Nyoman Rudi Kusuma1, Siti Fatimah Sultan1, Siti Rohma1, Blegoh Iwan Santoso1,
Arif Budi Setianto1*, Ichwan Ridwan Rais1
1
Faculty of Pharmacy, Universitas Ahmad Dahlan , Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT
Body scrub merupakan suatu produk yang mengandung bahan cukup kasar yang
digunakan untuk mengangkat sel kulit mati. Pada umumnya scrub hanya digunakan untuk
mengangakat sel kulit mati akan tetapi permasalahakan kulit lebih kompleks, salah satunya
adalah bakteri yang dapat menyebabkan iritasi bahkan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkombinasikan VCO, ekstrak bunga Telang dan ekstrak green bean Robusta sebagai bahan
aktif antibakteri dalam sediaan candy sugar scrub antibacterial. Pengujian antibakteri
dilakukan dengan metode sumuran menggunakan sediaan candy sugar scrub antibacterial
dengan konsentrasi VCO, ekstrak bunga Telang dan Green bean Robusta F1( 5:0:0), F2
(5:1:1), F3 (5:2:2), F4 (5:3:3) terhadap bakteri Staphylococus aureus. Hasil dari penelitian ini
menunjukan …
.
Keywords: Butterfly pea flower, Antioxidant, Flavanoid, Fenoilc
Corresponding author:
Raif Budi Setianto
Faculty of Pharmacy, Universitas Ahmad Dahlan , Yogyakarta, Indonesia
Jalan Prof Soepomo Janturan Yogyakatra
Email:
No Hp: 08122742516
INTRODUCTION
Kulit merupakan organ pertahanan pertama pada tubuh manusia untuk memberi
perlindungan dari perngruh eksternal(Sari & Si, 2015). Kulit akan selalu terpapar dengan
lingkungan sekitar, mulai dari paparanmsinar matahari, suhu, dan kelembaban udara. Efek dari
paparan sinar matahari adalah dapat menyebabkan hiperpigmentasi kekeringan hingga
membentuk keriput (Iskandar, 2021). Kerusakan kulit yang memiliki fungsi barier ini akan
terjadi invasi bakteri, bakteri yang biasa di temukan pada kulit adalah bakteri Staphylococus
sureus (Kasenda et al., 2016).
S. aureus banyak ditemukan di sekitar lingkungan hidup manusia dan merupakan
penyebab terjadinya infeksi tersering di dunia yang bersifat piogenik (Maromon et al., 2020).
Asam lemak jenuh, asam laurat (LA) (C12) yang terkandung dalam VCO telah dilaporkan
memiliki aktivitas antibakteri (Widianingrum et al, 2019). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Widianingrum et al (2019) Hasil uji fagositosis, VCO dapat meningkatkan
kemampuan sel makrofag dalam memfagosit S. aureus secara signifikan pada konsentrasi 200
μL (setara dengan 0,102% LA). Penelitian ini menyimpulkan bahwa VCO dapat menghambat
pertumbuhan S. aureus dengan mekanisme destruktif dinding sel bakteri.
Selain VCO tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri diantaranya bunga Telang
(Ganis et al, 2022) dan biji kopi hijau robusta (Rubinadzari et al, 2022). Bunga telang (C.
ternatea) juga memiliki aktivitas antibakteri yang baik, berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ganis et al, (2022) diketahui bahwa ekstrak bunga Telang (C. ternatea) pada konsentrasi
5% dan 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan indeks sedang dan
indeks kuat pada konsentrasi 20% dan 40%. Sedangkan untuk green bean kopi robusta pada
konsentrasi 25%, 50% dan 100% memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori lemah
(Rubinadzari et al, 2022). Ketiga bahan tersebut dikombinasikan sebagai bahan aktif
antibakteri.
Sediaan antibakteri yang tersedia di pasaran berupa lotion, krim, salep dan scrub.
Sediaan body scrub dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, seperti pengangkatan sel
kulit mati dan juga memberikan efek membersihkan kulit (Fahmi, dkk, 2019). Body scrub
adalah suatu produk yang mengandung bahan cukup kasar yang digunakan untuk perawatan
kulit. Body scrub mampu membantu eksfoliasi yang dipicu oleh pencemaran udara
sehinggamenjadikan kulit kencang, bersih dan cantik (Ningsi et al., 2015). Mengingat
perawatan kulit bukan hanya tentang mengangkat sel kulit mati tetapi juga bakteri, maka dari
itu formulas ini merupakan inovasi dari scrub (Kusuma et al, 2022) yang dikombinasikan
dengan VCO, ekstrak bunga telang dan ekstrak green bean sebagai bahan aktif antibakteri dan
selanjutnya sediaan ini akan di sebut sebagai Herbal Candy Sugar Scrub Antibacterial.
Methods
Pengolahan Sampel dan Pembuatan VCO
Kelapa sebagai bahan dasar pembuatan VCO di ambil dari Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.
Daging kelapa tua di cuci bersih lalu di parut, setelah di parut di beri air dengan perbandingan 1:3
lalu di peras hingga di peroleh santan (coconut milk). setelah diperoleh coconut milk di diaduk
menggunakan mixer didiamkan selama 1 jam agar terpisah dan membentuk dua fraksi yaitu air dan
santan, kemudian fraksi santan di pisahkan dan diamkan dalam wadah transparan selama 24 jam.
Standarisasi ekstrak
Yiedl
Determination of extract yield was carried out by weighing a number of thick extracts
into a vaporizer cup. Then, it was evaporated on a waterbath at 40-50 0C temperature. The next
step was determining the extract weight and calculating the extract yield (%b / b) based on the
formula (Ministry of Health, RI 2000).
Total flavonoids
In this study, total flavonoids were tested using quercetin (QE) standard solution. It
was made in concentrations of 10, 20, 30, 40, and 50 ppm by dissolving 10mg quercetin into
10 mL of ethanol p.a. (QE 1000 ppm). From 1000 ppm quartzetine taken, 1mL was added up
to 10 mL using ethanol p.a (100 ppm QE). Then, 1, 2, 3, 4, 5 mL each added up to 10 mL
(10,20,30,40,50 ppm QE). The 10% AlCl3 was weighed by 1g AlCl 3 combined with 10mL
distilled water. The preparation of calcium acetate 1 M was weighed with 1 mg calcium
acetate, and added by 10ml aquadest. In the next process, the 1 mL of each QE concentration
was put into a 10 mL volumetric flask, added by 0.2 mL of AlCl 3 10%. The combination of
0.2mL calcium acetate 1 M with distilled water was added up to the mark, then it was
incubated for 30 minutes. In making the test extract, it was weighed with 100mg extract, added
with ethanol p.a up to 10 mL. The next step was putting the 1 mL extract into a 10 mL
volumetric flask, added with 0.2 mL AlCl 3 10%, 0.2mL calcium, and acetate 1M aquadest up
to the mark. Then, it was incubated for 30 minutes in a dark place. Measurement of absorption
was done by using UV-Vis spectrophotometry with a wavelength of 431nm (Ahmad et al.,
2015).
Total phenolic
The total phenolic test of Telang (C. ternatea) flower extract was carried out by using
the Folin-Ciocalceu method. Preaction of 7% Na 2CO3 was weighed by 3.5 g Na 2CO3 with
50mL aquadest. The preparation of standard solution of Gallic Acid (C 7H6O5) 10, 20, 30, 40,
50 ppm was conducted by dissolving 10 mg Gallic Acid into 10 mL ethanol p.a. (Gallic Acid
1000 ppm). From Gallic Acid 1000 ppm taken, 2.5 mL was added up to 25 mL using ethanol
p.a (Gallic Acid 100 ppm). Then, it was added by 1, 2, 3, 4, 5 mL each up to 10mL (Gallic
Acid 10, 20, 30, 40, 50 ppm). It was 10mL volumetric flask Gallic acid solution of each
concentration as much as 1 mL combined with 0.4 folin reagent. Then, it was settled for 4-8
minutes, added with 4 mL 7% Na 2CO3 preaction, and 10 mL aquadest. In the next step, it was
incubated for 2 hours. In preparing the test extract, it was weighed by 100 mg of extract with
10 mL ethanol p.a, 0.4 mL folin reagent, 4 mL 7% Na 2CO3 preaction, and 10 mL distilled
water. Absorption measurements were made using UV-Vis spectrophotometry with a
wavelength of 744.8nm (Ahmad et al., 2015).
Rancangan Formula
Tabel 1. Formulasi Pembuatan sediaan herbal candy sugar scrub antibakteria Virgin Coconut Oil
(VCO)
Bahan Fungsi Persentase (%) Range
F1 F2 F3
Evaluasi Sediaan
Uji Organoleptik
Diambil 1 gram candy sugar scrub lalu dilakukan pengamatan organoleptik secara visual dengan
mengamati bentuk, warna dan bau dari scrub yang dihasilkan.
Uji Homogenitas
Pengujian dilakukan dengan cara visual, dengan indikator penilaian sediaan menunjukan susunan
yang homogen dan tidak terdapat butiran kasar (Ariyanti et al., 2022).
Stabilitas Busa
Dibuat larutan 1 gram sebanyak 10 ml air suling masukkan kedalam gelas ukur 100 ml, lalu
dikocok selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara beraturan, diamkan selama 0,
5, dan 10 menit. Tinggi busa yang terbentuk diukur menggunakan mistar biasa.
pH
Pengukuran pH dilakukan dengan metode AOAC (2005) menggunakan alat pH meter. pH
meter dikalibrasi dengan dimasukannya elektroda ke dalam buffer pH 7 kemudian dibilas
dengan aquadest dikeringkan dengan tisu, selanjutnya elektroda dimasukan kedalam
larutan buffer pH 4. Sebanyak 5 gram sampel dilarutkan dalam 5 mL aquadest atau dalam
konsentrasi 1:1. Elektroda yang telah dikalibrasi dimasukan kedalam sampel. Nilai pH
Judul manuskrip (Penulis pertama)
36 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256
Antibakteri
Uji aktivitas dapat dilakukan dengan metode difusi. Disc diffution test atau uji difusi disk dilakukan
dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon
penghambat pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa anti bekteri dalam VCO (Hermawan et.
al.2007). Metode yang digunakan untuk uji antibakteri adalah metode difusi. Metode ini
merupakan penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam
lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan
diperoleh berupa ada atau tidaknya zona hambatan yang akan terbentuk disekeliling zat
antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi. Metode difusi yang digunakan adalah metode
cakram, cara ini menggunakan suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai
tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakan pada lempeng agar
yang telah diinokulusi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pada
umumnya hasil yang di dapat bisa diamati setelah inkubasi selama 18-24jam pada suhu 37 0C.
Syarat zona hambat antibakteri ≤10mm tidak ada aktivitas antibakteri dan ≥10mm memiliki
aktivitas antibakteri (Prayoga, 2013).
The chemical content of flavonoid and total phenolic simplisia is strongly influenced by the location
of the altitude where a plant grows. The similar result was shown by previous research (Safrina and Joko
2018), mentioning there are significant differences in the comparison of the altitude of the plants’ growing
area on the levels of its chemical content. The total flavonoid content of North Lombok district was 59.37
mgQE/g and Wonosobo was 63.09 mgEQ/g (Rahayu et al, 2021). Significantly different results were also
obtained by (Fikayuniar et al, 2023) in the city of Bandung with a total flavonoid result of 4.865 gQE/100g.
Similar research was also conducted in India by T.Madhavi & Sushma, (2014), obtaining total flavonoid
levels of 67.2 mgEQ/mg. The significant difference of the result in this study is strongly influenced by the
location and differences in plant growth altitude. According to research conducted by Andriani & Murtisiwi,
(2018), the total phenolic content in the ethanol extract of BPF was 19.43 ± 1.621 GAE (mg/g sample). The
research was conducted in the city of Kudus, Central Java, Indonesia. Similar research was also conducted in
India by T.Madhavi & Sushma, (2014) who obtained total phenolic content of BPF of 45.6 mgGAE/mg. The
significant difference in results in this study is strongly influenced by the location and differences in plant
growth altitude (Safrina and Joko 2018). The yield was calculated using the formula (%b/b) resulting in
30,6% yield. The required moisture content of a plant extract is less than 10% (FHI, 2008) and according to
Anam et al (2013) the moisture content for thick extracts is between 5 - 30%. It aims to avoid the rapid
growth of fungi in the extract. Water content test was carried out in 3 replicates, the results of the total water
content for replicates 1, 2 and 3 were 15,00%, 16,67%, and 14,04% respectively. Consequently, the
average water content of BPF was 15,24 ±1,3%. Therefore, it can be concluded that BPF extract meets the
quality standards. Ash content test was carried out in 3 replicates, the results of the total ash content for
replicates 1, 2 and 3 were 2,94%, 3,85%, and 3,96% respectively. The average total ash content of BPF
extract obtained through this test was 3,58±0,55%. The results are in accordance with the requirements of
MMI, (1989) ash content, which is <8%. The average acid-insoluble ash content of BPF extract obtained
through this test was 1,45±0,218 %, which is in accordance with the requirements of ash content according to
MMI (1989) (<2%).
5 liters of macerate were created during the extraction by maceration process. After that, it was
gradually evaporated using a rotary evaporator set at 70 0C, yielding a 381 gram thick extract. extracts that
have already been acquired, standardization is completed, encompassing both non-specific and specific
extracts. Table 2 displays the results of the extract standardization.
Table 2. The test results of the green bean extract's particular and non-specific parameters.
Parameter Test Result
Organoleptic thick texture, dark green and a distinctive aromatic smell.
total flavonoids 245,301±2,5 mgQE/g
total phenolic 1026,286±2,9 mgGAE/g
Yield 25,4%
total water content 16,12±2,1%
total ash content 3,90±0,95%
Acid insoluble ash content 1,48±0,33 %
Formulasi sediaan candy sugar scrub dibuat dalam 4 perbandingan konsentrasi yaitu
VCO, ekstrak bunga Telang dan ekstrak green bean Robusta masing-masing F1( 5:0:0), F2 (5:
1:1), F3 (5:2:2), F4 (5:3:3). Hasil pengujian sifat fisik meliputi uji organoleptis, homogenitas,
pH dan stabilitas busa. Secara organoleptik warna sediaan candy cugar scrub di pengaruhi
konsentrasi ektrak dan zat pewarna, formula 1 berwarna merah muda, dan formula 2, 3, dan 4
berwarna kehijauan. Homogenitas sediaan dapat terlihat pada distribusi warna yang tercampur
merata. pH sediaan body scrub 6,60 ± 0,059 sudah sesuai dengan SNI nomor 16- 4399-1996
yang berada dalam interval pH 4,5-8,0. Pengujian stabilitas busa dilakukan dalam 5 sampai 10
menit busa harus mampu bertahan 60-70% dari volume awal. Hasil pengujian stabilitas busa dapat dilihat
pada tabel III.
Tabel III. Hasil pengujian stabilitas busa sediaan candy sugar scrub
Formula Waktu (menit)
0 5 10
Formula 1 7,5 cm 6,5 cm 5,9 cm
Formula 2 8 cm 7 cm 6 cm
Formula 3 7,5 cm 6,3 cm 6 cm
Formula 4 7,5 cm 6,6 cm 6 cm
Hasil pengujian antibakteri candy sugar scrub dilakukan dengan 4 perbandingan konsentrasi
yaitu VCO, ekstrak bunga Telang dan ekstrak green bean Robusta masing-masing F1( 5:0:0),
F2 (5: 1:1), F3 (5:2:2), F4 (5:3:3). Menggunakan metode sumuran dengan hasil tersaji dalam
tabel IV, dan gambar zona hambat minimum dapat di lihat pada gambar 1.
CONCLUSION
BPF contains total of 19.44 ± 0.060 mgQE/g flavonoids and 36.37 ± 0.47 mgGAE/g
phenolics. So, Butterfly pea flower has a potential antioxidant activity. The total Flavonoid and
phenolic content of butterfly pea flowers very much depends on the place and location of growth,
differences in altitude, temperature, and their environment. Further research needs to examine the
antioxidant activity and the development of dosage forms of the BPF ethanol extract.
ACKNOWLEDGEMENT
Our thanks go to the Directoral of Research, Technology and Community Service,
Directorate of the Ministry of Education, Culture, Research and Technology as the main funder for
this research through contract number: 0557/E5.5/Al.04/2023.
REFERENCES
Ahmad, A. R., Afrianty, S., Ratulangi, D., Malik, A., & Sm, J. R. M. (n.d.). Penetapan Kadar
Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala ( Etlingera elatior
( Jack ) Abstrak. 2(1).