Anda di halaman 1dari 10

Pharmaciana

Vol.x, No.x, Bulan 201x, Hal. xx-xx


ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256
DOI: 10.12928/pharmaciana.xxxx.xxxx 31

Formulasi candy sugar scrub antibakteria dengan kombinasi virgin


coconut oil, bunga telang dan biji kopi hujau robusta sebagai bahan aktif

Nyoman Rudi Kusuma1, Siti Fatimah Sultan1, Siti Rohma1, Blegoh Iwan Santoso1,
Arif Budi Setianto1*, Ichwan Ridwan Rais1
1
Faculty of Pharmacy, Universitas Ahmad Dahlan , Yogyakarta, Indonesia

Submitted :........................ Reviewed :.......................... Accepted:.....................

ABSTRACT

Body scrub merupakan suatu produk yang mengandung bahan cukup kasar yang
digunakan untuk mengangkat sel kulit mati. Pada umumnya scrub hanya digunakan untuk
mengangakat sel kulit mati akan tetapi permasalahakan kulit lebih kompleks, salah satunya
adalah bakteri yang dapat menyebabkan iritasi bahkan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkombinasikan VCO, ekstrak bunga Telang dan ekstrak green bean Robusta sebagai bahan
aktif antibakteri dalam sediaan candy sugar scrub antibacterial. Pengujian antibakteri
dilakukan dengan metode sumuran menggunakan sediaan candy sugar scrub antibacterial
dengan konsentrasi VCO, ekstrak bunga Telang dan Green bean Robusta F1( 5:0:0), F2
(5:1:1), F3 (5:2:2), F4 (5:3:3) terhadap bakteri Staphylococus aureus. Hasil dari penelitian ini
menunjukan …

.
Keywords: Butterfly pea flower, Antioxidant, Flavanoid, Fenoilc

Corresponding author:
Raif Budi Setianto
Faculty of Pharmacy, Universitas Ahmad Dahlan , Yogyakarta, Indonesia
Jalan Prof Soepomo Janturan Yogyakatra
Email:
No Hp: 08122742516

Journal homepage: http://journal.uad.ac.id/index.php/PHARMACIANA


32 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

INTRODUCTION
Kulit merupakan organ pertahanan pertama pada tubuh manusia untuk memberi
perlindungan dari perngruh eksternal(Sari & Si, 2015). Kulit akan selalu terpapar dengan
lingkungan sekitar, mulai dari paparanmsinar matahari, suhu, dan kelembaban udara. Efek dari
paparan sinar matahari adalah dapat menyebabkan hiperpigmentasi kekeringan hingga
membentuk keriput (Iskandar, 2021). Kerusakan kulit yang memiliki fungsi barier ini akan
terjadi invasi bakteri, bakteri yang biasa di temukan pada kulit adalah bakteri Staphylococus
sureus (Kasenda et al., 2016).
S. aureus banyak ditemukan di sekitar lingkungan hidup manusia dan merupakan
penyebab terjadinya infeksi tersering di dunia yang bersifat piogenik (Maromon et al., 2020).
Asam lemak jenuh, asam laurat (LA) (C12) yang terkandung dalam VCO telah dilaporkan
memiliki aktivitas antibakteri (Widianingrum et al, 2019). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Widianingrum et al (2019) Hasil uji fagositosis, VCO dapat meningkatkan
kemampuan sel makrofag dalam memfagosit S. aureus secara signifikan pada konsentrasi 200
μL (setara dengan 0,102% LA). Penelitian ini menyimpulkan bahwa VCO dapat menghambat
pertumbuhan S. aureus dengan mekanisme destruktif dinding sel bakteri.
Selain VCO tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri diantaranya bunga Telang
(Ganis et al, 2022) dan biji kopi hijau robusta (Rubinadzari et al, 2022). Bunga telang (C.
ternatea) juga memiliki aktivitas antibakteri yang baik, berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ganis et al, (2022) diketahui bahwa ekstrak bunga Telang (C. ternatea) pada konsentrasi
5% dan 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan indeks sedang dan
indeks kuat pada konsentrasi 20% dan 40%. Sedangkan untuk green bean kopi robusta pada
konsentrasi 25%, 50% dan 100% memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori lemah
(Rubinadzari et al, 2022). Ketiga bahan tersebut dikombinasikan sebagai bahan aktif
antibakteri.
Sediaan antibakteri yang tersedia di pasaran berupa lotion, krim, salep dan scrub.
Sediaan body scrub dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, seperti pengangkatan sel
kulit mati dan juga memberikan efek membersihkan kulit (Fahmi, dkk, 2019). Body scrub
adalah suatu produk yang mengandung bahan cukup kasar yang digunakan untuk perawatan
kulit. Body scrub mampu membantu eksfoliasi yang dipicu oleh pencemaran udara
sehinggamenjadikan kulit kencang, bersih dan cantik (Ningsi et al., 2015). Mengingat
perawatan kulit bukan hanya tentang mengangkat sel kulit mati tetapi juga bakteri, maka dari
itu formulas ini merupakan inovasi dari scrub (Kusuma et al, 2022) yang dikombinasikan
dengan VCO, ekstrak bunga telang dan ekstrak green bean sebagai bahan aktif antibakteri dan
selanjutnya sediaan ini akan di sebut sebagai Herbal Candy Sugar Scrub Antibacterial.

MATERIALS AND METHOD


Materials
Bahan yang di gunakan Virgin Coconut Oil (VCO), Sodium Lauril Sulfate (SLS),
hydroxypropyl methilcellulose (HPMC), Polivinill Pirolidon (PVP), amilum, gliserin, gula,
phenoxyetanol, amilum, fragrance dan mica powder, pH meter, timbangan analitik, lumpang, dan
spatulla

Pharmaciana Vol. x, No. x, Bulan 201x, Hal. xx – xx


Pharmaciana
33 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

Methods
Pengolahan Sampel dan Pembuatan VCO
Kelapa sebagai bahan dasar pembuatan VCO di ambil dari Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.
Daging kelapa tua di cuci bersih lalu di parut, setelah di parut di beri air dengan perbandingan 1:3
lalu di peras hingga di peroleh santan (coconut milk). setelah diperoleh coconut milk di diaduk
menggunakan mixer didiamkan selama 1 jam agar terpisah dan membentuk dua fraksi yaitu air dan
santan, kemudian fraksi santan di pisahkan dan diamkan dalam wadah transparan selama 24 jam.

Pengumpulan Sampel dan Ekstraksi Bunga Telang (Clitoria Ternatea L.)


Tanaman bunga telang (Clitoria ternatea L) yang telah di peroleh dari PTPN (PT
Perkebunan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta). Kemudian diambil mahkota bunga
telang setelah dipisahkan dari kelopaknya, lalu diblender dan diambil bubuknya. Hasil
bubuknya ditimbang dan didapat 500 gram. Pembuatan ekstrak bunga telang (Clitoria
ternatea L.) diperoleh dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Serbuk
bunga telang ditimbang sebanyak 1 kg kemudian dimasukkan kedalam wadah kaca untuk
ditambahkan etanol 70% dengan perbandingan 1:5 sebanyak 5 L. Aduk lalu diamkan
selama 3x24 jam. Simpan ditempat yang gelap supaya terhindar dari sinar matahari.
Sampel bunga telang yang telah dimaserasi kemudian disaring menggunakan kain flannel
sampai menghasilkan filtrat atau residu. Kemudian residu Kembali sampel bunga telang
yang telah dimaserasi untuk ditambahkan etanol 70% menggunakan perbandingan 1:1,5
sebanyak 1,5 L. aduk sampai dalam kondisi merata, lalu tutup wadah, dan rendam selama
3x24 jam. Ekstrak etanol 70% pada bunga telang yang dihasilkan kemudia masuk pada
tahapan uap dengan menggunakan rotary evaporator dengan tujuan untuk memperoleh
ekstrak kental pada suhu 78o C. kemudian diuapkan menggunakan water bath selama 1x24
jam dengan suhu 50o C.

Pengumpulan Sampel dan Ekstraksi Green Bean Robusta


Biji kopi robusta (Coffea canephora) peaberry green bean yang telah di peroleh dari PTPN
(PT Perkebunan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta). Biji kopi greenbean kemudian
diblender dan diambil bubuknya. Hasil bubuknya ditimbang dan didapat 1500 gram.
Pembuatan ekstrak biji kopi robusta (Coffea canephora) diperoleh dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:5 sebanyak 5 L. Aduk lalu
diamkan selama 3x24 jam. Simpan ditempat yang gelap supaya terhindar dari sinar
matahari. Sampel biji kopi robusta yang telah dimaserasi kemudian disaring menggunakan
kain flannel sampai menghasilkan filtrat atau residu. Kemudian residu kembali sampel biji
kopi robusta yang telah dimaserasi untuk ditambahkan etanol 96% menggunakan
perbandingan 1:1,5 sebanyak 1,5 L. Aduk sampai dalam kondisi merata, lalu tutup wadah,
dan rendam selama 3x24 jam. Ekstrak etanol 96% pada biji kopi robusta yang dihasilkan
kemudian masuk pada tahapan uap dengan menggunakan rotary evaporator dengan tujuan
untuk memperoleh ekstrak kental pada suhu 78o C. kemudian diuapkan menggunakan
water bath selama 1x24 jam dengan suhu 50o C.

Standarisasi ekstrak
Yiedl
Determination of extract yield was carried out by weighing a number of thick extracts
into a vaporizer cup. Then, it was evaporated on a waterbath at 40-50 0C temperature. The next

Judul manuskrip (Penulis pertama)


34 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

step was determining the extract weight and calculating the extract yield (%b / b) based on the
formula (Ministry of Health, RI 2000).

Total water content


Testing the total water content was conducted by inserting 1 gram of extract and
weighing carefully in a calibrated crucible. It was dried at 105 0C for 5 hours. The continuous
drying and weighing was done 1 hour apart until the difference between 2 consecutive
weighing is no more than 0.25% (Ministry of Health, 2000).

Total ash content


The total ash content test was carried out with 2 g of extract weighed in a marked krus.
After that, it was ignited in the furnace with a gradual rise of the temperature to 600 ± 25 0C for
6 hours to get it carbon-free. Finally, it was cooled in a desiccator, and weighed in the ash
weight (Indonesian Herbal Formulary (IHF), 2008).

Acid insoluble ash content


The ash was boiled with 25 ml of dilute hydrochloric acid P for 5 minutes. The acid
insoluble part was collected and filtered through ash-free filter paper. The process continued
with washing it into hot water, filtering, then drying it in a 105 0C temperature. Then, it was
weighed and determined by the acid insoluble ash content in %b/b (IHF, 2008).

Total flavonoids
In this study, total flavonoids were tested using quercetin (QE) standard solution. It
was made in concentrations of 10, 20, 30, 40, and 50 ppm by dissolving 10mg quercetin into
10 mL of ethanol p.a. (QE 1000 ppm). From 1000 ppm quartzetine taken, 1mL was added up
to 10 mL using ethanol p.a (100 ppm QE). Then, 1, 2, 3, 4, 5 mL each added up to 10 mL
(10,20,30,40,50 ppm QE). The 10% AlCl3 was weighed by 1g AlCl 3 combined with 10mL
distilled water. The preparation of calcium acetate 1 M was weighed with 1 mg calcium
acetate, and added by 10ml aquadest. In the next process, the 1 mL of each QE concentration
was put into a 10 mL volumetric flask, added by 0.2 mL of AlCl 3 10%. The combination of
0.2mL calcium acetate 1 M with distilled water was added up to the mark, then it was
incubated for 30 minutes. In making the test extract, it was weighed with 100mg extract, added
with ethanol p.a up to 10 mL. The next step was putting the 1 mL extract into a 10 mL
volumetric flask, added with 0.2 mL AlCl 3 10%, 0.2mL calcium, and acetate 1M aquadest up
to the mark. Then, it was incubated for 30 minutes in a dark place. Measurement of absorption
was done by using UV-Vis spectrophotometry with a wavelength of 431nm (Ahmad et al.,
2015).

Total phenolic
The total phenolic test of Telang (C. ternatea) flower extract was carried out by using
the Folin-Ciocalceu method. Preaction of 7% Na 2CO3 was weighed by 3.5 g Na 2CO3 with
50mL aquadest. The preparation of standard solution of Gallic Acid (C 7H6O5) 10, 20, 30, 40,
50 ppm was conducted by dissolving 10 mg Gallic Acid into 10 mL ethanol p.a. (Gallic Acid
1000 ppm). From Gallic Acid 1000 ppm taken, 2.5 mL was added up to 25 mL using ethanol
p.a (Gallic Acid 100 ppm). Then, it was added by 1, 2, 3, 4, 5 mL each up to 10mL (Gallic
Acid 10, 20, 30, 40, 50 ppm). It was 10mL volumetric flask Gallic acid solution of each
concentration as much as 1 mL combined with 0.4 folin reagent. Then, it was settled for 4-8
minutes, added with 4 mL 7% Na 2CO3 preaction, and 10 mL aquadest. In the next step, it was

Pharmaciana Vol. x, No. x, Bulan 201x, Hal. xx – xx


Pharmaciana
35 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

incubated for 2 hours. In preparing the test extract, it was weighed by 100 mg of extract with
10 mL ethanol p.a, 0.4 mL folin reagent, 4 mL 7% Na 2CO3 preaction, and 10 mL distilled
water. Absorption measurements were made using UV-Vis spectrophotometry with a
wavelength of 744.8nm (Ahmad et al., 2015).

Rancangan Formula
Tabel 1. Formulasi Pembuatan sediaan herbal candy sugar scrub antibakteria Virgin Coconut Oil
(VCO)
Bahan Fungsi Persentase (%) Range

F1 F2 F3

Virgin Coconut Oil (VCO) Zat aktif 3,75 3,75 3,75 -

Green bean Zat aktif 1 2 3 -

SLS Surfaktan 5 5 5 5%[1]

HPMC Pengental 7,5 7,5 7,5 5-10%[1]

Gliserin Humektan 5 5 5 5%[1]

Gula pasir Eksfoliator 7,5 7,5 7,5 -

Phenoxyetanol Pengawet 1 1 1 1%[2]

Lyly oil Pengaroma 1 1 1 1%[1]

Mica powder Pewarna qs. qs. qs. 1%[1]

Evaluasi Sediaan
Uji Organoleptik
Diambil 1 gram candy sugar scrub lalu dilakukan pengamatan organoleptik secara visual dengan
mengamati bentuk, warna dan bau dari scrub yang dihasilkan.

Uji Homogenitas
Pengujian dilakukan dengan cara visual, dengan indikator penilaian sediaan menunjukan susunan
yang homogen dan tidak terdapat butiran kasar (Ariyanti et al., 2022).

Stabilitas Busa
Dibuat larutan 1 gram sebanyak 10 ml air suling masukkan kedalam gelas ukur 100 ml, lalu
dikocok selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara beraturan, diamkan selama 0,
5, dan 10 menit. Tinggi busa yang terbentuk diukur menggunakan mistar biasa.

pH
Pengukuran pH dilakukan dengan metode AOAC (2005) menggunakan alat pH meter. pH
meter dikalibrasi dengan dimasukannya elektroda ke dalam buffer pH 7 kemudian dibilas
dengan aquadest dikeringkan dengan tisu, selanjutnya elektroda dimasukan kedalam
larutan buffer pH 4. Sebanyak 5 gram sampel dilarutkan dalam 5 mL aquadest atau dalam
konsentrasi 1:1. Elektroda yang telah dikalibrasi dimasukan kedalam sampel. Nilai pH
Judul manuskrip (Penulis pertama)
36 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

dapat dilihat pada pH meter setelah menunjukan angka yang konstan.

Antibakteri
Uji aktivitas dapat dilakukan dengan metode difusi. Disc diffution test atau uji difusi disk dilakukan
dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon
penghambat pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa anti bekteri dalam VCO (Hermawan et.
al.2007). Metode yang digunakan untuk uji antibakteri adalah metode difusi. Metode ini
merupakan penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam
lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan
diperoleh berupa ada atau tidaknya zona hambatan yang akan terbentuk disekeliling zat
antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi. Metode difusi yang digunakan adalah metode
cakram, cara ini menggunakan suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai
tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakan pada lempeng agar
yang telah diinokulusi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pada
umumnya hasil yang di dapat bisa diamati setelah inkubasi selama 18-24jam pada suhu 37 0C.
Syarat zona hambat antibakteri ≤10mm tidak ada aktivitas antibakteri dan ≥10mm memiliki
aktivitas antibakteri (Prayoga, 2013).

RESULT AND DISCUSSION


Results
15 liters of macerate were created during the extraction by maceration process. After that, it was
gradually evaporated using a rotary evaporator set at 70 0C, yielding a 612 gram thick extract. extracts that
have already been acquired, standardization is completed, encompassing both non-specific and specific
extracts. Table 1 displays the results of the extract standardization.
Table 1. The test results of the BPF extract's particular and non-specific parameters.
Parameter Test Result
Organoleptic thick texture, dark purple and a distinctive aromatic
smell.
total flavonoids 19.44±0.060 mgQE/g
total phenolic 36.37±0.47 mgGAE/g
Yield 30,6%
total water content 15,24 ±1,3%
total ash content 3,58±0,55%
Acid insoluble ash content 1,45±0,218%

The chemical content of flavonoid and total phenolic simplisia is strongly influenced by the location
of the altitude where a plant grows. The similar result was shown by previous research (Safrina and Joko
2018), mentioning there are significant differences in the comparison of the altitude of the plants’ growing
area on the levels of its chemical content. The total flavonoid content of North Lombok district was 59.37
mgQE/g and Wonosobo was 63.09 mgEQ/g (Rahayu et al, 2021). Significantly different results were also
obtained by (Fikayuniar et al, 2023) in the city of Bandung with a total flavonoid result of 4.865 gQE/100g.
Similar research was also conducted in India by T.Madhavi & Sushma, (2014), obtaining total flavonoid
levels of 67.2 mgEQ/mg. The significant difference of the result in this study is strongly influenced by the
location and differences in plant growth altitude. According to research conducted by Andriani & Murtisiwi,
(2018), the total phenolic content in the ethanol extract of BPF was 19.43 ± 1.621 GAE (mg/g sample). The
research was conducted in the city of Kudus, Central Java, Indonesia. Similar research was also conducted in
India by T.Madhavi & Sushma, (2014) who obtained total phenolic content of BPF of 45.6 mgGAE/mg. The
significant difference in results in this study is strongly influenced by the location and differences in plant
growth altitude (Safrina and Joko 2018). The yield was calculated using the formula (%b/b) resulting in
30,6% yield. The required moisture content of a plant extract is less than 10% (FHI, 2008) and according to
Anam et al (2013) the moisture content for thick extracts is between 5 - 30%. It aims to avoid the rapid
growth of fungi in the extract. Water content test was carried out in 3 replicates, the results of the total water

Pharmaciana Vol. x, No. x, Bulan 201x, Hal. xx – xx


Pharmaciana
37 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

content for replicates 1, 2 and 3 were 15,00%, 16,67%, and 14,04% respectively. Consequently, the
average water content of BPF was 15,24 ±1,3%. Therefore, it can be concluded that BPF extract meets the
quality standards. Ash content test was carried out in 3 replicates, the results of the total ash content for
replicates 1, 2 and 3 were 2,94%, 3,85%, and 3,96% respectively. The average total ash content of BPF
extract obtained through this test was 3,58±0,55%. The results are in accordance with the requirements of
MMI, (1989) ash content, which is <8%. The average acid-insoluble ash content of BPF extract obtained
through this test was 1,45±0,218 %, which is in accordance with the requirements of ash content according to
MMI (1989) (<2%).

5 liters of macerate were created during the extraction by maceration process. After that, it was
gradually evaporated using a rotary evaporator set at 70 0C, yielding a 381 gram thick extract. extracts that
have already been acquired, standardization is completed, encompassing both non-specific and specific
extracts. Table 2 displays the results of the extract standardization.
Table 2. The test results of the green bean extract's particular and non-specific parameters.
Parameter Test Result
Organoleptic thick texture, dark green and a distinctive aromatic smell.
total flavonoids 245,301±2,5 mgQE/g
total phenolic 1026,286±2,9 mgGAE/g
Yield 25,4%
total water content 16,12±2,1%
total ash content 3,90±0,95%
Acid insoluble ash content 1,48±0,33 %

……. Bandingkan dg literature flavonoid dan fenolik


The yield was calculated using the formula (%b/b) resulting in 25,4% yield. The required moisture
content of a plant extract is less than 10% (FHI, 2008) and according to Anam et al (2013) the moisture
content for thick extracts is between 5 - 30%. It aims to avoid the rapid growth of fungi in the extract.
Water content test was carried out in 3 replicates, the results of the total water content for replicates 1, 2
and 3 were 18,48%, 15,59%, and 14,29% respectively. Consequently, the average water content of
green bean was 16,12±2,1%. Therefore, it can be concluded that green bean extract meets the quality
standards. Ash content test was carried out in 3 replicates, the results of the total ash content for
replicates 1, 2 and 3 were 4,84%, 3,91%, and 2,94% respectively. The average total ash content of
green bean extract obtained through this test was 3,90±0,95%. The results are in accordance with the
requirements of MMI, (1989) ash content, which is <8%. The average acid-insoluble ash content of
green bean extract obtained through this test was 1,48±0,33 %, which is in accordance with the
requirements of ash content according to MMI (1989) (<2%).

Formulasi sediaan candy sugar scrub dibuat dalam 4 perbandingan konsentrasi yaitu
VCO, ekstrak bunga Telang dan ekstrak green bean Robusta masing-masing F1( 5:0:0), F2 (5:
1:1), F3 (5:2:2), F4 (5:3:3). Hasil pengujian sifat fisik meliputi uji organoleptis, homogenitas,
pH dan stabilitas busa. Secara organoleptik warna sediaan candy cugar scrub di pengaruhi
konsentrasi ektrak dan zat pewarna, formula 1 berwarna merah muda, dan formula 2, 3, dan 4
berwarna kehijauan. Homogenitas sediaan dapat terlihat pada distribusi warna yang tercampur
merata. pH sediaan body scrub 6,60 ± 0,059 sudah sesuai dengan SNI nomor 16- 4399-1996
yang berada dalam interval pH 4,5-8,0. Pengujian stabilitas busa dilakukan dalam 5 sampai 10
menit busa harus mampu bertahan 60-70% dari volume awal. Hasil pengujian stabilitas busa dapat dilihat
pada tabel III.
Tabel III. Hasil pengujian stabilitas busa sediaan candy sugar scrub
Formula Waktu (menit)
0 5 10
Formula 1 7,5 cm 6,5 cm 5,9 cm

Judul manuskrip (Penulis pertama)


38 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

Formula 2 8 cm 7 cm 6 cm
Formula 3 7,5 cm 6,3 cm 6 cm
Formula 4 7,5 cm 6,6 cm 6 cm

Hasil pengujian antibakteri candy sugar scrub dilakukan dengan 4 perbandingan konsentrasi
yaitu VCO, ekstrak bunga Telang dan ekstrak green bean Robusta masing-masing F1( 5:0:0),
F2 (5: 1:1), F3 (5:2:2), F4 (5:3:3). Menggunakan metode sumuran dengan hasil tersaji dalam
tabel IV, dan gambar zona hambat minimum dapat di lihat pada gambar 1.

Tabel IV. Hasil pengujian antibakteri sediaan candy sugar scrub


Formula R1 (mm) R2 (mm) R3 (mm) Rata-rata Rata-rata ±
SD
F1 16 18 18 17,33 17,33± 1,15
F2 15 17 15 15,67 15,67± 1,15
F3 18 20 18 18,67 18,67± 1,15
F4 20 17 19 18,67 18,67± 1,53
(+) 0 0 0 0,00 0,00

Gambar 1. Zona hambat minimum sediaan candy sugar scrub

CONCLUSION
BPF contains total of 19.44 ± 0.060 mgQE/g flavonoids and 36.37 ± 0.47 mgGAE/g
phenolics. So, Butterfly pea flower has a potential antioxidant activity. The total Flavonoid and
phenolic content of butterfly pea flowers very much depends on the place and location of growth,
differences in altitude, temperature, and their environment. Further research needs to examine the
antioxidant activity and the development of dosage forms of the BPF ethanol extract.
ACKNOWLEDGEMENT
Our thanks go to the Directoral of Research, Technology and Community Service,
Directorate of the Ministry of Education, Culture, Research and Technology as the main funder for
this research through contract number: 0557/E5.5/Al.04/2023.

REFERENCES

Ahmad, A. R., Afrianty, S., Ratulangi, D., Malik, A., & Sm, J. R. M. (n.d.). Penetapan Kadar
Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala ( Etlingera elatior
( Jack ) Abstrak. 2(1).

Pharmaciana Vol. x, No. x, Bulan 201x, Hal. xx – xx


Pharmaciana
39 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

Al-Snafi, A. E. (2016). Pharmacological importance of Clitoria ternatea-A review. IOSR Journal


Of Pharmacy Www.Iosrphr.Org, 6(3), 68–83. www.iosrphr.org
Anbualakan, K., Tajul Urus, N. Q., Makpol, S., Jamil, A., Mohd Ramli, E. S., Md Pauzi, S. H., &
Muhammad, N. (2023). A Scoping Review on the Effects of Carotenoids and Flavonoids on
Skin Damage Due to Ultraviolet Radiation. Nutrients, 15(1), 1–17.
https://doi.org/10.3390/nu15010092
Andhiarto, Y., Andayani, R., & Ilmiyah, N. H. (2021). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
96% Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss. ) dengan Metode Ekstraksi Perkolasi
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Journal of Pharmacy Science and
Technology, 2(1), 102–111. https://doi.org/10.30649/pst.v2i1.99
Andriani, D., & Murtisiwi, L. (2018). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Bunga Telang
(Clitoria Ternatea L.) Dengan Spektrofotometri Uv Vis. Cendekia Journal of Pharmacy, 2(1),
32–38. https://doi.org/10.31596/cjp.v2i1.15
Apsari, P. D., & Susanti, H. (2011). Perbandingan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak
Merah dan Ungu Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) secara Spektrofotometri.
Phamaciana, 73–78.
BPOM RI. 1989. Materia medika indonesia jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
BPOM RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Haryoto, H., & Frista, A. (2019). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol, Fraksi Polar, Semipolar
dan Non Polar dari Daun Mangrove Kacangan (Rhizophora apiculata) dengan Metode DPPH
dan FRAP. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 2(2), 131–138.
Huda-Faujan, N., Noriham, A., … A. N.-A. J. of, & 2009, undefined. (2009). Antioxidant activity
of plants methanolic extracts containing phenolic compounds Centella antioxi... Ajol.Info,
8(3), 484–489. https://www.ajol.info/index.php/ajb/article/view/59849
Kazuma, K., Noda, N., & Suzuki, M. (2013). Flavonoid composition related to petal color in
different lines of Clitoria ternatea. Phytochemistry, 64(6), 1133–1139.
https://doi.org/10.1016/S0031-9422(03)00504-1
Rahayu, S., Vifta, R., & Susilo, J. (2021). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Bunga Telang
(Clitoria Ternatea L.) dari Kabupaten Lombok Utara dan Wonosobo Menggunakan Metode
FRAP. Generics: Journal of Research in Pharmacy, 1(2), 1–9.
https://doi.org/10.14710/genres.v1i2.9836
Ridwan Rais, I. (2015). Isolasi dan Penentuan Kadar Flavonoid Ekstrak Etanolik Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata (BURM.F.) NESS). Pharmaciana, 5(1), 100–106.
https://doi.org/10.12928/pharmaciana.v5i1.2292
Safrina, D., & Joko, W. (2018). Safrina.Pdf. 147–154.
T.Madhavi, C. N. D. M. L. B. D. P. R., & Sushma, N. J. (2014). Identification of Bioactive
Compounds By Ftir Analysis and in Vitro. Identification of Bioactive Compounds By Ftir
Analysis and in Vitro, 4(09), 3894–3903.
Widiasari, S. (2019). Mekanisme Inhibisi Angiotensin Converting Enzym Oleh Flavonoid Pada
Hipertensi. Collaborative Medical Journal (CMJ, 1(2), 30–44.

Judul manuskrip (Penulis pertama)


40 ISSN: 2088 4559; e-ISSN: 2477 0256

Pharmaciana Vol. x, No. x, Bulan 201x, Hal. xx – xx

Anda mungkin juga menyukai