Anda di halaman 1dari 21

Sediaan Pasta

Kelompok 2
1. SITI NURHALIZA
2. SITI RAHMAH
3. SRI SUCI ARIYATI BR.PASARIBU
4. SRI SUNDARI
5. SULASTRI PURBA
6. TASYA KALOKO
7. TITANIA KRISTIN SIMANJUNTAK
8. TRESIA ANGELINA. N
9. TRI UTAMI BR.KARO
10. UMI KALSUM SIREGAR
11. VADILLA ANZELI PRATIWI
Defenisi
Menurut FI Edisi IV, Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Pasta ini serupa dengan salep yang
mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yang diolesi. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.
Bahan Dasar
Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah vaselin, lanolin, adeps lanae,
ungt. Simplex,minyak lemak dan paraffin liquidum yang sudah atau belum
bercampur dengan sabun. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal
mengandung air misalnya pasta Na-karbonsimetilselulosa (Na-CMC).
Kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Zn-oksida, merupakan salep
yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan
pelindung pada bagian yang diolesi.
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir agar memperoleh
efek lokal (misal, pasta gigi triamsinolon asetonida). Pasta hamamelidis
saponata atau hazeline snow (C. M. N) sebetulnya bukan termasuk pasta
tetapi krim.
Formulasi Pasta
Pasta biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau
paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago, atau sabun.
1. Vasellnum Album
Vaselln terdiri dari vaselin putih dan kuning. Vaselin putih adalah bentuk yang telah dimurnikan warnanya, karena pemucatan
menggunakan asam sulfat anhydrous tidak larut dalam air, tidak tercucikan dengan air.
Kerugiannya adalah berlemak dan tidak dapat dikombinasikan dengan cairan yang mengandung air, hanya dapat menyerap air
5%, jarang dipengaruhi oleh udara, kelembaban kebanyakan bahan obat dan bahan kimia.
Vaselin digunakan pula sebagai pelumas, pelindung, penutup kulit, karena merupakan film penutup pada kulit yang mencegah
penguapan.
2. Gliserol
Gliserol dipakai sebagai zat tambahan, antimikroba dan kelembapan. Pada dasarnya basis formulasi sediaan pasta tidak jauh
berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu :
3. Basis hidrokarbon
Karakteristik :
• Tidak diabsorbsi oleh kulit
• Inert
• Tidak bercampur dengan air
• Daya adsorbs air rendah
• Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
Dibagi menjadi 5 yaitu: soft paraffin, hard paraffin, liquid paraffin, paraffin substitute, paraffin ointment. Contohnya adalah
Vaselin, White Petrolatum/Paraffin, White Ointment.
4. Basis absorbsi
Karakteristik: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
Basis absorbsi terbagi menjadi :
• Non emulsi co. Basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dan minyak. Terdiri atas: Wool Fat, Wool
Alcohols, Beeswax, dan Cholesterol.
• Emulsi A/M co. Terdiri atas: Hydrous Wool Fat (Lanolin), Oily Cream.
5. Larut Air
Misalnya PEG (Polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan
penyebaran obat.Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pigmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga
dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.
6. Air misibel
Air misibel misalnya salep beremulsi
Beberapa komposisi bahan pada pasta gigi adalah :
1. Agen abrasif
Merupakan bahan kasar, seperti kalsium karbonat, dikalsium fosfat dihidrat, dan magnesium trisilikat. Agen abrasif berfung
untuk membantu mengusir sisa makanan, bakteri, dan beberapa noda di gigi.
2. Perasa
Pemanis buatan, termasuk sakarin yang sering ditambahkan pada pasta gigi untuk membuat rasanya lebih baik. Rasa pasta
gigi biasanya merupakan campuran dari beberapa komponen. Pasta gigi tersedia dalam banyak rasa, seperti rasa mint, lemo
lime, dan bahkan rasa permen karet serta buah buahan (untuk anak anak). Mayoritas orang lebih memilih pasta gigi yang
memiliki rasa mint yang membuat mulut terasa segar dan bersih, meskipun hanya beberapa menit. Sensasi ini biasanya tim
karena kandungan perasa dan detergen dalam pasta gigi yang menyebabkan iritasi ringan pada mukosa mulut.
3. Pewarna
Juga ditambahkan ke pasta gigi, seperti titanium dioksida untuk pasta putih dan berbagai pewarna makanan untuk pasta ata
gel berwarna. Humektan. Digunakan dalam pasta gigi untuk mencegah hilangnya air dalam pasta gigi sehingga pasta gigi
tidak menjadi keras ketika terkena udara saat dibuka. Humektan yang paling sering digunakan adalah gliserol dan sorbitol.
Sorbitol dengan dosis besar dapat menyebabkan diare karena bertindak sebagai pencahar osmotik. FAO/WHO
merekomendasikan penggunaan sorbitol dibatasi sebesar 150 mg/kg/hari. Oleh karena itu, penggunaan 60-70% pasta gigi
yang mengandung sorbitol oleh anak kecil harus diawasi oleh orang tua. 8955802520022559
Cara Pembuatan Pasta
Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bahan untuk menggerus dan menghaluskan digunakan
untuk membuat komponen serbuk menjadi lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak dari pada minyak
mineral sebagai cairan untuk melembutkan pasta.
Untuk bahan dasar yang berbentuk setengah padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian dicampur dengan
bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen. Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode :
a. Pencampuran komponen dari pasta dicampur bersama sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
b. Peleburan semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara bersamaan, kemudian
didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.
c. Bahan dasar pasta : vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan parafin liquidum.
d. Pembuatan : Bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan bahan padat dalam
keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Metode Pembuatan Pasta
a. Pembuatan pasta skala laboratorium
Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bahan untuk menggerus dan menghaluskan digunakan un
membuat komponen serbuk menjadi lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak daripada minyak mineral seb
cairan untuk melembutkan pasta.
Untuk bahan dasar yang berbentuk setengah padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian dicampur dengan baha
padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode :
1. Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
2. Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara bersamaan, kemudian didinginkan den
pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen komponen yang tidak dicairkan biasa
nya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.
b. Pembuatan pasta skala industri
1. Penentuan bahan yang berkualitas
2. Tes sterilisasi awal
3. Sterilisasi terminal dari pasta
4. Filtrasi agar jenih
5. Pengerjaan penampilan
6. Penggunaan LAF
7. Uji stabilitas obat
8. Tonisitas
> Menurut kamus lengkap kedokteran hal 263 Tonisitas adalah tegangan otot yang sehat.
> Menurut farmasi fisik hal 483
Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu yaitu hemolisis, pengaruh berbagai larutan diperiksa berdasarkan timbulnya
efek ketika disuspensi kan dengan darah.
> Menurut SDF ha1358 Tonisitas mengacu pada tekanan osmotik yang diberikan oleh larutan atau padatan larutan ini. Tonisitas adalah
membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang dipisahkan oleh membrane semi permeabel.
9. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, seperti kita ketahui setiap fluida atau
zat yang memiliki ukuran kekentalan masing masing-misalnya minyak dan air,yang memiliki ukuran kekentalan yang berbeda.
10. Pengemasan
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan.
11. Pemeriksaan hasil dengan teliti
Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat untuk skala kecil (laboratorium) maupun untuk skala besar (industri) pada
prinsipnya sama. Perbedaannya hanya pada kapasitas alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih kecil.
Evaluasi Sedian Pasta
Untuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan beberapa pengujian, yakni:
1. Organoleptik, merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk atau
konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak
berbau). (Anonim, 2000).
2. pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/
elektrometri dengan menggunakan pH meter (Anonim, 2004). Caranya pengujian klik.
3. Viskositas, viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas, akan
makin besar tahanannya (Martin et al., 1993). Caranya pengujian klik.
4. Penghamburan/daya sebar, uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk disebarkan pada kulit.
Penemuannya dilakukan dengan Extensometer. Caranya yakni salep dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara dua
lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya
hambur (Voigt, 1994).
5. Resitensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep atau gel dalam daerah iklim dengan
perubahan suhu (tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni salep dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan
dalam pertukaran kontinue suhu yang berbeda beda (misalnya 20 jam pada 37°C dan 4 jam pada 40°C) dan ditentukan
waktunya (Voigt, 1994).
6. Pengamatan organoleptis. Pemerian dilakukan pada bentuk, warna,bau, dan suhu lebur.
7. Homogenitas.
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan pasta bahan aktif obat dengan
bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen.Persyaratannya harus homogen,
sehingga pasta yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Alat yang biasanya
digunakan pada uji homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat
yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada
temperatur 30-40° C.- Letakan 0,5 gram sediaan pada obyek glass
– Tutup dengan obyek glass yang lain
– Amati homogenitasnya menggunakan lup.
8. Uji Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, akan makin besar
tahanannya. Nilai viskositas dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran
partikel.

9. Uji Stabilitas Fisik


Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan, sifat karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat (Dirjen
POM,1995).Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat yang didistribusikan tetap
memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan
sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa, cara cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman,
1994).Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi
tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia.
X
10. Pemeriksaan konsistensi

Y
Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kekerasan semisolid.
11. Pengukuran diameter globul rata-rata
Pengukuran diameter globul rata rata dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 100x.
12. Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
13. Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keragaman bobot dan keseragaman
kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif.Persyaratan keragaman
bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih , dari bobot
satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman
kandungan (Dirjen POM, 1995).

Z
14. Evaluasi fisik
Berupa penampilan, distribusi ukuran partikel, homogenitas, konsistensi, uji kebocoran tube, isi minimum, pengukuran

X
kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan dan Pengujian difusi zat aktif dari sediaan.
15. Evaluasi kimia
Berupa penetapan kadar zat aktif dan Identifikasi zat aktif.
16. Evaluasi biologi
Berupa uji Penetapan potensi antibiotika dan uji sterilitas.22
Pembuatan Obat Tetes Mata
R/ Chloramfenicol 1%

NaCl q.s

Water For Injection ad 10ml no II

M.F tetes mata steril

No. Bahan Jumlah Hasil


Penimbangan
1. Chloramphrnicol 1/100 x 10 ml = 0,1g 0,33g = 330mg
Ditimbang sebagai x 3 = 0,3g + 10% =
kloramfenikol Natrium 0,33g
Suksinat
2. NaCl 0,09g x 3 = 0,27g + 0,297g = 297mg
10% = 0,297g
3. Aqua Pro inject Ad 10ml x 3 =30 Ad 33ml
ml + 10% = 33ml
Alat & Bahan
No. Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
1. Batang Pengaduk 1 Autoclaf 121 °C  Selama 15 menit
2. Beker Glass 1 Autoclaf 121 °C  Selama 15 menit
3. Corong 2 Autoclaf 121 °C  Selama 15 menit
4. Erlenmeyer 3 Autoclaf 121 °C  Selama 15 menit
5. Gelas Ukur 50 ml 1
Autoclaf 121 °C  Selama 15 menit
6. Kertas Saring 3 Autoclaf 121 °C  Selama 15 menit
7. Botol Drop 10 ml 3 Autoclaf 121 °C  Selama 15 menit

8. Spuit 5cc 1 Aseptic  (???? Pakai alkohol 70%)


9. Filter Bakteri 2 Aseptic  (???? Pakai alkohol 70%)
Produksi
1. Sterilisasi ruangan dengan bantuan karbol dan alkohol 70 %
2. Sterilisasi peralatan yang digunakan

X
3. Sterilkan Chloramphenicol dengan sinar UV selama 15 menit di dalam
ruang steril
4. Larutkan NaCl dengan Aqua Pro injek dengan dipanaskan di atas lampu
Spiritus hingga mendidih (di area preparasi), diamkan selama 30 menit
hingga dingin. Dan masukkan ke ruang steril melalui passbox (M1)
5. Campurkan Chloramphenicol dengan (M1) aduk hingga larut
6. Saring dengan kertas saring sebanyak 2x
7. Saring kembali dengan filter bakteri di dalam botol dengan menggunakan
spuit 5cc
8. Tutup lah botol

Y
9. Dan lakukan pengujian PH, Kejernihan, Partikel Asing dan Kebocoran
Lampiran Foto Proses Produksi Tetes Mata
No. Keterangan Gambar
1. Larutkan NaCl dengan Aqua Pro injek
dengan dipanaskan di atas lampu Spiritus
hingga mendidih (di area preparasi),
diamkan selama 30 menit hingga dingin
(M1)
2. Sterilkan Chloramphenicol di sinar UV
selama 15 menit (di area steril)

3. Campurkan Chloramphenicol dengan


(M1) aduk hingga larut
NO. Keterangan Gambar

4. Saring dengan kertas saring sebanyak 2x

5. Saring kembali dengan filter bakteri


dengan spuit 5cc untuk dimasukkan ke
dalam botol

6. Tutup wadah, lakukan uji dan masukkan


ke dalam kotak obat
Skema Pembuatan
NaCl Larutan dengan aqua pro
chloramphenicol disterilisasi dipanaskan di atas lampu spiritus
di uv selama 15 menit sampai mendidih, diamkan 30
(di area steril) menit sampai digin
(di area prepasi)

campur, aduk sampai larut masukkan ke dalam area steril melalui passbox

chloramphenicol disterilisasi
di uv selama 15 menit
(di area steril)

saring kembali dengan filter lakukan uji


bakteri
masukkan ke dalam botol
10ml
saring kembali dengan
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai