemia  bloker, ACEI, BB, diuretik


Ca-antag
Antihipertensi pada pasien
spesifik
Sebab-sebab kegagalan
terapi hipertensi

Ketidakpatuhan pasien :
 Biaya pengobatan
 Instruksi tidak jelas
 Efek samping obat
 Frekwensi pemberian yang tidak praktis
Obatnya sendiri ;
 Dosis terlalu rendah
 Kombinasi yang tidak cocok
 Terjadinya toleransi
 Interaksi dengan obat lain
Sebab-sebab kegagalan
terapi hipertensi

Kondisi lain :
 Obesitas
 Tinggi natrium
 Retensi cairankerusakan ginjal yg
progresif
 Hipertensi sekunder
PENGURANGAN/PENGHENTIAN
ANTIHIPERTENSI

 TD TELAH TERKENDALI
 ANTIHIPERTENSI MULAI DIKURANGI
SECARA BERTAHAP, DITURUNKAN
DOSISNYA KEMUDIAN DIHENTIKAN
TAPI MODIFIKASI POLA HIDUP TETAP
DIJALANKAN
 PERLU TETAP DIPERIKSA SECARA
TERATUR
GAYA HIDUP DAN TEKANAN
DARAH
 Menurunkan berat badan
 Pengurangan konsumsi alcohol
 Pengurangan intake garam
 Peningkatan aktivitas fisik
 Penurunan intake lemak
 Peningkatan konsumsi buah dan sayur

Anda mungkin juga menyukai