Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan trigliserida dengan soda kaustik
(NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan produk samping berupa gliserol (Fessenden,
1986). Untuk menarik minat para konsumen terhadap sabun cuci tangan, maka ditambahkan
pewarna yang bermacam-macam pada sabun cuci tangan. Kebanyakan sabun cuci tangan
menggunakan pewarna sintetis, dimana pewarna tersebut banyak mengandung zat-zat kimia
yang berbahaya bagi tubuh apabila digunakan secara terus-menerus.

Efek-efek negatif dari penggunaan pewarna sintesis dapat berkurang karena


digantikan pewarna alami dari tumbuhan. Oleh karena itu pada penelitian ini dibuat suatu
inovasi pengganti pewarna sintesis pada sabun cuci tangan. Pewarna yang digunakan yaitu
berasal dari kulit buah naga. Kulit buah naga dapat memberikan warna merah yang baik.
Warna merah tersebut disebabkan oleh adanya pigmen antosianin. Antosianin merupakan
kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru yang tersebar luas pada tanaman.
Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid. Senyawa golongan flavonoid termasuk
senyawa polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar pula
(Simanjuntak,2014).

METODE

Pada pembuatan sabun cuci tangan alat yang diperlukan adalah pengaduk, beaker glass,
neraca, gelas ukur, saringan, lumpang dan alu serta botol tempat sabun. Kemudian bahan
yang digunakan adalah emal, NaCl, sodium benzoat, amphitol, gliserin, tergitol NP10,
aquades, kulit buah naga dan parfum. Langkah pertama yang dilakukan adalah 125 gram
emal; 31,25 gram NaCl; 6,25 gram sodium benzoat dan 2,5 mL ampitol dimasukkan kedalam
beaker glass diaduk hingga rata kemudian di tambah aquades sebanyak 500 mL. Dihasilkan
campuran berwarna putih kental agak berbusa. Diamkan selama kurang lebih 24 jam hingga
larutan berubah menjadi bening. Untuk pewarna, digunakan kulit buah naga yang diambil
sarinya. Pertama kulit buah naga dihaluskan menggunakan alu dan lumpang. Kemudian
ditambahkan aquades secukupnya. Setelah campuran emal berubah menjadi bening, ditambah
12,5 mL gliserin; 0,625 mL tergitol NP 10; 2 mL parfum ; pewarna buah naga yang telah
dibuat kemudian ditambah aquades. Setelah semuanya tercampur diaduk lagi hingga
tercampur sempurna dan siap untuk di masukkan kedalalm botol tempat sabun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dihasilkan sabun cuci tangan dengan warna merah yang berasal dari sari kulit buah
naga. Pembuatan sabun cuci tangan menggunakan bahan-bahan yang aman untuk kulit.
Dalam sabun cuci tangan emal berfungsi sebagai surfaktan. Surfaktan merupakan salah satu
oleokimia turunan yang satu molekulnya memiliki gugus hidrofilik (bagian polar/yang suka
air) dan gugus hidrofobik (non polar/yang suka akan minyak/lemak), sehingga dapat
mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Bagian polar molekul surfaktan
dapat bermuatan positif, negatif atau netral (Aisyah, 2011).

Penambahan NaCl sebagai garam yang digunakan dalam surfaktan yang berfungsi
untuk menjaga sifat dari larutan surfaktan. Amphitol berfungsi sebagai foam booster dan
pengental. Sodium benzoat berfungsi sebagai pengawet dan anti jamur. Parfum sebagai
pewangi sabun. Tergitol NP10 sebagai emulsifier agar parfum dapat larut dalam air. Gliserin
sebagai pelembab kulit karena memiliki gugus hidroksil yang dapat meningkatkan
kelembapan.

Kulit buah naga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid, terpenoid,


flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten, dan fitoalbumin (Jaafar,et
al.,2009). Menurut penelitian Wu ,et al (2006) keunggulan dari kulit buah naga yaitu kaya
polifenol dan merupakan sumber antioksidan. Selain itu aktivitas antioksidan pada kulit buah
naga lebih besar dibandingkan aktivitas antioksidan pada daging buahnya, sehingga
berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber antioksidan alami. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurliyana et al (2010) yang menyatakan bahwa di dalam 1
mg/ml kulit buah naga merah mampu menghambat 83,48 1,02% radikal bebas, sedangkan
pada daging buah naga hanya mampu menghambat radikal bebas sebesar 27,45 5,03 %.
Selain itu aktivitas antioksidan kulit buah naga juga didukung dengan penelitian oleh Mitasari
(2012) yang menyatakan bahwa ekstrak kloroform kulit buah naga merah memiliki aktivitas
antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 43,836 μg/mL.

Selain berfungsi sebagai pewarna, kulit buah naga dalam sabun cuci tangan ini juga
dapat digunakan sebagai bahan alami yang baik untuk kulit. Kandungan vitamin A, vitamin C
dan vitamin E yang tinggi berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi kulit dari
pengaruh radikal bebas yang bisa merusak kulit.

SIMPULAN

Sabun cuci tangan dibuat dengan bahan utama berupa Emal yang merupakan
surfaktan. Sabun cuci tangan berfungsi mengangkat lemak dan kotoran serta membunuh
bakteri penyebab penyakit. Pewarna sintetis pada sabun cuci tangan dapat diganti dengan
ekstrak dari kulit buah naga. Warna pada kulit buah naga disebabkan adanya pigmen
antosianin. Kulit buah naga mengandung vitamin A, vitamin C, dan vitamin E yang cukup
tinggi berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang
bisa merusak kulit.
Referensi

Fessenden, R,J dan Fessenden J.S. 1986. Kimia Organik, Jilid 2 Edisi ketiga. Terjemahan
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka Ph.D. Jakarta: Erlangga

Jaafar, Ali, R., Nazri, M., dan Khairuddin, W., 2009, Proximate Analysis of Dragon Fruit
(Hylecereus polyhizus), American Journal of Applied Sciences, 6 : 1341-1346
Mitasari, A., 2012, Uji Aktivitas Ekstrak Kloroform Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus Britton & Rose) Menggunakan Metode DPPH (1,1- Defenil-2-Pikril
Hidrazil), Skripsi, Program Studi Farmasi, Universitas Tanjungpura : 37-38
Nurliyana, R., Zahir, I. S., Suleiman, K. M., Aisyah, M.R., dan Rahim, K. K., 2010,
Antioxidant study of pulps and peels of dragon fruits: a comparative study,
International Food Research Journal, 17 : 367-365
Simanjuntak, Lidya dkk. 2014. Ekstraksi Pigmen Antosianin Dari Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus). Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2

Wu, L. C., Hsu, H. W., Chen, Y., Chiu, C. C., and Ho, Y. I., 2006, Antioxidant and
Antiproliferative Activities of Red Pitaya, Food Chemistry Volume, 95 : 319-327

Anda mungkin juga menyukai