Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan lahir batin, dan telah memberikan umur panjang sehingga penulis dapat
menyelesaikan hasil diskusi fitokimia 1 dengan tepat waktu. Salawat serta taslim
kita haturkan kepada junjungan baginda besar nabi Muhammad SAW yang telah
membebaskan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang.
Hasil diskusi ini disusun dengan tujuan agar dapat menambah
pengetahuan, pemahaman mengenai beberapa materi yang telah didiskusikan hasil
diskusi ini dibuat berdasarkan diskusi antara praktikan dan asisten laboratorium.
Dalam penulisan hasil diskusi ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak yang telah mendukung kami selama proses pembuatan hasil
diskusi ini berlangsung. Penulis mengakui hasil diskusi ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritikan serta saran sangat di perlukan untuk
menunjang kesempurnaan hasil diskusi berikutnya . Penulis harap, hasil diskusi
ini dapat memberikan manfaat serta wawasan bagi kita semua mengenai metode
ekstraksi.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2018

Magfirah Yusuf

0
HASIL DISKUSI EKSTRAKSI
“MASERASI”
1. Apakah menggunakan serbuk simplisia lebih efisien saat proses ekstraksi?
a. Menurut Istiqomah (2013), dibuat serbuk simplisia dengan peralatan
tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini mempengaruhi mutu
ekstrak dengan dasar bahwa makin halus serbuk simplisia proses ekstraksi
makin efektif dan efisien, namun makin halus serbuk maka makin rumit
secara teknologi untuk peralatan filtrasi.
b. Menurut Sapri dkk (2014), ekstraksi sangat dipengaruhi oleh derajat
kehalusan s erbuk dan perbedaan konsentrasi baik melalui pusat butir
serbuk simplisia sampai permukaannya maupun lapisan batasnya.
Berdasarkan hal tersebut, pada umumnya ekstraksi akan bertambah baik
bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari
makin luas. Dengan demikian maka makin halus serbuk simplisia
seharusnya makin baik ekstraksinya.
2. Berapa titik didih dari pelarut yang digunakan saat ekstraksi?
a. Menurut Tanaya dkk (2015), metanol digunakan sebagai pelarut maserasi
karena mampu melarutkan hampir semua senyawa organik, baik polar,
semi polar maupun non polar. Selain itu, metanol mempunyai titik didih
yang cukup rendah (64,5 °C), sehingga lebih mudah untuk
memisahkannya.
b. Menurut Susanti dkk (2012) :
- n-Heksana merupakan pelarut yang paling ringan dalam mengangkat
minyak yang terkandung dalam biji–bijian dan mudah menguap
sehingga memudahkan untuk refluk. Pelarut ini memiliki titik didih
antara 65–70oC.
- Isopropanol Merupakan jenis pelarut polar yang memiliki massa jenis
0,789 g/ml. Pelarut ini mirip dengan ethanol yang memiliki kelarutan
yang relatif tinggi. Isopropanol memiliki titik didih 81-82oC.

1
- Etyl Asetat Etil asetat merupakan jenis pelarut yang bersifat semi polar.
Pelarut ini memiliki titik didih yang relatif rendah yaitu 77oC sehingga
memudahkan pemisahan minyak dari pelarutnya dalam proses destilasi.
3. Mengapa menggunakan volume pelarut yang banyak?
a. Karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Yulianingtyas (2016),
bahwa semakin banyak volume pelarut yang digunakan maka berat
senyawa terekstrak semakin banyak. Hal ini disebabkan semakin banyak
pelarut maka pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar sel sitoplasma akan semakin banyak
yang terlarut dalam pelarut.
b. Menurut Susanti et al (2014), semakin banyak jumlah pelarut organik yang
digunakan dalam proses ekstraksi maka semakin tinggi jumlah komponen
terlarutnya.
4. Pengocokan yang bagaimana yang harus dilakukan?
a. Pengocokan yang dilakukan harus pengocokan berulang-ulang. Upaya ini
menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat di
dalam cairan. Sedangkan dalam keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunannya perpindahan bahan aktif (Istiqomah, 2013).
b. Menurut penelitian dari Aliana (2018), pengocokan atau pengadukan
berulang yang dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
kesetimbangan konsentrasi bahan ekstraksi ke dalam cairan pelarut atau
untuk mempercepat proses difusi.
5. Apakah perbedaan dari Digesti dan Sokletasi?
a. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan konstan pada
temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada
temperature 40-50°C sedangkan sokletasi adalah ekstraksi menggunakan
pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik (Istiqomah, 2013).
b. Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperature yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan

2
pada suhu 40-60°C (Ditjen POM, 2000) sedangkan sokletasi dilakukan
dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam kantung
ekstraksi (kertas, karton, dans ebagainya) di bagian dalam alat ekstraksi
dari gelas yang bekerja kontinyu (perkulator).
6. Bagaimana pelarut dapat melarutkan sampel?
a. Selama proses perendaman cairan akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif atau senyawa kimia.
Kemudian zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan
yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan luar sel dan larutan dalam sel
(Ardi, 2015).
b. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
Zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel, dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif dalam dan
di luar sel (Tobo, F, 2001).
7. Antara maserasi dan perkolasi mana yang maksimal?
a. Pada proses ekstraksi dingin seperti pada maserasi dan perkolasi
penggunaan waktu dan sifal aliran sangat mempengaruhi ekstraksi dapat
terjadi maksimal. Seperti menurut Endah (2010), hasil rendemen terendah
terdapat pada metode maserasi, dan tertinggi pada metode perkolasi.
Dengan adanya pengocokan juga sangat membantu mempermudah pelarut
dalam melarutkan senyawa-senyawa tersebut.Sedangkan pada perkolasi,
laju alir pelarut pada perkolasi dapat diatur sesuai dengan lamanya waktu
yang digunakan walaupun perbedaan waktu pada akhirnya tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rendemen yang akan
dihasilkan.

3
b. Menurut Ibtisam (2008), perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara
maserasi dikarenakan adanya aliran cairan penyari menyebabkan
pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih
rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan
keberadaan ruangan di antara butir-butir serbuk simplisiamembentuk
saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari menyebabkan
meningkatnya perbedaan konsentrasi.
8. Tujuan dibuat maserasi melingkar bertingkat?
a. Maserasi melingkar bertingkat merupakan metode penyempurnaan dari
maserasi melingkar. Jika di maserasi melingkar hanya menggunakan satu
pelaurt saja sedangkan di maserasi melingkar bertingkat menggunakan 3
pelarut berbeda sekaligus. Tujuannya adalah untuk dapat menarik senyawa
polar, non polar, dan semi polar sehingga hasil ekstraksi lebih maksimal.
b. Menurut Harborne (1987), ekstraksi bertingkat merupakan cara merendam
sampel dengan pelarut yang berbeda secara berurutan sesuai dengan
tingkat kepolarannya. Pelarut non polar, semi polar, dan pelarut polar yang
digunakan sehingga akan diperoleh ekstrak kasar yang berturut-turut
senyawa non polar, semi polar, dan polar.
9. Perbedaan maserasi melingkar dan maserasi melingkar bertingkat?
a. Menurut Hargono, dkk (1986), Maserasi melingkar merupakan maserasi
yang cairan pengekstrak selalu bergerak dan menyebar. Sedangkan
maserasi melingkar bertingkat merupakan maserasi yang bertujuan untuk
mendapatkan pengekstrakan yang sempurna.
b. Menurut Astriani (2014), Maserasi melingkar adalah penyarian yang
dilakukan dengan menggunakan cairan penyari yang selalu bergerak dan
menyebar (berkesinambungan) sehingga kejenuhan cairan penyari merata.
Sedangkan maserasi melingkar bertingkat sama dengan maserasi
melingkar tetapi pada maserasi melingkar bertingkat dilengkapi dengan
beberapa bejana penampungan sehingga tingkat kejenuhan cairan penyari
setiap bejana berbeda-beda.

4
10. Fungsi pengadukan pada maserasi dan kenapa ada rentang waktu
pengadukannaya?
a. Menurut Illah (1993), pengadukan bertujuan untuk memperbanyak kontak
antara bahan dengan pelarut dan mendapatkan derajat homogenitas yang
tinggi. Semakin cepat putaran pengaduk maka semakin besar perpindahan
panas yang terjadi pada waktu tertentu dan semakin besar kontak bahan
dengan pelarut maka hasil yang diperoleh akan semakin meningkat. Oleh
karena itu, kajian tentang pengaruh kecepatan. Pada maserasi ini dilakukan
pengadukan untuk meratakan kontak antara serbuk dengan cairan penyari
dan mengoptimalkan proses difusi. Kontak yang cukup besar dan merata
menghasilkan penarikan zat aktif yang lebih optimal (Lestari dkk, 2012).
b. Dalam proses ekstraksi dengan metode maserasi, waktu ekstraksi
menentukan banyaknya zat aktif yang dapat berdifusi keluar dari matriks
padat atau simplisia menuju pelarut. Semakin lama proses ekstraksi maka
semakin banyak pula zat aktif yang dapat diekstraksi. Pada maserasi dapat
terjadi titik jenuh dari proses difusi sehingga peningkatan lama waktu
ekstraksi tidak dapat meningkatkan jumlah zat aktif yang dapat diekstraksi
(Dewi dan Salvia, 2015). Menurut Voight (1995), maserasi akan lebih
efektif jika dilakukan proses pengadukan secara berkala karena keadaan
diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif.
Melalui usaha ini diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraktif yang lebih cepat masuk ke dalam cairan pengekstrak.
11. Bagaimana menentukan waktu perendaman kalau sudah selesai ?
a. Range waktu untuk maserasi yaitu 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Perlakuan
tersebut didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Reskika (2011), yang
melakukan maserasi selama 24 jam. Sehingga waktu yang ditentukan
adalah kelipatan 24 jam. Reskika (2011), menyatakan bahwa lamanya
waktu maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat atau ciri campuran
serbuk dan pelarut. Lamanya maserasi harus cukup supaya dapat
memasuki semua rongga dari struktur serbuk dan melarutkan semua zat

5
yang mudah larut. Lamanya maserasi bisa memerlukan waktu beberapa
jam atau beberapa hari untuk ekstraksi yang optimum.
b. Lama maserasi memengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama
maserasi pada umumnya adalah 4-10 hari (Setyaningsih, 2006).
12. Contoh tanaman yang dapat di ekstraksi metode maserasi cara digesti?
a. Digesti merupakan cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah
yaitu pada suhu 40-50 ⁰C. dan cara ini cocok dipergunakan untuk
simplisia yang zat yang diinginkan tahan terhadap pemanasan dan tidak
larut pada suhu biasa. Contohnya tanaman kayu secang (Caesalpinia
sappan L) pada tanaman ini proses dilakukan dengan metode digesti
karena komposit brazilin merupakan senywa yang tahan tehadap
pemanasan (Astina, 2010).
b. Menurut Farhana et al (2015), mengemukakan bahwa kandungan brazilin
yang terbaik dari ekstrak secang apaila direbus pada suhu 70⁰C selama 20
menit.

6
REFLUKS
1. Apa fungsi dari penggunaan kelereng?
Jawaban = Kegunaan kelereng dalam metode refluks adalah untuk
menghantarkan panas agar panas dalam labu alas bulat bisa merata.
Selain itu, pemilihan kelereng dalam praktikum kali ini adalah
sebagai pengganti dari batu didih, karena kelereng memiliki sifat
yang sama seperti batu didih yang dapat menghantarkan panas.
2. Mengapa sampel yang digunakan dalam refluks bukan dalam bentuk serbuk?
Jawaban = Karena pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah rimpang
sehingga sampel tidak perlu diserbukkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Annisa (2014), yang menyatakan bahwa simplisia yang
lunak seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut, karena
itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus.
Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu, dan kulit akar susah
diserap oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus.
3. Bagaiman uap yang melewati kondensor dapat menyari sampel?
Jawaban = Uap yang berasal dari pelarut akan naik menuju kondensor, dimana
di dalam kondensor akan terjadi kondensasi yaitu peruabahan dari
gas menjadi cair yang nantinya akan jatuh kembali pada sampel
dan akan melakukan penyarian ulang pada sampel. Hal ini sesuai
dengan pendapat
4. Apa fungsi dari kondensor dan perbedaan kondensor yang ada pada refluks
dan soklet?
Jawaban = Fungsi dari kondensor adalah sebagai pendingin bagi uap panas
yang berasal dari pelarut yang nantinya akan diembunkan
sehingga dapat meminimalkan penggunaan pelarut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Atoni (2010), yang menyatakan bahwa
kondensor memiliki fungsi ganda yaitu berfungsi untuk
membuang panas dan mengkondensasi uap menjadi cair. Selain
itu menurut Direja (2007), penggunaan kondensor pada refluks ini
digunakan untuk mencegah kehilangan pelarut. Serta jumlah

7
liebing yang lebih banyak pada refluks dikarenakan ukuran
liebing pada refluks lebih panjang dan memiliki diameter yang
lebih kecil bila dibandingkan dengan liebing yang ada pada
soklet. Susanty (2016), yang menyatakan bahwa prinsip dari
metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah
reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
5. Kapan metode refluks digunakan dalam ekstraksi?
Jawaban = Pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada sampel yang akan
digunakan. Sama halnya dengan pemilihan metode refluks dalam
ekstraksi, sampel yang digunakan adalah sampel yang tahan
panas dan kandungan zat aktif yang tahan panas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rusmiati (2010), bahwa ekstraksi dengan
metode refluks digunakan untuk simplisia dengan kandungan zat
aktif yang tahan terhadap pemanasan.
6. Apakah sampel yang digunakan pada metode refluks dapat digunakan juga
pada metode soklet?
Jawaban = Sampel pada metode refluks dapat digunakan padametode soklet
tapi tidak sebaliknya. Hal ini karena sampel yang digunakan pada
metode soklet memiliki kandungan zat aktif yang tidak tahan
panas. Sementara pada metode refluks digunakan sampel yang
kandungan zat aktifnya tahan panas.
7. Mengapa pelarut harus mencapai temperatur titik didihnya?
Jawaban = Pelarut harus mencapai titik didihnya agar metode refluks ini
dapat berjalan. Karena prinsip dari metode refluks adalah pelarut
yang digunkan akan menguap pada suhu tinggi yang nantinya
akan terkondensasi karena bantuan kondensor dan akan
melakukan penyarian kembali terhadap asampel. Jika pelarut
tidak mencapai titik didihnya maka metode refluks tidak akan

8
bisa dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2014), yang
menyatakan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka penetrasi
pelarut ke dalam bahan semakin mudah sehingga sampel yang
terekstrak semakin banyak.
8. Mengapa digunakan pewarna serta es batu dalam metode refluks?
Jawaban = Penggunaan es batu dalam metode refluks untuk mempercepat
pendinginan sehingga proses kondensasi dapat berlangsung
dengan cepat juga. Selain itu penggunaan pewarna dalam
praktikum ini adalah untuk estetika.
9. Mengapa air yang melalui kondensor dialirkan dari bawah ke atas?
Jawaban = Tujuan mengalirkan air melalui kondensor dari bawah ke atas
agar proses pendinginan dapat merata ke seluruh liebing sehingga
didapatkan hasil kondensasi yang maksimal.

9
PERKOLASI
1. Spesifikasi penggunaan 3 metode perkolasi itu?
Jawaban = Macam-macam metode perkolasi (Soetopo, 2014) :
a. Perkolasi biasa
Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya
direndam dengan cairan penyari, masukkan kedalam
perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat tertentu.
b. Perkolasi bertingkat atau reperkolasi
Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa, tetapi
dipakai beberapa perkolator. Dengan sendirinya simplisia
dibagi-bagi dalam beberapa posisi dan ditarik sendiri dalam
tiap perkolator.
c. Perkolasi dengan tekanan
Digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus
yang sangat kecil ehingga cara perkolasi biasa tidak dapat
dilakukan. Untuk itu perlu ditambah alat penghisap supaya
perkolat dapat turun ke bawah disebut diacolator.
2. Apakah sampel kulit dan batang bisa diperkolasi?
Jawaban = Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor
seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian
dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan
dalam memperoleh ekstrak yang sempurna. Metode
pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain
maserasi, perkolasi, soxhletasi. Selain itu, metode ekstraksi
juga dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari
bahan mentah obat, dan daya penyesuaian dengan tiap
macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989 dalam
Pratiwi, 2010). Bahan mentah yang umumnya keras dan
senyawanya tahan terhadap pemanasan biasanya
menggunakan ekstraksi panas dengan tujuan membuka

10
pori-pori simplisia agar senyawa mudah terrekstraksi.
Penggunaan metode perkolasi pada simplisia yang keras
menghasilkan
3. Kenapa tinggi sampel tidak boleh lebih dari 2/3?
Jawaban = Karena menurut Anonim (1986) dalam skripsi Febrian
(2009), jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi
perkolator. Jika, melebihi 2/3 maka pelarut yang digunakan
tidak akan cukup ditampung dalam perkolator dan akhirnya
tumpah.
4. Kenapa jumlah sampel 10 bagian menggunakan pelarut 2,5 bagian sampai
5 bagian?
Jawaban = Menurut Voight (1994), sebelum perkolasi dilakukan,
simplisia terlebih dahulu direndam menggunakan pelarut
dan dibiarkan membengkak agar mempermudah pelarut
masuk ke dalam sel. Berdasarkan hal inilah maka yang
disebutkan dalam slide dimana perkolasi dilakukan dengan
cara dibasahkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus
yang cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-
kurangnya 3 jam merupakan perlakuan awal dari metode
lerkolasi itu sendiri.
Pelarut yang digunakan 2,5 sampai 5 bagian dikarenakan
pembengkakan pada proses awal dapat menyebabkan
pecahnya sel sehingga dapat merusak sampel dan proses
penarikan senyawa pun terhambat (Voight, 1994).
5. Kenapa digunakan simplisia bukan serbuk?
Jawaban = Karena menurut Indraswari (2008), bahan tanaman
dihaluskan sampai mencapai derajat kehalusan tertentu
tetapi tidak terlalu halus karena dapat mengganggu filtrasi
pelarut melalui simplisia. Sehingga digunakan simplisia
dan bukan serbuk.

11
6. Kenapa perkolasi disebut ektraksi berulang?
Jawaban = Perkolasi disebut ekstraksi berulang karena adanya aliran
cairan penyari menyebabkan pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan
keberadaan ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia
membentuk saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari
menyebabkan meningkatnya perbedaan konsentrasi
(Pratiwi, 2010).
Perbedaan konsentrasi inilah yang membuat pelarut secara
berulang menyari zat aktif dalam sel sampai mencapai
kesetimbangan lalu jatuh melalui selang kedalam wadah
ekstrak simplisia.
7. Kenapa pengaturan frekuensi tetesan pada perkolasi 1 menit 3 tetes?
Jawaban = Semakin lama waktu ekstraksi maka kecepatan alir pelarut
semakin kecil dan kontak dengan bahan menjadi lebih
lama. Oleh karena itu, semakin lama waktu perkolasi maka
rendemen yang diperoleh akan semakin tinggi. Kecepatan
alir yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan tercucinya
pelarut sebelum sampai ke dalam sel bahan (Dianita, 2010)
8. Perbedaan proses penjenuhan pada metode maserasi dan perkolasi
Jawaban = Menurut Anonim (1986), proses penjenuhan pada metode
maserasi yaitu cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan
diluar sel, maka larutan terpekat didesak keluar. Peristiwa
ini berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dengan di dalam sel. Sedangkan
pada perkolasi, cairan penyari dialirkan dari atas kebawah
melalui serbuk simplisia, cairan penyari akan melarutkan

12
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh dimana
konsentrasi antara didalam dan diluar sel seimbang.
9. Perbandingan penyarian berulang dari remaserasi dan perkolasi
Jawaban = Perbedaan metode remaserasi terletak pada digunakannya
sebagian pelarut untuk maserasi, dimana setelah
penyaringan akan dilakukan pengunaan kembali terhadap
komponen residu untuk kedua kalinya dengan sisa pelarut
yang ada untuk kemudian disaring kembali. Setelah itu
kedua filtrat digabungkan pada tahap akhir. Sedangkan
perkolasi suatu metode ekstraksi diletakkan dalam bejana
atau wadah dan dialiri dengan cairan penyari dari atas ke
bawah, di mana alatnya dilengkapi dengan kran (Dianita,
2010 ; Direktorat jendral, 1986)

13
SOKLETASI
1. Kenapa dalam metode ekstraksi soklet harus sampai 24 siklus?
Jawaban = Menurut Istiqomah (2013), proses ekstraksi dengan
menggunakan metode sokletasi harus dilakukan hingga
siklus yang dihasilkan mendekati tidak berwara, dimana itu
menandakan bahwa proses eksstraksi tersebut telah
sempura. Adapun patokan 24 siklus itu hanya diperuntukan
pada sampel yang akan menghasilkan ekstrak bening,
namun apabila masih tetap menimbulkan warna maka dapat
dilakukan pengujian dengan pereaksi yang cocok (Hartati,
2016).
2. Kenapa menggunakan pelarut yang mudah menguap?
Jawaban = Hal itulah yang merupakan salah satu kekurangan dari
sokletasi, dimana pelarut yang diguanakn tidak boleh
memiliki titik didih yang tinggi seperti air yang mempunyai
titik didih 100oC, karena dapat menyebabkan suhu yang
dibutuhkan untuk mendidihkan semakin besar dan
ditakutkan senyawa yaang akan diekstrak malah ikut
menguap karena suhu yang tinggi (Hartati, 2016).
3. Kenapa menggunakan sampel serbuk?
Jawaban = Untuk mempercepat interaksi yang terjadi antara pelarut
dengan sampel. Sehingga laju pengekstrakan akan semakin
meningkat sehingga mudah untuk menarik senyawa (Putri
dkk, 2014)
4. Kenapa sampel harus dibungkus dengan kain?
Jawaban = Agar lebih memudahkan proses ekstaraksi, dimana serbuk
dimasukan ke dalam kain agar pelarut akan terus direfluks,
sehingga akan efektif dalam penarikan senyawa (Istiqomah,
2013).

14
5. Kenapa metode soklet selalu dikatakan menggunakan pelarut yang selalu
baru?
Jawaban = Karena dalaam ekstraksi dengan menggunakan metode
sokletasi, pelarut dipanaskan yang kemudian uapnya akan
didinginkan melalu kondensor dan menghasilkan molekul
air yang akan kontak dengan sampel, dimana pelarut yang
selalu bersirkulasi dalam proses kontak dengan simplisia
sehingga memberikan peningkatan rendemen (Anam, 2014;
Istiqomah, 2013).
6. Bagaimana apabila kita tidak melihat siklus yang terjadi?
Jawaban = Jumlah sirkulasi ekstraksi juga mempengaruhi rendemen
yang didapat, semakin banyak jumlah sirkulasi pada
ekstraksi sokletasi maka semakin banyak rendemen yang
diperoleh. Sehingganya ketika kita tidak melihat sklus yang
terjadi maka kita tidak akan melihat banyaknya siklus yang
dapat mempengaruhi proses pemisahan secara maksimal
(Daryono, 2009)
7. Kenapa semakin lama pemanasan waktu untuk mencapai siklus lebih
cepat? Dan apa fungsi pencatatan waktu siklus?
Jawaan = Semakin banyak terjadinya siklus maka proses pemisahan
akan maksimal, tetapi pada saat mencapai siklus tertentu
rendemen mulai turun. Pada suhu 60 oC rendemen mulai
turun pada waktu ekstraksi 2 jam (mencapai 7-8 siklus)
(Daryono, 2009)
8. Kenapa titik didih pelarut lebih rendah?
Jawaban = Sokletasi adalah teknik pengekstrakan yang kontinyu.
Sokletasi ditujukan untuk menarik zat padat atau cair dari
suatu bahan padatan dengan menggunakan pelarut. Pelarut
yang digunakan untuk sokletasi adalah pelarut yang titik
didihnya rendah (volatil) seperti eter, aseton, metilen

15
klorida dan petroleum eter tergantung bahan yang akan
diekstraksi. dan petroleum eter tergantung bahan yang akan
diekstraksi. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari pada
senyawa yang kita ambil dari sampelnya karena akan
berpengaruh pada struktur senyawanya (ditakutkan
strukturnya akan rusak oleh pemanasan) (Ibrahim, 2013).
9. Kenapa dibutuhkan pemanasan?
Jawaban = Pemanasan dalam sokletasi ditujukan untuk perlakuan
panas yang dapat meningkatkan kemampuan pelarut untuk
mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak larut didalam
kondisi suhu kamar (Anam, 2014). Dan menurut Ngatin
(2014) Proses ekstraksi secara sokletasi memerlukan
pemanasan agar terjadi kontak antara pelarut dengan bahan
baku serta waktu yang lebih lama. Pada suhu 60 0C dan
waktu 60 menit proses ekstraksi secara sokletasi belum
menunjukkan kondisi yang optimum karena titik didih
etanol adalah 78,3 0C, sehingga proses penguapan pelarut
masih berlangsung sebagian.
10. Sampel apa yang biasa digunakan untuk sokletasi?
Jawaban = Penggunaan sampel dalam metode ekstraksi tergantung dari
sifat kepolaran senyawa yang akan ditarik, sehingga pelarut
yang digunakan juga menyesuaikan dengan kepolaran
senyawa tersebut (Putra, 2014).

16

Anda mungkin juga menyukai