Anda di halaman 1dari 26

1

I. JUDUL

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Hand and Body Lotion Ekstrak

Etanol Kulit Pisang Kepok (Musa balbisiana) dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-

2-Picrylhidrazyl)

II. INTISARI

Pisang kepok (Musa balbisiana) memiliki kandungan fenol dan flavanoid

sebagai antioksidan dengan IC50 ekstrak etanol pisang kepok sebesar 15,00 µg/ml.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan formulasi dan uji aktivitas antioksidan

ekstrak etanol kulit pisang kepok pada sediaan hand and body lotion.

Ekstrak etanol kulit pisang dibuat dengan metode maserasi dengan pelarut

etanol 70%. Antioksidan ekstrak etanol kulit pisang kepok dibuat sediaan Hand

And Body Lotion tipe M/A karena cocok dalam melindungi kulit. Hand And

Body Lotion dibuat dalam 3 formula dengankonsentrasi ekstrak tiap formula,

yaitu: FI (0,16%), FII (0,32%), FIII (0,64%) dan pembanding menggunakan

vitamin C. Selanjutnya tiap formula dilakukan evaluasi uji karakteristik fisika

kimiaseperti uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya

lekat, dan viskositas. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan pengujian terhadap

DPPHyang dinyatakan dengan nilai IC50 menggunakan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang 380-780nm. Hasil evaluasi uji karakteristik fisika kimia

dianalisis menggunakan deskriptif dan nilai IC50 menggunakanRegresi linier.

Kata kunci : pisang kepok, hand and body lotion, antioksidan, dan DPPH.
2

III. LATAR BELAKANG

Tubuh manusia mempunyai berbagai cara untuk melakukan proteksi.

Pertahanan pertama yang dimiliki oleh tubuh adalah barier mekanik, dengan

adanya kulit. Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia dan

mempunyai fungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar (Sari, 2015). Proses

kerusakan kulit ditandai dengan munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-

pecah (Purwaningsih, 2014). Salah satu hal yang menyebabkan kerusakan kulit

adalah radikal bebas berupa ultraviolet (Maysuhara, 2009). Dalam kondisi yang

berlebih, sinar UV dapat menimbulkan beberapa masalah terhadap kulit, mulai

dari kulit kemerahan, pigmentasi, bahkan dalam waktu lama menyebabkan resiko

kanker (Wungkana dkk., 2013). Oleh karena itulah diperlukan penangkal ancaman

bahaya radikal bebas yang dapat menimbulkan kerusakan pada kulit (Sari, 2015).

Kulit pisang kepok seringkali dianggap sebagai limbah organik dan

pengolahannya dinilai kurang bermanfaat. Kulit pisang kepok dapat dibuat

sediaan yang berkhasiat sebagai antioksidan. Menurut Baskar (2011), kulit pisang

kepok mengandung fenol dan flavanoid sebagai antioksidan. Antioksidan

merupakan senyawa kimia yang sangat berguna bagi tubuh manusia saat ini. Oleh

karena antioksidan dapat menurunkan radikal bebas dan menurunkan derajat

produksi radikal bebas di tubuh manusia yang dapat menyebabkan penyakit dan

penuaan (Gemayangsura dkk., 2015).

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kosmetik yang aman dan

berbahan alam yang mengandung antioksidan alami sebagai penangkal radikal

bebas, maka diperlukan formula Hand and Body lotion dengan menggunakan
3

bahan alami berupa ekstrak etanol kulit pisang kepok. Antioksidan dari ekstrak

etanol kulit pisang kepok dibuat sediaan Hand and Body lotion tipe M/A. Sifat

lotion tipe M/A umumnya mudah dicuci dengan air, tidak tembus cahaya dan

tidak mudah kering (Faramayuda, 2010). Kelebihan lotion tipe M/A yaitu

pelepasan obatnya baik karena jika digunakan pada kulit maka akan terjadi

penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat yag larut dalam air

sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit(Aulton, 2003).

Hasil penelitia Dewi tahun 2014 dengan konsentrasi ekstrak tiap formula

yaitu: FI (10%), FII (15%), dan FIII (20%) bahwa aktivitas antioksidan tertinggi

dimiliki losion formula III dengan konsentrasi ekstrak 20% dan merupakan

formulasi yang tepat untuk menghasilkan sediaan losion dengan kualitas yang

baik karena memiliki pH, tingkat viskositas dan indeks iritasi yang lebih baik

dibanding formulasi losion I dan II.

Hasil PenelitianAmatullah dkk 2017 dengan konsentrasi ekstrak tiap

formula yaitu: FI (0.2%), FII (0.4%), dan FIII (0.8%) bahwa dari formula I, II,

dan III didapatkan hasil pH netral yaitu 5-6, sehingga memenuhi persyaratan pH

kulit antara 4-7. formula III menghasilkan daya lekat paling lama dan stabil

dibandingkan dengan formula lainnya. Hal ini menunjukan bahwa formulasi III

memiliki kualitas fisik dan aseptabilitas yang baik.

Hasil penelitian Bulan dkk 2014 dengan konsentrasi ekstrak tiap formula

yaitu: FI (18,50g), FII (20,50g), dan FIII (22,50g) bahwa Semakin tinggi

konsentrasi ekstrak dalam lotion, semakin tinggi pula daya lekat, viskositas, dan

aktivitas antioksidan.
4

Menurut Baskar dkk (2011) bahwa aktivitas antioksidan etanol kulit buah

dari sembilan varietas pisang ditentukan dengan pengujian DPPH, ABTS dan

lipid peroksidasi. Ekstrak etanol kulit pisang dari varietas balbisiana dengan

menggunakan metode DPPH menunjukkan aktivitas antioksidan yang tertinggi

yaitu 98,19%. Menurut Fidrianny (2017) nilai IC50 ekstrak etanol pisang kepok

sebesar 15,00 µg/ml yang berarti menunjukkan kekuatan antioksidan sangat kuat.

IV. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah gambaran karakteristik fisika kimia sediaan hand and body

lotion ekstrak etanol kulit pisang kepok?

2. Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi ekstraketanol kulit pisang

kepok pada sediaan hand and body Lotion terhadap aktivitas antioksidan?

V. PENTINGNYA PENELITIAN INI DIUSULKAN

Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah buah-buahan yang

berpotensi sebagai agen antioksidan dalam mengatasi radikal bebas yang

memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk

melakukan formulasi dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit pisang

kepok pada sediaan hand and body lotion, sehingga dapat dikembangkan kulit

pisang kepok sebagai agen antioksidan.


5

VI. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui gambaran karakteristik fisika kimia sediaan hand and body

lotion ekstrak etanol kulit pisang kepok.

2. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak etanol kulit pisang kepok

sediaan hand and and body lotion terhadap aktivitas antioksidan.

VII. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pisang

1. Klasifikasi Tanaman

Pisang merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia, karena sifat

tanaman ini mudah tumbuh di daerah tropis. Pisang kepok memiliki kulit buah

yang sangat tebal dan berwarna hijau kekuningan saat buah sudah matang dengan

daging buah bertekstur agak keras dan aroma yang kurang harum (Cahyono,

2009). Pisang kepok dapat dilihat pada Gambar 1. Klasifikasi dari pisang kepok

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Kelas : Scitaminae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa balbisiana colla

(Borborah, dkk., 2016)


6

Gambar 1. Pisang kepok

2. Morfologi

Karakteristik morfologi pisang kepok adalah tinggi pohon 3 m dengan

lingkar batang 40-50 m berwarna hijau dengan sedikit atau tanpa coklat

kehitaman, panjang daun 180 cm, lebar 50-60 cm berlapis lilin pada permukaan

sebelah bawah, tandan buah mencapai panjang 30-60 cm, merunduk, tidak

berbulu halus, jantung berbentuk bulat telur, agak melebar, kelopak luar berwarna

ungu dan sebelah dalam berwarna merah Sisir buah berjumlah 5-9 sisir dan tiap

sisir berjumlah 10-14 buah berpenampang segi tiga atau segi empat atau bulat,

daging buah putih kekuning-kuningan, puting keungu- unguan, rasa kurang lunak

dengan tekstur yang agak berkapur (kecuali pisang siem). Termasuk dalam

kelompok pisang kepok adalah pisang kepok kuning, gajih putih, gajih kuning,

saba, siem, cangklong dan pisang kates (Rukmana, 1999).

3. Kandungan Nutrisi

Menurut Wahyuni (2015) buah pisang mempunyai beberapa kandungan

nutrisi, yaitu dapat dilihat pada Tabel 1, dalam 100 gram pisang kepok

mengandung:
7

Tabel 1. Kandungan pisang kepok per 100 gram bahan

Zat Gizi % 100 g pisang kepok kuning


Air 65,54
Abu 0,72
Lemak 0,95
Protein 1,75
Karbohidrat 31,04
Jumlah 100%
Aktivitas antioksidan 12,35
Serat kasar 1,14
Inulin 0,13

4. Kandungan Kimia

Pisang kepok memiliki kandungan aktivitas antioksidan yang tinggi dan

berfungsi sebagai penangkap radikal bebas. Kulit Pisang kepok (Musa balbisiana)

memiliki kandungan flavonoid dan fenol yang merupakan antioksidan dari

golongan antioksidasi pemutus rantai yang akan memotong perbanyakan reaksi

berantai sehingga akan mengendalikan dan mengurangi peroksidasi lipid manusia,

dimana peroksidasi lipid merupakan reaksi rantai dengan berbagai efek yang

berpotensial merusak jaringan (Gemayangsura dkk., 2015).

B. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam sel tanaman. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan

senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi

perlu ditentukan terlebih dahulu (Mukhriani, 2014).


8

Salah satu metode ekstraksi cara dingin adalah maserasi. Maserasi

merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tidak tahan pemanasan.

Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan atau kamar (Depkes RI,2000).Selama maserasi atau proses

perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin

keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan.

Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunannya perpindahan

bahan aktif (Voigh,1994).

Kerugian maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyarian kurang

sempurna. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan (Depkes RI, 2000; Depkes RI,1995).

C. Kulit

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia dan

mempunyai fungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar. Kerusakan pada

kulit akan mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit

perlu dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan

munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah. Salah satu hal yang

menyebabkan kerusakan kulit adalah radikal bebas (Purwaningsih dkk., 2014).

Kulit beserta turunannya meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea, kelenjar

keringat, dan kelenjar mamma disebut juga integumen. Fungsi spesifik kulit

terutama tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis ini merupakan


9

pembungkus utuh seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan setempat bagi

terbentuknya turunan kulit, yaitu rambut, kuku, dan kelenjar-kelenjar (Kalangi,

2013).

Secara histopatologis, kulit tersusun atas 3 lapisan utama, yaitu lapisan

epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutan (Zulkarnain dkk., 2013).

Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu dari dalam ke luar stratum germinativum,

stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum

(Kalangi, 2013). Pemaparan sinar matahari yang berlebihan pada kulit dapat

berdampak buruk karena sinar matahari mengandung sinar ultraviolet

(Zulkarnaindkk., 2013). Struktur kulit dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Kulit

(Kalangi, 2013).

D. Radikal bebas

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki elektron tidak

berpasangan dalam orbital terluarnya sehingga sangat reaktif. Radikal ini

cenderung mengadakan reaksi berantai yang apabila terjadi di dalam tubuh akan

dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus menerus.

Jumlah radikal bebas dapat mengalami peningkatan yang diakibatkan faktor


10

stress, radiasi, asap rokok dan polusi lingkungan menyebabkan sistem pertahanan

tubuh yang ada tidak memadai, sehingga tubuh memerlukan tambahan

antioksidan dari luar yang dapat melindungi dari serangan radikal bebas

(Wahdaningsih dkk., 2011).

Radikal bebas yang terbentuk berlebihan akan menyebabkan antioksidan

tidak dapat menetralkannya sehingga berakibat kerusakan pada sel. Radikal bebas

ini dapat dinetralisir dengan menggunakan senyawa antioksidan seperti flavonoid,

fenolat, dan alkaloid (Nganggu, 2016)

E. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa kimia yang sangat berguna bagi tubuh

manusia, karena antioksidan dapat menurunkan radikal bebas dalam tubuh

manusia atau menurunkan derajat produksi radikal bebas di tubuh manusia yang

dapat menyebabkan penyakit dan penuaan (Gemayangsura dkk., 2015).

Antioksidan atau senyawa penangkap radikal bebas merupakan zat yang

dapat menetralkan radikal bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah

sistem biologi tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun

reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan (Wahdaningsih dkk., 2011).

Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan primer dan antioksidan

sekunder. Antioksidan primer dapat bereaksi dengan radikal lipid dan

mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil. Senyawa yang termasuk dalam

kelompok antioksidan primer adalah vitamin E (tokoferol), vitamin C (asam

askorbat), β-karoten, glutation dan sistein. Antioksidan sekunder berfungsi

sebagai antioksidan pencegah yaitu menurunkan kecepatan inisiasi dengan


11

berbagai mekanisme, seperti melalui pengikatan ion-ion logam, penangkapan

oksigen dan penguraian hidroperoksida menjadi produk-produk nonradikal.

Contoh antioksidan sekunder antara lain turunan-turunan asam fosfat, asam

askorbat, senyawa karoten, sterol, fosfolipid (Yulia, 2007).

F. Lotion

Losion merupakan sediaan setengah padat hampir sama dengan krim tetapi

memiliki konsistensi yang lebih rendah sifat losion umumnya berwarna putih,

mudah dicuci dengan air, tidak tembus cahaya dan tidak mudah kering

(Faramayuda dkk., 2010).

Lotion dibuat dengan mencampurkan fase minyak dan fase air. Fase minyak

terdiri dari asam stearat, parafin cair dan setil alkohol. Fase air terdiri dari

aquadest, gliserin, dan trietanolamin.Kedua fase dipanaskan sambil diaduk pada

suhu 70-75°C, selama ±10 menit untuk fase minyak dan ±5 menit untuk fase air,

hingga masing-masing sediaan mencapai kondisi yang homogen. Setelah itu metil

paraben dicampurkan ke dalam sediaan campuran lalu dilakukan pengadukan

hingga homogen (Supartono dkk., 2014). Hand And Body Lotion dibuat tipe

M/A. Sifat lotion tipe M/A umumnya mudah dicuci dengan air, tidak tembus

cahaya dan tidak mudah kering (Faramayuda, 2010).Kelebihan lotion tipe M/A

yaitu mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik karena jika digunakan

pada kulit maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu

obat yag larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan

kulit (Aulton, 2003).


12

G. Metode DPPH

DPPH adalah radikal bebas yang stabil pada suhu kamar yang menerima

elektron atau hidrogen, dan membentuk molekul yang stabil. Metode uji aktivitas

antioksidan dengan DPPH (1,1-difenil-2-picrylhidrazyl) dipilih karena metode ini

adalah metode sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit

sampel untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam sehingga

digunakan secara luas untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai

pendonor electron. Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan ini adalah

pengukuran aktivitas antioksidan secara kuantitatif yaitu dengan melakukan

pengukuran penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai

aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis sehingga

dengan demikian akan diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang

dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration) ( Ridho, 2013). Nilai

IC50< 50 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan sangat aktif, nilai IC50 50-100

ppm menunjukkan kekuatan antioksidan aktif, nilai IC50 101-250 ppm

menunjukkan kekuatan antioksidan sedang, nilai IC50 250-500 ppm menunjukkan

kekuatan antioksidan lemah, dan nilai IC50> 500 ppm menunjukkan kekuatan

antioksidan tidak aktif (Martiningsih dkk., 2016).

DPPH adalah radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan berwarna

ungu. Apabila DPPH direaksikan dengan senyawa peredam radikal bebas,

misalnya flavonoid maka intensitas warna ungu akan berkurang dan bila senyawa

peredam radikal bebas yang bereaksi jumlahnya besar, maka DPPH dapat berubah

warna menjadi kuning. Perubahan warna ini dapat diukur absorbansinya dengan
13

spektrofotometer UV-Vis. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang

gelombang 517 nm dengan warna violet gelap. Penangkap radikal bebas

menyebabkan elektron menjadi berpasangan kemudian menyebabkan

penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil

(Martiningsih dkk., 2016).

Reaksi DPPH dengan atom hidrogen yang terdapat pada antioksidan dapat

membuat larutan DPPH menjadi berkurang reaktivitasnya, yang dapat

ditunjukkan dengan memudarnya warna ungu menjadi kuning (Indranila dkk.,

2015).

VIII. LANDASAN TEORI

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki elektron tidak

berpasangan dalam orbital terluarnya sehingga sangat reaktif. Radikal ini

cenderung mengadakan reaksi berantai yang apabila terjadi di dalam tubuh akan

dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus menerus.

Jumlah radikal bebas dapat mengalami peningkatan yang diakibatkan faktor

stress, radiasi, asap rokok dan polusi lingkungan menyebabkan sistem pertahanan

tubuh yang ada tidak memadai, sehingga tubuh memerlukan tambahan

antioksidan dari luar yang dapat melindungi dari serangan radikal bebas

(Wahdaningsih dkk., 2011). Berbagai bahan alam asli Indonesia banyak

mengandung antioksidan dengan berbagai bahan aktifnya, antara lain vitamin C,

vitamin E, pro vitamin A, organosulfur, α-tocopherol, flavonoid, thymoquinone,

statin, niasin, phycocyanin, dan lain-lain (Werdhasari, 2014).


14

Menurut Baskar dkk (2011) kulit pisang kepok (Musa balbisiana)

memiliki kandungan kandungan flavonoid dan fenol sebagai antioksidan.

Antioksidan merupakan senyawa kimia yang sangat berguna bagi tubuh manusia,

karena antioksidan dapat menurunkan radikal bebas dalam tubuh manusia atau

menurunkan derajat produksi radikal bebas di tubuh manusia yang dapat

menyebabkan penyakit dan penuaan (Gemayangsura dkk., 2015).

Aktivitas antioksidan ekstrak kulit pisang ditentukan melalui uji aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH. Metode DPPH dipilih karena metode ini lebih

sederhana, waktu pengerjaan yang relatif singkat dan jumlah sampel yang

digunakan lebih sedikit (Supriyanti dkk., 2015). Nilai aktivitas peredaman radikal

bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration). Nilai IC50<

50 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan sangat aktif, nilai IC50 50-100 ppm

menunjukkan kekuatan antioksidan aktif, nilai IC50 101-250 ppm menunjukkan

kekuatan antioksidan sedang, nilai IC50 250-500 ppm menunjukkan kekuatan

antioksidan lemah, dan nilai IC50> 500 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan

tidak aktif (Martiningsih dkk., 2016).

IX . HIPOTESIS

Adanya variasi konsentrasi ekstrak etanol kulit pisang kepok diduga

berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan pada sediaan Hand And Body Lotion.

Semakin tinggi seri konsentrasi ekstrak akan menunjukkan daya proteksi aktivitas

antioksidanya semakin kuat yang ditandai dengan nilai IC50 yang semakin kecil.
15

X. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis dan desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental post test only control

group design.

2. Variabel penelitian

a. Variabel tergantung : Aktivitas antioksidan.

(variabel dependen)

b. Variabel bebas : Variasi konsentrasi ekstrak etanol kulit pisang

(independen) kepok.

c. Variabel terkendali : waktu panen tanaman, umur tanaman, tempat

tumbuh, formulasi proses pembuatan sediaan,

konsentrasi DPPH.

B. Alat dan Bahan

1. Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah:

a. Bahan Tanaman : kulit pisang kepok yang diambil dari daerah

ulujami, pemalang

b. Bahan Penyari : etanol 70% (Teknis)

c. Bahan Pembuat Hand : asam stearat, parafin cair dan setil alkohol,

And Body Lotion aquadest, gliserin, dan trietanolamin

d. Bahan Uji Antioksidan : Serbuk DPPH, etanol 70%


16

2. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : Alat-alat gelas,

blender, neraca analitik, rotari evaporator, vial sampel, oven , mortir dan stamper,

alumunium foil, spektrofotometer ultra violet, gunting, pisau.

C. Metodepengumpulan data ataujalannyapenelitian

1. Pengumpulan dan Pengolahan sampel

Kulit pisang kepok ( Musa balbisina ) diambil dari buah yang sudah tua

(matang), yang dikumpulkan dari daerah ulujami, pemalang. Kulit pisang kepok

dibersihkan lalu ditiriskan. Kemudian dipotong dengan ukuran ± 3 cm, lalu

ditiriskan dan ditimbang. Setelah itu bahan tumbuhan dikeringkan di lemari

pengering pada suhu 40°C hingga kering yang ditandai apabila dipatahkan telah

rapuh. Setelah kadar air yang didapat kurang dari 10%, kemudian semua simplisia

diserbuk sampai halus menggunakan blender dan diayak dengan menggunakan

ayakan no.40 mesh.

2. Determinasi Tumbuhan

Determinasi tumbuhan digunakan untuk mengetahui nama jenis tumbuhan,

dilakukan identifikasi jenis dan deskripsi morfologi tumbuhan. Tumbuhan yang

digunakan adalah pisang kepok. Determinasi tumbuhan dilakukan di laboratorium

Ekologi dan Fakultas MIPA Universitas Diponegoro.

3. Pembuatan Ekstrak

Serbuk kering simplisia sebanyak 500 mg dimasukkan ke dalam maserator,

ditambahkan 5 liter cairan penyari etanol 70%. Rendam selama 6 jam pertama

sambil sekali-sekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Pisahkan maserat


17

dengan cara filtrasi. Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya dua kali dengan

jenis dan jumlah pelarut yang sama. Kumpulkan semua maserat, kemudian

uapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

4. Pembuatan hand and body lotion

a. Formulasi sediaan hand and body lotion

Tabel 2. Formulasi hand and body lotion ekstrak etanol kulit pisang kepok

Komposisi (%)
Bahan
FI FII FIII K(+)
Ekstrak etanol kulit pisang
0,16 0,32 0,64 -
kepok
Vitamin C - - - 0,02
Parafin cair 7 7 7 7
Asam stearat 2,5 2,5 2,5 2,5
TEA 1 1 1 1
Gliserin 5 5 5 5
Setil alkohol 0,5 0,5 0,5 0,5
Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1
Parfum 3gtt 3gtt 3gtt 3gtt
Aquadest Add 100 Add 100 Add 100 Add 100
(Sinaga dkk., 2014)

b. Pembuatan hand and body lotion

Losio dibuat dengan memisahkan bahan-bahan yang digunakan menjadi

bahan fase larut minyak dan bahan fase larut air. Bahan-bahan fase larut minyak

dipanaskan di cawan porselen di atas hot plate pada suhu 70˚ C dengan

pengadukan hingga homogen. Bahan-bahan fase larut air dilarutkan dalam

aquades dengan pengadukan. Fase larut minyak dicampurkan dalam fase larut air

pada suhu 70˚ C dengan dilakukan pengadukan hingga homogen. Setelah itu,

bahan aktif dimasukkan ke dalamnya dan diaduk hingga homogen dan terbentuk

sediaan losio. Setelah terbentuk sediaan lotion, dilakukan uji aktivitas antioksidan
18

dengan metode DPPH dan karateristik fisika kimia yang meliputi uji organoleptis,

homogenitas, pH, viskositas, daya lekat dan daya sebar (Gurning dkk., 2016).

5. Uji fisika kimia

a. Uji organoleptis

Pemeriksaan terhadap warna, bau dan tekstur dari losio (Sinaga dkk., 2014).

b. Uji homogenitas

Ditandai dengan tidak adanya partikel-partikel kasar dari kaca objek yang

telah diolesi sediaan lotion(Sinaga dkk., 2014).

c. Uji pH

Nilai PH untuk sediaan lotion yaitu berkisar antara 4-7,5. Pemeriksaan pH

diawali dengan kalibrasi dengan larutan dapar pH 4 dan pH 7. Losio dilarutkan

dalam akuades lalu dicelupkan pada pH meter dan dicatat nilai pH pada pH

meter(Sinaga dkk., 2014).

d. Uji daya sebar

Daya sebar yang baik adalah 5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid

yang sangat nyaman dalam penggunaan. Losio sebanyak 0,5 g diletakan di atas

kaca arloji yang dilapisi kertas grafik. Kemudian diberi beban dengan kaca arloji

yang sama selama 60 detik, lalu diberi masing-masing beban. seberat 50, 100, 150

dan 200 g dan dibiarkan selama 60 detik. Dihitung diameter penyebaran formula

yang diambil dari panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi (Sinaga dkk.,

2014).
19

e. Uji daya lekat

Losio sebanyak 0,1 g diletakan di atas gelas objek. Lalu diletakan gelas

objek yang lain di atas losio tersebut. Kemudian ditekan dengan beban 1 kg

selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat tes, kemudian dilepaskan beban

seberat 80 g dan dicatat waktunya hingga kedua gelas objek terlepas(Sinaga dkk.,

2014).

f. Viskositas

Losio sebanyak 300 g diukur menggunakan viskometer Brookfield, karena

sediaan losio berprinsip pada sistem aliran Non-Newton.

6. Uji Aktivitas Antioksidan

a. Pembuatan larutan DPPH 50 ppm

Sebanyak 25 mg DPPH dilarutkan dengan etanol dalam labu ukur sampai 10

ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2500 ppm, kemudian

diencerkan dengan etanol sampai diperoleh larutan dengan konsentrasi 50 ppm

(Silalahi dkk., 2015).

b. Pembuatan Larutan Sampel

Formula lotion I (0,16%), II (0,32%), III (0,64%) dan K(+)vitamin

Csebanyak 1 g masing-masing dilarutkan dengan 10 ml etanol dalam labu ukur,

kemudian disaring menggunakan kertas saring. Hasil penyaringan kemudian

ditampung filtratnya (Silalahi dkk., 2015).


20

c. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Sebanyak 4 ml larutan DPPH 50 ppm dibiarkan selama 30 menit ditempat

gelap pada suhu kamar, serapan larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang 380-780 nm(Silalahi dkk., 2015).

d. Pengukuran Aktivitas Antioksidan

Masing-masing larutan sampel (filtrat) sebanyak 2ml ditambahkan dengan

2ml larutan DPPH. Campuran selanjutnya divortek kemudian didiamkan selama

waktu operating time yang telah diperoleh pada suhu kamar. Absorbansi diukur

dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan

tes untuk formulas lotion sebanyak 3 kali.

% inhibisi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


A blanko − A sample
DPPH Scavenging Effect (%) = × 100%
A blanko
(Silalahi dkk, 2015).

D. Analisa data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif

untuk hasil evaluasi uji fisika kimia dianalisis dan nilai IC50menggunakanRegresi

linier.

E. Lokasidanwaktupenelitian

WaktupelaksanaanpenelitianpadabulanMaretsampai Mei

2018.Penelitianinidilakukandi Universitas Wahid

Hasyimdandeterminasitanamandilakukan di UniversitasDiponegoro.
21

F. Jalannyapenelitian

Skema jalannya penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 sebagaiberikut:

Kulit Pisang Kepok


1. Determinasi tanaman
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering

Simplisia Kulit Pisang Kepok


1. Pengecekan kadar air
2. Penyerbukan

Serbuk Simplisia
1. Ekstraksi
2. Pembuatan ekstrak kental

Ekstrak Etanol Kulit Pisang Kepok (EEKPK)


1. Formulasi
2. Pembuatan sediaan HABLEEPK

Hand And Body Lotion Ekstrak Etanol Kulit Pisang Kepok (HABLEEKPK)

FI FII FIII K(+)


HABLEEKPK HABLEEKPK HABLEEKPK Vitamin C
(0,16%) (0,32%) (0,64%)
K(-)
PGEEDS
1. Uji karakteristik fisika kimia
(45%) 2. Uji aktivitas antioksidan
HABLEEPK: metode DPPH

- Organoleptis - Homogenitas
PGEEDS (45)
- Daya Lekat - Viskositas
PGEEDS
- Daya Sebar - pH
(45%)
- Organoleptis - Homogenitas
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 4. Skema Jalannya Penelitian
22

XI. FASILITAS YANG DIPERLUKAN

A. Tempatpenelitian

1. Determinasi tanaman kulit pisang kepok dilakukan di Laboratorium Ekologi

dan Biosistematik Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro, Semarang

2. Pembuatan EEKPK dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Fakultas Farmasi,

Universitas Wahid Hasyim, Semarang

3. Pembuatan HABLEEKPK dilakukan di Laboratorium Formulasi Teknologi

Sediaan Cair dan Semi Padat,Universitas Wahid Hasyim, Semarang

4. Uji aktivitas antioksidan HABLEEKPK di lakukan di Laboratorium Farmasi

Fisika, Universitas Wahid Hasyim, Semarang

XII. JADWAL PENELITIAN

Tahap Lamanya Kegiatan


Persiapan Oktober 2017 s/d Studi kepustakaan
Februari 2018 Survei lapangan
Penyusunan proposal
Penatalaksanaan Maret 2018s/d Pengumpulan data
April 2018
Penyelesaian Mei 2018 s/d Juli Penyusunan skripsi
2018 Analisa data
Ujian skripsi
Seminar
23

DAFTAR PUSTAKA

Amatullah, L., Tri Nur Cahyaningrum, dan Anisa Nur Fidyaningsih., 2017,
Efektifitas Antioksidan Pada Formulasi Skin Lotion Ekstrak Mesocarp Buah
Lontar (Borassus Flabellifer) Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar
Secara In Situ, Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research,
02, 28 – 34.
Aulton, M. E., 2003, Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design, Second
Edition, 530, ELBS Fonded by British Government.
Baskar, Ramakrishnan., Selvaraj Shrisakthi, Babu Sathyapriya, Radhakrishnan
Shyampriya, Radhakrishnan Nithya, dan Palanisamy Poongodi., 2011,
Antioxidant Potential of Peel Extracts of Banana Varieties (Musa
sapientum), Food and Nutrition Sciences, 2,1128-1132.
Borborah, K., SK Borthakur, dan Bhaben Tanti, 2016, Musa balbisiana colla
Taxonomy Traditional knowledge and Economic Potenties of the Plant in
Assam India, Indian Journal of Traditional knowledge, 15, 117.
Bulan, A.S, Lina Susanti, dan Rika Widyapranata., 2014, Formulasi Ekstrak Buah
Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Lotion Antioksidan, Jurnal
Farmasi Indonesia, 11, 41-45.
Cahyono, B., 2009, Pisang Usaha Tanidan Penanganan Pascapanen, Revisi
Kedua, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 22.
Departemen Kesehatan RI, 1995,Materia Medika, Jilid VI, Jakarta: Diktorat
Jendral POM–Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI, 2000,Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat, Jakarta: Diktorat Jendral POM–Depkes RI.
Dewi, Tri Sefti Puspita., 2014,Kualitas Losion Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana), Skripsi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Faramayuda, Fahrauk., Fikri Alatas dan Yesi Desmiaty., 2010, Formulasi Sediaan
Losion Antioksidan Ekstrak Air Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.),
Majalah Obat Tradisional, 15, 106.
Fidrianny, Irda., 2017, Peran Standarisasi dalam Konsistensi Mutu, Keamanan
dan Efek Obat Bahan Alam, InstitutTeknologiBandung, 9-10.
Gemayangsura dan Deborah N., 2015, Khasiat Kulit Pisang Kepok (Musa
acuminata) sebagai Agen Preventif Ulkus Gaster, Majority, 4, 20.
Gurning, H.E.T., 2016, Formulasi Sediaan Losiodari Ekstrak Kulit Buah Nanas
(Ananas comosus L. (Merr)) sebagai Tabir Surya,PHARMACON,5, 112.
24

Igwemmar, N.C., S.A. Kolawole, dan I.A. Imran., 2013, Effect Of Heating On
Vitamin C Content Of Some Selected Vegetables, International Journalof
Scientific & Technology Research, 2, 209.
Indranila dan Maria Ulfah, 2015, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Karika (Carica pubescens) dengan Metode DPPH beserta Identifikasi
Senyawa Alkaloid, Fenoldan Flavonoid, Prosiding Seminar Nasional
Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine, Universitas Wahid Hasyim,
Semarang.
Kalangi, Sonny J. R., 2013, Histofisiologi Kulit, Jurnal Biomedik (JBM), 5, 12-
13.
Kristiani, Vincentia., dan Filia Irawati Halim., 2014, Pengaruh Konsentrasi Etanol
dan Waktu Maserasiterhadap Perolehan Fenolik, Flavonoid, dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Rambut Jagung, Skripsi, Universitas Katolik Widya
Mandala, Surabaya.
Kumar, G.V., Ajay Kumar K., Raghu Patel G.R. dan S. Manjappa., 2013,
Determination of vitamin C in some fruits and vegetables in Davanagere
city, (Karanataka) India, International Journal of Pharmacy & Life Sciences,
University of Mysore, India.
Martiningsih, N.W, Gede Agus Beni Widana, dan Putu Lilik Pratami Kristiyanti,
2016, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Daun Matoa (Pometia pinnata) dengan Metode DPPH, Prosiding Seminar
Nasional MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha, Bali.
Maulida, D., dan Naufal Zulkarnaen., 2010, Ekstraksi Antioksidan ( Likopen )
dari Buah Tomat dengan menggunakan Solven Campuran, n – Heksana,
Aseton, dan Etanol., Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Maysuhara, S., 2009, Rahasia Cantik, Sehat dan Awet Muda, Yogyakarta: Pustaka
Panasea, 45-47.
Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa
Aktif., Jurnal Kesehatan, 7, 361.
Nganggu, Y.P.H., 2016, Uji Aktivitas AntioksidanMenggunakan Metode Radikal
DPPH (1,1-difenil-2-Pikrilhidrazil) dan Penetapan Kadar Fenolik Total
Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Benalu Scurrula ferruginea (Jack)
Danser pada Tanaman Tabebuia aurea (Manso) Benth. & Hook.f. Ex S.
Moore, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Palupi, H.T., 2012, Pengaruh Jenis Pisangdan Bahan Peredam terhadap


Karakteristik Tepung Pisang (Musa Spp), Teknologi Pangan,4, 103.
25

Purwaningsih, Sri., Ella Salamah, dan Tika A Budiarti., 2014, Formulasi Skin
Lotion dengan Penambahan Karangenan dan Antioksidan Alami dari
Rhizophora Mucronata Lamk, Akuatika, 5, 56.
Ridho, E.A., 2013, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Lakum
(Cayratia trifolia) dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil),
Skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Rukmana, R., 1999, Usaha Tani Pisang, Yogyakarta: Kanisius.
Sari, Ayu Nirmala., 2015, Antioksidan Alternatifuntuk Menangkal Bahaya
Radikal Bebaspada Kulit, Journal of Islamic Science and Technology, 1, 63-
64.
Silalahi, K.N., Andhi Fahrurroji, dan Indri Kusharyanti, 2015, Optimasi Formula
Losiodengan Kombinasi Zat Aktif Vitamin C dan Vitamin E sebagai
Antipenuaan Kulitserta Uji Stabilitas Losio, Skripsi, Universitas
Tanjungpura, Pontianak.
Sinaga, A.A., Sri Luliana, dan Andhi Fahrurroji., 2014, Uji Efektivitas
Antioksidan Losio Ekstrak Metanol Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus Britton dan Rose), Universitas Tanjungpura, Kalimantan.
Siswaja, Andre, Adhitia Gunarto, Ery Susiany Retnoningtyas, dan Aning
Ayucitra., 2015, Biosintesa Senyawa Fenolik Antioksidandari Limbah Kulit
Pisang Kepok (Musa acuminata balbisiana C) secara Fermentasi
Submerged Menggunakan RhizopusOrizae, Reaktor, 15, 225.
Supartono, GWP Sari., 2014, Ekstraksi Minyak Kenanga (Cananga odorata) untuk
Pembuatan Skin Lotion Penolak Serangga, Jurnal MIPA, 1, 63-64.
Supriyanti, F.M.T, Hokcu Suanda, dan Riska Rosdiana., 2015, Pemanfaatan
Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa bluggoe) sebagai Sumber
Antioksidanpada Produksi Tahu, Seminar Nasional Kimiadan Pendidikan,
Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakata.
Voight. R., 1994,Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V,
Yogyakarta: Universitas Gaja Mada Press.
Wahdaningsih, Sri., Erna Prawita Setyowati, dan Subagus Wahyuono., 2011,
Aktivitas Penangkap Radikal Bebasdari Batang Pakis (Alsophila glauca J.
Sm),Majalah Obat Tradisional, 16,157.
Wahyuni, Paramitasari Tri., 2015, Pengaruh Pemberian Pisang Kepok (Musa
paradisiaca forma typical) terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Tikus
Sprague Dawley Pra Sindrom Metabolik, 6.
Werdhasari, Asri., 2014, Peran Antioksidan Bagi Kesehatan, Jurnal Biotek
Medisiana Indonesia, 3,60-61.
26

Wungkana, L., Suryanto, E., dan Momuat, L., 2013, Aktivitas Antioksidan dan
Tabir Surya Fraksi Fenolik dari Limbah Tongkol Jagung (Zea mays L.),
Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT, 2, 149-155.
Yulia, Olga., 2007, Pengujian Kapasitas Antioksidan Ekstrak Polar, Nonpolar,
Fraksi Proteindan Nonprotein Kacang Komak (Lablab purpureus (L.)
sweet), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Zulkarnain, Abdul Karim., Novi Ernawati, dan Nurul Ikka Sukardani., 2013,
Aktivitas Amilum Bengkuang (Pachyrrizus erosus(l)urban) ebagai Tabir
Suryapada Mencitdan Pengaruh Kenaikan Kadarnyaterhadap Viskositas
Sediaan, Traditional Medicine Journal, 18, 2.

Anda mungkin juga menyukai