BAHAN ALAM
Dosen Pengampu:
apt. Fauzia Ningrum Syaputri, M.Farm.
apt. Rizky Dwi Larasati, M.S.Farm.
Kelompok 2A
Jamu adalah warisan leluhur bangsa yang telah dimanfaatkan secara turun temurun untuk
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Penduduk yang mengkonsumsi jamu sebanyak
95,6% menyatakan merasakan manfaat minum jamu.
Pembuatan sediaan jamu didasarkan pada tujuan agar memudahkan pengguna dan juga
dilihat dari bahan-bahan yang digunakan kan cocok dibuat serbuk.
Penggunaan jamu sebagai alternatif pengobatan di samping obat modern pada masyarakat
merupakan bagian dari indigenous knowledge masyarakat. Pemakaian jamu dan obat
tradisional lainnya yang dilakukan secara turun temurun tidak terlepas dari peran orang tua
dalam melestarikan budaya.
Pendahuluan
2. Rumusan Masalah
Bagaimana menentukan formulasi sediaan jamu dari kulit buah naga (Hylocereus
polyrhizus) ?
Bagaimana karakteristik fisik dan kimia sediaan jamu dari kulit buah naga (Hylocereus
polyrhizus) ?
3. Tujuan Praktikum
Menentukan formula sediaan jamu dari kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus)
Menentukan cara evaluasi karakteristik fisik dan kimia sediaan jamu dari kulit buah
naga (Hylocereus polyrhizus)
Teori Zat Aktif
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cactales
Family : Cactaceae
Genus : Hylocereus
Subfamily : Hylocereanea
Spesies : Hylocereus undarus ( daging putih )
Hylocereus costaricensis ( daging merah )
Kandungan Kimia yang Efektif
Kulit buah naga merah mengandung beberapa senyawa seperti vitamin B1, vitamin B2,
vitamin B3 dan vitamin C, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, flavonoid, tiamin,
niasin, pyridoxine, kobalamin, glukosa, fenol, betasianin, polifenol, karoten, fosfor, besi
dan fitoalbumin yang beberapa diantaranya merupakan senyawa antioksidan.
Teori Zat Aktif
Indikasi
Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki kandungan antosianin yang dapat
menurunkan kolesterol (Kanner et al., 2001). Kulit buah naga merah juga memiliki kandungan
nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein dan serat pangan. Kandungan serat pangan yang
terdapat dalam kulit buah naga merah sekitar 46,7%, kandungan serat pangan memiliki
manfaat bagi kesehatan yaitu mengontrol berat badan atau kegemukan, menanggulangi
penyakit diabetes, mencegah gangguan gastrointestinal, kanker kolon (usus besar) serta
mengurangi tingkat kolesterol darah (Susanto dan Saneto, 1994).
Kontraindikasi
Dalam kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) senyawa fenol memiliki sifat mudah
teroksidasi dan sensitif terhadap perlakuan panas dengan adanya proses pengeringan
mengakibatkan penurunan senyawa fenol dalam seduhan kulit buah naga merah. Suhu
optimum pengeringan untuk mendapatkan kadar total fenol maksimum 60˚C. Pengeringan
lebih tinggi dari 60˚C setelah 4 menit mengakibatkan fenol menjadi rusak dan kadarnya
cenderung menurun (Irmayanti, 2016).
Teori Zat Aktif
Efek samping
Pengobatan menggunakan ekstrak kulit buah naga tidak memiliki efek toksik maupun efek
samping yang berbahaya sehingga terapi penyembuhan menggunakan ekstrak ini sangat
aman (Theresia, 2015).
Dosis
Pemberian ekstrak kulit buah naga merah dosis 150 mg lebih baik dalam menurunkan
kolesterol LDL (Theresia, 2015).
Preformulasi Zat Aktif
Preformulasi Zat Aktif
Preformulasi Zat Tambahan
Serbuk
Daun Stevia
Preformulasi Zat Tambahan
Serbuk
Daun Stevia
Preformulasi Zat Tambahan
Maltodextrin
(HOPE Ed.6 Hal 418)
Preformulasi Zat Tambahan
Maltodextrin
(HOPE Ed.6 Hal 418)
10-99%
Preformulasi Zat Tambahan
Gom Arab
(HOPE Ed 6 hal 1)
Preformulasi Zat Tambahan
Gom Arab
(HOPE Ed 6 hal 1)
1-5%
Preformulasi Zat Tambahan
Aquadest
Preformulasi Zat Tambahan
Aquadest
Metode Ekstraksi
Dilakukan proses ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut aquadest.
Aquadest merupakan senyawa polar dan hanya mengekstrak senyawa polar sehingga
komponen total fenol dan flavonoid memiliki kelarutan yang rendah di dalam air (Algariri
et al., 2013). Pelarut yang bersifat polar diantaranya adalah etanol, metanol, aseton dan
air (Sudarmadji et al., 1997). Ekstrak kulit buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak buahnya karena memiliki kandungan fenolik
yang lebih tinggi (Wu et al., 2006). Proses penyarian menggunakan metode maserasi
karena metode ini tergolong sederhana dan cepat tetapi sudah dapat menyari zak aktif
simplisia dengan maksimal. Keuntungan utama dari metode ini ialah tidak dilakukan
pemanasan sehingga dapat mecegah rusak atau hilangnya zat aktif yang ingin disari.
Metode Ekstraksi
2. Identifikasi Flavonoid
Sampel dicampur dengan 3 mL etanol 70%, dikocok, dipanaskan, dan dikocok
lagi kemudian disaring. Kemudian ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 2 tetes HCl
pekat pada masing-masing filtrat. Terbentuknya warna merah pada lapisan
etanol menunjukkan adanya flavonoid.
Metode: Skrining Fitokimia
3. Identifikasi Saponin
Sampel dididihkan dengan 20 mL air dalam penangas air. Filtrat dikocok dan didiamkan
selama 15 menit. Terbentuknya busa yang stabil menunjukkan positif terdapat saponin.