Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT

PERCOBAAN I
PEMBUATAN GRANUL

NAMA : RIZKY ARISKA NINGSIH


NIM : 1801072

TANGGAL PRAKTIKUM : SELASA, 04 NOVEMBER 2020


DOSEN : Dr. Apt. GRESSY NOVITA, M.Farm
ASISTEN DOSEN : DHEA ANANDA YEMARSI
SULASTRI CAHYANI
YULINDA ANGGRANI, S.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
PEMBUATAN GRANUL

1. Tujuan Praktikum

- Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan perhitungan dan pembuatan tablet metode
granulasi basah.

- Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan perhitungan dan pembuatan tablet metode
granulasi kering.

- Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan perhitungan dan pembuatan tablet metode
kempa langsung.

2. Tinjauan Pustaka

Tablet adalah sediaan bertakaran, padat, umumnya berbentuk silindris datar dengan
permukaan datar ganda atau cembung ganda. Pada permukaannya dapat diterakan identitas,
takaran, identitas dengan tanda yang cocok dan cekungan atau tanda cekungan silang untuk
memudahkan pematahannya. Pada suatu tablet dalam pengertian yang sesusai dengan definisi
diatas, dapat dibuat lapisan obat berikutnya yang dikempadengan bantuan peralatan khusus
(tablet berlapis banyak, tablet mantel) (Voigt, 1995).

Beberapa unit proses (proses satuan) terlibat dalam pembuatan tablet, seperti
penurunan ukuran partikel, pencampuran, granulasi, pengeringan, pengempaan, dan
penyalutan (tetapi tidak selalu). Berbagai faktor yang terkait dengan proses ini dapat
mempengaruhi keseragaman kandungan, ketersediaan hayati, atau stabilitas sediaan
diantaranya adalah:

- Penurunan ukuran partikel


- Pencampuran
- Granulasi
- Pengempaan tablet
- Penyalutan (Kurniawan, 2009).
Tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat/diproduksi karena
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk sediaan lainnya yaitu :

1. Takaran obat cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.

2. Pembebasan obat dapat diatur sesuai dengan efek terapi yang diinginkan

3. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan

4. Bahan obat yang dapat rusak oleh cairan atau enzim dalam saluran pencernaan dapat diatasi
dengan penyalutan.

5. Mudah dalam pengemasan, pengepakan, transportasi dan penggunaannya

6. Biaya produksi relaatif mudah dibandingkan dengan bentuk sediaan lain (Syamsuni,2005).

Persyaratan yang harus dipenuhi tablet agar layak dikonsumsi adalah sebagai berikut:
a. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
b. Uji kekerasan
c. Uji keregasan
d. Waktu hancur
e. Disolusi
f. Penetapan kadar zat aktif (Syamsuni, 2007).
Dalam pembuatan tablet, zat berkasiat, zat-zat lain kecuali pelican dibuat granul
(butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak dapat mengisi cetakan tablet dengan baik dan
mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 2012)
Ada tiga cara pembuatan tablet yaitu :
1. Granulasi Basah
Granulasi basah biasanya digunakan untuk tablet kempa. Serbuk yang dibasahi
atau massa lembab diayak menjadi granul, kemudian dikeringkan. Perekatan granulasi
dengan pengayakan kering ditambahkan lubrikan dan pemcampuran hingga pembentukan
tablet dengan kempa (Ansel, 2013).
Metode ini dapat digunakan untuk zat aktif yang sukar larut dalam air atau
pelarut yang digunakan tahan terhadap pemanasan dan kelembaban. Umumnya
digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak karena mempunyai sifat aliran dan
kompresibilitas yang jelek.
2. Granulasi kering
Tujuan metode granulasi kering adalah untuk memperoleh granul yang dapat
mengalir bebas untuk pembuatan tablet. Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak
mungkin digranulasi basah, karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan lembab atau
tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir
bebas dan dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung (Ansel, 1989).
Dalam metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif
supaya masa yang jumlah nya besar dapat dibentuk.Metode ini khususnya untuk bahan-
bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya
terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang tinggi
(Siregar, 2010).
3. Cetak Langsung
Cetak atau kempa langsung dilakukan jika :
1. Jumlah zat khasiat per tabletnya cukup untuk dicetak.
2. Zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing).
3. Zat khasiat berbentuk Kristal yang bersifat free-flowing.
Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah
selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat
dikempa dan beberapa pati termodifikasi.

3. Prosedur Kerja
a. Alat
- Timbangan - Ayakan mesh 14, 16
- Lumpang dan alu - Stamfer
- Gelas beker - Wadah
- Hot plate - Lemari pengering
- Gelas ukur - Corong
- Sendok dan spatula - Alat kempa
b. Bahan

- Parasetamol - Vitamin C

- Amprotab - Sorbitol kristal

- Musilago amili - Na. Sakarin

- Laktosa - FD&C Yellow no 6

- Mg stearat - Sukrosa

- Talk - Oleum Citri

- FD&C Yellow no. 6 - Aquadest

c. Cara Kerja

Granulasi Basah

1. Buatlah musilago amili 10% dengan terlebih dahulu membuat suspensi pati dengan
1,5 bagian air dalam beker gelas lalu tambahkan air sampai tanda batas, dipanaskan
sampai terbentuk larutan yang kental, agak jernih dan mudah dituang (larutan kanji).
Timbang berat larutan kanji dan wadah (a).
2. Campur dan gerus homogen serbuk parasetamol, laktosa dan amylum penghancur
dalam di dalam mortir/lumpang sampai homogen.
3. Kemudian tambahkan larutan kanji sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan yang
dapat dikepal seperti bola salju yang bila kepalan tersebut dipecah akan memberikan
butiran-butiran terpisah.
4. Catat jumlah larutan kanji yang digunakan (a-b) dengan menghitung selisih jumlah
awal larutan kanji dengan jumlah larutan kanji yang tersisa, dengan menimbang ulang
berat larutan kanji sisa dan wadah (b).
5. Adonan tersebut diayak dengan ayakan mesh 14 dengan sedikit tekanan memakai
stamfer atau perata seperti botol yang dimiringkan, granul yang didapat ditampung
dalam suatu wadah.
6. Keringkan granul didalam lemari pengering pada suhu 50-60°C selama 8-12 jam
kemudian diayak dengan mesh 16 dan ditimbang jumlah granul yang didapat.
7. Jumlah fasa luar yang ditambahkan dihitung menurut jumlah granul kering yang
dihasilkan. Selanjutnya apabila pencetakan akan dilaksanakan maka granul kering dan
fasa luar dicampur homogen dan campuran ini siap dicetak menjadi tablet.

Granulasi Kering

1. Timbang zat aktif dan eksipien.


2. Gerus halus paracetamol hingga menjadi serbuk.
3. Tambahkan sukrosa, mg stearat, FD&C Yellow no. 6 .
4. Tambahkan oleum citri secukupnya.
5. Bahan yang sudah tercampur kemudian diayak.
6. Cetak menjadi tablet yang besar dan kasar (slug).
7. Giling menjadi granul.
8. Granul diayak dengan ayakan.
9. Diuji seperti pada granulasi basah.
10. Dicetak menjadi tablet.

Cetak Langsung

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Timbang masing-masing bahan
3. Ayak vitamin c dengan pengayak.
4. Campurkan eksipien-eksipen sedikit demi sedikit hingga homogen, lalu tambahkan
vitamin c hingga homogen.
5. Kempa campuran hingga membentuk tablet.
6. Lakukan pengujian.
4. Hasil dan Pembahasan

Hasil

 Formulasi
A. Granulasi Basah
Formula (dibuat tablet parasetamol 100 tablet, bobot per tablet 750 mg)
Bahan Kegunaan 1 tab 100 tab
Fase dalam (92%) :
Parasetamol Bahan aktif 500 mg 50 g
Amprotab 10%) Penghancur 75 mg 7,5 g
Musilago amili 10% Pengikat 230 mg 23 g
Laktosa Pengisi 92 mg 9,2 g
Total : 690 mg 69 g
Fasa Luar (8%) :
Mg stearat 1% Lubrikan
Talk 2% Glidan
Amprotab 5% Penghancur

B. Granulasi Kering
Formula Tablet Kunyah:
Parasetamol 250 mg Zat aktif
Sukrosa 336 mg Pemanis
Mg. stearat 3 mg Pelicin
FD&C Yellow no. 6 2 mg Pewarna
Oleum Citri qs Pengaroma

C. Cetak Langsung
Formula Tablet Hisap:
Vitamin C 100 mg (20%) Zat aktif
Sorbitol Kristal 39% Pengisi
Na. Sakarin 39% Pemanis
Mg. Stearat 1% Pelicin
FD&C Yellow no 6 1% Pewarna
Oleum citri qs Pengaroma
Bobot tablet 500 mg

 Perhitungan

A. Granulasi Basah

Fase dalam (92%):


Total fase dalam untuk 100 tab = 69 g
Parasetamol = 50 g
Amilum kering (10% x 750 g) = 7,5 g
Mucilago amili (1/3 x 690 g) = 23 g
Laktosa = 690 – ((500+75+ (0,1x230)) = 9,2 g

Misal, diperoleh granul 68.5 g dalam praktek


Jumlah mucilago amili yang digunakan 20 g (lebih sedikit), maka bobot granul
teoritis menjadi:
50 g + 7,5 g + (0,1 x 20 g) + 9,2 g = 68,7 g
Jadi, dalam 68,5 g granul yang diperoleh mengandung parasetamol sejumlah:
68,5/ 68,7 x 50 g = 49,854 g

Jumlah tablet yang dapat dibuat = (49,854 g / 0,500 g) = 99,708 tablet = 99


(jumlah tablet utuh)

Fase luar (8%):


Mg-stearat = 1/92 x 68,5 g = 0,745 g
Talk = 2/92 x 68,5 g = 1,489 g
Amprotab = 5/92 x 68,5 g = 3,722 g

B. Cetak Langsung

Formula Tablet Hisap: Bobot tablet 500 mg


Vitamin C 100 mg = 20% × 500 mg = 100 mg
Sorbitol kristal = 39% × 500 mg = 195 mg
Na. Sakarin = 39% × 500 mg = 195 mg
Mg. Stearat = 1% × 500 mg = 5 mg
FD&C Yellow no 6 = 1% × 500 mg = 5 mg
Oleum citri qs

Pembahasan

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obatatau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan.

Ada tiga metode pembuatan tablet yaitu metode cetak langsung, metode granulasi
basah, dan metode granulasi kering. Pada praktikum ini dilakukan pembuatan tablet dengan
metode granulasi basah, granulasi kering, dan cetak langsung dengan zat aktif berturut-turut
paracetamol, paracetamol, dan vitamin C.

Beberapa problem yang sering muncul pada pembuatan tablet yaitu Capping (lapisan
bagian bawah/atas tablet terbelah), binding (melekatnya grabul pada matrik saat dikempa),
sticking (melekatnya granul pada stempel saat dikempa) dan mottling (warna tablet tidak
merata). Maka diperlukan bahan tambahan (Adjuvan) untuk mencegah atau meminimalisir
problem tersebut, bahan tambahan yang diperlukan diantaranya zat pengisi, zat pengikat, zat
penghancur dan zat pelicin. Zat pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet, zat
pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak dan dapat merekat, zat penghancur,
agar tablet dapat hancur dalam perut dan zat pelicin, agar tablet tidak lekat pada cetakan.
Semua zat tersebut serta zat berkhasiat dibuat granul (butiran kasar) kecuali zat pelicin, karena
serbuk yang halus tidak dapat mengisi cetakan tablet dengan baik dan mudah mengalir
mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak.
Sebelum menentukan metode pembuatan tablet dilihat dulu sifat dari zat aktifnya,
tahan terhadap panas dan kelembaban atau tidak. Jika tahan terhadap kedua hal tersebut
metode yang bagus adalah granulasi basah, karena kekuatan dan stabilitas tablet lebih bagus.

Tahap awal proses granulasi kering yaitu pengecilan partikel-partikel dengan proses
pengayakan. Hal ini dilakukan karena distribusi ukuran partikel mempengaruhi sifat fisik dan
sifat kimia serbuk yang kemudian akan berpengaruh terhadap kestabilan obat. Ukuran juga
berperan penting pada homogenitas tablet akhir. Bila terdapat perbedaan ukuran partikel yang
besar antara zat aktif dan eksipien, maka akan terjadi kesulitan pencampuran. Setelah proses
pengayakan, bahan ditimbang sesuai ketentuan.

Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah proses slugging. Metode ini adalah membuat
granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui
gaya. Tujuan granulasi ini adalah untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula. Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin
cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh
massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian
diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran awal
bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.

Setelah itu dilihat tingkat kelengketan dengan melihat nilai susut pengeringannya
melalui uji LOD. Uji LOD dilakukan dengan cara granul diletakkkan di atas piring aluminium
lalu dimulaikan alat, kemudian dipanaskan hingga suhu 700 oC. Apabila suhu LOD mencapai
atau lebih dari 700OC, maka granul akan rusak sehingga bila suhu telah mencapai 700 OC,
lampu harus digeser kemudian dilihat kadar airnya. Kadar air yang bagus mempunyai rentang
kurang dari 2%. Bila kadar airnya lebih dari 2%, maka granul harus dikeringkan kembali. Hal
ini dilakukan agar pada saat pencetakan, tablet yang terbentuk tidak basah dan tidak
menempel pada cetakan tablet. Apabilan nilai LOD > 2 % maka harus dilakukan ulang proses
slugging karena tablet masih terlalu lengket (kadar airnya tinggi).

Sedangkan granulasi basah yaitu dengan memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipient menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Prinsipnya adalah
membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan
tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi. Keringkan di oven/lemari
pengering pada suhu 50-60oC.

Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung digunakan untuk membuat tablet
dengan zat aktif yang mempunyai karakteristik kompaktibel, mempunyai waktu alir (fluiditas)
yang baik.

Tablet yang telah selesai dicetak kemudian dilakukan evaluasi yaitu uji keseragaman
bobot, uji keseragaman ukuran, uji kerapuhan, uji kekerasan, uji keseragaman ukuran, uji
kerapuhan, uji kekerasan, uji waktu hancur.

5. Pertanyaan

Hitung dan rancanglah formula berikut untuk 100 tablet dan tuliskan cara kerjanya!
Lengkapi dengan fungsi dari eksipiennya: (ex: pengisi, pengikat dll).
A. Granulasi Kering
 Formulasi
Bahan Kegunaan Formula 1 tab 100 tab
Eritromisin Stearat Zat aktif 125 mg 125 mg 12,5 g
Amprotab Penghancur 10% 50 mg 5g
Laktosa Pengisi Qs 292,5 mg 29,25 g
Talk Glidan, 1% 5 mg 0,5 g
antiadheren
Mg Stearat Lubrikan 0,5% 2,5 mg 0,25 g
PVP Pengikat 5% 25 mg 0,5 g

 Perhitungan
Dibuat 100 tab dan bobot per tab 500 mg

Eritromisin Stearat 1 tab = 125mg


100 tab = 125 mg x 100 = 12,5 g
Amprotab 1 tab = 10% x 500 mg = 50 mg
100 tab = 50 mg x 100 = 5 g
Laktosa 1 tab = Fase Luar = 93,5 % x 500 mg = 467, 5 mg
= 467,5 – (125 + 50) = 292,5 mg
100 tab= 292,5 mg x 100 = 29,25 g
Talk 1 tab = 1% x 500 mg = 5 mg
100 tab= 5 mg x 100 = 0,5 g
Mg Stearat 1 tab = 0,5% x 500 mg = 2,5 mg
100 tab= 2,5 mg x 100 = 0,25 g
PVP 1 tab = 5% x 500 mg = 25 mg
100 tab= 25 mg x 100 = 2,5 g

 Cara Kerja
1. Timbang masing-masing zat aktif dan eksipien.
2. Gerus halus eritromisin stearat hingga menjadi serbuk.
3. Tambahkan amprotab, talk, mg stearat dan PVP, dan laktosa
4. Bahan yang sudah tercampur kemudian diayak.
5. Cetak menjadi tablet yang besar dan kasar (slug).
6. Giling menjadi granul.
7. Granul diayak dengan ayakan.
8. Dicetak menjadi tablet.

B. Granulasi Basah
 Formulasi
Bahan Kegunaan Formul 1 tab 100 tab
a
Fase dalam (92%) :
Kalsium glukonat Zat aktif 200 mg 200 mg 20 g
Pasta amilum 10% Pengikat 30% 225 mg 22,5 g
Amilum kering Penghancur 10% 75 mg 7,5 g
Laktosa Pengisi Qs 190 mg 19 g
Fasa Luar (8%) :
Amilum Penghancur 5% 37,5 mg 3,75 g
Talk Pelicin 2% 15 mg 1,5 g
Mg Stearat Lubrikan 1% 7,5 mg 0,75 g

 Perhitungan
Dibuat 100 tab dan bobot per tab 750 mg.

Fase dalam = 92% x 750 mg = 690 mg


Kalsium glukonat 1 tab = 200 mg
100 tab= 200 mg x 100 = 20 g
Pasta amilum 10% 1 tab = 30% x 750 mg = 225 mg
100 tab= 225 mg x 100 = 22,5 g
Amilum kering 1 tab = 10% x 750 mg = 75 mg
100 tab= 75 mg x 100 = 7,5 g
Amilum 1 tab = 5% x 750 mg = 37,5 mg

100 tab= 37,5 mg x 100 = 3,75 g

Laktosa 1 tab = 690 mg – (200 mg + 225 mg + 75 mg) = 190 mg

100 tab= 190 mg x 100 = 19 g

Talk 1 tab = 2% x 750 mg = 15 mg

100 tab= 15 mg x 100 = 1,5 g

Mg Stearat 1 tab = 1% x750 mg = 7,5 mg

100 tab= 7,5 mg x 100 = 0,75 g

 Cara Kerja
1. Buat pasta amilum 10% dengan terlebih dahulu membuat suspensi pati dengan 1,5
bagian air dalam beker gelas lalu tambahkan air sampai tanda batas, panaskan
sampai terbentuk larutan yang kental, agak jernih dan mudah dituang (larutan
kanji). Timbang berat larutan kanji dan wadah (a).
2. Campur dan gerus homogen serbuk kalsium glukonat, laktosa dan amilum kering
penghancur dalam di dalam lumpang sampai homogen.
3. Tambahkan larutan kanji sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan yang dapat
dikepal seperti bola salju yang bila dipecah akan memberikan butiran-butiran
terpisah.
4. Catat jumlah larutan kanji yang digunakan dengan menghitung selisih jumlah
awal larutan kanji dengan jumlah larutan kanji yang tersisa, dengan menimbang
ulang berat larutan kanji sisa dan wadah (b).
5. Adonan diayak dengan ayakan mesh 14 dengan sedikit tekanan memakai stamfer,
granul yang didapat ditampung dalam suatu wadah.
6. Keringkan granul di dalam lemari pengering pada suhu 50-60˚C selama 8-12 jam
kemudian diayak dengan mesh 16 dan ditimbang jumlah granul yang didapat.
7. Jumlah fasa luar yang ditambahkan dihitung menurut jumlah granul kering yang
dihasilkan. Selanjutnya apabila pencetakan akan dilaksanakan maka granul kering
dan fasa luar dicampur homogen dan campuran siap dicetak menjadi tablet.

6. Kesimpulan

 Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis
obatatau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
 Eksipien mempunyai peranan yang penting dalam formulasi tablet karena tidak ada
satupun zat aktif yang dapat langsung dikempa menjadi tablet tanpa
membutuhkan eksipien.
 Ada tiga metode pembuatan tablet yaitu metode cetak langsung, metode granulasi basah,
dan metode granulasi kering.
 Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat granul secara
mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat.
 Metode granulasi kering digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab,
serta tidak tahan air atau pelarut yang digunakan.
 Metode granulasi basah adalah membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien
dengan larutan pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula.
 Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas.
 Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran
zat aktif dan eksipien kering. tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
 Evaluasi tablet perlu dilakukan untuk mengetahui sifat fisika, kimia, dan biologi sediaan
tersebut. Evaluasi tablet meliputi uji keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji
waktu hancur, uji kekerasan tablet, dan uji disolusi.

DAFTAR PUSTAKA

Anief M. 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : EGC Press.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Ansel, H.C. 2013. Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghantaran Obat. Jakarta. EGC.
Kurniawan, dkk. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sedaiaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Jakarta : EGC.
Syamsuni, H.A. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta. EGC.
Syamsuni, H. A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai